Anda di halaman 1dari 12

Peta Konflik dan Penyelesaian Konflik dan Negosiasi dalam

Organisasi
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Komunikasi Bisnis yang diampu oleh :
Dr Gustian Djuanda

Disusun Oleh :

Elita Melani (20180070011)

UNIVERSITAS NUSAPUTRA SUKABUMI

AKUNTANSI

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan saya kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah ini dengan judul “ Penyelesaian Konflik dan Negosiasi dalam Organisasi”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis.
Makalah ini berisi tentang pengertian konflik, negosiasi, peta konflik serta
penyelesaian yang dapat dilakukan jika terjadi konflik dalam suatu organisasi.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini. Khususnya kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan bagi saya.

Dalam menyusun makalah ini, saya sangat menyadari banyaknya kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat saya harapkan
dari para pembaca untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Sukabumi, 7 Juni 2020

Penyusun,

(..............................)

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
I.3 Maksud dan Tujuan ................................................................................ 1
BAB II Pembahasan ................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Konflik ................................................................................. 2
2.2 Pengertian Negosiasi .............................................................................. 3
2.3 Peta Konflik dan Alternatif Negosiasi untuk Penyelesaian Konflik ...... 5
BAB III Kesimpulan.................................................................................................. 8
BAB IV Daftar Pustaka.............................................................................................. 9

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konflik di latarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam
suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi
yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya,
konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Pada dasarnya konflik yang masih lemah tidak akan berdampak negatif dan tidak
akan banyak merugikan. Hanya saja antara pihak berkonflik kurang enak
untuk berkomunikasi secara langsung. Sedangkan dalam persaingan sehat
ketegangan-ketegangan itu tidak akan terjadi. Apabila sistem komunikasi dan
informasi tidak memenuhi sasarannya, timbullah salah paham atau orang tidak saling
mengerti. Penyelesaian konflik bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
adalah dengan cara negosiasi. Negosiasi biasanya dilakukan untuk mendapat jalan
tengah dalam sebuah kasus agar keadaan bisa lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan konflik?
2. Apa yang dimaksud dengan negosiasi?
3. Bagaimana peta konflik dan alternatif negosiasi untuk penyelesaian konflik dalam
suatu organisasi?

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konflik
2. Mengetahui apa yang dimaksud negosiasi
3. Mengetahui peta konflik dan alternatif negosiasi untuk penyeselesaian konflik
dalam suatu organisasi

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konflik


Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Perbedaan Konflik
1. Konflik individu
Konflik individu adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang
diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan
apa yang diharapkannya.
2. Konflik organisasi (organizational conflict)
Konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota
atau kelompok-kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa
mereka harus membagi sumber daya-sumber daya yang terbatas atau
kegiatan-kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai
perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi.
Jenis-jenis konflik dalam kehidupan organisasi
1. Dilihat dari Pihak yang terlibat di dalamnya
a. Konflik dalam diri individu (conflict within the individual)
Konflik ini terjadi jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan,
atau karena tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
b. Konflik antar-individu (conflict among individuals)
Konflik yang terjadi karena perbedaan kepribadian (personality differences)
antara individu yang satu dengan individu yang lain.
c. Konflik antara individu dan kelompok (conflict among individuals and groups)
Konflik yang terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok tempat ia bekerja.

2
d. Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in the
same organization)
Konflik ini terjadi karena masing-masing kelompok memiliki tujuan yang
berbeda dan masing-masing berupaya untuk mencapainya.
e. Konflik antar organisasi (conflict among organizations)
Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh organisasi menimbulkan
dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam perebutan sumber daya yang
sama.
f. Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals
in different organizations)
Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi
yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer
public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang
jurnalis.
2. Dilihat dari posisi seseorang dalam struktur organisasi
a. Konflik vertikal
Konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama
dalam organisasi. Misalnya: antara atasan dan bawahan.
b. Konflik horizontal,
Konflik yang terjandi antara mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau
setingkat dalam organisasi. Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen
yang setingkat.
c. Konflik garis-staf
Konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya memegang posisi
komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai penasehat dalam
organisasi. Misalnya karyawan lini secara tidak formal mengambil wewenang
berlebihan atau melangkahi wewenangnya.
d. Konflik peran
Konflik yang terjadi karena seseorang mengemban lebih dari satu peran yang
saling bertentangan. Misalnya ketidakjelasan atau kesalahpahaman apa yang
seharusnya dikerjakan yang disebabkan tidak lengkapnya uraian pekerjaan, karyawan
memiliki lebih dari satu manajer, dan sistem kordinasi yang tidak jelas.

3
2.2 Pengertian Negosiasi
Negosiasi atau perundingan merupakan suatu proses tawar-menawar
antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Dalam perundingan ini diharapkan
ada kesepakatan nilai antara dua kelompok tersebut. Menurut Wall (Robbins, 2007),
negosiasi atau perundingan adalah proses dimana dua pihak atau lebih bertukar
barang atau jasa dan berupaya menyepakati nilaitukar barang dan jasa tersebut.
Negosiasi atau perundingan mewarnai interaksi hampir semua orang dalam kelompok
dan organisasi. Contohnya adalah tawar menawar antara karyawan dengan pihak
manajemen mengenai gaji.
Proses perundingan biasanya dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
1. Pesiapan dan perencanaan : apa yang diinginkan dari perundingan dan bagaiamana
sejarah yang mendorong perundingan tersebut.
2. Ketentuan aturan-aturan dasar : siapa yang akan terlibat, dimana diadakan, dan
isu-isu yang akan dibahas.
3. Penjelasan pembenaran : menerangkan, menegaskan, memperjelas, memperkuat,
dan membenarkan tuntutannya kepada pihak lain.
4. Tawar-menawar dan pemecahan masalah : hakikat dari proses perundingan adalah
beri-ambil yang aktual dalam upaya memperbincangkan suatu persetujuan.
5. Penutupan dan implementasi : langkah terakhir dalam proses perundingan
memformalkan persetujuan yang telah dikerjakan dan melakukan peantauan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam negosiasi
1. Latar belakang terjadinya konflik
2. Kategori pihak-pihak yang terlibat dalam konflik
3. Kompleksitas masalah yang akan dipecahkan
4. Kompleksitas organisasi
Ada 2 pendekatan dalam strategi tawar menawar menurut R. J Lewicki & J. A.
Literer yaitu:
1. Tawar-menawar distributif adalah perundingan yang berusaha untuk membagi
sejumlah tetap sumber daya; situasi kalah-menang.
2. Tawar-menawar integratif adalah perundingan yang mengusahakan satu
penyelesaian atau yang lebih dapat menciptakan suatu pemecahan menang-menang.

4
2.3 peta konflik dan alternatif negosiasi untuk penyeselesaian konflik dalam
suatu organisasi

Dalam organisasi tentunya tidak akan luput dengan yang namanya konflik, baik
itu konflik antar karyawan, karyawan dengan organisasi, dll. Maka dari itu untuk
penyelesaiannya bisa dilakukan dengan bernegosiasi. Memang negosiasi tidak selalu
berakhir dengan kesepakatan. Kedua belah pihak mungkin saja sepakat untuk tidak
sepakat. Yang penting, negosiasi melibatkan persuasi untuk mencapai suatu maksud
kompromi yang konstruktif.
Di perusahaan saya bekerja, ada konflik internal dan ada juga konflik eksternal.
Konflik internal ini biasanya terjadi antara staff yang berbeda pendapat, atau antara
staff dan atasan yang berbeda haluan. Namun untuk mengatasi masalah ini biasanya
hanya dilakukan dengan cara di diskusikan terlebih dahulu apa yang menjadi
masalahnya dan bagaimana solusi yang akan di ambil untuk kedepannya agar tidak
terjadi hal demikian lagi.
Konflik eksternal yang terjadi salah satunya adalah konflik antara organisasi saya
dengan ormas setempat. Konflik itu terjadi karena adanya kesalah pahaman ormas
pada perusahaan tempat saya bekerja, bahwa perusahaan saya tidak mempunyai izin
operasi di daerah tersebut. Dan karena perusahaan tempat saya bekerja merupakan
lembaga keuangan mikro, dan suka meminjam-minjamkan uang kepada mitra yang
baru atau sedang memulai usahanya yang mungkin kekurangan dana. Jadi para ormas
itu berkata bahwa perusahaan saya itu merupakan perusahaan yang riba, padahal
perusahaan saya tempat bekerja sudah mendapat ijin dari MUI dan sudah berbasis
syariah dan sudah terdaftar dalam OJK.
Dimana jika demikian, maka perusahaan tempat saya bekerja sudah diakui oleh
negara karena sudah legal dan sudah mnjadi perusahaan keuangan mikro syariah
dengan menerapkan hukum-hukum islam di dalamnya. Misalnya sebelum melakukan
penyerahan uang harus dilakukan akad dulu. Tapi tetap saja ormas setempat tidak
mengerti dan bahkan melibatkan agama.
Untuk penyelesaian konflik ini perusahaan saya melakukan kerjasama dengan
aparat kepolisian setempat, dan bernegosiasi dengan pihak ormas dengan cara
menjelaskan tentang ke legal-an perusahaan kami dan juga meminta secara baik-baik
untuk mencari jalan keluarnya bersama. Hingga saat ini masih ada saja ormas atau

5
LSM yang masih mengganggu saat kami bekerja di lapangan, namun tidak sebanyak
dulu. Dan untuk penyelesaian terakhir masih direncanakan oleh pihak perusahaan,
selain melalui aparat kepolisian, ARM perusahaan kami bernegosiasi pada pihak
ormas, pihak desa dan LSM untuk segera menyelesaikan masalah ini dengan tidak
merugikan kedua belah pihak. Untuk peta konsepnya ada di bawah ini :

Peta Konflik:

Ormas/ Pihak
Staff MBK Desa/ LSM

Kepala Cabang

SPV

Assistant Regional Aparat Kepolisian


Manager (ARM)

Konflik langsung
Kerjasama
Penyelesaian

Ada beberapa cara untuk menghindari dan menjawab kata “tidak” dari pihak
lawan, agar kita menang dalam bernegosiasi adalah dengan melakukan langkah
berikut ini :
1. Gunakan Metode Socrates. Asumsikan bahwa jawaban “tidak” itu dengan maksud
“belum saatnya”, terutama untuk negosiasi awal. Dengan asumsi ini, maka Anda
harus berfikir tidak ada kata “ditolak” dalam setiap ide yang bakal Anda sampaikan.
Konsep ini mungkin seperti anak kecil yang sering meminta sesuatu ke Anda yang
pasti anda tidak bisa menerima katakata “tidak”. Nah bila Anda bisa memenangkan
negosiasi, Anda bakalan menjadi negosiator ulung. Gunakan Berbagai Perspektif.
Orang memang akan mengeluarkan katakata “tidak” bila dirasa keinginannya tidak
terpenuhi. Nah dari kalimat inilan Anda mungkin bisa menggali makna itu. Jadi,

6
kenalkan lebih dulu ide Anda sebaik mungkin, termasuk bagaimana cemerlangnya ide
- ide itu serta apa hasilnya bila diterapkan. Anda juga bisa mengungkapkannya
dengan banyak cara mulai presentasi yang cermat, serta mengambil hasil-hasil
empirik dari ide-ide cemerlang itu. Yang pasti, jadkanlah katakata “tidak” tadi
menjadi “iya”.
2. Pecahkan Masalah Bersama-sama. Sekali mereka Anda ada tandatanda tertarik,
jangan siasiakan kesempatan itu. Ajaklah terus secara bersamasama memecahkan
persoalan tadi, bahkan kalau perlu jangan segan-segan mencari solusi terbaik tentang
kemungkinan diterimanya ide-ide itu. Dengan melakukan kerja sama serius,
kemungkinan ide itu akan diterima menjadi sangat besar.
3. Kepung Lawan dengan Data dan Fakta Akurat. Bila Anda sudah berusaha dengan
semaksimal mungkin tetapi tetap jawabannya “tidak”, maka ada baiknya Anda
memberikan ide-ide alternatif, yang barangkali lebih pas dan cocok. Cara seperti ini,
bukan berarti Anda gagal dalam menyampaikan ide-ide tadi. Tapi, semua itu sudah
membuktikan bawa Anda ternyata tidak hanya terpaku dalam satu konsep saja.
Dengan memberikan alternatif, bisa saja diakomodasikan beberapa ide baru yang
masuk. Jadi, tidak ada istilah ide ditolak, yang penting negosiasi dulu.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Sedangkan negosiasi atau
perundingan merupakan suatu proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik. Dalam perundingan ini diharapkan ada kesepakatan nilai antara dua
kelompok tersebut.
Alternatif negosiasi untuk penyelesaian konflik dalam suatu organisasi dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Gunakan Metode Socrates. Asumsikan bahwa jawaban “tidak” itu dengan maksud
“belum saatnya”, terutama untuk negosiasi awal.
2. Pecahkan Masalah Bersama-sama
3. Kepung Lawan dengan Data dan Fakta Akurat

8
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

https://andrianyusmanfkm.blogspot.com/2018/01/manajemen-konflik-dan-negosisasi-
dalam.html
https://marwanhkm.wordpress.com/2012/05/02/makalah-prilaku-organisasi-konflik-d
an-negoisasi/

Anda mungkin juga menyukai