Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, bangsa Indonesia banyak mengalami krisis persatuan dan kesatuan. Banyak orang yang lebih
mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan umum, sehingga hilangnya persatuan dan kesatuan ini
dapat menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa. Sedangkan arti dari disintegrasi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah hilangnya keutuhan atau persatuan.

Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai
masyarakat yang plural. Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan etnik, baik yang
dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas, agama, atau elemen premordial lain muncul di pentas
politik sebagai prinsip paling dominan dalam pengaturan negara dan bangsa, apalagi berkeinginan merubah
sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya
akan terjadi di Indonesia.

Terjadinya berbagai konflik di masa transisi pasca pemekaran telah menjauhkan atau paling tidak
memperlambat tujuan pemekaran daerah.

Di samping itu, dari hasil studi yang dilakukan penulis bersama Tim dari Direktorat Otonomi Daerah
BAPPENAS tahun 2004, ditemukan bahwa belum meningkatnya pelayanan kepada masyarakat di beberapa
daerah otonom baru disamping karena persoalan konflik tadi diantaranya diakibatkan juga oleh persoalan
kelembagaan,infrastruktur, dan Sumber Daya Manusia.

Dalam aspek kelembagaan, ditemui bahwa beberapa daerah otonom baru saat membentuk unit-unit organisasi
pemerintah daerah tidak sepenuhnya mempertimbangkan kondisi daerah dan kebutuhan masyarakat.
Pembentukan daerah otonom baru sepertinya menjadi sarana bagi-bagi jabatan. Terlihat juga adanya kelambatan
pembentukan instansi vertikal, serta kurangnya kesiapan institusi legislatif sebagai partner pemerintah daerah.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah disintegrasi pemekaran daerah dan konflik lokal akhir-akhir ini menjadi perhatian sekaligus sumber
kekhawatiran yang luas, baik di kalangan masyarakat, intelektual, maupun kalangan pemerintah.

Kekhawatiran itu tidak hanya bersumber dari tuntutan pemisahan diri sebagian rakyat, tetapi juga lantaran
maraknya kerusuhan sosial di beberapa kota besar dan kecil selama akhir-akhir ini.

Masalah yang akan diangkat pada makalah ini adalah:

1. Apakah pengertian disintegrasi itu?


2. Apa dampak dari disintegrasi ?
3. Bagaimana upaya untuk mencegah disintegrasi?
4. Apa sajakah Dasar hukum pemekaran wilayah?
5. Apakah penyebab konflik di Papua?
6. Bagaimana sejarah terbentuknya GAM dan upaya pencegahannya?

1.3 Tujuan penulisan

1. Mengetahui apa itu disintegrasi.

2. Mengetahui dampak dari Integrasi dan konflik lokal.

3. Mengetahui cara mencegah diintegrasi.


4. Mengetahui bagaimana hukum tentang pemekaran daerah?

5. Mengetahui penyebab terjadinya konflik papua.

6. Mengetahui awal terbentuknya GAM sampai upaya yang dilakukan pemerintah dan pihak Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) untuk menyelesaikan masalah separatis di Aceh.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Disintegrasi Bangsa

Disintegrasi secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling
terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1994). Pengertian ini mengacu pada kata kerja disintegrate,
“to lose unity or intergrity by or as if by breaking into parts”.

Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaantidak bersatu padu atau keadaan
terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.

2.2 Dampak Disintegrasi Bangsa.

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki keanekaragaman baik dilihat dari segi
ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat, serta kondisi faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan
bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain yang tetap harus dipelihara.

Keanekaragaman tersebut juga mengandung potensi konflik yang jikatidak dikelola dengan baik dapat
mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme yang ingin memisahkan diri
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan yang
dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa. Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal
ini dapat dilihat dari banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi
pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik menjadi upaya memisahkan diri dari NKRI.

Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada didalam masyarakat dan dapat
berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila
tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya sampai pada
akar permasalahannya secara tuntas maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.

Nasionalisme yang melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang selama ini demikian kukuh, kini mulai
memperlihatkan keruntuhan. Asas persamaan digerogoti oleh ketidakadilan pengalokasian kekayaan yang tak
berimbang antara pusat dan daerah selama ini.

Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar, merupakan salah satu sebab ancaman
disintegrasi bangsa, di samping instabilitas yang diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikap
netral.

Meskipun barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam konteks masa
kini, orientasinya tetap bisa dijadikan sebagai acuan. Paling tidak untuk melihat sebab-sebab munculnya
disintegrasi bangsa. Maka menyikapi berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai daerah sudah
barang tentu diperlukan konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji sebagaimana yang dikhawatirkan
oleh banyak kalangan.

Legitimasi diperlukan tidak saja untuk menjaga stabilitas tetapi juga menjamin adanyan perubahan nyata dan
konkret yang dapat dirahasiakan langsung oleh warga terhadap tuntutan dan keinginan mereka. Namun,
bagaimanapun juga kita tetap mesti berupaya agar tuntutan terhadap pemisahan dari kesatuan RI dapat
diurungkan.

Dalam hal ini diperlukan kejernihan pikiran, kelapangan dada dan kerendahan hati untuk merenungkan kembali
makna kesatuan dan persatuan, sekaligus menyikapi secara arif dan bijak terhadap berbagai kasus dari tuntutan
berbagai daerah, Aceh khususnya.

Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan lain-lainnya ditenggarai sebagai
akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum
dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun
kemanusiaan, sebenarnya memiliki kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat
Indonesia pada umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat,

Anda mungkin juga menyukai