Anda di halaman 1dari 19

Disintegrasi

Kegagalan suatu masyarakat dalam melakukan langkah penyesuaian dapat menimbulkan disintegrasi
dalam kehidupan masyarakat tersebut. Disintegrasi yang dimaksud dapat berwujud dalam berbagai
bentuk, seperti pemberontakan, demonstrasi, kriminalitas, kenakalan remaja, prostitusi, dan lain
sebagainya.

Pengertian Disintegrasi
Disintegrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan tidak bersatu
padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Disintegrasi
secara harfiah difahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang saling
terpisah Disintegrasi merupakan faktor terpenting yang dilancarkan imperialisme untuk mendominasi
pemerintahan suatu negara sehingga pembangunan masyarakatnya diorientasikan pada corak Barat.
Masyarakat Barat dibangun di atas dasar disintegrasi dan diskriminasi yang menjadi tumpuan rasionalitas
Eropa, logika pembaratan, dan pola kehidupan Barat. Hal-hal tersebut tidak berarti di hadapan Islam dan
masyarakat tradisional yang masih orisinil sebagai rival negara disintegrasi dan aspek-aspek yang
bertumpu pada disintegrasi dan diskriminasi (rasionalitas Eropa, logika pembaratan, dan pemolaan
kehidupan Barat).

Secara historis, masyarakat modern lahir dalam lingkup disintegrasi, sehingga negerinya pun
berwatak disintegratif. Padahal lembaga-lembaga ekonomi dan kebudayaannya merupakan institusi lokal.
Karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa masyarakat modern merupakan produk undang-undang
disintegrasi yang berdampingan dengan agama dan melahirkan disintegrasi dalam berbagai hal.

Faktor Disintegrasi
Disintegrasi tidak akan berhasil tanpa adanya faktor-faktor pendukung. Faktor pertama
dan utama adalah lemahnya pemikiran umat Islam. Ini membuat umat Islam mengalami
depolitisasi sehingga kehilangan pengaruh politik di tengah-tengah umat lain. Umat Islam
hampir-hampir tidak memahami politik dan berbagai peristiwa politik yang terjadi.
Faktor disintegrasi bangsa di antaranya ialah negara yang berbentuk kepulauan yang
dipisahkan oleh lautan, sehingga akan memunculkan sikap ingin menguasai daerah sendiri dan
tidak mau diatur.Kemudian keberagaman suku, ras, agama bisa memicu disintegrasi bangsa,
karena setiap golongan pasti mempunyai budaya, watak, dan adat yang berbeda dan yang pasti
mereka masing-masing mempunyai ego kesukuan ( Chauvinisme ) sehingga akan mudah konflik
dengan suku-suku yang lain. Faktor disintegrasi yang lain ialah rasa ketidakadilan yang memicu
pemberontakan kepada yang berbuat tidak adil.
Yang menjadi faktor desintegrasi bangsa adalah kurang adanya rasa nasionalisme yang
tinggi, kurangnya rasa toleransi sesama bangsa, campur tangan pihak asing dalam masalah
bangsa. Selain faktor kemajemukan budaya, penyebab disintegrasi bangsa Indonesia juga terpicu
oleh sentralisasi pembangunan yang selama ini lebih terfokus di pulau Jawa, sehingga
menyebabkan kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul keinginan untuk
memisahkan diri dari NKRI.
Upaya Mencegah Disintegrasi
Untuk mencegah disintegrasi, soal pertama yang harus diselesaikan adalah membangun
kesadaran politik umat. Kedua, Kaum Muslim selayaknya jangan mau didikte oleh pihak asing
dan tunduk pada negara-negara kafir seperti AS. Ketiga, umat Islam harus bersikap menolak
penguasa yang menjadi kepanjangan tangan AS maupun negara-negara kafir penjajah lain.
Keempat, harus ada sistem yang dapat mensejahterakan rakyat. Tingkat kesejahteraan
masyarakat merupakan parameter yang berpotensi melahirkan disintegrasi.
Oleh karena itu diperlukan landasan pemikiran yang terkait, diantaranya :
1.      Pancasila sebagai landasan Idiil.
2.      UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional.
3.      Wawasan Nusantara sebagai landasan visional.
4.      Ketahanan Nasional sebagai Landasan Konsepsional.
5.      Ketetapan MPR Nomor : V / MPR / 2000 tentang Pemantapan Persatuan dan   Kesatuan
Nasional.
Untuk mencegah ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas
keamanan yang mantap dan dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta
menegakkan peraturan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini dalam upaya untuk
bangkit kembali, yaitu :
1.      Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling bawah, dalam
rangka pemahaman dan penghayatan.
2.      GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam membangun bangsa dan
negara perlu dihidupkan kembali.
3.      Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi cintoh rakyat, jangan selalu
berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan kelompok atau partai politiknya.
4.      Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan dilaksanakan oleh bangsa
ini yaitu budaya saling hormat menghormati.
5.      TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang ditentukan oleh DPR.
Jangan ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur bangsa ini karena keselamatan bangsa dan
negara sudah terancam.

Upaya Pencegahan Disintegrasi Bangsa

1. Hukum di Indonesia harus tegas demi menjaga persatuan ( integrasi ), serta tidak
menimbulkan perpecahan ( disintegrasi ) wilayah dan ideologi.
2. Hukum di Indonesia harus berdasarkan Pancasila dan tidak untuk mementingkan
golongan ataupun pribadi melainkan demi kepentingan negara.
3. Keadilan harus dijunjung tinggi, tidak ada penyalahgunaan hukum ataupun
penindasan.
4. Toleransi antar agama, suku, dan ras harus ditingkatkan.
5. Meningkatkan rasa nasionalisme.
6. Upaya integrasi nasional harus dijalankan semaksimal mungkin dan dilakukan oleh
setiap warga negara.
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
            Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi
kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan. Hal
tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial. 
Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda
menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat. 
            Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa
SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI  akibat  dari
ketidak puasan dan perbedaan kepentingan, apabila kondisi ini tidak segera ditangani dengan
baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa.
            Seperti halnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yang kini hampir sudah tidak
terngiang lagi di telinga kita. Dulu kelompok ini benar-benar membuat repot bangsa
Indonesia, seandainya GAM berhasil berdisintegrasi dari Indonesia maka tidak ada lagi lagu
“Dari Sabang Sampai Merauke”, lagu pemersatu bangsa kita. Namun rakyat dan bangsa ini
tidak rela jika Aceh lepas dari pangkuan bunda pertiwi, maka dengan segala upaya dilakukan
bangsa ini untuk menghentikan gerakan ini, baik secara militer maupun diplomatik.
            Kemudian apakah peristiwa itu akan terulang lagi untuk yang kesekian kalinya di
Negara kita? Bukankah kita sudah cukup kehilangan ditinggal oleh saudara-saudara kita di
Timor Timur.
            Dan apakah konflik di Irian juga tidak akan terselesaikan? Gerakan Papua Merdeka
yang diam-diam menyusun strategi untuk berdisintegrasi dari Indonesia kita biarkan begitu
saja? Dimanakah rasa nasionalisme kita? Dimana rasa persatuan dan kesatuan kita? Lalu
apakah konflik-konflik kecil antar suku, agama, dan kelompok kita biarkan saja? Ada apa
dengan bangsa ini?
            Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan
kelangsungan hidup bangsa ini. Dimanakah nilai-nilai Pancasila yang dulu dicita-citakan
oleh bapak pendiri bangsa? Sudahkah nilai-nilai Pancasila luntur dari bangsa ini? Untuk itu
inilah PR bagi bangsa ini, bukan hanya pemerintah, bukan hanya TNI dan POLRI tetapi juga
kita seluruh warga Indonesia. Perlunya ditegakkan kembali nilai-nilai Pancasila tidak bisa
ditunda-tunda lagi, bangsa ini sudah krisis dalam segala aspek kehidupan khususnya krisis
moral. Nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan kembali dalam setiap aspek kehidupan, bukan
hanya terkristalisasi sebagi ideologi Negara.
            Permasalahan disintegrasi ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi
permasalahan Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang
tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi
sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.
            Untuk itulah, makalah ini disusun dalam rangka menyadarkan kembali akan
pentingnya nilai-nilai Pancasila ditegakkan kembali.

B.  Tujuan
              Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut ini:
     1.      Memahami apa arti dari disintegrasi
     2.      Memahami tentang rasa nasionalisme
     3.      Memahami arti penting nilai-nilai Pancasila
     4.      Menumbuhkan rasa nasionalisme yang kini sudah hilang dari hati kita
     5.      Sebagai tugas individu yang wajib diselesaikan dalam mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan.

C.  Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Mengapa pada bangsa ini sangat mudah terjadi konflik SARA yang merupakan akar dari
disintegrasi bangsa?
2.      Bagaimanakah solusi dini untuk mencegah disintegrasi bangsa ini?

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Disintegrasi dan Faktor-faktor Penyebabnya


1.     Disintegrasi Bangsa
            Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi
bagian-bagian yang saling terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1996).
            Bila dicermati adanya gerakan pemisahan diri sebenarnya sering tidak berangkat dari
idealisme untuk berdiri sendiri akibat dari ketidak puasan yang mendasar dari perlakuan
pemerintah terhadap wilayah atau kelompok minoritas seperti masalah otonomi daerah,
keadilan sosial, keseimbangan pembangunan, pemerataan dan hal-hal yang sejenis.
Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang
dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah
berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru.  Segala hal yang terkait
dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar.
Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partai-
partai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar
mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan sendirinya makin
menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan
segala permasalahannya.
Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang
tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah
yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih, sehingga daerah
tersebut mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang tinggi.
Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa
ini.  Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya pengaruh dari statemen politik para elit
maupun pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa,
sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme sempit dari kelompok,
golongan, kedaerahan bahkan agama.  Hal ini menunjukkan bahwa para elit politik secara
sadar maupun tidak sadar telah memprovokasi masyarakat.  Keterbatasan tingkat intelektual
sebagian besar masyarakat Indonesia sangat mudah terpengaruh oleh ucapan-ucapan para
elitnya sehingga dengan mudah terpicu untuk bertindak yang menjurus kearah terjadinya
kerusuhan maupun konflik antar kelompok atau golongan.

2.    Faktor-faktor Penyebab Disintegrasi Bangsa


a)   Geografi
              Indonesia yang terletak pada posisi silang dunia merupakan letak yang sangat
strategis untuk kepentingan lalu lintas perekonomian dunia selain itu juga  memiliki berbagai
permasalahan yang sangat rawan terhadap timbulnya disintegrasi bangsa. Dari ribuan pulau
yang dihubungkan oleh laut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dengan kondisi
alamnya yang juga sangat berbeda-beda pula menyebabkan munculnya kerawanan sosial
yang disebabkan oleh perbedaan daerah misalnya daerah yang kaya akan sumber kekayaan
alamnya dengan daerah yang kering tidak memiliki kekayaan alam dimana sumber
kehidupan sehari-hari hanya disubsidi dari pemerintah dan daerah lain atau tergantung dari
daerah lain.

b)      Demografi
              Jumlah penduduk yang besar, penyebaran yang tidak merata, sempitnya lahan
pertanian, kualitas SDM yang rendah berkurangnya lapangan pekerjaan, telah
mengakibatkan semakin tingginya tingkat kemiskinankarena rendahnya tingkat pendapatan,
ditambah lagi mutu pendidikan yang masih rendah yang menyebabkan sulitnya kemampuan
bersaing dan mudah dipengaruhi oleh tokoh elit politik/intelektual untuk mendukung
kepentingan pribadi atau golongan.

c)      Kekayaan Alam
              Kekayaan alam Indonesia yang melimpah baik hayati maupun non hayati akan tetap
menjadi daya tarik tersendiri bagi negara Industri, walaupun belum secara keseluruhan dapat
digali dan di kembangkan secara optimal namun  potensi ini perlu didayagunakan dan
dipelihara sebaik-baiknya untuk kepentingan pemberdayaan masyarakat dalam peran
sertanya secara berkeadilan guna mendukung kepentingan perekonomian nasional.

d)     Ideologi
              Pancasila merupakan alat pemersatu bangsa Indonesia dalam penghayatan dan
pengamalannya masih belum sepenuhnya sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila, bahkan
saat ini sering diperdebatkan.  Ideologi pancasila cenderung tergugah dengan adanya
kelompok-kelompok tertentu yang mengedepankan faham liberal atau kebebasan tanpa batas,
demikian pula faham keagamaan yang bersifat ekstrim baik kiri maupun kanan.

e)      Politik
              Berbagai masalah politik yang masih harus dipecahkan bersama oleh bangsa
Indonesia saat ini seperti diberlakukannya Otonomi daerah, sistem multi partai, pemisahan
TNI dengan Polri serta penghapusan dwi fungsi BRI, sampai saat ini masih menjadi
permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas karena berbagai masalah pokok
inilah yang paling rawan dengan konflik sosial berkepanjangan yang akhirnya dapat
menyebabkan timbulnya disintegrasi bangsa.

f)    Ekonomi
              Sistem perekonomian Indonesia yang masih mencari bentuk, yang dapat
pemberdayakan sebagian besar potensi sumber daya nasional, serta bentuk-bentuk kemitraan
dan kesejajaran yang diiringi dengan pemberantasan terhadap KKN.  Hal ini dihadapkan
dengan krisis moneter yang berkepanjangan, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan
meningkatnya tingkat pengangguran serta terbatasnya lahan mata pencaharian yang layak.

g)   Sosial Budaya


              Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan dapat
menimbulkan konflik etnis kultural.  Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilai dan
budaya dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang terjadi adalah konflik
tata nilai.  Konflik tata nilai akan membesar bila masing-masing mempertahankan tata
nilainya sendiri tanpa memperhatikan yang lain.

h)  Pertahanan dan Keamanan


              Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat
multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring
dengan perkembangan  kemajuan  ilmu  pengetahuan   dan   teknologi,   informasi dan
komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung didalam pengamanan   bentuk ancaman
yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahan ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya.

B.   Nilai-nilai Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa


              Di saat menipisnya nilai-nilai nasionalisme pada diri manusia Indonesia, berbagai
hasutan dan isu-isu baik politik, ekonomi, pendidikan, agama dan sosial budaya dapat
memicu timbulnya berbagai konflik di daerah-daerah Indonesia, hal inilah yang merupakan
akar dari timbulnya disintegrasi. Keterbatasan SDM (Sumber Daya Manusia) serta buruknya
moral manusia Indonesia menyebabkan manusia Indonesia mudah dihasut dan dipofokatori
yang tidak baik oleh bangsa lain. Bangsa Indonesia mudah diadu domba dan mempunyai
sifat yang tidak stabil bila sudah terpengaruh oleh uang. Dengan uang manusia Indonesia
mudah diubah dari yang berperangai baik menjadi tidak baik, bahkan ikatan persaudaraan
bisa menjadi permusuhan.
            Untuk itu perlu kiranya penegakan yang jelas atas alat pemersatu bangsa. Salah
satunya adalah penegakkan kembali nilai-nilai Pancasila sebagai norma-norma yang luhur
dalam setiap aspek kehidupan seperti halnya yang telah dijaga oleh nenek moyang bangsa
Indonesia sejak dulu. Pancasila bukan hanya sebuah bentuk filosofis bangsa Indonesia yang
dikristalisasikan sebagai ideology Negara, tetapi Pancasila adalah tatanan hidup yang luhur
dan merupakan cita-cita yang ingin diwujudkan oleh para pendiri bangsa kita.
            Untuk itu seluruh elemen masyarakat harus memahami apa saja nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila. Pemahaman untuk setiap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dapat diwujudkan melalui pendidikan kewarganegaraan. Namun, bagaimana
dengan putra-putri Indonesia yang tidak bisa mengenyam pendidikan? Maka perlu ada
perhatian khusus yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki pendidikan di
Indonesia. Memprioritaskan anggaran belanja Negara sebesar 20% untuk dunia pendidikan
rasanya kurang, karena sebenarnya yang bobrok adalah sistem pengaturan di Indonesia,
sehingga walaupun anggaran untuk pendidikan dinaikkan tetap saja pendidikan di Indonesia
tidak akan maju, karena banyak penyelewengan-penyelewengan dalam praktiknya. Maka
inilah system regulasi Indonesia yang sangat bobrok, dan inilah juga yang memicu ketidak
adilan bagi rakyat yang akhirnya memberikan celah disintegrasi bangsa untuk bernafas.
            Namun dalam hal ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, seharusnya para
pelajar, baik siswa maupun mahasiswa juga bertanggung jawab dalam memberikan contoh
yang baik dalam pengamalan nilai pancasila. Kiranya perlu dibentuk sebuah organisasi yang
mewadahi usaha-usaha pemerataan pendidikan. Mahasiswa lebih baik mebentuk suatu
kelompok pemberi pendidikan gratis bagi rakyat yang tidak mampu, daripada melakukan
demonstrasi yang ujung-ujungnya tindak anarkis.
            Inilah beberapa nilai-nilai Pancasila yang yang seharusnya dipahami dan diamalkan
oleh manusia Indonesia selurunya:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


     Makna sila ini adalah:
a.       Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
b.      Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c.       Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
d.      Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


        Makna sila ini adalah:
     a.       Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
     b.      Saling mencintai sesama manusia.
     c.       Mengembangkan sikap tenggang rasa.
     d.      Tidak semena-mena terhadap orang lain.
     e.       Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
     f.       Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
     g.       Berani membela kebenaran dan keadilan.
     h.      Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat Dunia internasional dan
dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
        Makna sila ini adalah:
     a.       Menjaga Persatuan dan Kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
     b.      Rela berkorban demi bangsa dan negara.
     c.      Cinta akan Tanah Air.
     d.      Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
     e.       Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
Makna sila ini adalah :
     a.       Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
     b.      Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
     c.       Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil keputusan bersama.
     d.      Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat diliputi
dengan semangat kekeluargaan.

5.        Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


          Makna sila ini adalah:
          a.       Bersikap adil terhadap sesama.
          b.      Menghormati hak-hak orang lain.
          c.       Menolong sesama.
          d.      Menghargai orang lain.
          e.       Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.

C.  Sinkronisasi antara Nasionalisme dengan Nilai-nilai Pancasila


Bangsa tidak akan pernah ada tanpa adanya rasa nosinalisme antar warganya. Maka
Nasionalisme merupakan hal penting yang mengikat rasa senasib dan sepenanggung jawab
terhadap bangsa dan Negara. Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan
mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam bahasa Inggris "nation") dengan
mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia.
            Bangsa Indonesia saat ini sangat kekurangan orang yang ber-nasionalisme tinggi,
keadaan inilah yang memicu banyak konflik-konflik daerah akibat tidak adanya rasa
nosionalisme pada diri pribadi. Persaan memiliki bangsa ini sudah lenyap, sehingga
bertindak semena-mena dan tidak menghargai satu dengan yang lain.
            Nasionalisme mengajarkan pada diri kita bahwa kita harus merasa memiliki bangsa
ini, wilayah dan negara ini meskipun banyak kekurangan, namun juga dijiwai oleh semangat
untuk memajukan bangsanya demi kelangsungan hidup generasi penerus bangsa.
Nasionalisme mengajarkan kita untuk saling menghormati satu dengan yang lain meskipun
berbeda suku, agama, ras, budaya, keyakinan dan pendapat, demi menjaga keutuhan
bangsanya. Nasionalisme mengajarkan kita untuk bangga menjadi bagian dari Negara

D.  Ancaman Disintegrasi di Indonesia


              Berdasarkan faktor penyebab terjadinya isu dan gerakan disintegrasi yang
diterangkan di atas, jelas sekali bahwa bangsa ini sangat rawan adanya gerakan maupun
konflik daerah yang menjurus ke arah disintegrasi. Setelah lepasnya Timor Leste dari
pangkuan ibu pertiwi, bangsa ini masih ada ancaman disintegrasi kembali. Setelah GAM
mereda, ada Gerakan Papua Merdeka, yang notabene juga sama seperti GAM yaitu ingin
memerdekakan daerahnya dan lepas dari Indonesia.
            Akhir-akhir ini juga sering terjadi konflik-konflik kecil di daerah, seperti di Tarakan,
Kalimantan Timur, dan juga yang masih sering terjadi kerusuhan di Ambon. Konflik-konflik
terjadi karena perbedaan suku maupun agama.
            Bangsa ini rasanya tidak akan pernah lepas dari masalah disintegrasi, karena
manusia-manusianya tidak segera sadar. Bangsa ini masih terlalu lemah untuk mengikat tali
persatuan dan kesatuan dari Sabang sampai Merauke.
            Apalagi sekarang ini memasuki era globalisasi, dimana jalinan informasi dan
komunikasi sudah saling terbuka di seluruh dunia. Kehadiran globalisasi memang membawa
dampak yang baik juga terhadap kehidupan kita, karena kita sekarang lebih bisa berinteraksi
dan mendapat lebih banyak ilmu pengetahuan dari bangsa lain sehingga kita tidak terpuruk
dalam keterbelakangan. Namun dampak negatif yang ditimbulkan juga besar sekali untuk
memicu terjadinya disintegrasi suatu bangsa.
            Beberapa dampak negative dari globalisasi:
     1.      Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa
kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari
ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa
nasionalisme bangsa akan hilang
     2.           Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.)
membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri
menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa
Indonesia.
     3.      Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa
Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat
dunia dianggap sebagai kiblat.
     4.      Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena
adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan
pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional
bangsa.
            Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi
tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari anak muda sekarang.
            Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Padahal cara berpakaian
tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut
mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan
cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa
dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
            Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan
dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan
mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang
berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar
dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misalnya untuk membuka situs-situs
porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa
sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.
            Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun
dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya
adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
            Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut?
Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap
budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah
penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa
nasionalisme? Bukankah hal itu berakibat pada disintegrasi bangsa? Karena tidak adanya
kepuasan terhadap milik bangsa sendiri.

E.  Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa.


              Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan
lain-lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah
pusat, dimana segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk
permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya
memiliki kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat
Indonesia pada umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat,
terutama bila kita meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan
mempraktekkan kebijaksanaannya.
              Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya berawal dari
kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya, hukum dan hankam.
Kondisi tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan dan sakit hati beberapa tokoh
daerah, tokoh masyarakat, tokoh partai dan tokoh agama yang merasa disepelekan dan tidak
didengar aspirasi politiknya serta para eks tapol/Napol. Akumulasi dari kekecewaan tersebut
menimbulkan gerakan radikal dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.
              Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan nasional
dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi yang tepat
sesuai dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah
ancaman disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan
dinamis dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

1.     Ancaman Disintegrasi Bangsa Pasca Reformasi.


              Reformasi berbagai bentuk kekerasan telah terjadi diberbagai tempat dalam bingkai
NKRI. Citra NKRI sebagai negara yang ramah dan penuh santun mulai luntur bahkan hilang
ditelan gelombang dan derasnya arus reformasi. Munculnya konflik yang berbasis sentimen
primordial dengan sebab-sebab yang tidak terduga telah memberikan wajah baru pada NKRI.
Konflik yang muncul tidak berada dalam ruang hampa. Namun berada diatas timbunan
dibawah karpet tebal ”kesatuan” dan ”persatuan” yang menghimpit ke Bhinekaan pada
jaman Orde Baru. Reformasi telah membuka semua saluran yang dimampatkan dengan
pendekatan keamanan, membuat beragam kepentingan yang lama terpendam mencuat keatas
permukaan.
              Gambarannya semakin jelas, khususnya pasca reformasi ketika relasi-relasi
kekuasaan yang semula mapan menjadi tergoyahkan dan batas-batas identitas kembali
digugat. Dalam situasi seperti ini konflik menjadi suatu keniscayaan, berbagai konflik seperti
”hal biasa” misalnya dalam Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) dan pemekaran wilayah
yang dalam banyak hal tampaknya lebih didasari kepentingan politik daripada ketimbang
kesejahteraan rakyat.
              Karakteristik konflik tak bisa diisolasi satu dengan yang lainnya.  Konflik yang
menggunakan sentimen agama dan etnis bisa saja hanya bungkus untuk menutupi
kepentingan lain yang bersifat pragmatis dan kepentingan jangka pendek. Terkadang inti
persoalannya terkait dengan isu-isu politik dan marjinalisasi masyarakat adat akibat
kebijakan pemerintah. Seperti yang dikatakan Presiden Soekarno bahwa karakter bangsa
harus terus-menerus dibangun melalui pemimpin-peminpin yang memahami peta sosio-
kultural-ekologis setiap wilayahnya dan masyarakatnya. Hal inipun harus tercermin dalam
berbagai produk per undang-undangan yang menentukan hajat hidup warga negara. Kondisi
NKRI yang terdiri dari ribuan kebudayaan dan tersebar diribuan pulau dengan perbedaan
yang ekstreem, isu yang paling rentan adalah yang terkait dengan masalah etnis dan agama.
              Politisasi identitas dua isu itu yang paling banyak digunakan dalam konflik dan
kekerasan untuk membungkus kepentingan pribadi dan politik oleh para elit politik. Terkait
dengan timbulnya persoaalan yang mendasar dalam hubungan antara agama dan negara,
ketika negara menentukan yang mana agama dan bukan agama, implikasinya sangat luas.
Para penganut keyakinan diluar enam agama yang resmi akan dicap animisme, bahkan yang
tidak beragama dianggap komunis.
              Permasalahan kasus kekerasan terkait dengan kebebasan beragama saja pada tahun
2007 telah terjadi 185 kasus. Konflik kekerasan yang bernuansa sentimen agama sangat
komplek dan rumit, baik menyangkut konstruksi paham maupun faktor-faktor sosiologis tak
jarang konflik itu terbungkus dalam relasi sosial yang bersifat hegemonil ketika dihubungkan
antar pemeluk agama berada dalam pola hubungan mayoritas dan minoritas yang sarat
ketegangan.
              Ironisnya berdasarkan hasil penelitian Human Rights Studies tahun 2005,
masyarakat Indonesia menempatkan identitas agama dan kesukuan sebagai identitas utama,
baru kemudian identitas kebangsaan dan kemanusiaannya. Hasil penelitian tersebut jelas
bahwa terjadi perubahan paradigma dari jaman sebelum merdeka dan setelah merdeka
hingga saat ini.
              Perjalanan reformasi kadang-kadang melahirkan ketidak pastian hukum dan
mempertaruhkan esensi demokrasi itu sendiri. Munculnya Perda-perda bernuansa agama
serta moralitas salah satu hasilnya adalah lebih digunakan untuk mengalihkan perhatian dari
persoalan-persoalan riil didaerah yang tak mampu dicarikan solusinya oleh para pemimpin
daerah.
              Keinginan masyarakat untuk membangun rasa persatuan dan kesatuan merupakan
bagian dari budaya bangsa melalui kegotong royongannya tetap ada ,namun disisi lain para
pemimpin dan elit politik lebih disibukkan dengan urusan politik dan kekuasaan. Rasa
persatuan dan kesatuan tidak akan bisa dilaksanakan apabila rasa solidaritas sebagai bangsa
tak dapat ditumbuh kembangkan, karena solidaritas bertumpu atas dasar kepentingan
bersama dalam sejarah perjuangan masa lalu telah dibuktikan untuk bebas dari penjajah dan
membangun bangsa tanpa paksaan muncul kesediaan rela berkorban demi masa depan
bangsa. Solidaritas mencakup upaya-upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan
rasa kebersamaan, toleransi, empati, saling menghormati, mau mengakui kesalahan serta
bersedia mengorbankan kepentingan pribadi, kelompok dan golongsn demi kepentingan
NKRI.
              Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara maka akan
terbangun rasa cinta tanah air, oleh karena itu perlu mendefinisikan kembali masa depan
kebangsaan dan demokrasi Indonesia yang menghargai keberagaman dalam berbagai
perbedaan sekaligus menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan dalam bingkai
NKRI.

2.     Keaneka ragaman masyarakat Indonesia.


              Pandangan bahwa pruralitas, suku, agama, ras dan antar golongan sebagi penyebab
konflik atau kekerasan massal, tidak dapat diterima begitu saja. Pendapat ini benar mungkin
untuk sebuah kasus, tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Segala macam peristiwa
dan gejolak sosial budaya termasuk konflik dan kekerasan massal pada dasarnya tidaklah
lahir begitu saja, akan tetapi ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam
masyarakat yang beraneka ragam, tetapi bukan tanpa batas dan merupakan hasil dari suatu
proses sejarah yang bersifat khusus.
              Namun demikian tidak semua kondisi struktural menjadi pemicu atas munculnya
suatu gejolak atau peristiwa, tapi ada kondisi primer dan skunder maupun pendukung penting
dari munculnya gejolak tersebut antara lain akibat terdesaknya kelompok tertentu dari akses
kekuasaan serta adanya suatu proses yang dianggap tidak adil dan curang. Disisi lain karena
keberadaan pendatang yang berbeda budaya, agama, atau rasnya serta etnosentrisme dan
seklusivisme. Kondisi sekundernya adalah rasa keadlan masyarakat setempat yang tidak
terpenuhi, aparat pemerintah tidak peka terhadap kondisi yang dihadapi masyarakat, atau
malah memihak salah satu etnik atau kelompok masyarakat lainnya. Hal ini akan berdampak
makin meruncingnya suatu masalah dan membuat renggangnya rasa persatuan dan kesatuan.
              Faktor lain yang terjadi dikawasan timur Indonesia memiliki komposisi keragaman
etnik yang banyak dalam bentuk kelompok suku-suku kecil dan rentan, sedang kawasan
barat Indonesia di pulau-pulau besar tinggal kelompok suku-suku yang besar yang relatif
miskin sumber daya alam, membuat mereka bergerak mengeksploitasi  SDA  di  kawasan 
timur  Indonesia,   bahkan  nyaris  menggusur partisipasi penduduk setempat. Akibatnya
terjadi kesenjangan antara pendatang dan penduduk asli.    Keadaan    ini membuat penduduk
setempat menjadi antipati terhadap pendatang, sementara pendatang yang sukses justru
memanfaatkan ketertinggalan penduduk setempat sebagai kelemahan mereka.
              Berbagai catatan sejarah membuktikan bahwa benang merah kekerasan yang terjadi
ditingkat elit politik maupun rakyat selalu ada cara adat untuk menyelesaikannya, bila terjadi
konflik mulai masalah personal sampai keranah publik. Penyelesaian dengan mendamaikan
setiap kerusuhan, konflik, atau perang masa kinipun hal seperti itu tidak dapat dihindari.
Perdamaian dengan cara itu hanya bersifat sementara, karena rekonsiliasi hanya terjadi
dimeja perundingan, bahkan banyak melibatkan pihak luar. Sementara ditingkat akar rumput
yang paling menderita akibat konflik, tidak banyak mengalami perubahan karena mereka
tidak terwakili dimeja perundingan.
              Sebagai contoh, konflik di Ambon dan Maluku misalnya perempuan banyak
berperan sebagai agen perdamaian dengan menghubungkan pihak bertikay melalui hal yang
sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari, banyak keluarga yang saling melindungi
pihak yang dianggap lawan karena kesadaran akan persaudaraan dan hakekat kemanusiaan.

3.   Konflik-konflik Pacsa Reformasi.


              Secara sadar kita harus mengakui bahwa pasca reformasi telah terjadi ancaman
disintegrasi bangsa yang mencakup lima wilayah.
     1.      Kekerasan memisahkan diri di Timor-Timor setelah jajak pendapat tahun 1999 yang pada
akhirnya lepas dari NKRI, di Aceh sebelum perundingan Helsinki dan beberapa kasus di
Papua.
     2.      Kekerasan komunal berskala besar, baik antar agama, intra agama, dan antar etnis yang
terjadi Kalimatan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan Kalimatan Tengah.
     3.      Kekerasan yang terjadi dalam skala kota dan berlansung beberapa hari seperti peristiwa Mei
1998, huru-hara anti Cina di Tasikmalaya, Banjarmasin, Situbondo dan Makassar.
     4.      Kekerasan sosial akibat main hakim sendiri seperti pertikaian antar desa dan pembunuhan
dukun santet di Jawa Timur 1998.
     5.      Kekerasan yang terkait dengan terorisme seperti yang terjadi di Bali dan Jakarta.
              Berdasarkan data GERRY VAN KLINKEN (2007)  kekerasan komunal yang berskala
besar ataupun lokal memakan korban paling besar 90 %, dari jumlah itu 57 % meninggal
akibat issu agama, 30 % akibat etnis, 13 % akibat kekerasan rasial. Semua kejadian tersebut
tentu akan berdampak terhadap pecahnya persatuan dan kesatuan bangsa apabila
penanggannya tidak dilaksanakan dengan cepat, tepat dan tuntas.

4.     Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis.


              Dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara kondisi stabilitas keamanan
yang mantap dan dinamis diseluruh wilayah tanah air merupakan syarat mutlak. Artinya
setiap gangguan dan ancaman yang datang disebagian wilayah NKRI pada hakekatnya
ancaman bagi seluruh wilayah NKRI. Menciptakan keamanan merupakan tanggung jawab
semua pihak (Warga Negara) dengan pihak aparat keamanan (TNI dan POLRI) sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan mencermati dan memperhatikan kondisi
keamanan  diberbagai  daerah  saat  ini  dan  kondisi  bangsa  yang sedang krisis kepercayaan
dan mutlidimensi, maka terciptanya kondisi stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis
amat diperlukan. Hal ini selain merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan rasa
aman, nyaman, tentram dan adanya tata kehidupan masyarakat yang tertib juga untuk
meningkatkan kepercayaan dunia usaha yang membutuhkan adanya kepastian dan jaminan
investasi. Tanpa adanya stabilitas keamanan di suatu daerah, sudah dapat dipastikan akan
terganggu roda pembangunan dalam banyak hal. Oleh karena itu gangguan
keamanan/konflik yang terjadi di beberapa daerah perlu dilakukan penangganan yang serius
agar tidak terjadi sikap balas dendam dan luka yang terus berlanjut bahkan dapat mengancam
perpecahan bangsa.

5.   Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa.


              Mencermati masalah keamanan dibeberapa daerah yang cukup serius dan segera
harus diselesaikan melalui langkah-langkah yang komprehensif. Guna mendorong
kembalinya semangatnya persatuan bangsa dan kesatuan wilayah yang telah dimiliki dan
guna mencegah disintegrasi bangsa tidak ada alternatif lain mengembalikan kondisi aman
yang didambakan oleh seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia.  Stabilitas keamanan di
daerah konflik yang cenderung mengarah kepada disintegrasi bangsa harus terus diciptakan
dengan pendekatan komprehensif baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, politik maupun
dari pendekatan hukum dengan dibantu aparat hukum yang terus melakukan tindakan konkrit
dan koordinatif serta tetap mengedepankan semangat kebersamaan dalam menciptakan
keutuhan bangsa dan negara.

6.     Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku.


              Melihat, memperhatikan dan mencermati kondisi keamanan diberbagai daerah yang
rawan konflik saat ini serta kondisi bangsa supaya tidak terjadi ancaman disintegrasi bangsa
pemerintah pusat, instansi maupun daerah dalam hal ini pihak keamanan/aparat keamanan
harus menegakkan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku  serta  melakukan
tindakan  persuasif  dan  pendekatan keamanan secara bertahap dan disesuaikan dengan
kondisi daerah masing-masing. Guna mendorong kembali semangat persatuan, kesatuan
wilayah dan bela negara sebaiknya pemerintah mencari terobosan lain untuk
mensosialisasikan Pancasila agar dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
              Namun yang paling penting adalah bagaimana contoh dan ketauladan dari semua
penyelenggara negara, tokoh formal maupun informal terhadap rakyatnya dalam berpikir,
bersikap dan bertindak yang pada berdasarkan Pancasila sebagai ideologi, pandangan hidup
serta dasar negara.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
              Dari hasil analisis tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
     a.       Disintegrasi bangsa, separatisme merupakan permasalahan kompleks, akibat akumulasi
permasalahan politik, ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih sehingga perlu
penanganan khusus dengan pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek hukum,
keadilan, sosial budaya.
     b.      Pemberlakuan Otonomi Daerah merupakan implikasi positif bagi masa depan daerah di
Indonesia namun juga berpotensi untuk menciptakan mengentalnya heterogental dibidang
SARA.
     c.       Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang dapat
menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.
     d.      Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan
meredamnya konflik pada skala dini.  Namun pada skala kejadian diperlukan
profesionalisme aparat kemanan secara terpadu.
     e.       Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu diantisipasi
dengan penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan sosialisasi.

B.     Saran
              Untuk mendukung terciptanya keberhasil mencegah terjadinya disintegrasi:
     a.       Penyelesaian konflik yang bernuansa separatisme bersenjata harus diselesaikan dengan
pendekatan militer terbatas dan professional guna menghindari korban dikalangan
masyarakat dengan memperhatikan aspek ekonomi dan sosial budaya serta keadilan yang
bersandar pada penegakan hukum.
     b.      Penyelesaian konflik yang bernuansa SARA diatasi melalui pendekatan hukum dan HAM.
     c.       Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor perbedaan,
disarankan kepemimpinan daerah  harus mampu meredam dan memberlakukan reward and
punishment dari strata pimpinan diatasnya.
     d.      Guna mengantisipasi segala kegiatan separatisme ataupun kegiatan yang berdampak
disintegrasi bangsa perlu dibangun dan ditingkatkan institusi inteligen yang handal.

DAFTAR PUSTAKA

Amirul Isnaini, Mayor Jenderal TNI, Mencegah Keinginan Beberapa Daerah Untuk Memisahkan Diri
Tegak Utuhnya NKRI, Jakarta, Lemhannas 2001.

Budi Utomo, Pembangunan Wilayah Perbatasan Indonesia dalam Perspektif Keamanan


Manusia,diakses tanggal 28 September 2008

 http://budiutomo79.blogspot.com/2007/09/pembangunan-wilayah-perbatasan.html

Departemen Pertahanan RI, Buku Putih Pertahanan Negara, Jakarta, 2008

Departemen Pertahanan RI, Doktrin Pertahanan Negara, Jakarta, 2007

HB. Amiruddin Maula, Drs, SH, Msi, Menjaga Kepentingan Nasional Melalui Pelaksanaan Otonomi
Daerah Guna Mencegah Terjadinya Disintegrasi Bangsa, Jakarta, Lemhannas, 2001.

Ketetapan MPR Nomor : V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional. Jakarta,
2000.

Iskandar Zulkarnaen, Bung Hatta Pernah Menangis Melihat Kondisi Perbatasan, Save Our Borneo,
Jakarta, 2008, diakses tgl 3 September 2008 dari

http://saveourborneo.org/index.php?option=com_content&task=view&id=178&Itemid=37
D.        Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya :
1.    Memperluas cakrawala berfikir kita mengenai masalah-masalah yang ada di Indonesia.
2.    Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai