Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH DISINTEGRASI BANGSA

MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Dosen pengampu : Dr. Muhammad Akbal M.Hum

Nama : Abdurrahman Khaidir

Nim : 210607500017

Kelas : A - Ilmu administrasi bisnis

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan, negara dengan total jumlah penduduk nomor
empat terbanyak di dunia. Penduduk dengan berbagai macam latar belakang perbedaan suku,
agama, ras, budaya, bahasa, etnis, golongan dan lain sebagainya. Lantas, maka tak heran
tentunya jika hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya
konflik sosial dalam lingkungan masyarakat. Kondisi seperti ini dapat dilihat dengan
meningkatnya konflik yang bernuansa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin
memisahkan diri dari (NKRI) akibat dari ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah,
perbedaan kepentingan dsb. Apabila kondisi seperti ini tidak segera dituntaskan dan ditangani
dengan baik, maka akhirnya nanti akan berdampak pada perpecahan (disintegrasi bangsa).

Seperti halnya yang pernah terjadi di Aceh ujung barat kepulauan Indonesia yang
dikenal dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yang kini hampir sudah tidak terdengar lagi
di telinga kita. Dulu kelompok ini benar-benar sangat membuat repot bangsa Indonesia,
seandainya GAM ini berhasil memisahkan diri dari Indonesia maka tidak ada lagi lagu “Dari
Sabang Sampai Merauke”, lagu pemersatu bangsa kita. Namun rakyat dan bangsa ini tidak
rela jika Aceh lepas dari pangkuan ibu pertiwi, maka dari itu dengan segala cara dan upaya
dilakukan bangsa ini untuk menghentikan gerakan ini.

Perlunya ditegakkan kembali nilai-nilai Pancasila tidak bisa ditunda-tunda lagi,


bangsa ini sudah krisis dalam segala aspek kehidupan khususnya krisis moral dan rasa
nasionalisme. Nilai- nilai Pancasila harus dihidupkan kembali dalam setiap aspek kehidupan,
bukan hanya terkristalisasi sebagi ideologi Negara saja. Oleh karna itu, persatuan dan
kesatuan bangsa tentu harus senantiasa dijaga dalam upaya mengatasi masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Disintegrasi Bangsa?


2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Disintegrasi Bangsa?
3. Apa sajakah contoh kasus ancaman Disintegrasi Bangsa yang pernah terjadi di
Indonesia?
4. Bagaimanakah arti penting nilai-nila Pancasila dalam kaitannya sebagai alat
pemersatu bangsa?

C. Metode Penulisan

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan


penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data melalui
internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi, media elektronik, dan
beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang menjadi
bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup kegiatan dan
konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan

2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, diperlukan
data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat dikembangkan
untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi


bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1996). Indikasi
lain dari potensi ini adalah usia bangsa (age of nation) yang relatif muda (53 tahun). Bangsa
biasanya didefinisikan secara harfiah sebagai “a community of people composed of one or
more nationalities with its own territory and government (Webster’s New Encyclopedic
Dictionary 1996). Dalam diskursus sosiologis konsep bangsa ini mendapat perhatian penting
pada gejala nation state (Giddens 1995). Jarry dan Jarry (1997) mengatakan bahwa negara
bangsa tidak lain adalah bentuk modern dari negara. Ia mempunyai batas wilayah yang jelas.
Dalam hal ini batas negara dan masyarakat cenderung bersifat koekstensif. Maksudnya,
wilayah yang diklaim suatu negara bertalian erat dengan pembagian budaya, ethnik dan
linguistik. Fenomena bangsa (nation) adalah relatif baru dalam peradaban manusia. Dari
ratusan bangsa yang kini ada, hanya 45 yang mengklaim telah ada sebelum abad 20. Sekitar
120 bangsa mengklaim mereka muncul kurang lebih 90 tahun silam. Dan 90 bangsa lainnya
baru lahir pada 45 tahun terakhir ini. Diyakini secara meluas, bahwa aspek usia bangsa ini
mempunyai pengaruh pada tingkat integrasi suatu bangsa.

B. Faktor Faktor Penyebab Disintegrasi Bangsa

a. Geografi

Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak yang sangat
strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain itu juga memiliki berbagai
permasalahan yang sangat rawan terhadap timbulnya disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau
yang dihubungkan oleh laut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi
alamnya yang juga sangat berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial
yang disebabkan oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan
alamnya dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana sumber kehidupan
sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain atau tergantung dari daerah lain.
b. Demografi

Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, sempitnya lahan
pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya lapangan pekerjaan, telah mengakibatkan
semakin tingginya tingkat kemiskinankarena rendahnya tingkat pendapatan, ditambah lagi
mutu pendidikan yang masih rendah yang menyebabkan sulitnya kemampuan bersaing dan
mudah dipengaruhi oleh tokoh elit politik/intelektual untuk mendukung kepentingan pribadi
atau golongan.

c. Kekayaan Alam

Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non hayati akan tetap
menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri, walaupun belum secara keseluruhan dapat
digali dan di kembangkan secara optimal namun potensi ini perlu didayagunakan dan
dipelihara sebaik-baiknya untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat dalam peran sertanya
secara berkeadilan guna mendukung kepentingan perekonomian nasional.

d. Ideologi

Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam penghayatan dan


pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila, bahkan
saat ini sering diperdebatkan. Ideologi pancasila cenderung tergugah dengan adanya
kelompok kelompok tertentu yang mengedepankan faham liberal atau kebebasan tanpa batas,
demikian pula faham keagamaan yang bersifat ekstrim baik kiri maupun kanan.

e. Politik

Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh bangsa
Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi partai, pemisahan
TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai saat ini masih menjadi
permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas karena berbagai masalah pokok
inilah yang paling rawan dengan konflik sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat
menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa.
f. Ekonomi

Sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang dapat


pemberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta bentuk-bentuk kemitraan
dan kesejajaran yang diiringi dengan pemberantasan terhadap KKN. Hal ini dihadapkan
dengan krisis moneter yang berkepanjangan, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan
meningkatnya tingkat pengangguran serta terbatasnya lahan mata pencaharian yang layak.

g. Sosial Budaya

Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan dapat
menimbulkan konflik etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilai dan
budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang terjadi adalah konflik
tata nilai. Konflik tata nilai akan membesar bila masing-masing mempertahankan tata
nilainya sendiri tanpa memperhatikan yang lain.

h. Pertahanan dan Keamanan

Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat
multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring
dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi dan komunikasi.
Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat
multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya.

C. Contoh Kasus Ancaman Disintegrasi Bangsa Yang Pernah Terjadi di Indonesia

a.Peristiwa PKI/Madiun

Pemberontakan ini terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap
bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan
kembali kekuasaannya di Indonesia. Pemimpin pemberontakan ini di antaranya adalah Amir
Syarifuddin dan Musso. Amir Syarifudin adalah mantan Perdana Menteri dan
menandatangani Perjanjian Renville. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian
membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948 dan melakukan
pemberontakan di Madiun. Sedangkan Musso adalah Tokoh PKI yang pernah gagal
melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926. Setelah
gagal ia melarikan diri ke luar negeri. Selanjutnya ia pulang ke Indonesia bergabung dengan
Amir Syarifuddin untuk mengadakan propaganda- propaganda anti pemerintah di bawah
pimpinan Sukarno-Hatta.

b. Pemberontakan DI / TII di Jawa Barat

Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat),
Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia.
Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam
Indonesia (TII). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat ditinggal oleh pasukan Siliwangi
yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam
Perundingan Renville.

Usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni :

 Medannya berupa daerah pegunungan-pegunungan sehingga sangat mendukung


pasukan DI/TII untuk bergerilya.
 Pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat.
 DI /TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain pemilik- pemilik
perkebunan dan para pendukung negara Pasundan.
 Suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah
mempersulit usaha-usaha pemulihan keamanan.

Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk
menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan
operasi “Pagar Betis” dan operasi “Bratayudha.” Pada tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo
beserta para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
“Bratayudha” di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian SM. Kartosuwiryo
oleh Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/ TII di
Jawa Barat dapat dipadamkan.

c. Pemberontakan APRA

Pada saat pertama pemerintah RIS yang mana Drs. Moh Hatta jadi Perdana Menteri
tak sedikit kesulitan yang dihadapi oleh Pemerintah. Baik rongrongan dari luar, maupun dari
dalam tubuh sendiri. Pembentukan APRIS ternyata menimbulkan ketegangan-ketegangan
yang mengakibatkan terjadinya serentetan pertumpahan darah Diantara kalangan TNI sendiri
ada tantangan dan keengganan untuk bekerjasama dengan bekas anggota tentara Belanda,
dengan KNIL, KL, KM dan sebagainya yang dilebur kedalam APRIS. Sebaliknya dipihak
KNIL ada tuntutan agar bekas kesatuannya ditetapkan sebagai alat dari Negara Bagian. Juga
tantangan dari eks serdadu KNIL yang merasa was-was akan nasib mereka jika dilebur dalam
tubuh APRIS bersama dengan TNI. Mereka takut kehilangan kedudukannya kalau Belanda
pergi dari Indonesia.

d. Pemberontakan G 30 S/PKI

Tantangan yang dihadapi NKRI ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan dan


munculnya krisis ekonomi nasional merupakan peluang paham komunis untuk berkembang.
Prinsip Nasakom yang dilaksanakan pada waktu itu memberi kesempatan kepada PKI dan
organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Melihat kondisi ekonomi yang
memprihatinkan serta kondisi sosial politik yang penuh dengan gejolak pada awal tahun
1960-an maka PKI berusaha menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan. Sebelum
melakukan pemberontakan, PKI melakukan berbagai cara agar mendapat dukungan yang luas
di antaranya sebagai berikut :

 PKI menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji akan
menaikkan gaji dan upah buruh, pembagian tanah dengan adil, dan sebagainya.
 PKI juga mencari pendukung dari berbagai kalangan mulai dari para petani, buruh
kecil, pegawai rendahan baik sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru,
mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI.
 Pengaruh PKI yang besar dalam bidang politik sehingga memengaruhi terhadap
kebijakan pemerintah. Misalnya, semua organisasi yang anti komunis dituduh sebagai
anti pemerintah. Manifesto Kebudayaan (Manikebu), sebagai organisasi para seniman
dibubarkan pemerintah pada bulan Mei 1964. Kebijakan politik luar negeri RI pada
waktu itu lebih condong ke Blok Timur yakni dengan terbentuknya Poros Jakarta-
Peking. Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari tanggal 30
September 1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, yakni terjadinya penculikan dan
pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan oleh
sekelompok militer yang menamakan dirinya sebagai Gerakan 30 September. Aksi ini
di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon I Cakrabirawa.
D. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Alat Pemersatu Bangsa

Di saat menipisnya nilai-nilai nasionalisme pada diri manusia Indonesia, berbagai


hasutan dan isu-isu baik politik, ekonomi, pendidikan, agama dan sosial budaya dapat
memicu timbulnya berbagai konflik di daerah-daerah Indonesia, hal inilah yang merupakan
akar dari timbulnya disintegrasi. Keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) serta buruknya
moral manusia Indonesia menyebabkan manusia Indonesia mudah dihasut dan dipofokatori
yang tidak baik oleh bangsa lain. Bangsa Indonesia mudah diadu domba dan mempunyai sifat
yang tidak stabil bila sudah terpengaruh oleh uang. Dengan uang manusia Indonesia mudah
diubah dari yang berperangai baik menjadi tidak baik, bahkan ikatan persaudaraan bisa
menjadi permusuhan.

Untuk itu perlu kiranya penegakan yang jelas atas alat pemersatu bangsa. Salah
satunya adalah penegakkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai norma-norma yang luhur
dalam setiap aspek kehidupan seperti halnya yang telah dijaga oleh nenek moyang bangsa
Indonesia sejak dulu. Pancasila bukan hanya sebuah bentuk filosofis bangsa Indonesia yang
dikristalisasikan sebagai ideology Negara, tetapi Pancasila adalah tatanan hidup yang luhur
dan merupakan cita- cita yang ingin diwujudkan oleh para pendiri bangsa kita.

Berikut ini Butir-Butir Pengamalan Pancasila :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

 Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaanya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang


Maha Esa.
 Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
 Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama anatra pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

 Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya


sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
 Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

3. Persatuan Indonesia

 Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
 Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
 Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

 Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
 Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
 Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

 Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan.
 Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat


akumulasi permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih
sehingga perlu penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan
aspek hukum, keadilan, sosial budaya.
b. Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah
di Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental
dibidang SARA.
c. Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu diantisipasi
dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan sosialisasi.
d. Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang
dapat menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.

B. SARAN
a. Penyelesaian konflik yang bernuansa separatisme bersenjata harus diselesaikan
dengan pendekatan militer terbatas dan profesional guna menghindari korban
dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial budaya
serta keadilan yang bersandar pada penegakan hukum.
b. Penyelesaian konflik yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatanhukum
dan HAM.
c. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa
persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat
Indonesia dan menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal
kompromi.
d. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Amirul Isnaini, Mayor Jendral TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah Untuk
Memisahkan Diri Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/gumilar.r09/publication/artikel-
disintegrasibangsapointers.pdf
https://indomaritim.id/pancasila-sebagai-alat-pemersatu-bangsa/
http://lib.lemhannas.go.id/public/media/catalog/0010-121500000011757/swf/
416/files/basic-html/page1.html
https://www.academia.edu/30049602/Disentegrasi_Bangsa

Anda mungkin juga menyukai