Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN DAN PENTINGNYA SOSIALISASI

Baik disadari atau pun tidak, sosialisasi berlangsung nyaris dalam setiap proses sosial. Nilai
dan norma sosial ditularkan dari satu pihak ke pihak lainnya. Keterampilan dan kecakapan pun
diajarkan dari satu generasi ke generasi lainnya. Apakah yang dimaksud dengan sosialisasi ?
Apakah pentingnya sosialisasi bagi individu dan masyarakat ? Mari simak bahasan berikut.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai pengertian
dan pentingnya sosialisasi.
A. PENGERTIAN SOSIALISASI
Peter Berger (1978) mengemukakan adanya perbedaan mendasar antara manusia dengan
makhluk lain, sebut saja misalnya hewan. Berbeda dengan hewan yang sejak awal hidupnya
telah dilengkapi naluri yang mengendalikan seluruh perilakunya, di saat lahir manusia
merupakan makhluk tak berdaya karena naluri yang dimilikinya relatif tidak lengkap. Bayi
mengalami proses pembelajaran, mulai dari cara makan dan minum, cara berbicara, cara
berjalan, dan sebagainya. Bila dibesarkan terpisah dari masyarakat manusia, seorang anak
sangat mungkin akan bertumbuh menjadi individu yang tidak memiliki jiwa sosial, atau
diistilahkan sebagai feral children.
Secara umum, sosialisasi dapat didefinisikan sebagai proses belajar yang dialami seseorang
untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma, agar ia mampu berpartisipasi
sebagai anggota kelompok masyarakat. Dari berbagai definisi sosialisasi, dapat disimpulan
beberapa unsur sebagai pengertian mendasar, yakni :
1) Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses akomodasi dengan mana individu
menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan
masyarakatnya.
2) Dalam proses sosialisasi itu, individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola, nilai
dan norma, tingkah laku, serta standar tingkah laku dalam masyarakat dimana ia hidup.
3) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan
dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya. Dalam proses sosialisasi,
kegiatan-kegiatan yang tercakup adalah :
Belajar (learning),
Penyesuaian diri dengan lingkungan,
Pengalaman mental.
B. PENTINGNYA SOSIALISASI
Beralih mengenai pentingnya sosialisasi, tak dapat disangkal bahwa proses tersebut memang
memiliki peran yang sangat signifikan bagi kelangsungan keadaan tertib masyarakat. Hanya
melalui proses sosialisasi sajalah, nilai dan norma yang menjadi penentu keteraturan maupun

tertib sosial dapat diwariskan serta diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya
(dengan ataupun tanpa perubahan). Itulah sebabnya mengapa masyarakat secara terusmenerus melaksanakan proses sosialisasi terhadap individu-individu anggotanya.
Tidak hanya penting bagi masyarakat sebagai suatu tatanan, proses sosialisasi juga sangat
bermakna bagi kehidupan anggota masyarakat sendiri secara individual. Tanpa mengalami
proses sosialisasi yang memadai, nyaris mustahil individu dapat hidup sewajarnya dalam
masyarakat. Mengapa demikian ? Karena ia takkan memiliki pemahaman mengenai nilai dan
norma sosial yang berlaku sehingga pada akhirnya mengalami kesulitan menyesuaikan pola
perilakunya. Hal mana akan menyebabkan individu bersangkutan sulit diterima oleh lingkungan
sosialnya.
Adapun proses perkembangan dan pentingnya proses sosialisasi bagi individu dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Kematangan fisik (physical maturation)
Dalam hal ini, sosialisasi membantu individu untuk memahami keadaan dan perkembangan
kedewasaannya secara fisik, terutama mengenai masalah seksualitas. Proses sosialisasi
diharapkan mampu memberikan informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas
dan benar. Materi yang diberikan harus pula dikaitkan dengan norma-norma yang berlaku di
masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan, dan bagaimana harapan masyarakat.
b) Tekanan sosial dan kebudayaan dalam masyarakat (cultural pressure of society)
Pada tahap ini, sosialisasi memampukan individu untuk mengatasi tekanan dengan cara
memberikan pemahaman mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga
selanjutnya akan dapat menyesuaikan diri.
c) Penilaian serta penghargaan terhadap diri sendiri (the personal value and aspiration of the
individual)
Individu yang mampu menilai baik serta menghargai dirinya sendiri adalah sosok yang berdaya
dan dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat. Dalam hal ini, sosialisasi
memampukan individu untuk melihat dirinya sebagai pribadi yang unik dan memiliki potensi
besar. Selanjutnya, yang semestinya dilakukan adalah mengembangkan potensi tersebut demi
mencapai nilai bersama, sesuai aturan normatif.

RANGKUMAN
1) Secara umum, sosialisasi dapat didefinisikan sebagai proses belajar yang dialami seseorang
untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma.
2) Hanya melalui proses sosialisasi sajalah, nilai dan norma yang menjadi penentu keteraturan
maupun tertib sosial dapat diwariskan serta diteruskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya (dengan ataupun tanpa perubahan).

SOSIALISASI KE DALAM DIRI, PIKIRAN, DAN EMOSI

Saat dilahirkan, seseorang tidak memahami keberadaan diri yang terpisah dan berbeda dengan
orang lain. Bagaimana seseorang mengembangkan suatu konsep diri (self), gambaran
mengenai pandangan orang lain terhadapnya, dan citra diri tersendiri ? Mari simak bahasan
berikut.

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai
berkembangnya konsep diri (self), gambaran mengenai pandangan orang lain, dan citra diri
tersendiri.
A. LOOKING-GLASS SELF (COOLEY)
Charles Horton Cooley (1902) menciptakan istilah looking-glass self untuk menggambarkan
bahwa perasaan mengenai diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.
Cooley menyebutkan bahwa looking-glass self mengandung tiga unsur, yakni :
1) Seseorang membayangkan bagaimana ia tampak bagi mereka yang ada di sekelilingnya.
2) Seseorang menafsirkan reaksi orang lain.
3) Seseorang mengembangkan suatu konsep diri (self-concept).
Ketiga langkah dalam looking-glass self merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari.
Saat seseorang menyimpulkan reaksi dan evaluasi orang lain terhadapnya, ia secara terusmenerus menyempurnakan atau mengubah konsep dirinya. Tak jarang pula ia berusaha
menyesuaikan diri dengan harapan masyarakat agar dinilai positif oleh orang-orang di
sekelilingnya. Dengan demikian, konsep diri tidak pernah merupakan suatu produk yang
selesai, melainkan selalu berada dalam proses perubahan, hingga akhir hayat manusia.
B. ROLE-TAKING (MEAD)
Menurut George Herbert Mead (1863-1931), manusia yang baru lahir belum mempunyai diri.
Diri manusia berkembang secara bertahap melalui sosialisasi dan pembelajaran mengambil
peran orang lain (role-taking). Adapun proses sosialisasi ini berlangsung dalam tahap-tahap
berikut :
a) Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami seorang individu sejak dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal kehidupan sosial di sekitarnya, termasuk berupaya memperoleh pemahaman
tentang diri. Pada tahap dimaksud, anak mulai melakukan kegiatan meniru meski belum
sempurna.
b) Tahap meniru (play stage)
Ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan
oleh orang dewasa yang berada di sekitarnya. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran
tentang diri dan lingkungan sosial terdekatnya (keluarga, sahabat sebaya).
c) Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada

posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain
bersama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk menjaga nama baik keluarga dan bekerja
sama dengan teman-temannya.
Individu berinteraksi dengan banyak orang, maka pola hubungannya pun semakin kompleks.
Bersamaan dengan itu, mulai timbul kesadaran bahwa ada nilai dan norma tertentu yang
berlaku di luar keluarganya.
d) Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Seorang individu diharapkan sudah menyelaraskan dan menyesuaikan dirinya dengan nilai,
norma, maupun pola sosial budaya masyarakat di sekitarnya. Manusia dengan perkembangan
diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti seutuhnya.
C. THE DEVELOPMENT OF REASONS (PIAGET)
Bagaimanakah perkembangan penalaran yang terjadi pada manusia ? Jean Piaget (1950)
menguraikannya :
1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Selama tahap ini, pemahaman individu terbatas pada kontak langsung dengan lingkungan,
seperti menghisap, menyentuh, mendengar, melihat. Individu belum mampu berpikir atau
menggunakan nalarnya.
2) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun)
Selama tahap ini, individu mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol. Namun,
mereka belum memahami konsep umum. Mereka pun belum memiliki kemampuan untuk
mengambil peran orang lain.
3) Tahap Operasional Konkret (7-12 tahun)
Meskipun kemampuan penalaran (reasoning) lebih berkembang, namun masih terbatas pada
hal-hal yang konkret. Tanpa diberikan contoh nyata, individu belum mampu memahami suatu
konsep yang abstrak.
4) Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)
Sekarang individu sudah mampu berbicara mengenai konsep, menarik kesimpulan atas dasar
prinsip umum, dan menggunakan aturan untuk memecahkan masalah yang abstrak.

RANGKUMAN
1) Charles Horton Cooley (1902) menciptakan istilah looking-glass self untuk menggambarkan
bahwa perasaan mengenai diri seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain.
2) Menurut George Herbert Mead (1863-1931), manusia yang baru lahir belum mempunyai diri.
Diri manusia berkembang secara bertahap melalui sosialisasi dan pembelajaran mengambil
peran orang lain (role-taking).
3) Suatu bagian pokok dari menjadi manusia ialah kemampuan untuk menggunakan akal sehat
dan penalaran (reasons). Adapun penalaran berkembang seiring usia.

Anda mungkin juga menyukai