Anda di halaman 1dari 6

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2020/2021

Prodi/Jurusan : D-IV ADMINISTRASI PERKANTORAN


Mata Kuliah : ADMINISTRASI PERKANTORAN (KELAS B GK)
Kode Mata Kuliah : FEK6204
SKS : 2 SKS
Semester : GANJIL 2020-2021
Dosen : SUNARTA, MM, M.Pd.
SifatUjian : Take Home Exam
Waktu : Dikumpulkan hari Kamis, 31 Desember 2020 Jam 12.00 wib

SOAL UJIAN (Semua soal wajib dikerjakan)


Kasus-1: Masalah Konflik Organisasi
Sebuah Bank Swasta Nasional bernama “BANK BMI” 76 Tbk. yang beroperasi di Kantor Cabang
Yogyakarta disinyalir dalam 1 tahun terakhir ini karyawannya memiliki hubungan kerja yang
tidak harmonis. Hubungan kerja yang tidak harmonis dipicu oleh persaingan antar karyawan
dalam proses promosi jabatan di Bank tersebut. Situasi kerja menjadi semakin parah karena
konflik antar pribadi meluas ke semua lini. Perilaku pimpinannya yang cenderung bersikap
diskriminatif kepada karyawan memperparah situasi kerja yang tidak bersahabat. Pimpinan
membuat kebijakan tentang bonus, uang lembur, dan jenjang karir dengan perlakuan standar
yang berbeda sehingga kecemburuan antar karyawan tidak bisa dihindari.
Dampak dari situasi kerja yang diakibatkan oleh konflik individu menjadi konflik organisasi di
“BANK BMI” 76 Tbk. sangat merugikan bagi nasabah, hal ini karena karyawan dalam melayani
menjadi tidak ramah, kurang sabar, tidak teliti, dan bersikap apatis terhadap keluhan nasabah.
Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena akan memberikan citra buruk
(stigma) “BANK BMI” 76 Tbk. di mata nasabah.
Saudara sebagai Manajer SDM di kantor “Bank BMI” 76 Tbk. Pusat, ditugaskan oleh Direktur
Utama untuk menyelesaikan berbagai masalah di “BANK BMI” 76 Tbk. tersebut. Langkah dan
upaya apa yang harus Saudara lakukan agar situasi kerja normal kembali seperti sebelumnya.
Lakukan analisis dengan argumen yang kuat dan ilmiah (teori bisa merefer dari buku atau jurnal
yang jelas dengan menyebutkan sumbernya). Uraian jawaban minimal 2 halaman maksimal 5
halaman khusus kasus ini.

Kasus-2: Masalah Komunikasi Organisasi


Perusahaan Jamu yang sangat terkenal di Dunia bernama “Nyonya Menor” merupakan jenis
perusahaan keluarga karena struktur kepemilikan sahamnya semua dari keluarga, termasuk
jabatan-jabatan direksi, dewan direksi, dan komisarisnya. Pada tahun 1980 hingga tahun 2000
perusahaan jamu ini mengalami kejayaan karena menguasai hampir 80% pangsa pasar. Jumlah
karyawan di perusahaan “Nyonya Menor” tidak kurang dari 6.500 orang yang sebagian besar
adalah perempuan.
Sejak berdiri tahun 1957 sampai 1998, perusahaan “Nyonya Menor” hampir tidak pernah
menghadapi konflik yang serius dan mengganggu operasional perusahaan jamu tersebut.
Namun dalam perjalanan waktu, sang pemilik tunggal yaitu Ibu Menor karena faktor usia jatuh
sakit dan meninggal dunia. Setelah kematian Ibu Menor inilah benih-benih konflik mencuat
secara kasat mata antara para direksi dan pemegang saham yang notabene adalah anak dan
cucu dari Ibu Menor tersebut. Konflik dipicu oleh perebutan jabatan sebagai orang nomor satu
sekaligus pemilik perusahaan jamu tersebut. Berbagai upaya negosiasi dan mediasi secara
musyawarah-mufakat dalam suasana kekeluargaan tidak bisa dicapai, sehingga harus berakhir di
pengadilan.
Selama perusahaan jamu tersebut dirundung konflik keluarga-pemilik, operasional perusahaan
sangat terganggu sehingga mengalami penurunan omzet dan laba perusahaan. Dampak lainnya
adalah hubungan antar karyawan juga terganggu karena masuk dalam lingkaran dukung
mendukung sosok-sosok tertentu keluarga pemilik perusahaan yang merasa berhak mewarisi
perusahaan tersebut sehingga ketegangan dan perselisihan sering terjadi. Puncak kulminasi dari
rentetan penyelesaian secara hukum akhirnya terwujud pada tahun 2000 secara difinitif
diputuskan oleh pengadilan bahwa yang berhak meneruskan perusahaan keluarga tersebut
adalah Bapak. Ir. Semar Bodronoyo, MBA. Sebagai seorang mahasiswa jurusan manajemen yang
mempelajari beberapa teori ilmu manajemen, coba lakukan analisis, mengapa konflik di
perushaan jamu “Nyonya Menor” bisa terjadi? Mengapa perusahaan yang masih dalam
keluarga sendiri dalam menyelesaikan masalah harus sampai ke Pengadilan? Ada beberapa
faktor yang disinyalir sebagai penyebabnya, coba sebutkan dan lakukan kajian secara
argumentatif. Uraian jawaban minimal 2 halaman maksimal 5 halaman khusus kasus ini.

**Selamat Mengerjakan Semoga SUKSES**


Nama : Yogi Surya Pratama
NIM : 20811334161
Kelas : B ADP GK

Jawaban :

KASUS 1
Sebuah Bank Swasta Nasional bernama “BANK BMI” 76 Tbk. yang beroperasi di Kantor
Cabang Yogyakarta disinyalir dalam 1 tahun terakhir ini karyawannya memiliki hubungan kerja
yang tidak harmonis. Hubungan kerja yang tidak harmonis dipicu oleh persaingan antar
karyawan dalam proses promosi jabatan di Bank tersebut. Situasi kerja menjadi semakin parah
karena konflik antar pribadi meluas ke semua lini. Perilaku pimpinannya yang cenderung
bersikap diskriminatif kepada karyawan memperparah situasi kerja yang tidak bersahabat.
Pimpinan membuat kebijakan tentang bonus, uang lembur, dan jenjang karir dengan perlakuan
standar yang berbeda sehingga kecemburuan antar karyawan tidak bisa dihindari.
Dampak dari situasi kerja yang diakibatkan oleh konflik individu menjadi konflik
organisasi di “BANK BMI” 76 Tbk. sangat merugikan bagi nasabah, hal ini karena karyawan
dalam melayani menjadi tidak ramah, kurang sabar, tidak teliti, dan bersikap apatis terhadap
keluhan nasabah. Hal ini tentu saja tidak boleh dibiarkan berlarut-larut karena akan
memberikan citra buruk (stigma) “BANK BMI” 76 Tbk. di mata nasabah.
Dalam kehidupan tidak dapat dipungkiri dengan adanya konflik. Konflik akan timbul
dimana saja dan kapan pun. Konflik juga akan dialami oleh siapa saja. Pengertian konflik
menurut Poerwadarminta (1976 dalam Sunarta, 2010: 59) berarti pertentangan atau percekcokan.
Sedangkan menurut Robbin (1996 dalam Sunarta, 2010:59) bahwa konflik organisasi ditentukan
Oleh persepsi individu atau suatu kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di
dalam organisasi, maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya jika
mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka hal tersebut telah
menjadi kenyataan.
Dapat di simpulkan bahwa konflik berarti suatu hal yang menimbulkan percekcokan yang
dapat dialami siapa pun dan kapan pun. Dalam kasus 1 konflik tersebut disebabkan oleh
persaingan antar karyawan dalam proses promosi jabatan di Bank tersebut. Mereka saling
bersaing yang menimbulkan lingkungan kerja tidak harmonis dan tidak bersahabat. Tindakan
yang dilakukan oleh para pegawai dalam bersaing adalah tindakan yang sangat merugikan karena
hal tersebut membuat citra organisasi Bank BMI menjadi buruk. Mengapa bisa buruk? Karena
dalam melayani nasabah, karyawan bersikap tidak pantas seperti tidak ramah, kurang sabar, tidak
teliti, dan bersikap apatis (acuh tak acuh) terhadap keluhan nasabah.
Konflik dalam organisasi terjadi karena adanya ketidaksesuaian tujuan seseorang dalam
jabatan yang didudukinya. Setiap individu memiliki sifat interaksi yang berbeda. Ada yang
terbuka, buta, tertutup, tersembunyi, dan tidak dikenal. Dalam kasus 1 setiap pegawai pasti
memiliki interaksi. Terbuka, individu mengenali pribadinya sendiri begitupula orang lain.
Tersembunyi atau tertutup, interaksi individu yang hanya mengenal pribadinya sendiri tidak
orang lain. Buta, interaksi yang mengenali pribadi orang lain namun tidak mengenali pribadinya
sendiri. Sedangkan, Tidak kenal adalah interaksi yang tidak mengenali pribadi orang lain maupun
dirinya sendiri.
Konflik memiliki beberapa jenis, antara lain:
1. Konflik hierarki, dimana konflik antara pimpinan dengan bawahan
2. Konflik fungsional, diman konflik ini terjadi antara sub bagian. Missal: bagian produksi
dengan pemasaran
3. Konflik antar peran, konflik ini berupa peran ganda dalam jabatan tertentu di dalam suatu
organisasi. Missal menjabat 2 jabatan berbeda perusahaan maupun organisasi
4. Konflik peran, konflik ini terjadi pada seorang yang menjabat dan membuat keputusan yang
seharusnya diterima oleh semua pihak namun ada salah satu pihak yang tidak dapat menerima
keputusan atau pihak tersebut merasa dirugikan.
5. Konflik individu, dimana dalm organisasi seorang bawahan mendapat perintah yang berbeda
dari pimpinan.
6. Konflik antar individu, dimana adanya perbedaan dari bebrapa segi diantaranya: latar
belakang, pendidikan, ekonomi,
7. Konflik antar kelompok, adanya perbedaan pemahaman atau persepsi Menurut saya, kasus 1
dapat dimasukkan dalam jenis konflik organisasi organisasi no 5 dan 6 yaitu konflik individu dan
antar individu. Dapat dilihat dari Pimpinan yang membuat kebijakan tentang bonus, uang lembur,
dan jenjang karir dengan perlakuan standar yang berbeda sehingga kecemburuan antar karyawan
maupun pegawai tidak bisa dihindari. Penyebab konflik pada kasus 1 Bank BMI 76, yaitu
persaingan dalam menduduki jabatan dan fasilitas kerja. Konflik muncul dimana persaingan antar
individu yang mempunyai keinginan untuk memperebutkan jabatan tertentu dan terbatas. Selain
itu, penyebab lain adalah dimana individu merasa tertindas dan disepelekan/diremehkan
kedudukannya. Konflik yang timbul dalam suatu organisasi maupun perusahaan akan membawa
akibat positif maupun negatif.
Akibat negatif yang ditimbulkan seperti kurangnya kerja sama antar pegawai, aktivitas di
lingkungan kerja kurang kondusif, dan kondisi psikologis terganggu. Dalam hal ini, manajer
SDM lah yang harus mengatur dan mengelola manajemen didalam perusahaan tersebut agar
struktur didalam perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai. Manajer SDM
adalah orang yang mengatur hubungan SDM yang ada dalam perusahaan maupun organisasi
secara efektif dan efisien. Tugas utama manajer SDM mendirikan perusahaan maupun organisasi
yang berkualitas dan bermutu. Dari analisis di atas, saya sebagai manajer SDM (sumber daya
manusia) ditugaskan atau diperintah untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Bank BMI 76.
Dari penyebab yang memicu timbulnya konflik dapat diatasi dengan cara melakukan koordinasi
dengan pimpinan tentang pembagian gaji, upah, dan tugas secara adil serta membuat standarisasi
dan syarat yang jelas dalam menduduki sebuah jabatan. Dengan itu, kinerja pegawai yang ada
dalam perusahaan akan stabil dan konflik yang ada jarang terjadi karena keseimbangan hak dan
kewajiban telah terpenuhi.

Sumber Referensi: Sunarta. 2010. Konflik dalam organisasi (merugikan sekaligus


menguntungkan). Efisiensi, Vol 5(1). 56-70
KASUS 2
Perusahaan Jamu yang sangat terkenal di Dunia bernama “Nyonya Menor” merupakan
jenis perusahaan keluarga karena struktur kepemilikan sahamnya semua dari keluarga,
termasuk jabatan-jabatan direksi, dewan direksi, dan komisarisnya. Pada tahun 1980 hingga
tahun 2000 perusahaan jamu ini mengalami kejayaan karena menguasai hampir 80% pangsa
pasar. Jumlah karyawan di perusahaan “Nyonya Menor” tidak kurang dari 6.500 orang yang
sebagian besar adalah perempuan.
Sejak berdiri tahun 1957 sampai 1998, perusahaan “Nyonya Menor” hampir tidak
pernah menghadapi konflik yang serius dan mengganggu operasional perusahaan jamu
tersebut. Namun dalam perjalanan waktu, sang pemilik tunggal yaitu Ibu Menor karena faktor
usia jatuh sakit dan meninggal dunia. Setelah kematian Ibu Menor inilah benih-benih konflik
mencuat secara kasat mata antara para direksi dan pemegang saham yang notabene adalah
anak dan cucu dari Ibu Menor tersebut. Konflik dipicu oleh perebutan jabatan sebagai orang
nomor satu sekaligus pemilik perusahaan jamu tersebut. Berbagai upaya negosiasi dan mediasi
secara musyawarah-mufakat dalam suasana kekeluargaan tidak bisa dicapai, sehingga harus
berakhir di pengadilan.
Selama perusahaan jamu tersebut dirundung konflik keluarga-pemilik, operasional perusahaan
sangat terganggu sehingga mengalami penurunan omzet dan laba perusahaan. Dalam hal ini
dapat diketahui bahwa didalam masalah tersebut terdapat masalah komunikasi organisasi yang
menyebabkan dampak buruk bagi karyawan dan pegawai.
Masalah tersebut terjadi karena adanya konflik dalam keluarga pemilik perusahaan
tersebut yang masing-masing dari mereka ingin menguasai dan menduduki jabatan yang tinggi
dalam perusahaan tersebut tanpa dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam
menjalankan bisnis maupun memanajemen perusahaan tersebut. Mereka mengandalkan posisi
mereka sebagai anak-anak dan keluarga dari sang pemilik yaitu Alm.nyonya menor untuk
menguasai atau menduduki jabatan tertinggi di perusahaan milik sang pemilik yang sudah
meninggal. Mereka haus akan jabatan dan lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri
dibandingkan dengan para karyawan dan perusahaan. Padahal mereka sendiri belum
sepenuhnya menguasai pengetahuan dan ketrampilan dalam menjalankan suatu perusahaan.
Mereka berpikir hanya mereka saja yang dapat menjadi penerus pemilik atau yang menduduki
jabatan tertinggi di perusahaan tersebut. Mereka tidak ingin memulai dari bawah dan mencari
pengalaman dan pengetahuan untuk menjalankan suatu bisnis di perusahaan tersebut. Maka
dari itu, permasalahan perusahaan tersebut berakhir di pengadilan karena mencakup banyak
pihak seperti permasalahan-permasalahan keluarga bahkan sampai permasalahan para
pemegang saham. Akhirnya pengadilan memutuskan dan memberi solusi yang terbaik untuk
masalah konflik bisnis keluarga tersebut. Yaitu dengan memutuskan bahwa yang berhak
meneruskan perusahaan keluarga tersebut adalah Bapak. Ir. Semar Bodronoyo, MBA yang
bukan dari keluarga tersebut.

Dalam hal ini terdapat beberapa jenis konflik bisnis keluarga, diantaranya:
a. Konflik Antara Kepentingan Bisnis dan Kepentingan Keluarga
Hal ini terjadi didasari oleh adanya perbedaan antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai bisnis.
Nilai dalam keluarga memiliki karakter inward looking (melihat ke dalam), keputusan dilakukan
berdasarkan emosi, dan penerimaan tanpa syarat dari anggota keluarganya. Sementara nilai
bisnis bersifat outward looking (melihat ke luar). Ikatan kerja bersifat komitmen dan kinerja.
Sistem dan model bisnis harus mengikuti perkembangan jaman dan perusahan keinginan pasar
sehingga sifatnya adaptif dan reaktif.

b. Konflik Antar Anggota Keluarga


Konflik dalam keluarga dapat dirangkum dalam 4 hal, yaitu konflik tujuan, gaya hidup
dan kerja, konflik menyangkut kendali perusahaan, dan leaving the nest (meninggalkan rumah).
Gaya hidup dan kerja berubah sepanjang waktu dan berbeda antara satu orang dengan orang
lainnya, sehingga berpotensi menimbulkan konflik dalam keluarga. Keengganan untuk
mengalihkan kendali perusahaan ke generasi penerus dari pendiri atau pemilik mengakibatkan
konflik dalam keluarga dan perusahaan.

c. Konflik Antar Keluarga dan Karyawan


Konflik nilai antara keluarga dan karyawan biasanya terletak pada profesionalitas dan
kepercayaan. Konflik ini terjadi disebabkan oleh miskomunikasi, gaya kepemimpinan, struktur
organisasi dan sistem bisnis. Oleh sebab itu karyawan dituntut untuk bekerja dengan komitmen
tinggi dan profesionalitas agar menumbuhkan trust (kepercayaan) kepada pemilik atau pendiri
perusahaan.

Berdasarkan dari permasalahan konflik tersebut memiliki dampak positif dan negatif
yaitu dapat meningkatkan pencapaian karena adanya gairah atau semangat (motivasi
meningkat), pemecahan masalah dan kepekaan mengindentifikasi masalah meningkat, ikatan
kelompok lebih erat, kreativitas meningkat, untuk memodifikasi sistem, membantu mencapai
tujuan organisasi, dan penyesuaian diri pada kenyataan. Dampak negatifnya adalah
produktivitas menurun, kepercayaan berkurang bahkan hilang, terbentuk kelompok-kelompok
kubu, menimbulkan biaya dalam organisasi, kelelahan mental dan fisik, terbaginya perhatian,
timbul masalah moral, dan hilangnya sinergi dalam perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai