Anda di halaman 1dari 50

Regulasi Suhu Tubuh

dan Mekanisme Dyspnea


Ratih Paramita Suprapto
Suhu Tubuh Normal

Inti
• Tetap Konstan (naik turun
±0,6C)
Kulit
• Naik turun sesuai lingkungan
• Berhubungan dengan
kemampuan kulit melepaskan Perkiraan suhu inti tubuh normal secara oral
suhu Secara rectal lebih tinggi 1F
Suhu Tubuh dikontrol oleh Keseimbangan
Heat Loss dan Heat Production

Production
Loss

Keseimbangan Heat Production dan Heat Loss

Mekanisme Pengatur Heat Production dan Heat Loss


Heat Production

Metabolisme Tubuh
Metabolisme
Metabolisme Ekstra
Basal

Thyroxine, Simpatis, Thermogenic


Kontraksi GH, Aktivitas
Epinefrin da effect
Otot Testosterone kimia intrasel
Norepinefrin makanan
Heat Loss

Transmisi panas dari inti tubuh ke kulit

Transmisi panas dari kulit ke lingkungan


Aliran Darah dari Inti Tubuh ke Kulit
• Rerata aliran darah ke plexus vena kulit 0 s.d
30%COP, makin besar aliran makin efisien
• Aliran menuju plexus vena dari kapiler atau
dari anostomosis arterivena
Efek Perubahan Suhu Lingkungan
terhadap Transmisi Panas

• Kulit sbg sistem radiator panas yang terkontrol efektif dan aliran darah ke kulit
merupakan mekanisme transfer panas yang efektif
Fisika Dasar Heat Loss dari Permukaan
Kulit
Radiasi
• Radiasi berupa gelombang infrared, radiasi ke seluruh arah, ukuran radiasi panas adalah 5-20
µm, 10-30x lebih besar daripada gelombang radiasi cahaya
• Semua objek yang memiliki suhu (tidak 0) meradiasikan sinar
Konduksi
• Konduksi ke objek seperti kursi dan kasur hanya 3%, konduksi ke udara normalnya 15% dan
besarnya tergantung proporsi tubuh.
• Konduksi ke udara tergantung dari perbedaan suhu, panas akan berpindah dari suhu tinggi ke
suhu yang lebih rendah.
Konveksi
• Setelah terjadi konduksi udara maka konveksi akan mengganti dengan udara baru, karena
kecenderungan udara yang telah panas menuju ke atas,
Evaporasi
• Penguapan air sebesar 1 gram mengeluarkan 0.58 Kalori, meskipun orang tidak berkeringar,
udara masih tetap berevaporasi (insesible) dari kulit dan laru-paru sebesar 600-700 mL/hari
mengakibatkan kehilangan panas sebesar 16-19 Kalori/jam.
• Insensible loss ini tidak bisa dikontrol sebab merupakan difusi air terus menerus melalui kulit
dan nafas. Namun kehilangan panas melalui evaporasi keringat dapat dikontrokl dengan
regulasi rerata keringat.
Sweat Gland
• Kel Keringat
diinervasi oleh
serabut simpatis
yang mensekresi
asetilkolin.
• Kel keringat :
a. Coiled  sekresi
primer/prekursor
dari sel epithel kel
b. Duct  modifikasi
konsentrasi sekret
• Stimulus lemah  sekret mengalir pelan 
reabsorbsi ion maksimal  tekanan osmotik
di duktus menurun  air ikut diserap 
sekret sangat terkonsentrasi (mis : ureum,
laktat, kalium)
• Stimulus kuat  sekret mengalir cepat 
reabsorbsi ion dan air minimal (pada orang
belum teraklimatisasi thdp panas)  ion dan
cairan keluar berlebihan.
Aklimatiasi terhadap Panas
• Ekspos cuaca panas  volume berkeringat >>
mencapai produksi keringat maksimum 2-
3L/jam (akibat perubahan sel kel keringat).
• Kehilangan garam >> 15-30 g/hari selama
beberapa hari
• Karena Aldosteron : Aklimatisasi setelah 4-6
minggu kehilangan garam menurun menjadi
3-5 g/hari
Kehilangan Panas dengan
Panting Mechanism
Regulasi Suhu Tubuh oleh
Hipothalamus
Range of Normal Temperature
Hypothalmic Preoptic Area
Deteksi Suhu oleh Reseptor di Kulit
dan Jaringan Dalam
• Kulit memiliki reseptor panas dan dingin (10x
lebih banyak dari pada reseptor panas) = reseptor
jaringan dalam (di spinal cord, organ abdomen,
vena besar di abdomen dan thorax)
• Ketika suhu lingkungan dingin. Terjadi reflek :
a. Menggigil  Produksi panas meningkat
b. Menghambat proses berkeringat
c. Vasokonstriksi pd kulit
Mencegah tubuh dalam keadaan hipothermia
Hypothalamus Posterior Mengintegrasikan
Sinyal Sensoris Suhu Sentral dan Perifer
• Pada posterior hypothalamic area.
• Sinyal dari preoptic area hipothalamus dan
dari manapun seluruh tubuh dikombinasikan
dan diintegrasikan untuk mengkontrol reaksi
the heat-producing dan heat-conserving.
Sistem Kontrol Suhu yang Meningkatkan
atau Menurunkan Suhu Tubuh
Saat Suhu Tubuh Terlalu Panas
• Vasodilation of skin blood vessels. This is caused by
inhibition of the sympathetic centers in the posterior
hypothalamus. Full vasodilation can increase the rate
of heat transfer to the skin as much as eightfold.
• Sweating. Picture below. An additional 1°C increase in
body temperature causes enough sweating to remove
10 times the basal rate of body heat production.
• Decrease in heat production. The mechanisms that
cause excess heat production, such as shivering and
chemical thermogenesis, are strongly inhibited.
Mekanisme Peningkatan Suhu
Saat Tubuh Terlalu Dingin
• Ketika tubuh terlalu dingin
• Skin vasoconstriction throughout the body. This is caused by
stimulation of the posterior hypothalamic sympathetic centers.
• Piloerection. Piloerection means hairs "standing on end."
Sympathetic stimulation causes the arrector pili muscles attached
to the hair follicles to contract, which brings the hairs to an upright
stance. This is not important in human beings, but in lower animals,
upright projection of the hairs allows them to entrap a thick layer of
"insulator air" next to the skin, so transfer of heat to the
surroundings is greatly depressed.
• Increase in thermogenesis (heat production). by promoting
shivering, sympathetic excitation of heat production, and thyroxine
secretion.
Stimulasi Hipothalamus untuk
Menggigil (Shivering)
• Hipothalamus  Primary motor center for
shivering  brain stem  the lateral columns
of the spinal cord  the anterior motor
neurons  tonus otot naik  di atas ambang
kritis  menggigil.
• Shivering center diinhibisi oleh sinyal dari heat
center di hypothalamus preoptik area.
Aktivasi Simpatis untuk Produksi Panas
Chemical thermogenesis, nonshivering thermogenesis

• BAT diinervasi banyak


saraf simpatis
• Derajat thermogenesis
dipengaruhi jumlah BAT
• Pada BAT terdapat
protein mitochondria
uncoupling/
thermogenin 
thermogenesis dari FFA
tanpa produksi ATP

Komunikasi WAT dan BAT untuk homeostasis


• Pada binatang dengan aklimatisasi terhadap
cuaca dingin, thermogenesis meningkat 100-
500% (tidak aklimatisasi hanya 1/3 nya).
• Terdapat sejumlah kecil BAT pada bayi 
thermogenesis meningkat 100% (mencegah
hipothermia).
• Manusia dewasa memiliki BAT dalam jumlah
kecil  thermogenesis kimiawi hanya 10-15%.
• Lebih aktif dengan pajanan dingin.
Long Term Regulation
Heat Production
• Cooling the anterior
hypothalamic-preoptic area
 production of the
neurosecretory hormone TRH
• This increase in metabolism
requires several weeks
exposure to cold to make the
thyroid gland hypertrophy and
reach its new level of
thyroxine secretion.
Konsep Set Point
Kontrol Suhu
• Reseptor suhu
di area
preoptik
anterior
hipothalamus
menentukan
respon heat
production/
heat loss  set
point 37,1°C
Suhu Kulit Sedikit Merubah Set Point
untuk Kontrol Suhu
• Reseptor suhu
di kulit dan
organ
abdomen
berperan pada
kontrol suhu
dengan
merubah set
point
hypothalamus.
Respon terhadap
Cold Skin - Shivering
• Cold Skin 
pusat
hipothalamus
 shivering
 mencegah
suhu internal
tubuh turun
Mekanisme Sadar Pengaturan Suhu
Behavioral Control of Temperature
• Suhu tubuh internal tinggi  area otak untuk
pengontrol suhu  sensasi psikis kepanasan.
Dan sebaliknya saat kedinginan.
• Efek  manusia berbuat untuk kenyamanan
(pindah ke ruangan hangat atau pakaian tebal)
• Sistem yang sangat kuat dan efektif untuk
kontrol suhu.
Refleks Suhu Kulit Lokal
• Kaki seseorang ditaruh di lampu panas 
vasodilatasi lokal dan berkeringat lokal. Dan
sebaliknya.
• Sebab efek lokal suhu langsung terhadap
pembuluh darah dan refleks spinal dari reseptor
kulit ke medulla spinalis dan kembali ke area kulit
dan kel keringat yang sesuai.
• Reflek ini mencegah pelepasan panas berlebihan
dari kaki dan tangan yang kepanasan.
Abnormalitas Regulasi Suhu
Demam
• Suhu tubuh > normal
• Abnormalitas otak atau substansi toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu.
Efek Pyrogen terhadap Demam
Setting Ulang Pusat Pengaturan Suhu Hypothalamus

• Pyrogen (breakdown products of proteins,


lipopolysaccharide toxins released from
bacterial cell membranes)  set-point
hypothalamus thermostat meningkat 
mekanisme peningkatan suhu tubuh (heat
conservation dan heat production).
• Beberapa jam setelah set point meningkat 
suhu tubuh meningkat pada level tsb.
Mekanisme Pyrogen dalam
Menyebabkan Demam – Peran Sitokin
• Efek pyrogen untuk meningkatkan set point hipothalamus
bisa segera atau beberapa jam.
• Bakteri atau produk pecahan bakteri di jaringan atau di
darah  difagosit oleh leukosit darah, makrofag jaringan
dan oleh limfosit pembunuh dengan granular besar 
melepaskan sitokin (kelompok peptida yang terlibat pada
respon imun adaptif dan innate) salah satu yang terpenting
penyebab demam adalah interleukin-1 (IL-1) / leukocyte
pyrogen / endogenous pyrogen  pembentukan
prostaglandin (prostaglandin E2)  bekerja pada
hipothalamus  demam.
• Hanya beberapa nanogram IL-1 diperlukan.
• Obat demam (aspirin) mengeblok produksi prostaglandin.
Karakteristik Kondisi Demam

• Untuk meningkatkan suhu tubuh


Menggigil sampai set point
• Kulit terasa dingin (vasokonstriksi)

Krisis / • Apabila faktor penyebab suhu tinggi


sudah hilang (antibiotik)
Flush • Berkeringat dan panas (vasodilatasi)
Heat Stroke
• Batas suhu udara saat seseorang dapat bertahan tergantung apakah udara
kering atau basah
• Bila kering dan cukup konveksi udara  evaporasi cepat dapat bertahan
pada suhu 130°F .
• Bila udara 100% lembab / tubuh di air dapat bertahan pada suhu 94°F.
• Bila seseorang pada kerja berat, suhu kritis dimana akan terjadi heat
stroke sekitar 85° to 90°F.
• Saat suhu tubuh meningkat di atas suhu kritis 105° to 108°F  heat
stroke
• Gejala : dizziness, abdominal distress, vomiting, delirium, loss of
consciousness.
• Diperburuk dengan shok sirkulasi bila kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebihan pada keringat.
• Juga dapat merusak otak dan seluruh organ  perdarahan.
• Segera tempatkan orang pada bak air dingin namun berefek menggigil tak
terkontrol sehingga sebaiknya dengan spray dan spons dingin.
Aklimatisasi Terhadap Panas
• Ekspos panas selama beberapa jam sehari
sambil bekerja akan beradaptasi dengan
kondisi panas dan lembab dalam 1-3 minggu.
• Perubahan yang terjadi jumlah keringat 2 kali
lipat, peningkatan volume plasma, dan
terbatasnya jumlah garam dan elektrolit di
urin dan keringat (akibat aldosteron).
Paparan Udara Dingin Ekstrem
Frosbite
• Ekspos selama 20-30 menit pada air
dingin  meninggal karena fibrilasi
jantung atau henti jantung.
• Regulasi suhu terganggu pada udara
dingin sebab :
• produksi panas tiap sel terdepresi
hampir 2x lipat untuk setiap
penurunan suhu sebesar 10°F.
• Timbul rasa kantuk (diikuti dengan
koma)  mendepresi CNS dan
mencegah menggigil.
Frosbite
• Ekspos udara dingin  Area tubuh dapat
membeku (terutama pada daun telinga dan jari
kaki dan tangan) bila es membentuk kristal es
pada sel  kerusakan permanen.
• Setelah pencairan dapat timbul gangren.
• Proteksi akhir melawan frosbite  vasodilatasi
karena dingin.
• Suhu jaringan mendekati beku  dinding otot
polos vaskular lumpuh  vasodilatasi, flush kulit
 mencegah frosbite dengan cara
menghantarkan darah hangat ke kulit.
Dyspnea

Ratih Paramita Suprapto


Dyspnea
• Keadaan mental yang berkaitan dengan
keadaan tak terpuaskan untuk mendapat
ventilasi yang adekuat.
Sensasi :
• Tidak mendapatkan cukup udara
• Udara tidak dapat mengalir ke bawah
• Rasa terbekap di dada
• Rasa kelelahan pada dada
Etiology
 Fisiologi : Olah raga berat dan ketinggian
 Patologis :
 Respiratory disease (asma)
 Cardiac disease (gagal jantung)
 Toxic (ureum, ketoasidosis diabetikum)
 Neurogenic (stroke)
 Psychogenic (panic attack)
 Haematological disease (anemia)
 Abdominal (asites, kehamilan)
Asal Mula Sensasi
Dyspnea
Afferent
Air hunger sebab :
• Kemoreseptor
(menangkap sinyal
sensasi O2< / CO2> /
asidemia >)  brain
stem
• Inflamasi airway 
bronkospasme
• Reseptor vaskular
Chest tightness
Karena bronkospasme
Asal Mula Sensasi
Dyspnea
Efferent
1) Motor kortex  sensory
kortex
• Motor kortex  otot
pernafasan
2) Brain stem  sensory
cortex
• Brain stem  otot
pernafasan
 Aktivasi kortex sensoris
shg ada merasakan
sensasi bernafas
 Aktivasi kortex motorik
untuk aktivasi otot
pernafasan
Hematological Disease
Anemia
Sel Darah Merah fungsi transport Oksigen
Cardiac dyspnea
 Cardiac dyspnea is usually attributable to
pulmonary vascular congestion resulting from
the left and/or right heart failure.
 Dyspnea is the primary symptom of left heart
failure.

Anda mungkin juga menyukai