Nim : 210607500017
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kesatuan, negara dengan total jumlah penduduk nomor
empat terbanyak di dunia. Penduduk dengan berbagai macam latar belakang perbedaan suku,
agama, ras, budaya, bahasa, etnis, golongan dan lain sebagainya. Lantas, maka tak heran
tentunya jika hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya
konflik sosial dalam lingkungan masyarakat. Kondisi seperti ini dapat dilihat dengan
meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin
memisahkan diri dari (NKRI) akibat dari ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah,
perbedaan kepentingan dsb. Apabila kondisi seperti ini tidak segera dituntaskan dan ditangani
dengan baik, maka akhirnya nanti akan berdampak pada perpecahan (disintegrasi bangsa).
Seperti halnya yang pernah terjadi di Aceh ujung barat kepulauan Indonesia yang
dikenal dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yang kini hampir sudah tidak terdengar lagi
di telinga kita. Dulu kelompok ini benar-benar sangat membuat repot bangsa Indonesia,
seandainya GAM ini berhasil memisahkan diri dari Indonesia maka tidak ada lagi lagu “Dari
Sabang Sampai Merauke”, lagu pemersatu bangsa kita. Namun rakyat dan bangsa ini tidak
rela jika Aceh lepas dari pangkuan ibu pertiwi, maka dari itu dengan segala cara dan upaya
dilakukan bangsa ini untuk menghentikan gerakan ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
C. Metode Penulisan
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang menjadi
bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup kegiatan dan
konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, diperlukan
data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat dikembangkan
untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Geografi
Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak yang sangat
strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain itu juga memiliki berbagai
permasalahan yang sangat rawan terhadap timbulnya disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau
yang dihubungkan oleh laut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi
alamnya yang juga sangat berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial
yang disebabkan oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan
alamnya dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana sumber kehidupan
sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain atau tergantung dari daerah lain.
b. Demografi
Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, sempitnya lahan
pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya lapangan pekerjaan, telah mengakibatkan
semakin tingginya tingkat kemiskinankarena rendahnya tingkat pendapatan, ditambah lagi
mutu pendidikan yang masih rendah yang menyebabkan sulitnya kemampuan bersaing dan
mudah dipengaruhi oleh tokoh elit politik/intelektual untuk mendukung kepentingan pribadi
atau golongan.
c. Kekayaan Alam
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non hayati akan tetap
menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri, walaupun belum secara keseluruhan dapat
digali dan di kembangkan secara optimal namun potensi ini perlu didayagunakan dan
dipelihara sebaik-baiknya untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat dalam peran sertanya
secara berkeadilan guna mendukung kepentingan perekonomian nasional.
d. Ideologi
e. Politik
Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh bangsa
Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi partai, pemisahan
TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai saat ini masih menjadi
permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas karena berbagai masalah pokok
inilah yang paling rawan dengan konflik sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat
menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa.
f. Ekonomi
g. Sosial Budaya
Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan dapat
menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilai dan
budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang terjadi adalah konflik
tata nilai. Konflik tata nilai akan membesar bila masing-masing mempertahankan tata
nilainya sendiri tanpa memperhatikan yang lain.
Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat
multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring
dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi.
Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat
multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya.
a.Peristiwa PKI/Madiun
Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap
bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan
kembali kekuasaannya di Indonesia. Pemimpin pemberontakan ini di antaranya adalah Amir
Syarifuddin dan Musso. Amir Syarifudin adalah mantan Perdana Menteri dan
menandatangani Perjanjian Renville. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian
membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948 dan melakukan
pemberontakan di Madiun. Sedangkan Musso adalah Tokoh PKI yang pernah gagal
melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926. Setelah
gagal ia melarikan diri ke luar negeri. Selanjutnya ia pulang ke Indonesia bergabung dengan
Amir Syarifuddin untuk mengadakan propaganda- propaganda anti pemerintah di bawah
pimpinan Sukarno-Hatta.
Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat),
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia.
Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam
Indonesia (TII). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat ditinggal oleh pasukan Siliwangi
yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam
Perundingan Renville.
Usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni :
Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk
menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan
operasi “Pagar Betis” dan operasi “Bratayudha.” Pada tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo
beserta para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
“Bratayudha” di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian SM. Kartosuwiryo
oleh Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/ TII di
Jawa Barat dapat dipadamkan.
c. Pemberontakan APRA
Pada saat pertama pemerintah RIS yang mana Drs. Moh Hatta jadi Perdana Menteri
tak sedikit kesulitan yang dihadapi oleh Pemerintah. Baik rongrongan dari luar, maupun dari
dalam tubuh sendiri. Pembentukan APRIS ternyata menimbulkan ketegangan-ketegangan
yang mengakibatkan terjadinya serentetan pertumpahan darah Diantara kalangan TNI sendiri
ada tantangan dan keengganan untuk bekerjasama dengan bekas anggota tentara Belanda,
dengan KNIL, KL, KM dan sebagainya yang dilebur kedalam APRIS. Sebaliknya dipihak
KNIL ada tuntutan agar bekas kesatuannya ditetapkan sebagai alat dari Negara Bagian. Juga
tantangan dari eks serdadu KNIL yang merasa was-was akan nasib mereka jika dilebur dalam
tubuh APRIS bersama dengan TNI. Mereka takut kehilangan kedudukannya kalau Belanda
pergi dari Indonesia.
d. Pemberontakan G 30 S/PKI
PKI menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji akan
menaikkan gaji dan upah buruh, pembagian tanah dengan adil, dan sebagainya.
PKI juga mencari pendukung dari berbagai kalangan mulai dari para petani, buruh
kecil, pegawai rendahan baik sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru,
mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI.
Pengaruh PKI yang besar dalam bidang politik sehingga memengaruhi terhadap
kebijakan pemerintah. Misalnya, semua organisasi yang anti komunis dituduh sebagai
anti pemerintah. Manifesto Kebudayaan (Manikebu), sebagai organisasi para seniman
dibubarkan pemerintah pada bulan Mei 1964. Kebijakan politik luar negeri RI pada
waktu itu lebih condong ke Blok Timur yakni dengan terbentuknya Poros Jakarta-
Peking. Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari tanggal 30
September 1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, yakni terjadinya penculikan dan
pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan oleh
sekelompok militer yang menamakan dirinya sebagai Gerakan 30 September. Aksi ini
di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon I Cakrabirawa.
D. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa
Untuk itu perlu kiranya penegakan yang jelas atas alat pemersatu bangsa. Salah
satunya adalah penegakkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai norma-norma yang luhur
dalam setiap aspek kehidupan seperti halnya yang telah dijaga oleh nenek moyang bangsa
Indonesia sejak dulu. Pancasila bukan hanya sebuah bentuk filosofis bangsa Indonesia yang
dikristalisasikan sebagai ideology Negara, tetapi Pancasila adalah tatanan hidup yang luhur
dan merupakan cita- cita yang ingin diwujudkan oleh para pendiri bangsa kita.
3. Persatuan Indonesia
Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
B. SARAN
a. Penyelesaian konflik yang bernuansa separatisme bersenjata harus diselesaikan
dengan pendekatan militer terbatas dan profesional guna menghindari korban
dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial budaya
serta keadilan yang bersandar pada penegakan hukum.
b. Penyelesaian konflik yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatanhukum
dan HAM.
c. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat
Indonesia dan menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal
kompromi.
d. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Amirul Isnaini, Mayor Jendral TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/gumilar.r09/publication/artikel-
disintegrasibangsapointers.pdf
https://indomaritim.id/pancasila-sebagai-alat-pemersatu-bangsa/
http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/0010-121500000011757/swf/
416/files/basic-html/page1.html
https://www.academia.edu/30049602/Disentegrasi_Bangsa