Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEWARGANEGAAN

Disintegrasi Bangsa
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki


masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang
plural.Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan
etnik, baik yang dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas,
agama, atau elemen premordial lain muncul di pentas politik sebagai prinsip
paling dominan dalam pengaturan negara dan bangsa, apalagi berkeinginan
merubah sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman
disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia.

Makalah ini berjudul “Disintegrasi Bangsa” ini berisikan tentang


pengertian, bahaya, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
disintegrasi. Dalam makalah ini penulis bertujuan untuk memberikan informasi
tentang disintegrasi.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung , 7 Februari 2012

Penulis

2
BAB II
ANALISIS

2.1 Pengertian Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa


menjadi bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic
Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate, “to lose
unity or intergrity by or as if by breaking into parts”.
Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu
keadaan tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan
atau persatuan; perpecahan.

2.2 Bahaya Disintegrasi Bangsa

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki


keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan
adat istiadat,  serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus
dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang
jika tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan
kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan
perbedaan kepentingan yang dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi
bangsa.

Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat


dilihat dari banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila
tidak dicari solusi pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik

3
menjadi upaya memisahkan diri dari NKRI.  

Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang


ada didalam masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang
berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila
tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan
menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara tuntas maka
akan menjadi problem yang berkepanjangan. 

Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang


selama ini demikian kukuh, kini mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas
persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak
berimbang antara pusat dan daerah selama ini.

Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar,


merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, di samping
instabilitas yang diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap
netral. Meskipun barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang,
namun bila dlihat dalam konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan
sebagai acuan.

Paling tidak untuk melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa.


Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai
daerah sudah barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan
janji-janji sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.
Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga
menjamin adanyan perubahan nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan
langsung oleh warga terhadap tuntutan dan keinginan mereka. Namun,

4
bagaimanapun juga kita tetap mesti berupaya agar tuntutan terhadap
pemisahan dari kesatuan RI dapat diurungkan.
Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan
kerendahan hati untuk merenungkan kembali makna kesatuan dan persatuan,
sekaligus menyikapi secara arif dan bijak terhadap berbagai kasus dari
tuntutan berbagai daerah, Aceh khususnya.
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku,
agama dan lain-lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas
kebijaksanaan pemerintah pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum
dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama,
sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni
dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat,
terutama bila kita meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam
menerapkan dan mempraktekkan kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini
sesungguhnya berawal dari kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi,
sosial budaya, hukum dan hankam. Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui
kekecewaan dan sakit hati beberapa tokoh daerah, tokoh masyarakat, tokoh
partai dan tokoh agama yang merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi
politiknya. Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan gerakan radikal
dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.

Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan


kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus
ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional
bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah ancaman disintegrasi
bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan
5
dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan
peraturan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro


dan kontra yang disebabkan dari sudut pandang mana yang digunakan.
Reformasi sudah berjalan kurang lebih 10 tahun, apa yan telah didapat, bahkan
rakyat kecil sudah mulai menilai bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih
baik bila dibandingkan dengan saat ini.

Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari sudut


pandang harga kebutuhan pokok sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya
satu hal tersebut yang ada dibenak mereka. Kemudian ada kelompok
masyarakat yang selalu menuntut kebebasan, dan oleh kelompok yang lain
dikatakan sudah keblabasan.

2.3 Upaya Mencegah Disintegrasi Bangsa

Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah


berkembang sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian
masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun elite politik nasional dengan
menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi issu
demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta
sistem keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan
global dan regional mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku
sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa
pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan
keamanan.

Dalam kaitan dengan politik pembangunan hukum maka Pancasila yang

6
dimaksudkan sebagai dasar pencapaian tujuan negara tersebut, melahirkan
kaidah-kaidah penuntun, antara lain:

Pertama, hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi


bangsa baik secara teritorial maupun ideologis. Hukum-hukum di Indonesia
tidak boleh memuat isi yang berpotensi menyebabkan terjadinya disintegrasi
wilayah maupun idiologi.

Kedua, hukum harus bersamaan membangun demokrasi dan nomokrasi.


Hukum di Indonesia tidak dapat dibuat berdasar menang-menangan jumlah
pendukung semata tetapi juga harus mengalir dari filosofi Pancasila dan
prosedur yang benar.

Ketiga, membangun keadilan sosial. Tidak dibenarkan munculnya


hukum-hukum yang mendorong atau membiarkan terjadinya jurang sosial-
ekonomi karena eksploitasi oleh yang kuat terhadap yang lemah tanpa
perlindungan negara. Hukum harus mampu menjaga agar yang lemah tidak
dibiarkan menghadapi sendiri pihak yang kuat yang sudah pasti akan selalu
dimenangkan oleh yang kuat. Keempat, membangun toleransi beragama dan
berkeadaban.Hukum tidak boleh mengistimewakan atau mendiskrimasi
kelompok tertentu berdasar besar atau kecilnya pemelukan agama.Indonesia
bukan negara agama (yang mendasarkan pada satu agama tertentu) dan bukan
negara sekuler (yang tak perduli atau hampa spirit keagamaan). Hukum negara
tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama, tetapi negara harus
memfasilitasi, melindungi, dan menjamin keamanannya jika warganya akan
melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan kesadarannya sendiri

Kemudian timbul kembali pertanyaan apa itu reformasi? Yang jelas


bangsa Indonesia semua menginginkan kehidupan yang lebih baik melalui

7
reformasi setelah hidup di era Orde Baru. Dengan demikian bangsa ini sudah
mendekati disintegrasi kalau tidak memiliki pegangan. Ada beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini dalam upaya untuk bangkit
kembali, yaitu :

1. Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang


paling bawah, dalam rangka pemahaman dan penghayatan.

2. GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman


dalam membangun bangsa dan negara perlu dihidupkan kembali.

3. Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi
cintoh rakyat, jangan selalu berkelahi dan saling caci maki hanya untuk
kepentingan kelompok atau partai politiknya.

4. Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan
dilaksanakan oleh bangsa ini yaitu budaya saling hormat menghormati.

5. TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang
ditentukan oleh DPR. Jangan ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur
bangsa ini karena keselamatan bangsa dan negara sudah terancam.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan
terlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan
pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu
saja. Pendapat ini bisa benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk
kasus yang lain. Namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu
dalam masyarakat yang beraneka ragam yang terkadang terjadi akibat dari
suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu, sehingga
memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang arif namun tegas
walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya merupakan faktor
berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.

Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga


kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik
yang terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik memerlukan tingkat
profesionalisme dari seluruh aparat hukum dan instansi terkait secara terpadu
dan tidak berpihak pada sebelah pihak.

Sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun apabila hal ini
terus terjadi dan tidak ada usaha dari pemerintah untuk menyelesaikan
persoalan tersebut, bukan tidak mungkin disintegrasi yang selama ini di
khawatirkan akan terwujud. Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan
yang tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa, yang
mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.

9
3.2 Saran

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi


pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan
beberapa langkah sebagai berikut :

a)         Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan


terus menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme
yang berbasis multi kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola
setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan
dari setiap warga negara atas kemejemukan  dengan segala
perbedaannya.

b)         Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat


tertinggi, dalam membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat
memenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat sebagai warga
negara.

c)         Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua


aturan dan tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti
halnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan tata cara
penyumpahan diatur dengan Undang-undang.

d)         Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi


pernyataan bahwa setiap warga negara Indonesia cinta damai,
persatuan dan kesatuan dan rela berkorban untuk mementingkan
kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.

e)         Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya


musik atau lagu-lagu yang mengobarkan rasa cinta tanah air dan
bangga menjadi Bangsa Indonesia. Berdasarkan pengalaman sejarah

10
telah membuktikan betapa dahsyatnya sebuah lagu mempunyai
pengaruh terhadap para pejuang kemerdekaan dimasa lalu.

f)          Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang


perbedaan umat manusia dan kemajemukan budaya bangsa Indonesia
dari tingkat sekolah yang terendah sampai yang tertinggi secara
bertahap, bertingkat dan berlanjut.

g)         Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan


memperkenalkan rasa nasionalisme diatas segalanya bagi keutuhan
NKRI, sehingga  dapat  memposisikan  diri  dalam  keikutsertaan
meredam konflik dan bukannya memperbesar melalui berita-berita
yang berdampak kebencian dan prasangka buruk bagi setiap warga
negara.

h)        Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu


mungkin dibuat semacam deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan
tekad memelihara keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI. Suatu
deklarasi yang tepat akan dapat menjadi pemicu tumbuhnya rasa
nasionalisme.

i)          Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa nasionalisme sebangsa


dan setanah air dalam NKRI, harus dicari lagi terobosan lain yang
dimana tugas dan fungsinya minimal sama dengan BP-7 yang telah
dibubarkan namun tidak bersifat doktriner karena berdasarkan hasil
penelitian didaerah, masyarakat masih menghendaki adanya semacam
penataran atau yang sejenis tentang  Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2097591-contoh-makalah-upaya-mencegah-
disintegrasi/#ixzz1lfuwthMz

http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?vnomor=22&mnorutisi=5

http://sosbud.kompasiana.com/2010/08/05/indonesia-dan-ancaman-disintegrasi/

12

Anda mungkin juga menyukai