Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PRODUKSI DALAM TINJAUAN SOSIOLOGI EKONOMI

MAKALAH

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Sosiologi Ekonomi

Dosen Pengampu oleh Ibu Ance Marintan D Sitohang.,SP.,M.D.Div.,M.Th

Disusun oleh:

Reinta Siahaan (180521007)

Kurnia Syukur (190521041)

Boy Hans (190521091)

Ester Silaban (190521105)

Candra Gultom (200521024)

Christine Natasya (200521070)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-

NYA akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul: Konsep Produksi Dalam

Tinjauan Sosiologi Ekonomi. Tugas ini ditulis untuk memenuhi mata pelajaran sosiologi

ekonomi.

Kami menyadari bahwa tugas ini dapat diselesaikan berkat kerjasama tim dalam

kelompok. Semoga tugas ini dapat memberikan sumbangsih bagi pembaca dan pendidikan yang

selalu menghadapi tantangan seiring dengan tuntutan zaman.

Medan, 27 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Masalah 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Ilmu Sosiologi 4

2.2 Pengertian Ilmu Ekonomi 5

2.3 Perkembangan Ilmu Sosial Ekonomi 6

2.4 Konsep Produksi 8

2.5 Hubungan Ekonomi dengan Sosiologi 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 14

ii
DAFTAR PUSTAKA 15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem ekonomi yang selama ini dikenal dan diimplementasikan didunia dalam perjalanan

sejarahnya semakin lepas dari perspektif moral dan pranata sosial-budaya. Perkembangannya

menjadi segmentatif dan mikro, sehingga hanya bisa menjelaskan secara parsial fenomena-

fenomena kemasyarakatan yang ada. Dari sekian banyaknya peristiwa kesejarahan yang patut

kita lakukan penghampiran bersama yakni masalah-masalah sosial ekonomi.Bukan hanya

masalah teknologi atau kealaman saja yang dapat direkayasa, melainkan kita mengenal social

economi engeneering atau rekayasa sosial ekonomi. Namun hal ini,harus ada pengendalian

secara etis menurut perspektif agama.

Dalam aktifitas produksi terdapat dua aspek-aspek obyektif (sarana-sarana yang

digunakan, kekayaan alam yang diolah, dan kerja yang dicurahkan)dan aspek subyektif (motif

psikologis, tujuan yang hendak dicapai lewat aktifitas produksi menurut berbagai konsepsi

keadilan yang dianut).Doktrin ekonomi memiliki peran positif pada sisi inilah tercermin

kontradiksi doktrinal diantara berbagai masyarakat berbeda dengan doktrin ekonominya masing-

masing karena setiap masyarakat memiliki sudut pandang khasnya berkenaan dengan proses

produksi, dan mengevaluasi proses tersebut berdasarkan berbagai konsepsi umumnya serta

metode-metode doktrinalnya: seperti dalam hal penentuan motifserta kontribusi (aktifitas

produksi) dalam mewujudkan idealitas kehidupan.

Ada satu hal yang menjadi kesepakatan bagi doktrin ekonomi, baik ituekonomi Kapitalis,

Marxis maupun Ekonomi Islami, yaitu pertumbuhan produksidan pemanfaatan alam hingga

1
batas tertinggi dalam kerangka umum masing-masing doktrin. Ketiga doktrin ekonomi ini

sepakat ihwal pentingnya tujuan ini,juga realisasinya dengan seluruh cara serta metode yang

sesuai dengan kerangka dan warna masing-masing doktrin. Demikian pula, sebagai hasil dari

koordinasi organik doktrin ekonomi yang tunggal, masing-masing doktrin menolak apapun yang

tidak sesuai dengan kerangka doktrinalnya. Karena prinsip pertumbuhan produksi dan

pemanfaatan alam hingga batas tertinggi, adalah bagian dari keseluruhan, maka dalam setiap

doktrin ia bersinggungan dengan bagian-bagian doktrin itu serta bekerja sesuai dengan posisinya

dalam kesatuan tersebut dan hubungannya dengan seluruh bagian lainnya. Kapitalisme menolak

pertumbuhan produksi dan peningkatan kekayaan apapun yang bertentangan dengan prinsip

kebebasan ekonominya.

Sementara Islam menolak seluruh cara yang tidak selaras dengan berbagai teorinya tentang

distribusi dan cita-cita keadilannya. Sedangkan Marxisme percaya bahwa doktrin ekonomi tidak

akan pernah bisabertentangan dengan pertumbuhan produksi karena keduanya akan selalu

berjalan diatas satu lintasan (hubungan antara produksi dan bentuk distribusi).Hal ini kita akan

kaji nanti dalam makalah ini tentang konsepsi produksi dalam tinjauan sosiologi ekonomi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep sosiologi ekonomi dalam kehidupan sosial ?

2. Bagaimana konsep produksi dalam tinjauan sosiologi ekonomi ?

3. Bagaimana hubungannya sosiologi ekonomi dan produksi ?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui konsep sosiologi ekonomi dalam kehidupan social.

2
2. Untuk mengetahui konsep produksi dalam tinjauan sosiologi ekonomi.

3. Untuk mengetahui hubungan sosiologi ekonomi dan produksi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Ilmu Sosiologi

Kata sosiologi berasal dari bahasa Latin Socius dan Logos.Socius artinya masyarakat dan Logos

artinya ilmu.Jadi sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat. Para ahli kemudian mencoba

memberikan definisi yang lain tentang sosiologi, walaupun pada intinya definisi yang mereka

kemukakan tidak berbedajauh dengan arti secara etimologis. Perbedaannya terletak pada sudut

pandang yang dilihat oleh masing-masing pakar/ahli.Ada yang menekankan pada aspek interaksi

sosial, struktur sosial dan ada pula yang menekankan pada fakta-faktasosial, perubahan sosial

dan lain sebagainya.

Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan

melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka

dalam masyarakat. Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi,

dan mengenai hubunganantara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-

ekonomis.

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur

sosial, proses sosial termasuk perubahan-perubahan social dan masalah sosial. Sementara

itu,Roucek dan Waren mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan

antara manusia dalam kelompok. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff mengatakan bahwa

sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial. Sedangkan Emile Durkheim

mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitufakta-fakta

yang berisikan cara bertindak, berfikir dan merasakan yang mengendalikan individu tersebut.
Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas terlihat bahwa pada umumnya mereka

sepakat bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai interaksi

manusia di dalam kehidupan sosialnya.Sosiologi berfokus pada interaksi manusia, khususnya

pada pengaruh timbal balik diantara dua orang atau lebih dalam hal perasaan, sikap, dan

tindakan. Dengan kata lain bahwa sosiologi tidak begitu difokuskan pada apa yang terjadi di

dalam manusia (area psikologi), melainkan pada apa yang berlangsung di antara manusia.

2.2 Pengertian Ilmu Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya yang tidak

terbatas dengan alat pemenuh kebutuhan yang terbatas. Dari pengertian tersebut memunculkan

masalah-masalah ekonomi, motif ekonomi dan tindakan ekonomi.

1. Masalah-masalah Ekonomi memiliki beberapa faktor, antara lain

a. Faktor Ekonomi

b. Faktor Sosial-Budaya

c. Faktor Fisik

d. Faktor Pendidikan

2. Motif Ekonomi mencakup antara lain; motif internal (autonomous) dan motif eksternal

(mobilized), selain itu juga ada motif-motif lainnya,yaitu:

a. Memenuhi kebutuhan

b. Motif keuntungan

c. Motif penghargaan

d. Motif kekuasaan

5
e. Motif sosial: yang mencakup tigapoin, yaitu Integrasi sosial,struktur sosial, dan juga

status sosial. Integrasi sosial diindikasikan dengan adanya asimilasi, akulturasi, dan

kooperasi dimana akan terjadi pembauran nilai-nilai yand ada pada masyarakat.

3. Dari adanya motif-motif di atas akan menimbulkan tindakan ekonomiyang dibedakan

menjadi 2, yaitu:

a. Tindakan Rasional

b. Tindakan Irrasional

Berdasarkan teori kebutuhanMaslow,kebutuhan sendiri memilikibeberapa tingkatan, yaitu:

a. Kebutuhan Fisiologis dasar

b. Kebutuhan rasa aman dan tentram

c. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

d. Kebutuhan untuk dihargai

e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

2.3 Perkembangan Ilmu Sosial Ekonomi

Ilmu Sosiologi Ekonomi oleh Max Weber dan Emile Durkheim didefinisikan sebagai fenomena

ekonomi yang dilihat dari perspektifSosiologi.Smelser menambahkan tentang perspektif

sosiologi dari interaksi personal,kelompok, struktur sosial (kelembagaan), dan control social

(yang terdiri darisanksi-sanksi, norma-norma, dan yang paling utama adalah nilai-nilai).

Sosiologi Ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan

melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yangbersifat langka

dalam masyarakat.

6
Yang fokus pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variable-variabel

sosiologi yang terlibat dalam konteksnon-ekonomis. Pola dan sistem yang berlaku dalam

mekanisme pasar-interaksi ekonomi yang dilakukan oleh antar individu dan masyarakat-

sebenarnya berawal dari hubungan yang sederhana antara individu dan masyarakat (interaksi

sosial) dalam rangka mengatasi kelangkaan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, Ekonomi tidak dapat

dipisahkan dari aspek sosial.

Bahkan aktifitas ekonomi selalu melekat dalam sosialitas tempat kejadian ekonomi itu

berlangsung. Meskipun sosiologi juga menempatkan manusia dan masyarakat sebagai objek

material bersama dengan ekonomi namun sosiologi memiliki perangkat dan wilayah analisis

yang berbeda dengan ilmu ekonomi.Jadi, pada ekonomi sosiologi fenomena-fenomena Ekonomi

yang ada akan dilihat dan dianalisa melalui perspektif sosiologi.

Untuk membandingkan antara Mainstream Ekonomi dengan Ekonomi Sosiologi dapat dibedakan

melalui:

1.Konsep pelaku

2.Konsep tindakan Ekonomi

3.Batasan-Batasan dalam Tindakan Ekonomi

4.Hubungan Ekonomi dengan Masyarakat

5.Tujuan Analisa

6.Modelyang dipakai

7.Kebiasaan-kebiasaan Intelektual.

7
Ilmu ekonomi sosiologi mencapai puncaknya pada tahun 1890-1920 dengan tokoh-tokoh

klasik, dan juga pada awal 1980an hingga sekarang, di mana tetap menggabungkan antara

analisa ekonomi dengan analisa hubungan-hubungan sosial.

2.4 Konsep Produksi

A. Pengertian Produksi

Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan

bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Dalam memproduksi

membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat atau sarana untuk melakukan proses produksi,

faktor-faktor produksi yang dimaksud adalah:

(1) Tenaga kerja

(2) Modal

(3) Sumber daya alam

(4) Skill/teknologi.

Hubungan faktor produksi tersebut membentuk fungsi matematis, yang disebut dengan fungsi

produksi: O = f(Tk,M,SDA,T).

Dalam kehidupan sehari-hari, apabila kita mendengar kata produksi, maka yang

terbayang di pikiran kita adalah suatu kegiatan besar yang memerlukan peralatan yang serba

canggih, serta menggunakan ribuan tenaga kerja untuk mengerjakannya. Sebenarnya dugaan

tersebut tidak benar. Produksi artinya, kegiatan menambah nilai guna suatu barang atau jasa

untuk keperluan orang banyak. Dari pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa,

tidak semua kegiatan yang menambah nilai guna suatu barang dapat dikatakan proses produksi.

8
Dalam sebuah proses produksi, rumah tangga produksi (organisasi produksi) dan rumah

tangga konsumen dilibatkan. Proses produksi membutuhkan perangkat teknis, yaitu faktor-faktor

produksi (secara lebih spesifik adalah faktor modal seperti mesin-mesin pabrik dan sumber daya

alam sebagai bahan baku). Untuk melangsungkan proses itu diperlukan tenaga kerja yang juga

menjadi faktor produksi. Dalam sebuah proses produksi diperlukan pula peranan okupasi untuk

memungkinkan produksi barang dan jasa oleh rumah tangga produksi (organisasi produksi).

Terdapat dua macam organisasi produksi, yaitu organisasi formal dan informal. Proses produksi

ini dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka

mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai

institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah

masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi juga

sosiologis yang mempunyai peran subsisten dalam sebuah struktur.

B. Konsep Produksi dalam Sosiologi Ekonomi Islam

Produksi dalam konsep Islam adalah wajib hukumnya karena produksi adalah merupakan tugas

kekhalifahan manusia di muka bumi,dan salah satu tugas kekhalifahan adalah memakmurkan

bumi artinya mengelola sumberdaya alam yang telah disediakan Allah untuk pemenuhan hajat

hidup manusia. Disamping itu dalam konsep Islam produksi identik dengan “ahsanu amala”(Q.S.

al-Mulkt:2).

Oleh karena itu konsep produksi dalam ekonomi Islam senantiasa mengacu pada filosofi

ekonomi Islam itu sendiri. Filosofi ekonomi Islam adalah memberikan ruh pemikiran terhadap

nilai-nilai ajaran Islam, dengan demikian maka dalam melakukan produksi berpijak pada

9
prinsip-prinsip muamalah. Menurut Umer Chapra bahwa prinsip muamalah terdapat dalam

trilogi Islam yaitu; ketauhidan, khilafah, dan keadilan.

Dalam faktor-faktor produksi tersebut di atas maka yang menjadi focus perhatian dalam

ekonomi Islam adalah factor modal. Modal dalam ekonomi konvensional berhubungan dengan

bunga sedangkan bungan dalam Islam adalah riba (dilarang). Dengan demikian Umer Chapra

sistem ekonomi Islam adalah sistem yang berkeadilan sosial dan dapat mewujudkan

kesejahteraan sosia sehingga dapat mengurangi kesenjangan. Di sisi lain yang membedakan

konsep produksi dalam Islam dengan ekonomi konvensional yaitu dimana faktor produksi

menempatkan manusia sebagai faktor produksi yang bersifat objek saja sehingga manusia dalam

produksi seringkali menjadi korban eksploitasi yang tidak humanis (manusiawi), contohnya para

pekerja buruh di perusahaan.

C. Fungsi Produksi Dalam Sosiologi Ekonomi

Materi pokok dari teori produksi berkisar pada fungsi produksi. Yang dimaksud dengan fungsi

produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antara faktor produksi atau disebut pula

masukan atau (inputs) dan hasil produksinya atau (outputs). Disebut faktor produksi karena

adanya bersifat mutlak agar supaya produksi dapat dijalankan untuk menghasilkan produk.

Fungsi produksi menggambarkan agar teknologi yang diakui oleh suatu perusahaan, suatu

industri atau suatu perekonomian secara keseluruhan.

Dalam keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan outputnya tercermin dalam

rumusan fungsi produksinya. Apabila teknologi berubah maka berubah pulalah fungsi

produksinya. Suatu fingsi produksi menggambarkan semua metode produksi yang efesien secatra

teknis dalam arti menggunakan kuantitas bahan mentah yang minimal, tenaga kerja minimal, dan

10
barang-barang modal lainnya yang minimal. Metode produksi yang boros tidak diperhitungkan

dalam funsi produksi. Dalam Islam dilarang berlaku boros, karena prilaku boros adalah derivasi

dari mubazzir (berlebihan).

Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan hasil produksi

(ouput). Hal ini berarti bahwa produksi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan faktor-faktor

produksi, yakni faktor, tenaga kerja, modal, sumber daya alam, skill/teknologi. Bila faktor

produksi tidak ada proses produksi. Sedangkan jika produksi dilakukan dengan manipulasi

faktor-faktor produksi disebut produksi rekayasa. Lebih jauh dikemukakan bahwa produksi yang

bersifat alami tidak dapat dikontrol, baik dari sisi efesiensi maupun efektivitasnya sebab ia

bersifat eksternal. Kelebihan dan kekurangan produksi alami merupakan sesuatu yang

seharusnya diterima oleh pemakai. Sedangkan produksi rekayasa adalah produksi yang bersifat

internal.

Produksi seperti ini dapat dikontrol oleh pemakai. Efektivitas dan efesiensi produksi

dapat diatur dengan menggunakan teknologi. Fungsi utama dari produksi menurut kajian

ekonomi Islam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berdimensi kemaslahatan

dan mbermuara pada kesejahteraan dan kemakmuran dunia dan sekaligu kemakmuran akhirat.

D. Proses Produksi

Dalam sebuah proses produksi, rumah tangga produksi (organisasi produksi) dan rumah tangga

konsumen dilibatkan. Proses produksi membutuhkan perangkat teknis, yaitu faktor-faktor

produksi (secara lebih spesifik adalah faktor modal seperti mesin-mesin pabrik dan sumber daya

alam sebagai bahan baku). Untuk melangsungkan proses itu diperlukan tenaga kerja yang juga

11
menjadi faktor produksi. Dalam sebuah proses produksi diperlukan pula peranan okupasi untuk

memungkinkan produksi barang dan jasa oleh rumah tangga produksi (organisasi produksi).

Terdapat dua macam organisasi produksi, yaitu organisasi formal dan informal. Proses

produksi ini dalam pandangan sosiologis ternyata memiliki peran yang cukup vital dalam rangka

mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai

institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah

masyarakat. Oleh karena itu proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi juga

sosiologis yang mempunyai peran subsisten dalam sebuah struktur masyarakat.

2.5 Hubungan Ekonomi dengan Sosiologi

Dalam kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu

bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi

masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan

masyarakat tersebut. Faktorfaktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas,

dan stratifikasi sosial. Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap

perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai yang mendorong perkembangan ekonomi,

akan tetapi ada pula nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan

kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, keluarga terkadang

mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi terkadang pula memperlambat. Sosiologi merupakan

disiplin ilmu yang berkembang manakala masyarakat menghadapi ancaman terhadap hal-hal

yang selama ini dianggap sebagai hal-hal yang memang sudah seharusnya demikian, benar dan

nyata. Kelahiran sosiologi berawal dari Eropa Barat di mana terjadi proses-proses perubahan

seperti pertumbuhan kapitalisme pada akhir abad ke-15; perubahanperubahan di bidang sosial

12
dan politik perubahan yang berkenaan dengan reformasi Martin Luther, meningkatnya

individualisme; lahirnya ilmu pengetahuan modern, berkembangnya kepercayaan pada diri

sendiri, dan revolusi industri pada abad ke-18 serta revolusi Perancis. Sosiologi ekonomi

mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi,

distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.

Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai

hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.

13
BAB III

PENUTUP

3,1 KESIMPULAN

1.Produksi dalam pandangan sosiologis memiliki peran yang cukup signifikan dalam rangka

mempertahankan eksistensi (keberadaan) sebuah masyarakat. Proses produksi dilihat sebagai

institusi ekonomi berperan untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis sebuah

masyarakat. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi juga

sosiologis yang mempunyai peran subsisten dalam sebuah struktur masyarakat.

2. Secara historis sosiologi ekonomi mengalami perkembangan yang cukup maju seiring denga

berkombangnya paham-paham, pemikiran-pemikiran dan teoriteori tentang ekonomi yang

melihat cara kerja sistem ekonomi dengan menekankan pula pada aspek-aspek non-ekonomi.

Paham Merkantilisme, yang berpandangan, bahwa kekayaan dianggap sama dengan jumlah uang

yang dimiliki oleh suatu negara dan cara untuk meningkatkan kekuasaan adalah dengan

meningkatkan kekayaan Negara.

14
DAFTAR PUSTAKA

Masyarakat Ekonomi Syariah MES, Profil Pelaku Bisnis Syariah, 2005.

Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Cet. I. Yogyakarta: BPFEYogyakarta,

2004).

Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikroekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Saefuddin, M. A. Antologi Sosial Ekonomi perspektif Islam, Cet.I. Ujung Pandang: Lembaga

Percetakan dan Penerbitan Universitas Muslim Indonesia LEPPEN UMI, 1988.

Shadr Ash Muhammad Baqir, Buku Induk Ekonomi Islam (Iqtishaduna), diterjemahkan oleh

Yudi, Cet. I. Jakarta: Sahra, 1988.

Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu Pengantar, Jakarta: PT.Raja Grafindo, 2005.

Sudarsono, Pengantar Ekonomi Mikro, (Cet. 8.Edisi Revisi. Jakarta: LP3ES, 1995).

15

Anda mungkin juga menyukai