Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 1

Dwi a'im tajrida

Bq. Aulia endini putri

Siti Nurmayani

Revi Mariska

M. wahdatul Adian

M.irawan

DISINTEGRASI SOSIAL SEBAGAI DAMPAK KONFLIK DAN KEKERASAN

A. Pengertian Disintegrasi Sosial

Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang
saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu pada kata kerja
disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by breaking into parts”. Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, disintegrasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan tidak bersatu padu; terpecah belah;
hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Dalam ilmu sosiologi, disintegrasi diartikan sebagai
suatu proses terpecahnya suatu kesatuan menjadi bagian-bagian kecil yang terpisah satu sama lain.

Disintegrasi adalah sebuah kondisi atau keadaan yakni hilangnya keharmonisan, ketidak utuhan, atau
perpecahan yang sedang terjadi dalam suatu lingkungan masyarakat. Dalam disiplin ilmu sosiologi,
disintegrasi dimaknakan sebagai suatu prosesi terpecah belahnya sebuah keadaan dari kesatuan
sehingga menjadi tercerai berai. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya persatuan yang
mengintegrasikan anggota masyarakat tertentu dengan masyarakat yang lain. Persatuan tersebut
berupa ikatan kebersamaan yang terwujud dari nilai-nilai norma serta nilai-nilai dasar pranata sosial.
Nilai- nilai tersebut seyogyanya bisa ditaati bersama yang terwujud melalui sebuah wadah organisasi
kelembagaan. Organisasi kelembagaan tersebut memiliki peran sebagai sarana integrasi masyarakat
untuk menyatukan berbagai elemen masyarakat.

B. Dampak Disintegrasi Bangsa.

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki keanekaragaman baik dilihat dari
segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat, serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan
kekayaan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus
dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang jika tidak dikelola dengan
baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang
ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan
perbedaan kepentingan yang dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.

Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari banyaknya
permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi pemecahannya akan
berdampak pada meningkatnya konflik menjadi upaya memisahkan diri dari NKRI. Kondisi ini
dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada didalam masyarakat dan dapat
berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa,
apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya
sampai pada akar permasalahannya secara tuntas maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.
Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang selama ini demikian kukuh, kini mulai
memperlihatkan keruntuhan. Asas persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan
yang tak berimbang antara pusat dan daerah selama ini.

Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar, merupakan salah satu sebab
ancaman disintegrasi bangsa, di samping instabilitas yang diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak
lagi bersikap netral. Meskipun barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang, namun bila
dlihat dalam konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan sebagai acuan. Paling tidak untuk
melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa. Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang
mengemuka dari berbagai daerah sudah barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi
bukan janji-janji sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.

Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga menjamin adanyan perubahan
nyata dan konkret yang dapat dirahasiakan langsung oleh warga terhadap tuntutan dan keinginan
mereka. Namun, bagaimanapun juga kita tetap mesti berupaya agar tuntutan terhadap pemisahan dari
kesatuan RI dapat diurungkan.

Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan kerendahan hati untuk merenungkan
kembali makna kesatuan dan persatuan, sekaligus menyikapi secara arif dan bijak terhadap berbagai
kasus dari tuntutan berbagai daerah, Aceh khususnya.

Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan lain-lainnya ditenggarai
sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah pusat, dimana segala sumber dan
tatanan hukum dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama, sosial,
ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang
diterima oleh masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap
pemerintah pusat, terutama bila kita meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam
menerapkan dan mempraktekkan kebijaksanaannya.

Indonesia akan disintegrasi atau tidak pasti akan menimbulkan pro dan kontra yang disebabkan dari
sudut pandang mana yang digunakan. Reformasi sudah berjalan kurang lebih 10 tahun, apa yan telah
didapat, bahkan rakyat kecil sudah mulai menilai bahwa kehidupan di masa Orde Baru lebih baik bila
dibandingkan dengan saat ini.
Pandapat rakyat tersebut terjadi karena hanya dilihat dari sudut pandang harga kebutuhan pokok
sehari-hari dan itu tidak salah karena hanya satu hal tersebut yang ada dibenak mereka. Kemudian ada
kelompok masyarakat yang selalu menuntut kebebasan, dan oleh kelompok yang lain dikatakan sudah
keblabasan.

C. Mencegah Disintegrasi Bangsa

Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah berkembang sedemikian kuat. Bahkan
mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun elite politik
nasional dengan menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi issu demokratisasi, HAM,
lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem keamanan wilayah perbatasan. Oleh
sebab itu, pengaruh lingkungan global dan regional mampu menggeser dan merubah tata nilai dan tata
laku sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat membawa pengaruh besar terhadap
berbagai aspek kehidupan termasuk pertahanan keamanan.

Dalam kaitan dengan politik pembangunan hukum maka Pancasila yang dimaksudkan sebagai dasar
pencapaian tujuan negara tersebut, melahirkan kaidah-kaidah penuntun, antara lain:

Pertama, hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa baik secara teritorial
maupun ideologis. Hukum-hukum di Indonesia tidak boleh memuat isi yang berpotensi menyebabkan
terjadinya disintegrasi wilayah maupun idiologi.

Kedua, hukum harus bersamaan membangun demokrasi dan nomokrasi. Hukum di Indonesia tidak
dapat dibuat berdasar menang-menangan jumlah pendukung semata tetapi juga harus mengalir dari
filosofi Pancasila dan prosedur yang benar.

Ketiga, membangun keadilan sosial. Tidak dibenarkan munculnya hukum-hukum yang mendorong atau
membiarkan terjadinya jurang sosial-ekonomi karena eksploitasi oleh yang kuat terhadap yang lemah
tanpa perlindungan negara. Hukum harus mampu menjaga agar yang lemah tidak dibiarkan menghadapi
sendiri pihak yang kuat yang sudah pasti akan selalu dimenangkan oleh yang kuat. Keempat,
membangun toleransi beragama dan berkeadaban.

Hukum tidak boleh mengistimewakan atau mendiskrimasi kelompok tertentu berdasar besar atau
kecilnya pemelukan agama.Indonesia bukan negara agama (yang mendasarkan pada satu agama
tertentu) dan bukan negara sekuler (yang tak perduli atau hampa spirit keagamaan). Hukum negara
tidak dapat mewajibkan berlakunya hukum agama, tetapi negara harus memfasilitasi, melindungi, dan
menjamin keamanannya jika warganya akan melaksanakan ajaran agama karena keyakinan dan
kesadarannya sendiri

Kemudian timbul kembali pertanyaan apa itu reformasi? Yang jelas bangsa Indonesia semua
menginginkan kehidupan yang lebih baik melalui reformasi setelah hidup di era Orde Baru. Dengan
demikian bangsa ini sudah mendekati disintegrasi kalau tidak memiliki pegangan. Ada beberapa hal yang
perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini dalam upaya untuk bangkit kembali, yaitu :
1.Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling bawah, dalam rangka
pemahaman dan penghayatan.

2.GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam membangun bangsa dan
negara perlu dihidupkan kembali.

3.Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi cintoh rakyat, jangan selalu
berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan kelompok atau partai politiknya.

4.Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan dilaksanakan oleh bangsa ini
yaitu budaya saling hormat menghormati.

5.TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang ditentukan oleh DPR. 5.Jangan
ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur bangsa ini karena keselamatan bangsa dan negara sudah
terancam.

D.Penyebab Disintegrasi Sosial

-Tidak ada persepsi atau persamaan pandangan di antara anggota masyarakat mengenai suatu norma
yang semula dijadikan pegangan oleh anggota masyarakat.

-Norma-norma masyarakat tidak berfungsi dengan baik sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan
masyarakat.

-Timbulnya suatu pertentangan norma-norma dalam masyarakat, sehingga menimbulkan kebingungan


bagi anggota masyarakat itu sendiri.

-Tidak ada nya tindakan sanksi yang tepat bagi sih pelanggar norma.

-Tindakan dalam masyarakat sudah tidak sesuai lagi dengan norma masyarakat.

-Interaksi sosial yang terjadi ditandai dengan sutau proses yang bersifat disosiatif.

E. Bentuk Disintegrasi Sosial

1. Pergolakan Daerah

Dalam rekam jejak perjalanan bangsa indonesia, beberapa kejadian mengenai konflik / pergolakan
daerah sudah banyak terjadi. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya suatu kesenjangan. Kesenjangan
tersebut bisa berupa kesenjangan dalam hal kebijakan politik, kesenjangan ketidakadilan, kesenjangan
masalah etnis, kesenjangan konflik agama, dan lain sebagainya.

Misalnya seperti yang terjadi di masa lalu tentang suatu pemberontakan PRRI / Permesta, DI / TII, RMS,
GAM. Beberapa kejadian yang terjadi dewasa ini mengenai konflik agama seperti yang terjadi pada
daerah Poso, Kupang, Sampit, dan Papua. Beberapa kejadian / peristiwa yang sudah terjadi di Indonesia
tersebut ialah sebuah konsekuensi dan dampak dari kemajemukan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

2. Demonstrasi

Demonstrasi menjadi suatu fenomena yang seringkali kita temukan pada saat ini. Dinamika yang terjadi
dalam bidang ketatanegaraan yang terjadi di era reformasi turut mempengaruhi terhadap suatu
perubahan perilaku masyarakat. Sebelum era reformasi, rakyat mempunyai keterbatasan dalam
menyuarakan aspirasinya secara langsung.

Kegiatan aksi atau demonstrasi baik secara individu maupun kolektif akan mendapatkan suatu
konsekuensi yang keras dari pihak pemerintah Orde Baru. Berbeda dengan era reformasi yang terjadi
pada saat sekarang ini. Hampir di setiap sebuah kebijakan pemerintah yang menuai kontroversi, kita
menemukan banyak aksi demonstrasi yang terjadi seiring dengan pencanangan kebijakan pemerintah
yang dianggap kurang menguntungkan bagi golongan tertentu. Golongan tersebut dapat berupa
sekelompok ormas, pergerakan mahasiswa, ikatan buruh, persatuan guru, dan lain sebagainya.

3. Kriminalitas

Perkembangan teknologi juga membawa dampak pada disintegrasi sosial. Dewasa ini tindak kriminalitas
tidak hanya yang sifatnya kasat mata saja, misalnya perampokan, pembunuhan, pencurian,
penjambretan, pembegalan, dan lain sebagainya. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga mengakibatkan berkembangnya variasi modus dalam melakukan suatu tindak kejahatan.

Misalnya penipuan bermodus undian berhadiah melalui telfon dan berbagai kejahatan yang difasilitasi
oleh jaringan internet. Dewasa ini kepolisian sudah membentuk sebuah divisi khusus untuk menangani
kasus-kasus yang bermoduskan internet. Hal tersebut dikarenakan begitu maraknya kasus penipuan dan
lain-lain yang memkaai fasilitas internet dan telepon.

4. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah suatu kegiatan antisosial yang diperbuat oleh seseorang yang beranjak dewasa
(remaja),bila hal tersebut dilakukan oleh orang dewasa bisa dikategorikan sebagai tindak kejahatan
(crime).

F.Proses Penanggulangan Disintegrasi

Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional adalah sebagai berikut:

-Menghidupkan dan membangun terus komitmen, kehendak serta kesadaran untuk bersatu.

-Menghasilkan kondisi yang mendukung komitmen, kehendak dan kesadaran untuk bersatu serta
membiasakan diri utuk membangun konsensus.
-Membangun kelembagaan yang bernorma dan bernilai untuk menyuburkan persatuan dan kesatuan
bangsa.

-Merumuskan kebijakan serta regulasi yang konkret, tepat dan tegas didalam segala aspek kehidupan
serta pembangunan bangsa, yang mencerminkan keadilan untik seluruh pihak, dan semua wilayah.

-Usaha bersama dan pembinaan integrasi nasional membutuhkan kepeminpinan yang arif dan efektif.

Anda mungkin juga menyukai