Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disintegrasi Nasional

Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa


menjadibagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic
Dictionary 1994).Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose
unity or intergrity by or asif by breaking into parts”.
Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan
atau persatuan; perpecahan.

2.2 Bahaya Disintegrasi Nasional

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki


keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan
adat istiadat,  serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus
dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang
jika tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan
kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan
perbedaan kepentingan yang dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi
bangsa.

Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat


dilihat dari banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila
tidak dicari solusi pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik
menjadi upaya memisahkan diri dari NKRI.  

Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang


ada didalam masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang
berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila
tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan
menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara tuntas maka
akan menjadi problem yang berkepanjangan. 

Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang


selama ini demikian kukuh, kini mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas
persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak
berimbang antara pusat dan daerah selama ini.

Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar,


merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, di samping
instabilitas yang diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap
netral. Meskipun barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang,
namun bila dlihat dalam konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan
sebagai acuan.

Paling tidak untuk melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa.


Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai
daerah sudah barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan
janji-janji sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.
Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga
menjamin adanyan perubahan nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan
langsung oleh warga terhadap tuntutan dan keinginan mereka. Namun,

2
bagaimanapun juga kita tetap mesti berupaya agar tuntutan terhadap
pemisahan dari kesatuan RI dapat diurungkan.
Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan
kerendahan hati untuk merenungkan kembali makna kesatuan dan persatuan,
sekaligus menyikapi secara arif dan bijak terhadap berbagai kasus dari
tuntutan berbagai daerah, Aceh khususnya.
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku,
agama dan lain-lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas
kebijaksanaan pemerintah pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum
dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama,
sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni
dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat,
terutama bila kita meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam
menerapkan dan mempraktekkan kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini
sesungguhnya berawal dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi,
sosial budaya, hukum dan hankam.Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui
kekecewaan dan sakit hati beberapa tokoh daerah, tokoh masyarakat, tokoh
partai dan tokoh agama yang merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi
politiknya. Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan gerakan radikal
dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.

Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan


kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus
ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional
bangsa Indonesia.Oleh karena itu untuk mencegah ancaman disintegrasi
bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan
3
dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan
peraturan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro


dan kontra yang disebabkan dari sudut pandang mana yang digunakan.
Reformasi sudah berjalan kurang lebih 10 tahun, apa yan telah didapat, bahkan
rakyat kecil sudah mulai menilai bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih
baik bila dibandingkan dengan saat ini.

Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari sudut


pandang harga kebutuhan pokok sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya
satu hal tersebut yang ada dibenak mereka. Kemudian ada kelompok
masyarakat yang selalu menuntut kebebasan, dan oleh kelompok yang lain
dikatakan sudah keblabasan.

2.3 Upaya Mencegah Disintegrasi Nasional

Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah


berkembang sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian
masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun elite politik nasional dengan
menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi issu
demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta
sistem keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan
global dan regional mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku
sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa
pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan
keamanan.

Dalam kaitan dengan politik pembangunan hukum maka Pancasila yang

4
5

Anda mungkin juga menyukai