Anda di halaman 1dari 16

KEWARGANEGARAAN

“INTEGRASI NASIONAL”

DI SUSUN OLEH :

Nirvana Sabila Nuban 1718011117 Stefani Agustin Parapasan 1718011044


Dewi Tri Atmaningsih 1718011141 Jesica Natalia S 1718011018
Hasna Laili Jovita 1718011017 Isvi Aliffia Bingga 1758011002
Jason Mikail Amper 1758011045 Sitram Ayunesti 1758011050
Dewi Tri Atmaningsih 1718011141 Erlicha Paramitha M 1718011043
Dea Muthia Salsabila 1758011021 Ni Made Ida Damma A 1718011069
Hariz Ghulam R 1718011093 Rio Afrian Pratama 1718011167
Dansen Frans L.D.R. 1718011120

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018 / 2019
Integrasi Nasional
Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional. Seperti
yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang
melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia manusia yang berbeda pula sehingga
dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia.
Makna integrasi nasional integrasi nasional berasal dari kata integrasi yang artinya
menyatu dan nasional yang berarti kebangsaan integrasi nasional berarti penyatuan bagian-
bagian yang berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau
memadukan masyarakat- masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa.

Tentang integrasi, myron weiner (1971) memberikan lima definisi mengenai integrasi yaitu :
o Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
suatu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional, membangun rasa kebangsaan
dengan cara menghapus kesetiaan pada ikatan-ikatan yang yang lebih sempit.
o Integrasi menunjuk pada masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat diatas
unit-unit sosial yang lebih kecil yang betanggotakan kelompok-kelompok sosial budaya
masyarakat tertentu.
o Integrasi menunjuk pada masalah menghubungkan antara pemerintah dengan yang
diperintah. Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai pada kelompok
elit dan massa.
o Integrasi menunjuk pada adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang diperlukan
dalam memelihara tertib sosial.
o Integrasi menunjuk pada penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima demi
mencapai tujuan bersama.
Sejalan dengan definisi tersebut, myron weiner membedakan lima tipe integrasi nasional,
integrasi wilayah, integrasi nilai, integrasi elit massa, dan integrasi tingkah laku (tindakan
integratif). Integrasi merupakan upaya menyatukan bangsa-bangsa yang berbeda dari suatu
masyarakat menjadi satu bangsa.
Howard Wriggins (1996) menyebut adanya pendekatan atau cara bagaimana para
pemimpin politik mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutnya
disebut sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu bangsa yaitu :
1) Adanya ancaman dari luar
2) Gaya politik kepemimpinan
3) Kekuatan lembaga-lembaga politik
4) Ideologi nasional
5) Kesempatan pembangunan ekonomi

Sunyoto Usman (1998) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi
apabila:
1. Masyarakat dapat menentukan dan menyepapakati nilai-nilai fundamental yang dapat
dijadikan rujukan bersama
2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “croos cutting loyality”
3. Masyarakat berada saling ketergantungan diantara unit-unit sosial yang terhimpun di
dalamnya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

Macam-macam integrasi

a. Integrasi kebudayaan
b. Integrasi sosial adalah proses penyesuaian di antara unsur- unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi bagi
masyarakat
c. Integrasi nasional Proses penyesuaian di antara unsur- unsur yang saling berbeda dalam
kehidupan di masyarakat secara nasional sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan
yang serasi fungsinya bagi masyarakat tersebut
Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Nasional sebagai berikut:
2. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
3. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
4. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan
merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
5. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh
banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
6. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa
kesatuan bahasa Indonesia.

Faktor-Faktor Penghambat Integrasi Nasional sebagai berikut:


2) Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama
yang dianut, ras dan sebagainya.
3) Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
4) Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong
keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar
negeri.
5) Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
6) Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.

Contoh Wujud Integrasi Nasional, antara lain sebagai berikut:


a) Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik
Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah
terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada 27 provinsi). Setiap
anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu,
misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan sebagainya.
b) Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman,
tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
c) Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau
mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar menari
legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari semua propinsi
di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga terdapat bangunan
tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu masjid (untuk agama
Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk agama Hindu) dan wihara
(untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu agama resmi di Indonesia baru
5 (lima) macam.

Contoh-Contoh Pendorong Integrasi Nasional :


a. Adanya rasa keinginan untuk bersatu agar menjadi negara yang lebih maju dan tangguh
di masa yang akan datang.
b. Rasa cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia
c. Adanya rasa untuk tidak ingin terpecah belah, karena untuk mencari kemerdekaan itu
adalah hal yang sangat sulit.
d. Adanya sikap kedewasaan di sebagian pihak, sehingga saat terjadi pertentangan pihak
ini lebih baik mengalah agar tidak terjadi perpecahan bangsa.
e. Adanya rasa senasib dan sepenanggungan
f. Adanya rasa dan keinginan untuk rela berkorban bagi bangsa dan negara demi
terciptanya kedamaian

Bentuk Integrasi Nasional sebagai berikut :


 Asimilasi, yaitu pembauran kebudayaan yang disertai ciri khas kebudayaan asli.
 Akulturasi, yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan
asli
Ancaman, Tantangan, dan Gangguan Integrasi Nasional

A. Ancaman dan Tantangan Integrasi Nasional


Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman dibedakan menjadi ancaman militer dan ancaman nonmiliter

1. Ancaman militer => ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata serta terorganisir
dan sangat berbahaya. Bentuk ancaman militer :
o perang saudara
o agresi wilayah
o 3.sabotase untuk merusak instalasi militer
o pemberontakan militer
o pelanggaran wilayah oleh negara lain
2. Ancaman nonmiliter => ancaman yang tidak bersenjata tetapi jika dibiarkan itu akan
membahayakan bangsa. Bentuk ancaman nonmiliter :
o penyalahgunaan narkoba
o korupsi, kolusi, nepotisme (KKN)
o perusakan lingkungan
o kemiskinan
o kebodohan
o lunturnya kesatuan dan persatuan bangsa
Selain itu ancaman juga dibedakan menjadi ancaman yang berasal dari dalam negeri dan dari
luar negeri
1. Ancaman dari dalam negeri berupa :
o kerusuhan
o pemaksaan kehendak
o pemberontakan bersenjata
o keinginan untuk mengubah ideologi
2. Ancaman dari luar negeri berupa :
o penguasaan wilayah indonesia
o pencurian kelayaan alam
o penyelundupan barang
o masuknya pesawat asing ke wilayah indonesia

Bangsa Indonesia sebetulnya dapat belajar dari pengalaman negara-negara lain dan dari
negara kita sendiri tentang akibat menguatnya primordialisme, sehingga keberadaan dan
penguatan lembaga-lembaga integrative seperti sistem pendidikan nasional, birokrasi sipil dan
militer, partai-partai politik (ideology nasionalisme yang dapat menjembatani perbedaan etnik
yang tajam, Sedangkan partai etnik tidak berhasil) harus tetap dilaksanakan dengan mengngat
bahwa hal ini adalah sebagai konsekuensi dari masyarakat kita yang majemuk.
Perlunya lembaga-lembaga pemersatu melalui state building dilandasi oleh pemikiran
seorang ilmuwan Benedict Anderson, yang menganggap nasionalisme sebagai ideologi yang
membentuk suatu masyarakat imajiner (imagined communities). Dalam masyarakat imajiner
menjadi masyarakat riil juga membuktikan kebenaran teori Geertz tentang perlunya lembaga-
lembaga pemersatu, sehingga ketika pencetus ideology nasionalisme para founding father sudah
meninggal, negara bangsa masih tetap bertahan dan tidak terjadi disintegrasi. Uraian secara
singkat tentang lembaga pemersatu yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :

1. Birokrasi sipil dan militer


Lembaga integrative yang paling dominant dan paling penting yang mutlak diperlukan
adalah kekuatan militer (TNI), yang jika diperlukan dapat memakai penguasaan dan
monopolinya atas alat-alat kekerasan (alat peralatan perang – alat utama sistem persenjataan)
untuk mempertahankan dan bahkan untuk membangun negara bangsa. Dalam kerangka
pemikiran tradisional bahkan gejala universal kaum militer di dunia, peranan militer sebagai
benteng terakhir (mean of the last resort) mempertahankan kebutuhan negara bangsa. Hal ini
dapat dilihat sikap keras dari militer terhadap gerakan-gerakan separatis maupun kedaerahan
(primodialisme), sebagai contoh kudeta militer di Pakistan di bawah Jenderal Musharaf,
kepulauan Fiji, Rusia di bwah Presiden Vladimir Putin menghadapi separatis Chechnya, dan
Srilanka menghadapi gerilyawan etnik Tamil serta TNI dan Polri menghadapi gerakan-gerakan
separatis maupun kedaerahan di Indonesia mulai dari RMS tahun 1950, sampai masalah GAM di
Aceh dan Papua Merdeka di Papua.
Dalam suasana demokratisasi, pengunaan kekuatan militer terhadap gerakan separatis
dapat menimbulkan ambivalensi karena pada proses demokrasi, kegiatan separatisme yang
dilakukan tanpa kekerasan adalah sesuatu yang legal. Contoh nyata adalah kasus Quebec di
Kanada yang sudah dua kali melakukan referendum untuk memisahkan diri tetapi tidak berhasil.
Referendum yang berhasil terjadi di Indonesia, yakni jajak pendapat di Timor Timur tahun 1999
yang dimenangkan oleh kelompok pro kemerdekaan. Jajak pendapat di Timor Tiimur sebetulnya
bukan yang pertama kali untuk Indonesia, karena kita pernah menyelenggarakan Act of free
choice (penentuan pendapat rakyat – perpera) di Irian jaya tahun 1969 bersama PBB, yang
berhasil mendapat dukungan untuk bersatu dengan Indonesia. Contoh Jajak pendapat serupa
terjadi di Sabah dan Serawak tahun 1963 yang setuju bergabung dengan semenanjung Malaya
untuk membentuk negara Malaysia.
Selain birokrasi militer, proses state building juga mencakup birokrasi sipil yang
mempunyai tugas utama menarik pajak dan menyediakan bahan Pokok khususnya bahan
Makanan (aparatur pajak sebagai bentuk yang paling tradisional dari demokrasi). Penyediaan
bahan Makanan harus tersedia dengan cukup untuk mencegah terjadinya “huruhara kelaparan
pangan” atau food riots, yang dalam sejarah dapat di contohkan dengan revolusi Prancis tahun
1789 dan revolusi Rusia tahun 1917. Indonesia juga pernah mengalami food riots yang
menyebabkan runtuhnya pemerintahan orde baru tahun 1998 akibat krisis moneter Sejak tahun
1997. Krisis pangan dan moneter juga meruntuhkan pemerintahan di Muangthai dan Korea
Selatan, Sedangkan yang selamat hanya Malaysia di bawah PM Mahathir Mohammad.
Birokrasi militer dan sipil di Indonesia sudah berkembang pesat dan mengalami kemajuan baik
dari segi jumlah, kualitas, jenjang pangkat maupun penempatan jabatan eselon Pimpinan serta
sumber etnik rekrutmen. Dari segi etnik, baik TNI maupun Polri dan PNS baik Pusat maupun
daerah sudah meliputi semua etnik group yang ada, sehingga melambangkan Bhineka Tunggal
Ika.

2. Partai Politik.
Lembaga partai politik di Indonesia merupakan perwujudan dari ideology nasionalisme yang
paling berhasil. Ideologi nasionalisme yang dibawakan oleh Partai Politik di Indonesia cukup
berhasil, partai politik yang berideologi nasionalisme dapat menjembatani perbedaan etnik yang
tajam, ini dapat dibuktikan oleh sejarah bahwa partai politik yang berazaskan etnik boleh
dikatakan kurang berhasil bahkan gagal total. sebagai contoh pada Pemilu 1999 Partai Tionghoa
Indonesia gagal dibandingkan partai Bhineka Tunggal Ika yang keduanya berorientasi etnik
Tionghoa, dimana partai Bhineka Tunggal Ika yang majemuk berhasil memperoleh satu kursi di
DPR. Sedangkan pada Pemilu tahun 1955 yang agak berhasil hanya Partai Persatuan Dayak di
Kalimantan Barat Sedangkan Partai etnik lainnya di Jawa Barat gagal memperoleh kursi di
DPRD maupun DPR.
Dalam sejarahnya Partai Politik merupakan alat mobilisasi vertical yang lebih cepat
dibandingkan dengan birokrasi nasional baik birokrasi sipil maupun militer. Dengan sistem
Pemilu di Indonesia sekarang merupakan gabungan dari sistem distrik dan sistem proposional,
sehingga perwakilan daerah dan etnik terwakili. Maka partai politik mampu menjadi alat
integrasi bangsa untuk menekan perlawanan etnik yang minoritas. Kita juga dapat memetik
pelajaran dan pengalaman kisah sukses PAP di Singapura menunjukkan keberhasilan kebijakan
rekrutmen dari Lee Kuan Yew dalam mengakomodir ketiga etnik yang ada di luar etnik
mayoritas Tionghoa yakni etnik Melayu, India dan Indo (Eurasian). Bagaimana dengan Pemilu
2009 nanti ?

3. Sistem Pendidikan Nasional


Sistem pendidikan nasional menjadi alat integrasi nasional terutama karena sifatnya yang
menciptakan elite nasional yang kohesif. Pendidikan nasional mulai dari SD sampai Perguruan
Tinggi, menjadi alat pemersatu baik melalui kurikulum nasiional, bahasa pengantar maupun
sistem rekrutmen siswa, mahasiswa maupun tenaga pengajar yang bersifat nasional. Dalam
suasana otonomi daerah sekarang ini diusahakan adanya ujian lokal tetapi yang berstandar
nasional, demikian juga walaupun ada ide untuk menambah muatan kurikulum lokal/kedaerahan,
namun tetap kurikulum inti mengajarkan ilmu sosial dan humaniora yang bersifat integratif dan
nasional.
Sifat integratif lainnya adalah pemakaian bahasa pengantar yakni bahasa Indonesia sebaga
bahasa nasional disamping penggunaan bahasa lokal/daerah yang diberlakukan untuk pendidikan
tingkat SD/SLTP. Cara ini akan memudahkan integrasi ke dalam sistem nasional dan sosialisasi
yang sama untuk seluruh warga negara.
Sedangkan alat integrasi yang lain adalah rekrutmen siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar yang
bersifat nasional dan multi etnik, sehingga terjadi proses komunikasi, sosialisasi, asimilasi dan
kulturasi dari berbagai etnik di kalangan siswa, mahasiswa dan tenaga pengajar. Adanya
perguruan tinggi pada tahun 1920 di Jakarta dan di berbagai kota besar maupun di setiap ibukota
propinsi dan dianggap sebagai embrio terbentuknya komunitas nasional yang bersifat multi etnik,
berbicara dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan berkeinginan terbentuknya
negara Indonesia.

4. Kemajuan Komunikasi dan Transportasi.


Peranan media masa nasional seperti koran, majalah, TVRI, RRI cukup penting di Indonesia
sebagai alat integrasi nasional. Banyak koran maupun media masa lainnya yang terbit di Jakarta
tetapi penyebarannya menjangkau sampai ke seluruh kabupaten-kabupaten, begitu juga koran
lokal yang mampu menembus pasar ke daerah lainnya. Alat komunikasi lainnya adalah telepon,
yang mengalami perkembangan pesat sejak pemerintahan orde baru sampai sekarang, seiring
dengan modernisasi telekomunikasi yang dipelopori oleh Telkom dan Indosat. Sifat integratif
dari telepon ini dibuktikan dengan banyaknya percakapan interlokal antar kota yang mencakup
rata-rata 30 % dari biaya langganan telepon perbulan.
Perkembangan yang cepat dalam bidang transportasi mengakibatkan terjadinya mobilitas
geografis penduduk dapat lebih cepat, aman, nyaman, dan murah. Bentuk mobilitas penduduk
dapat transmigrasi, migrasi maupun turisme baik antar daerah, nasional, regional bahkan global.
Meningkatnya kegiatan mobilitas penduduk dan turisme nasional maupun lokal membawa
dampak memperkuat rasa kesatuan dan kebangsaan.

B. Gangguan Integrasi Nasional


1. Geografi.
Letak Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh
dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya dari negara tetangga atau daerah perbatasan,
daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar, seperti daerah wisata, atau daerah yang
memiliki kakayaan alam yang berlimpah.
2. Demografi.
Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang tidak
merata merupakan faktor dari terjadinya disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya tingkat
pendidikan dan kemampuan SDM.
3. Kekayaan Alam.
Kekayaan alam Indonesia yang sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya yang tidak
merata dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini meliputi
hal-hal seperti pengelolaan, pembagian hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan akibat dari
pengelolaan.
4. Ideologi.
Akhir-akhir ini agama sering dijadikan pokok masalah didalam terjadinya konflik di negara ini,
hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama lain.
Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan
terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari
para tokoh agama mengenai pendalaman masalah agama dan komunikasi antar pimpinan umat
beragama secara berkesinambungan.
5. Politik.
Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam bermasyarakat dan sering mengakibatkan konflik
antar masyarakat yang berbeda faham apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan
menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat. Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-
kebijakan pemerintah pusat yang diberlakukan pada pemerintah daerah juga sering menimbulkan
perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan
didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-hal lain seperti perasaan pemerintah daerah
yang sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan bantuan dari pemerintah pusat, konflik
antar partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan nasional dan kondisi yang tidak pasti
dan tidak adil akibat ketidak pastian hukum.
6. Ekonomi.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup
dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara
masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan adanya indikasi untuk mendapatkan kekayaan
dengan tidak wajar yaitu melalui KKN.
7. Sosial Budaya.
Pluralitas kondisi sosial budaya bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila tidak
ditangani dengan bijaksana. Tata nilai yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu sama
dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara
kelompok yang keras dan lebih modern dengan kelompok yang relatif terbelakang.
8. Pertahanan Keamanan.
Kemungkinan disintegrasi bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan dapat terjadi dari
seluruh permasalahan aspek asta gatra itu sendiri. Dilain pihak turunnya wibawa TNI dan Polri
akibat kesalahan dimasa lalu dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk
mempertahankan kekuasaannya bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan negara.

C. CARA MENINGKATKAN INTEGRASI NASIONAL


a. Membangun dan menghidupkan komitmen, kesadaran, dan kehendak untuk bersatu
b. Membangun kelembagaan di masyarakat yang berakarkan pada nilai dan norma yang
menyuburkan persatuan dan kesatuan
c. penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam
suatu identitas nasional
d. mengembangkan perilaku integrasi di indonesia dengan upaya bekerja sama dalam
organisasi dan berperilaku sesuai dengan cara yang dapat membantu pencapaian tujuan
organisasi e) meningkatkan integrasi nilai indonesia ada dalam pancasila dan UUD 1945
sebagai system Semboyan bhinneka tunggal ika dalam membangun integrasi nasional
Dalam pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dituangkan dalam sila ketiga, yakni “persatuan
indonesia” yang merupakan landasan hukum dalam hal integrasi bangsa dan negara, serta
sebagai motivasi perbuatan baik di kehidupan masyarakat. Semangat Bhinneka Tunggal
Ika sangat diperlukan untuk memperkukuh persatuan indonesia merupakan syarat
terpenting untuk menjadi indonesia negara yang kaya akan potensi dan meningkatkan
semangat bhinneka tunggal ika

Integrasi nasional memiliki dua dimensi yaitu vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal dari
integrasi nasional berkenaan dengan upaya menyatukan kalangan elit dan massa atau antara
pemerintah dengan rakyat. Integrasi ini sering disebut sebagai “integrasi politik”. Sedangkan
dalam dimensi horizontal, integrasi nasional berkenaan dengan upaya menyatukan perbedaan
yang ada di dalam masyarakat seperti tempat tinggal, suku, agama, ras, dan perbedaan lainnya.
Integrasi ini disebut juga “integrasi teritorial”.
Salah satu contoh kasus permasalahan integrasi nasional dalam dimensi vertikal yang pernah
terjadi di Indonesia yaitu konflik Aceh di mana timbul pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM). Konflik Aceh dipicu oleh beberapa faktor, namun yang paling menonjol yaitu tentang
kekecewaan rakyat Aceh terhadap pemerintah pusat. Pada tanggal 26 Mei 1959, Aceh pernah
diberi otonomi yang luas terutama dalam bidang agama, adat, dan pendidikan. Namun, sejak
diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah dan UU No.
5 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Desa, Orde Baru membuat penyeragaman di
seluruh daerah tanpa memperhatikan nilai-nilai lokal. Hal ini membuat status keistimewaan
Aceh terhapuskan. Selain hal tersebut, masyarakat Aceh juga pernah merasa sumber daya
alamnya tereksploitasi namun wilayahnya tidak mengalami kemajuan yang signifikan. Saat itu
terdapat pabrik LNG dan pupuk Iskandar Muda yang mampu memberikan keuntungan besar
bagi negara, namun hasilnya lebih banyak diperuntukkan untuk pembangunan Jakarta daripada
Aceh sendiri. Intinya, Aceh ingin dieksklusifkan sesuai dengan kualitas wilayah mereka dan
kalau bisa sampai menjadi negara yang merdeka. Hal ini yang memicu pemberontakan di Aceh.
Namun, pemberontakan tersebut dapat teratasi hingga saat ini dan Aceh tetap berstatus
sebagai salah satu provinsi di Indonesia.

Contoh kasus integrasi nasional dalam dimensi horizontal yaitu konflik di Sampit di mana terjadi
kesenjangan antara suku Dayak asli dengan suku Madura yang tinggal di sana. Konflik yang
terjadi timbul karena permasalahan-permasalahan umum namun “dari suku apa pembuat
masalah berasal” juga diperhitungkan sehingga permasalahan bukan hanya secara personal
namun sampai mengikutsertakan suku. Sebagai contohnya yaitu kasus pencurian ayam oleh
seorang dari suku Madura yang tertangkap dan dianiaya oleh warga suku Melayu. Kemudian hal
itu berkembang dengan penyerangan warga suku Madura pada warga suku Melayu. Setelah itu,
suku Melayu dibantu dengan suku Dayak menyerang suku Madura. Sejak saat itu, terjadilah
konflik-konflik yang memanas antara suku Dayak dan Madura.

Meskipun rakyat Indonesia memiliki permasalahan terkait integrasi nasional, kita semua harus
tetap menjunjung semboyan kita yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda namun
tetap satu jua. Perbedaan yang ada jangan diartikan sebagai penghambat persatuan, namun
dapat diartikan sebagai sumber kekayaan yang dapat dijadikan sebagai keunggulan negara kita.
Lalu sekarang apakah semboyan Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945 masih dapat mengatasi
permasalahan integrasi nasional? Menurut saya ya masih bisa saja, mengapa tidak? Tergantung
individunya mau menurut atau tidak. Secara realita kita memang beragam, mau bersatu atau
tidak tergantung sikap individu itu sendiri, mau melanggar UUD 1945 dengan menciptakan
kerusuhan atau tidak juga tergantung individu itu sendiri. Yang jelas, seluruh bangsa Indonesia
bernaung dalam aturan hukum yang sama. Siapa yang berbuat kesalahan akan dihukum
berdasarkan pasal yang dilanggar dalam undang-undang yang ada. Sejauh ini, Indonesia masih
tetap utuh (kecuali Timor Timur sudah lepas). Setelah lepasnya Timor Timur, belum ada provinsi
yang menjadi sebuah negara baru sendiri. Menurut saya, timbulnya konflik dalam integrasi
nasional bersumber dari pemahaman-pemahaman tertentu yang bersifat provokatif. Oleh
karena itu, penting sekali menanamkan pendidikan karakter pada generasi muda bangsa
Indonesia. Terkait dalam hal itu, hendaknya pemerintah lebih menggencarkan pemerataan
pendidikan beserta penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan bangsa Indonesia. Contohnya
melalui Pendidikan Kewarganegaraan yang menarik dengan semangat Bhineka Tunggal Ika.
Jangan sampai generasi kita ke depan tidak memahami pentingnya integrasi nasional.
Sebenarnya, tidak hanya pemerataan di bidang pendidikan saja yang harus dioptimalkan,
namun pemerataan pembangunan di seluruh bidang juga harus dilakukan agar seluruh wilayah
di Indonesia dapat mencapai kesetaraan kesejahteraan sehingga tidak ada lagi kecemburuan
seperti penduduk Jawa dan di luar Jawa.

Jadi, menurut kelompok kami integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan
masyrakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau
dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat
penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat
menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.

Integrasi nasional merupakan suatu proses yang harus dibina dan ditingkatkan. diketahui
bahwa integrasi nasional dapat diciptakan melalui kesadaran dari segala ancaman, kemampuan
dalam mengakomondasi aspirasi rakyat, dan kemampuan penyelenggaraan politik
desentralisasi dalam pemerintahan.

Terdapat berbagai aspek yang berkaitan dengan integrasi nasional, yaitu

1. Eksistensi bangsa, berhubungan dengan ketahanan nasional dan kualitasnya

2. Efektivitas lembaga legislatif, saling melengkapi antara infrastruktur dan suprastruktur politik

3. Politik desentralisasi, pemberian kesempatan pada masyarakat lokal untuk mengatur masalh
masalah tertentu antara kepentingan nasional dan kebutuhan masyarakat

Indonesia sangat dikenal dengan keanekaragaman suku, budaya dan agama. Oleh sebab itu,
adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia lebih
memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi tidak
terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik
bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas
wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti
pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya. Konflik
tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan. Upaya integrasi terus
dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam semboya
bhinneka tunggal ika.

Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus diakui
dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya. Selain
menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat Indonesia
harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik yang
berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.

Dan kelompok kami menyarankan agar kita sebagai warga negara Indonesia mengetahui apa itu
integrasi nasional serta berbagai faktor yang mempengaruhi dan pentingnya integrasi nasional
bagi bangsa Indonesia. Dengan mengetahui pentingnya Integrasi Nasional Bagi Bangsa
Indonesia, diharapkan kita bisa menjadi warga negara yang baik dan mampu melaksanakan
proses pemersatuan perbedaan perbedaan yang ada pada negara kita sehingga terciptanya
keserasian dan tidak adanya konflik dalam negara ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/integritas

http://id.wikipedia.org/wiki/nasional

Anda mungkin juga menyukai