PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengaruh pendidikan multikulturalisme terhadap
kehidupan di Indonesia?
C.
Tujuan
Manfaat
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pengertian Multikulturalisme
B.
MULTIKULTURALISME DI INDONESIA
Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras,
agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap
perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Kondisi yang demikian
memungkinkan terjadinya benturan antar budaya, antar ras, etnik, agama
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kasus Ambon, Sampit, konflik
antara FPI dan kelompok Achmadiyah, dan sebagainya telah menyadarkan
kepada kita bahwa kalau hal ini terus dibiarkan maka sangat memungkinkan
untuk terciptanya disintegrasi bangsa.
Jika kita cermati kronologi kejadian tersebut, sebetulnya adalah masalah
masalah yang kerap terjadi disekitar kita. Hal yang membedakan hanyalah
paradigma berfikir masyarakat disetiap daerah. Di bebrapa daerah, sengketa
lahan dapat diselesaikan melalui meja hijau secara dewasa. Namun,
dibeberapa daerah lain, diakibatkan tingkat kesenjangan sosial yang tinggi
(sebagai contoh Papua) serta tingkat pendidikan masyarakatnya yang
rendah, sengketa lahan diselesaikan dengan aksi aksi yang ekstrem
bahkan berujung pada konflik berdarah. Perbedaan yang penyelesaian
masalah yang berbeda di setiap daerah yang sangat menonjol ini, sangat
dipengaruhi faktor faktor tertentu, diantaranya adalah geografis, sikap
toleransi (kesadaran sosial atau social sense), dan pendidikan.
Faktor geografis berpengaruh karena menentukan juga pola hidup
masyarakat, kelengkapan sarana dan prasarana serta kemampuan
pemerintah untuk menjangkaunya (daerah terisolir). Daerah dengan akses
yang lebih mudah, tentu memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah terisolir yang hanya bisa dilewati kendaraan
tertentu. Hal ini berpengaruh terhadap pembangunan daerah. ketiadaan
jalan, jembatan, sekolah dan pelayanan kesehatan menyebabkan
keterbelakangan masyarakat terisolir. Hal ini lah yang menyebabkan
pemerintah kesulitan menjangkau daerah tertentu ketika terjadi masalah
sosial dalam masyarakat. Hingga menyebabkan pengendalian keamanan
menjadi minim. Tidak mustahil jadinya jika pemerintah terlambat
mengantisipasi terjadinya konflik.
Faktor kedua adalah sikap toleransi atau kesadaran sosial. Kehidupan
bermasyarakat tidak lepas dari interaksi sosial. Masyarakat saling memenuhi
kebutuhannya dengan cara berinteraksi antar sesama. Interaksi sosial
menjadi suatu kebutuhan utama. Namun, sering kali interaksi sosial ini tidak
hanya bertujuan saling memnuhi kebutuhan, tapi juga dapat menyebabkan
disintegrasi sosial. Pola interaksi yang kurang mapan antar individu dengan
individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok dapat
menyebabkan mispresepsi. Hal ini pula sering kali didasari pada latar
belakang sosial suatu kelompok. Entah melalu ras, etnis atau agama yang
berujung pada konflik SARA. Perlunya tingkat kesadaran sosial/toleransi yang
tinggi dalam kehidupan bermasyarakta, dapat menekan disintegrasi dan
konflik berkepanjangan.
Dan faktor ketiga yang paling menentukan kesemua faktor lainnya adalah
pendidikan. Pendidikan berkontribusi menjadi faktor penentu pertumbuhan
suatu peradaban. Suatu bangsa dikatakan beradab apabila mampu
menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera bagi setiap masyarakat.
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang mengakibatkan rendahnya kualitas
SDM yang ada. Akibatnya, banyak orang orang yang hidup tak layak
akibat banyak orang orang yang menganggur akibat kalah dalam
persaingan kerja. Ketidak mampuan berkompetisi didunia yang dituntut
serba kreatif dan inovatif ini, mendorong terjadinya penyimpangan sosial.
Apalagi pertumbuhan jumlah penduduk yang setiap tahun tidak pernah
mengalami penurunan menjadi faktor pendukung tingkat pengangguran.
Solusi rendahnya tingkat pendidikan ini harus didasari pada realita sosial
yang ada, konsep manusiawi guna meringankan beban masyarakat, serta
realisasi.
C.
Daftar Pustaka
http://israyuda.wordpress.com/2012/01/04/isu-sara-dan-kesenjangansosial/
http://argamakmur.wordpress.com/cara-mengatasi-agar-tidak-terjadiintegrasi-suatu-bangsa/
toleransi beragama melalui sekolah adalah beberapa upaya yang preventif yang
dapat diterapkan. Berkaitan dengan hal ini maka penting bagi institusi pendidikan
6
dalam masyarakat yang multikultural untuk mengajarkan perdamaian dan resolusi
konflik seperti yang ada dalam nilai-nilai pendidikan multikultural.
Dalam pendidikan multikultural, seorang guru atau dosen tidak hanya dituntut
untuk mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang diajarkannya.
Akan tetapi juga mampu menanamkan nilai-nilai keragaman yang inklusif kepada
para siswa. Pada akhirnya, dengan langkah-langkah demikian,
output
yang
diharapkan dari sebuah proses belajar mengajar nantinya adalah para lulusan
sekolah atau universitas yang tidak hanya pandai sesuai dengan disiplin ilmu yang
ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagaman dalam
memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan
yang lain
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang di dalamnya terdapat banyak
kultur budaya. Banyaknya kultur kebudayaan ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi negara
Indonesia dan menjadi identitas bangsa Indonesia.
Pendidikan multikultural berpegang teguh pada kesatuan dan toleransi tidak memandang suatu
perbedaan sebagai masalah. Perbedaan dipandang sebagai perantara dalam menjaga kesatuan dan
sikap toleransi antar umat beragama.
Dalam pandangan pendidikan multikultural, setiap individu memiliki hak yang sama dalam
menjalankan kehidupan tanpa terkecuali. Dengan demikian setiap individu diharapkan untuk bisa
menghargai orang lain apapun perbedaan yang ada di antara mereka. Keberagaman kultur
diharapkan bukan menjadi masalah tetapi justru sebagai perantara dalam menjalin hubungan
antar etnis, suku, dan umat beragama dalam menggapai kesejahteraan bersama tanpa
mengganggu satu sama lain dan demi terwujudnya keadilan sosial yang berpegang teguh pada
sikap saling toleransi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pendidikan multikultural itu muncul?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan multikultural?
3. Seperti apakah penerapan pendidikan multikultural di Indonesia?
4. Apasajakah Nilai-Nilai yang terkandung dalam Pendidikan Multikulturalisme?
C. Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami hakikat pendidikan multikultural (sejarah, pengertian, pendidikan
multikultural di Indonesia) serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memenuhi tugas makalah individu mata kuliah Pengantar Ilmu Pindidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
A.
Sejarah Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah faham yang mengajarkan tentang
keanekaragaman
budaya.
Multikulturalisme
mengajarkan
tentang
multikulturalisme
tidak
lepas
dari
sejarahnya.
kelompok-kelompok
tertentu
memunculkan
gagasan
pemikiran
interkulturalisme,
sedangkan interkulturalisme sendiri lahir sebelum perang dunia ke II. Tematema gagasan interkultural menekankan pada rasial, agama, dan kultur
dominan.
minoritas
masyarakat
diantaranya,
tentang
pendidikan
anak
minoritas,
setiap
orang
mengembangkan
potensinya.
Sejak
saat
itu
tertentu.2[2]
Ketidakadilan
tersebut
membedakan
golongan
kala
itu.
Hal
ini
tentunya
sangatlah
mencengangkan
dan
berpendapat
bahwa
sejak
kebangkitan
nasional
tahun
1908
sebenarnya
sudah
memunculkan
kesadaran
baagaimana
membangun
Nilai Kesetaraan
Kesetaraan merupakan sebuah nilai yang menganut prinsip bahwa setiap individu
memiliki kesetaraan hak dan posisi dalam masyarakat.oleh karena itu setiap individu tanpa
terkecuali memiliki kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial di
masyarakat.
Di dalam agama apapun akan mempunyai dampak yang sangat luas apabila sebuah
agama mempunyai kepedulian terhadap lingkungan masyarakat, karena agama harus mampu
menerjemahkan visi kemaslahatan sosial bagi masyarakat. Kesetaraan dalam agama, terutama
agama Islam, Allah telah memerintahkan untuk menghapuskan perbudakan. Prinsip kesetaraan
Islam tidak hanya tentang kehidupan beragama saja akan tetapi dalam berbagai aspek kehidupan
manusia.
b. Nilai Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap bagaimana menghargai orang lain yang memiliki perbedaan.
Pendidikan multikultural sanggat menghargai perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Begitu
pula Islam adalah agama yang mempunyai semangat toleransi yang tinggi. Islam bersifat adil dan
moderat dalam arti tidak ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.8[8]
Hal yang tidak terfikirkan oleh umat Islam saat ini telah lama dilakukan oleh Rasulullah
saw. sikap toleransi yang beliau terapkan saat ini menggambarkan bahwa beliau sangat
menghargai umat yang lainnya. Dalam pandangan yang lebih luas ini, sesungguhnya nilai-nilai
toleransi yang terdapat dalam syariat Islam adalah nilai-nilai yang terdapat dalam pebdidikan
multikultural.
c. Nilai Demokrasi
7[7] M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: cross-Cultural Understan untuk
Demokrasi dan Keadilan (Yogyakarta, 2005), hlm. 25
Prinsip demokrasi dalam pendidikan merupakan suatu prinsip yang dapat membebaskan
manusia dari berbagai jenis kungkungan serta memberikan kesempatan bagi perkembangan
manusia.9[9] Masuknya ideologi demokrasi ke dalam pendidikan merupakan bentuk pengakuan
terhadap kekuasaan rakyat.
Islam yang memuat nilai-nilai universal salah satunya juga memuat nilai demokrasi. Yusuf
Qardhawi mengatakan bahwa, Islam mendahului faham demokrasi dengan menetapkan kaidahkaidah yang menjadi penopang esensi dan substansi demokrasi. 20 Keistimewaan demokrasi
menurut Yusuf Qardhawi adalah dapat memperjuangkan dan melindungi rakyat dari kesewenagwenangan. Rasulullah saw. bersabda menimba ilmu bagi laki-laki dan perempuan muslim
adalah wajib hukumnya. Dengan begitu prinsip demokrasi dalam pendidikan sesungguhnya
memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk dapat mengenyam pendidikan
(Education for all).
Tumbuhnya demokrasi dalam proses pendidikan mendorong tumbuhna multikulturalisme dalam
pendidikan. Multikulturalisme memasuki berbagai ruang lingkup kehidupan masyarakat, terlebih
aspek pendidikan. Masyarakat akan memperoleh keadilan demokrasi apabila seluruh kebutuhan
rakyat dapat terakomodir dengan baik. Lebih jauh lagi demokrasi memuat nilai-nilai keadilan
untuk rakyat.
d.
Nilai Pluralisme
Perdebatan mengenai posisi kelompok agama dalam masyarakat merupakan kajian dari
pluralisme, sehingga apa yang disebut oleh pluralisme adalah sebuah paham yang memperjelas
dan meyakiniperbedaan dalam agama. Pluralisme mengajak kepada masyarakat agar melihat
keberadaan perbedaan agama sebagai bagian yang realistis dalam kehidupan manusia.
Islam mengajak kepada manusia yang berasal dari agama-agama keyakinan yang berbeda
untuk dapat menyatukan keanekaragaman dalam persamaan. Sesungguhnya pluralisme
menginginkan tatanan masyarakat yang dialogis, toleran, dan dinamis.10[10]
Pluralisme bukanlah sebuah paham yang menganggap semua agama adalah sama,
terlebih pluralisme adalah paham untuk menghargai perbedaan agama. Dengan keberagaman
9[9] H.A.R Tilaar, Pendidikan dan Kekuasaan (Magelang, 2003), hlm. 95
yang terdapat di masyarakat, sering menimbulkan tindakan destruktif kepada umat beragama
lain. Oleh karena itu pluralisme akan memberikan pandangan kepada masyarakat bahwa setiap
manusia memiliki hak yang sama termasuk dalam memilih agama.
Pluralisme memiliki basis teologi yang kuat di dalam khasanah Islam. Meskipun begitu
pluralisme tidak hanya untk konteks ke-Islaman saja, melainkan dalam konteks global.
Pluralisme merupakan kemajemukan yang mengakui adanya perbedaan.
BAB III
KESIMPULAN
Multikulturalisme
lahir
karena
adanya
ketimpangan
sosial
yang
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA