1. Menentukan Maksud yang Sebenarnya dari Teks Hadis.
2. Menjelaskan situasi dan kondisi historis diucapkannya
sebuah hadis
3. Menentukan Fungsi dan Kedudukan Nabi saw Ketika
Menyampaikan Hadis
Metode Pemahaman Hadist
berbicara tentang metode pemahaman hadis Fiqh al – hadislah
yang harus dijadikan pedoman :
1. Pengertian Naqd al –hadis dan Fiqh al –hadis
Pengertian Naqd al –hadis
Kata naqd berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti
meneliti dengan seksama. Selain itu kata kritik merupakan
alih bahasa dari kata (نقدnaqd) atau dari kata (تمييدtamyiz).
Dalam terminologi ilmu Hadis, kritik Hadis atau Naqd Al-
Hadits atau penelitian Hadis nabi merupakan upaya untuk
menyeleksi Hadits agar dapat diketahui mana Hadits yang
shohih dan mana Hadits yang tidak shohih.
Fiqh al- hadits
Pengertian Fiqh al-Hadits
Fiqh al-Hadits terdiri dari dua kata yaitu fiqh dan al-Hadits. Fiqh
( العلم بالشيء و الفهم لهmengetahui sesuatu dan memahaminya). Al-Fairuz
Abadiy mendefinisikan kata ini dengan
العلم بالشيء و الفهم له و الفطنة و غلب على الدين لشرفه
Artinya:Mengetahui sesuatu dan memahaminya, kecerdasan, dan
pengetahuan itu menguasai ilmu agama karena kemuliannya.
Berdasarkan penjelasan definisi terssebut baik secara bahasa
ataupun istilah, dapat dipahami kata fiqh al-Hadits berarti memahami
maksud dari perkataan Nabi SAW. Namun pengertian fiqh al-Hadits
secara bahasa ataupun istilah, maka dapat dipahami bahwa kata fiqh al-
Hadits berarti memahami maksud dari perkataan Nabi SAW.
Namun, pengertian fiqh al-Hadits secara bahasa menurut penulis
lebih mencapai target yang dituju dari pembahasan ini karena yang dituju
oleh pemahaman ini bukan hanya perkataan Nabi SAW saja, tetapi juga
perbuatan dan ketetapannya yang diungkapkan oleh sahabat
Pemahaman hadis ditinjau dari metode yang
digunakan
Beberapa metode ini adalah yang digunakan para ulama’
dalam memahami hadis
a. Metode Tahlili (Analisis)
b. Metode Ijmali (Global)
c. Metode Muqaran (komparasi)
d. Metode Kompromi
3.Pemahaman hadis ditinjau dari analisis terhadap setruktur
hadis
a. Pemahaman Hadis secara Tekstual
tekstual adalah memahami hadis berdasarkan makna lahiriah,
asli, atau sesuai dengan arti secara bahasa. Hal ini berarti
bahwa segala sesuatu yang tersurat pada redaksi (matan)
hadis dipahami sesuai dengan makna lughawi-nya, sehingga
langsung dapat dipahami oleh pembaca
b. Pemahaman Hadis secara Kontekstual
konteksnya.
Lanjutan
ada dua cara yang dapat digunakan dalam memahami hadis
dengan pendekatan kontekstual, yaitu:
1. Analisis terhadap kata-kata yang terdapat dalam teks.
2. Situasi yang ada hubungannya dengan kejadian
E. Contoh Hadis – Hadis dengan Asbab al – Wurud
ع َم َن ُ ع ِن ا ْب ِنَ ِ ِْع ْن نَا َ ع َم َنُ ُّللا ب ِْن ُ ع ْب َ ة ُ خَ ْخبَ َننَا
ِ عبَ ْي ه َ َح َّدثَنِيْ ُم َح َّم ٌ خ َ ْخبَ َننَا
ف َوخَ ْعفُ ْوا َّ سلَِّ ا ْن َه ُك ْوا ال
َ ا َو ِان َ علَ ْي ِه َو ِ َّ صلهي
َ ّللا ِ َّ س ْو ُل
َ ّللا ُ ع ْنه َما قَا َل َن َ ّللا ِ َنضي ه
.اللحي
َ
Telah meriwayatkan kepadaku Muhammad dari Abdah
dari Ubaidillah bin Umar dari Nafi dari ibn Umar ra ia
berkata:”Rasulullah saw bersabda: “Cukurlah kumis dan
biarkanlah (memanjang) jenggot.
Secara tekstual, hadist ini dipahami sebagai perintah Nabi saw
kepada kaum muslimin untuk mencukur kumis dan
memanjangkan jenggot. Perintah ini berlaku bagi setiap laki-
laki muslim dan pada semua tempat, situasi dan kondisi, tanpa
terkecuali.
secara kontekstual dapat dipahami bahwa perintah Nabi saw
dalam hadist di atas, dipengaruhi oleh kondisi saat itu.
Perintah itu dimaksudkan oleh Nabi saw untuk memberikan
identitas kepada umat islam.
Sehingga dapat membedakan mereka dari umat majusi. Dalam
riwayat lain, disebutkan bahwa perintah Nabi saw ini untuk
membedakan umat islam dari umat Yahudi dan Nasrani serta
orang-orang musyrik
secara kontekstual tujuan utama dari hadist di atas adalah
memerintahkan kepada umat islam untuk tidak mengikuti
kebiasaan umut yahudi, Nasrani atau pemeluk agama
lainnya yang dapat mengakibatkan hilangnya identitas dan
loyalitas umat islam kepada agama islam