Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGAAN

“ Perjuangan Mengahdapi Ancaman


Disintegrasi Bangsa ”

Disusun Oleh :

NAMA KELOMPOK
1. SELFIA ASISKA
2. SRI MAYA SOVIA TANJUNG
3. AKMAL SAHUDI
4. MUHAMMAD HAMDAN
5. RADIT SAPUTRA

SMA NEGERI 1 BATAHAN


BATAHAN MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA
TAHUN AJARAN GENAP 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa atas segala berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Disintegritas
Bangsa” sebagai salah satu tugas di kelas XII IPS 1 ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengalami kesulitan. Dan kami mengaharapkan
ibu untuk senantiasa memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Dan kami berharap makalah ini dapat membantu nilai kami serta menambah wawasan
dan pengetahuan kami.

Batahan, Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki


masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang
plural.Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan
etnik, baik yang dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas,
agama, atau elemen premordial lain muncul di pentas politik sebagai prinsip
paling dominan dalam pengaturan negara dan bangsa, apalagi berkeinginan
merubah sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman
disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia.

Makalah ini berjudul “Disintegrasi Bangsa” ini berisikan tentang


pengertian, bahaya, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
disintegrasi. Dalam makalah ini penulis bertujuan untuk memberikan informasi
tentang disintegrasi.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi


bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994).
Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by
breaking into parts”.
Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan tidak
bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.

2.2 Bahaya Disintegrasi Bangsa

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki


keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat, 
serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang
membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus dipelihara. Keanekaragaman
tersebut juga mengandung potensi konflik yang jika tidak dikelola dengan baik dapat
mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang ingin
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan
dan perbedaan kepentingan yang dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.

Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari
banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi
pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik menjadi upaya memisahkan diri
dari NKRI.  

Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada didalam
masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya
mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang
bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara
tuntas maka akan menjadi problem yang berkepanjangan. 

Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang selama ini
demikian kukuh, kini mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas persamaan digerogoti oleh
ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak berimbang antara pusat dan daerah selama
ini.

Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar, merupakan


salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, di samping instabilitas yang diakibatkan oleh
para pelaku politik yang tidak lagi bersikap netral. Meskipun barangkali filosof politik klasik
Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam konteks masa kini, orientasinya tetap
bisa dijadikan sebagai acuan.

Paling tidak untuk melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa.


Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai daerah sudah
barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji sebagaimana
yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.
Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga menjamin
adanyan perubahan nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan langsung oleh warga terhadap
tuntutan dan keinginan mereka. Namun, bagaimanapun juga kita tetap mesti berupaya agar
tuntutan terhadap pemisahan dari kesatuan RI dapat diurungkan.
Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan kerendahan hati
untuk merenungkan kembali makna kesatuan dan persatuan, sekaligus menyikapi secara arif
dan bijak terhadap berbagai kasus dari tuntutan berbagai daerah, Aceh khususnya.
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan lain-
lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah pusat,
dimana segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk
permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya
memiliki kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat
Indonesia pada umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat,
terutama bila kita meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan
mempraktekkan kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya berawal
dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya, hukum dan hankam.
Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan dan sakit hati beberapa tokoh daerah,
tokoh masyarakat, tokoh partai dan tokoh agama yang merasa disepelekan dan tidak didengar
aspirasi politiknya. Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan gerakan radikal dan
gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.

Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan nasional


dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi yang tepat
sesuai dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah
ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan
dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro dan kontra yang
disebabkan dari sudut pandang mana yang digunakan. Reformasi sudah berjalan kurang lebih
10 tahun, apa yan telah didapat, bahkan rakyat kecil sudah mulai menilai bahwa kehidupan di
masa Orde Baru lebih baik bila dibandingkan dengan saat ini.

Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari sudut pandang harga
kebutuhan pokok sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya satu hal tersebut yang ada
dibenak mereka. Kemudian ada kelompok masyarakat yang selalu menuntut kebebasan, dan
oleh kelompok yang lain dikatakan sudah keblabasan.

2.3 Upaya Mencegah Disintegrasi Bangsa

Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah berkembang


sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat, segelintir elite
politik lokal maupun elite politik nasional dengan menggunakan beberapa issue global Issue
tersebut meliputi issu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan
hukum serta sistem keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan
global dan regional mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku sosial budaya
masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa pengaruh besar terhadap berbagai
aspek kehidupan termasuk pertahanan keamanan.

Dalam kaitan dengan politik pembangunan hukum maka Pancasila yang dimaksudkan
sebagai dasar pencapaian tujuan negara tersebut, melahirkan kaidah-kaidah penuntun, antara
lain:

Pertama, hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa baik secara
teritorial maupun ideologis. Hukum-hukum di Indonesia tidak boleh memuat isi yang
berpotensi menyebabkan terjadinya disintegrasi wilayah maupun idiologi.

Kedua, hukum harus bersamaan membangun demokrasi dan nomokrasi. Hukum di


Indonesia tidak dapat dibuat berdasar menang-menangan jumlah pendukung semata tetapi
juga harus mengalir dari filosofi Pancasila dan prosedur yang benar.

Ketiga, membangun keadilan sosial. Tidak dibenarkan munculnya hukum-hukum


yang mendorong atau membiarkan terjadinya jurang sosial-ekonomi karena eksploitasi oleh
yang kuat terhadap yang lemah tanpa perlindungan negara. Hukum harus mampu menjaga
agar yang lemah tidak dibiarkan menghadapi sendiri pihak yang kuat yang sudah pasti akan
selalu dimenangkan oleh yang kuat. Keempat, membangun toleransi beragama dan
berkeadaban.Hukum tidak boleh mengistimewakan atau mendiskrimasi kelompok tertentu
berdasar besar atau kecilnya pemelukan agama.Indonesia bukan negara agama (yang
mendasarkan pada satu agama tertentu) dan bukan negara sekuler (yang tak perduli atau
hampa spirit keagamaan). Hukum negara tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama,
tetapi negara harus memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanannya jika warganya
akan melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya sendiri

Kemudian timbul kembali pertanyaan apa itu reformasi? Yang jelas bangsa Indonesia
semua menginginkan kehidupan yang lebih baik melalui reformasi setelah hidup di era Orde
Baru. Dengan demikian bangsa ini sudah mendekati disintegrasi kalau tidak memiliki
pegangan. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini dalam upaya
untuk bangkit kembali, yaitu :

1. Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling
bawah, dalam rangka pemahaman dan penghayatan.

2. GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
membangun bangsa dan negara perlu dihidupkan kembali.

3. Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi cintoh rakyat,
jangan selalu berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan kelompok atau partai
politiknya.

4. Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan
dilaksanakan oleh bangsa ini yaitu budaya saling hormat menghormati.

5. TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang ditentukan
oleh DPR. Jangan ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur bangsa ini karena keselamatan
bangsa dan negara sudah terancam.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila ditinjau dari
kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa pluralitas, suku,
agama, ras dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal,
tidak bisa diterima begitu saja. Pendapat ini bisa benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu
benar untuk kasus yang lain. Namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam
masyarakat yang beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses sejarah atau
peninggalan penjajah masa lalu, sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan
yang arif namun tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya merupakan faktor
berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.

Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga kepemimpinan


daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik yang terjadi saat ini. Sedangkan
peredaman konflik memerlukan tingkat profesionalisme dari seluruh aparat hukum dan instansi
terkait secara terpadu dan tidak berpihak pada sebelah pihak.

Sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun apabila hal ini terus terjadi
dan tidak ada usaha dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan tersebut, bukan tidak
mungkin disintegrasi yang selama ini di khawatirkan akan terwujud. Pemerintah harus dapat
merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa,
yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.

3.2 Saran

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan


serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut
:

a)         Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar
didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural dapat dijadikan
ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan
dari setiap warga negara atas kemejemukan  dengan segala perbedaannya.

b)         Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi, dalam membuat
aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat
sebagai warga negara.

c)         Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan tatanan yang
berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota
TNI dan tata cara penyumpahan diatur dengan Undang-undang.

d)         Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi pernyataan bahwa setiap
warga negara Indonesia cinta damai, persatuan dan kesatuan dan rela berkorban untuk
mementingkan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.

e)         Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik atau lagu-lagu yang
mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi Bangsa Indonesia. Berdasarkan
pengalaman sejarah telah membuktikan betapa dahsyatnya sebuah lagu mempunyai pengaruh
terhadap para pejuang kemerdekaan dimasa lalu.

f)          Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang perbedaan umat manusia
dan kemajemukan budaya bangsa Indonesia dari tingkat sekolah yang terendah sampai yang
tertinggi secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.

g)         Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan memperkenalkan rasa


nasionalisme diatas segalanya bagi keutuhan NKRI, sehingga  dapat  memposisikan  diri 
dalam  keikutsertaan meredam konflik dan bukannya memperbesar melalui berita-berita yang
berdampak kebencian dan prasangka buruk bagi setiap warga negara.

h)        Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu mungkin dibuat
semacam deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan tekad memelihara keutuhan persatuan
dan kesatuan NKRI. Suatu deklarasi yang tepat akan dapat menjadi pemicu tumbuhnya rasa
nasionalisme.

i)          Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa nasionalisme sebangsa dan setanah air dalam
NKRI, harus dicari lagi terobosan lain yang dimana tugas dan fungsinya minimal sama dengan
BP-7 yang telah dibubarkan namun tidak bersifat doktriner karena berdasarkan hasil penelitian
didaerah, masyarakat masih menghendaki adanya semacam penataran atau yang sejenis
tentang  Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.

 
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2097591-contoh-makalah-upaya-mencegah-
disintegrasi/#ixzz1lfuwthMz

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=22&mnorutisi=5

http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/05/indonesia-dan-ancaman-disintegrasi/

Anda mungkin juga menyukai