Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI INDONESIA MENGGUNAKAN INTEGRITAS NASIONAL

DALAM MENGHADAPI ANCAMAN DAN TANTANGAN


KEBERAGAMAN BHINEKA TUNGGAL IKA

Nama : Bagus Tito Dwi Saputra


NPM : 2057051018
Email : bagus.titodwi2018@students.unila.ac.id

Abstract :
Title in Indonesian or English, formulated with clear and concise, no more than 40 characters,
written in Arial font, size 14, bold, 1 spacing, center margin, uppercase and less than 12 words.
Topics raised or a research dissertation. Name the author of all without a title, written with Arial
font, size 12 pts, bold, center margin. The name of the second row in the order agency authors,
written with Arial font, size 10, center margin. Author email address in the third row. If there is a
second and subsequent writers, writing together with the identity of the first author. Abstract
manuscript written in English and Indonesia, Arial font, size 10, 1 space. Maximum length of
abstract is 250 words. Type the entire abstract as single paragraph. The contents are objective
research, method, population, sample, instrumen and result. For abstract in English is written in
italic. Keywords written in Arial font, size 10 pts, below the abstract text.

PENELITIAN :
Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar dan kaya akan keberagaman. Indonesia
mempunyai wilayah daratan seluas 1,9 juta kilometer persegi yang di bagi menjadi 34 provinsi.
Sebagian besar mta pencaharian penduduk Indonesia didominasi sektor agraris. Hal itu tentunya
terjadi karena didukung oleh iklim wilayah Indonesia yang tropis yang sangat cocok untuk
tumbuhnya berbagai macam produk pertanian. Indonesia juga disebut sebagai negara maritim
karena wilayah Indonesia sebagian besar didominasi lautan. Luas wilayah dan kekayaan itulah
patut disyukuri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Sensus penduduk terbaru yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik(BPS) ditahun 2020
menyebutkan bahwa total pendudk Indonesia berjumlah kurang lebih 271 juta orang. Penduduk
yang sedemikian banyaknya itu dibagi menjadi berbagai macam suku, ras, dan agama yang
tersebar di penjuru wilayah Indonesia.

Sebagai negara yang multikultur, keberagaman di Indonesia harus benar benarl dijaga dan
diharapkan tetap eksis dalam persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara. Keberagaman
masyarakat Indonesia tanpak jelas, antara lain mulai dari perbedaan suku, ras, dan agama. Negara
yang demikian itu memiliki peluang besar akan terjadinya perpecahan dalam masyarakat. Hal
tersebut mejadi tanggung jawab serta tantangan bagi masyarakat khususnya pemerintah dalam
usaha untuk mencegah akan terjadinya perpecahan.

Kebergamana multikultur di Indonesia itu diwujudkan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Semboyan itu memiliki peranan yang vital terkai keberagaman di Indonesia karena merupakan
dasar setiap warga negara Indonesia untuk dapat bersatu. Namun, dibalik itu semua , keberadaan
Bhineka Tunggal Ika juga bisa terancam. Kymlicka memiliki pandangan bahwa “akan sulit berada
pada masyarakat yang dilandasi dengan keberagaman yang luas untuk tetap dalam persatuan.
Kecuali jika masyarakat tetap menghargai perbedaan dan ingin hidup di sebuah negeri dengan
beragam bentuk keanggotan budaya dan politik”.

Terkait dengan permasalahan tersebut, jawaban untuk penyatuan keberagaman bangsa Indonesia
adalah Integrasi Nasional. Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggrisnya adalah “national
integration”. "Integration" berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Kata ini berasal dari bahasa
latin integer, yang berarti utuh atau menyeluruh. Berdasarkan arti etimologisnya itu, integrasi dapat
diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.

Integrasi nasional yang berhasil akan membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa besar yang
harmonis dan terhindar dari berbagai ancaman terhadap Bhineka Tunggal Ika. Ditinjau dari
keragaman etnik dan ikatan primordial inilah pembangunan integrasi bangsa menjadi semakin
penting. Setiap penciptaan negara yang berdaulat dan kuat juga akan semakin membangkitkan
sentimen primordial yang dapat berbentuk gerakan separatis, rasialis atau gerakan keagamaan.

METODE PENELITIAN :
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang memiliki sifat umum mampu

berubah-ubah atau berkembang sesuai dengan situasi. Sajiannya dilakukan secara deskriptif

dengan menarasikan hasil data kajian, bukan dengan angka-angka. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kepustakaan atau disebut library research dengan mengumpulkan literature yang

sejalan dengan penelitian yang dilakukan juga dengan dokumen-dokumen terkait. Dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dalam bingkai

Bhinneka Tunggal Ika. Kemudian menjelaskan mengenai macam-macam dokumen atau sumber

literatur diantaranya adalah, jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku yang

relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah yang belum dipublikasi, narasumber, suart-surat
keputusan dan sebagainya yang sesuai dengan keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan

dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Sumber data primer diambil dari literature yang berkaitan

dengan penelitian ini, seperti penelitian terdahulu, buku-buku referensi dan literatur lainnya.

Sedangkan sumber data primer diambil dari dokumen-dokumen yang dapat memperkuat data yang

diperoleh.

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN :


Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, terdapat ribuan pulau didalamnya juga memilki banyak sekali
keberagaman mulai dari ras, agama,suku dan budaya. Menjadi tantangan tersendiri bagi
Pemerintah Indonesia yang memiliki banyak keberagaman karena adanya perasaan kedaerahan
dan kesukuan yang tumbuh secara berlebihan akan dapat mengancam keutuhan Bangsa dan
Negara Kesatuhan Republik Indonesia. Oleh karena itu Pemerintah harus mampu berusaha
menyatukan perbedaan tersebut tanpa menghapus salah satu darinya.

Pengembangan Integrasi
Menurut Howard Wriggins dalam Muhaimin & Collin MaxAndrews (1995), ada lima
pendekatan yang bisa digunakan pemimpin bangsa dalam mengembangkan integrasi nasional.
Kelima pendekatan integrasi suatu negara adalah :1) Ancaman dari luar, 2) Gaya politik
kepemimpinan, 3) Kekuatan lembaga politik, 4) Ideologi Nasional, dan 5) Pembangunan
ekonomi.
1. Ancaman dari Luar

Ancaman yang berasal dari luar suatu wilayah dapat meningkatkan terjadinya integrasi.
Pertentangan, konfik, atau perang saudara di suatu wilayah dapat mereda atau bahkan
menghilang dengan adanya ancaman dari pihak luar.
Hal itu itu bisa terjadi karena orang-orang yang tadinya berseteru itu menggap pihak luar sebagai
ancaman besar yang bisa merusak wilayahnya. Contoh dari peristiwa itu sendiri terjadi ketika
penjajah Belanda dating ke Nusantara. Kerajaan-kerajaan di Nusantara yang tadinya saling
berseteru, akhirnya bersatu untuk melawan penjajah asing di wilayah Nusantara.
2. Gaya Politik Kepemimpinan

Gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan atau mengintegrasikan masyarakat bangsa
tersebut. Pemimpin yang karismatik, dicintai rakyatnya dan memiliki jasa-jasa besar umumnya
mampu
menyatukan bangsanya yang sebelumya tercerai berai. Misal Nelson Mandela dari Afrika
Selatan.
3. Kekuatan Lembaga Politik

Lemabaga politik atau birokrasi yang ada di suatu wilayah juga berpengaruh terhadap integrasi
nasional. Birokrasi yang baik dan menyamaratakan pelayanan tanpa membeda-bedakan dapat
memeperkuat adanya integrasi nasional.
4. Ideologi Nasional

Ideologi merupakan seperangkat nilai-nilai yang diterima dan disepakati. Suatu masyarakat yang
menerima adanya suatu ideologi dapat memungkinkan terjadi integrasi. Hal itu bisa dilihat dari
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang sukses menyatukan keberagaman.
5. Pembangunan Ekonomi

Pemabangunan ekonomi yang adil dan merata dapat menjadi penguat integrasi nasional.
Keadilan pembangunan itu menyebabkan masyarakat yang berbeda-beda dpaat bersatu sebagai
suatu kesatuan. Namun, jika sebaliknya, pembangunan yang timpang kaan meningkatkan terjadi
disintegrasi nasional yang menyebabkan terjadinya perpecahan.

Tantangan dalam Integrasi


Dalam suatu bangsa, tentunya pengembangan integrasi yang dilakukan tidak selamanya berjalan
mulus. Banyak kendala yang bisa dihadapi Indonesia dalam membangun integrasi nasional.
Tantangan yang dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal.
Dalam kaitannya dengan tantangan dimensi horizontal, tantangan bisa terjadi karena adanya
perbedaan yang bersifat setara, yakni perbedaan dalam suku, agama, ras, dan geografi. Persoalan
yang sering dihadapi terkait dengan tantangan horizontal umumnya berkaitan dengan adanya
Primordialisme dan Etnosentrisme yang masih mengakar kuat dalam masyarakat. Hal itu makin
kuat terjadi di negara yang berkembang seperti Indonesia. Selain isu SARA, persoalan yang
paling menonjol di Indonesia adalah pemabangunan ketimpangan dan tidak meratanya
pembangunan ekonomi di wilayah Indonesia. Ketidakadilan itu meningkatkan terjadinya
perpecahan atau disintegrasi karena rasa kecemburuan.
Dalam kaitannya dengan tantangan dimensi vertikal, tantangan terjadi berkaitan dengan siap
tidaknya para pemimpin dalam menjalin hubungan yang baik dengan masyarakatnya. Pemimpin
harus mau mendengar keluhan rakyat, mau turun kebawah, dan dekat dengan kelompok-
kelompok yang merasa dipinggirkan. Namun, di era sekarang, seringkali pemimpin tidak mau
turun langsung dengan masyarakat dan janrang mendengarkan keluahan rakyat.

Strategi yang Sebaiknya Dilakukan di Indonesja dalam Menangkal Ancaman Pada


Bhineka Tunggal Ika
Sebagai bangsa yang beragama, Indonesia seharusnya dapat melakukan kebijakan-kebijakan
yang berguna untuk menguatkan identitas semboyan nasional, yakni Bhineka Tunggal Ika.
Strategi yang bisa ditempuh, antara lain, membangun fasilitas, memperkokoh lembaga politik,
membuat organisasi untuk bersama, menciptakan ketergantungan ekonomi antarkelompok,
mewujudkan kepemimpinan yang kuat, dan menguatkan identitas nasional.
1. Membangun Fasilitas

Startegi pertama yang bisa dilakukan Indonsia dalam mewujudkan integrasi nasional adalah
pembangunan fasilitas. Pembangunan fasilitas yang merata di penjuru Indonesia dapat
meningkatkan rasa kesatuan antarmasyarakat karena perlakuan yang dirasa adil.
2. Memperkokoh :Lembaga Politik

Lembaga politik terkait dengan pemerintahan di Indonesia atau bisa disebut sebagai birokrasi.
Birokrasi yang melakukan pelayanan dengan baik dan adil dalam pelayanannya tentu akan
membuat masyarakat puas yang akhirnya dapat memperkuat adanya intergrasi nasional.
3. Membuat Organisasi untuk Bersama

Pembuatan organisasi bersama juga dapat menciptkan adanya kesatuan dan persatuan. Dengan
adanya organisasi, anggotanya yang bersala dari berbagai latar belakang yang berbeda tentu akan
menciptakan keharmonisan dan integrasi dalam organisasi.
4. Menciptakan Ketergantungan Ekonomi Antarkelompok

Pemerintah Indonesia harusnya menciptakan ketergantungan ekonomi antarkelompok


masyarakat. Dengan adanya ketergantungan tersebut, rasa saling membutuhkan akan tercipta dan
akhirnya dapat menguatkan persatua serta integrasi di Indonesia.
5. Mewujudkan Kepemimpinan yang Kuat

Pemimpin yang mempimpin Indonesia haruslah memliki kepemimpinan yang kuat dan
kharismatik. Kedua hal itu tentu saja dapat memperkuat dan menyatukan berbagai macam
kebergaman yang ada sehingga tercipta integrasi antarmasyarakat.
6. Menguatkan Identitas Nasional

Kita bisa mengetahui bahwa bangsa Indonesia memiliki keberagaman yang sangat kaya.
Kebergaman itu tentunya harus ada yang mempersatukan. Hal yang bisa mempersatukan
keberagaman itu disebut Identitas Nasional. Adanya Identitas Nasional diperlukan sebagai wujud
dari usaha mempersatukan keberagaman serta pencegahan terjadinya perpecahan dan konflik.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia sebagai wujud konkret dari hasil perjuangan
bangsa adalah:
a. Dasar falsafah dan ideologi negara, yaitu Pancasila.
b. Bahasa nasional atau bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
c. Lagu kebangsaan, yaitu Indonesia Raya
d. Lambang negara, yaitu Garuda Pancasila
e. Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
f. Bendera negara, yaitu Sang Merah Putih.
g. Hukum dasar negara (konstitusi), yaitu UUD 1945.
h. Kebudayaan nasional

KESIMPULAN :

Keberagaman yang dimiliki Bangsa Indonesia merupakan realitas yang harus dijaga eksistensinya

dalam persatuan dan kesatuan bangsa. Negara Indonesia menjadi salah satu negara yang

multikultur, keberagaman masyarakat Indonesia tanpak jelas, antara lain mulai dari perbedaan

suku, ras, agama. Negara yang demikian itu memiliki peluang besar akan terjadinya perpecahan

dalam masyarakat. Oleh karena itu hal tersebut menjadi tantangan besar bagi pemerintah

bagaimana strategi yang di rancang agar tidak terjadi perpecahan kelompok. Pada dasarnya setiap

kelompok memiliki keunggulan dan kekurangan masing- masing, namun dalam ini tidak

sepatutnya jika saling menyerang satu sama lain, mengingat bahwa banyaknya perbedaan tersebut,

semua bisa disamakan dengan kata lain sama- sama di kewarganegaraan yang sama, yaitu Negara

Republik Indonesia.Untuk menyadari hal tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran yang

sangat penting dalam mengintegrasi. Pembentukan dan penanaman merupakan bentuk ekspansi

multikulturalisme mutlak dalam suatu kehidupan masyarakat. Jika hal tersebut tidak ditanamkan

dalam suatu masyarakat, agar rasa percaya diri lebih meningkat sehingga tidak membawa pada

perpecahan dan konflik. Sebagai bangsa yang multikultural, Indonesia harus mengembangkan
wawasan multikultural tersebut dalam semua konstelasi kehidupan yang bernafaskan nilai-nilai

kebhinekaan salah satunya harus diawali keyakinan bahwa dengan bersatu akan membentuk

kekuatan yang lebih besar dalam membangun masyarakat multikultural Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA :
1. Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, 2016, Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Cet.
Pertama
2. Direktorat Jenderal Pembelajaran Dan kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi, 2016, Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Pancasila, Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran Dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Cet. Pertama
3. Lestari, Gina, 2015, Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah Kehidupan
Sara, Yogyakarta: Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada, Jurnal Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Th. 28. Nomor 1
4. Hurri, Ibnu & Munajat, Asep, 2016 Pendidikan S Kewarganegaraan Panduan Untuk Mahasiswa, Pendidik
dan Masyarakat Secara Umum, Jakarta: CV. Nurani
5. Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung: Penerbit Alfabeta Cet.19

Anda mungkin juga menyukai