Anda di halaman 1dari 20

1

MODUL PERKULIAHAN

W051700002–
Perspektif Teori Komunikasi

Teori Komunikasi Antar Budaya

Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS)

Modul ini membahas tentang Konsep Sub-CPMK 4


Teori Komunikasi Antar budaya: Mampu menjelaskan, bertanya,
menggunakan referensi yang sesuai
untuk memahami Konsep dasar dan
Teori Komunikasi Antar Budaya
CPMK.4 dan CPL.12. P2

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

12
Prof. Dr. Suraya, M. Si.
Fakultas Ilmu Komunikasi Magister Ilmu Komunikasi
PENDAHULUAN

Komunikasi Antar Budaya sebagai Fenomena Sosial: Pertemuan antara individu


dengan latar belakang kebudayaan yang berlainan. (Samovar, 1981). Masyarakat yang
bersifat mobile and dynamic. (Meletzke, 1978). Perbedaan ekspektasi yang sering
menimbulkan resiko. (Hall & Whyte, 1979). Tumbuh rasa saling membutuhkan di seluruh
dunia. (Schramm, 1976).
Komunikasi antar Budaya perlu dipelajari karena ada fenomena: Global Village ;
Sejarah kehidupan, ideologi, penampilan & perilaku (Samovar, 1981). Dunia sedang
menyusut (Globalisasi) dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat
diperlukan. (Litvin, 1977), selain itu adanya factor-faktor antara lain:
n Kesadaran Internasional ; mobilitas yang meningkat, teknologi komunikasi &
teknologi transportasi yang modern, kesadaran akan masalah 2 dunia yang harus
ditangani bersama (perang, modernisasi, komunisme, globalisasi, masyarakat urban,
terorisme, dll).
n Kesadaran Domestik ; munculnya pelbagai macam kelompok sub-budaya yang
menyimpang dari kebudayaan dominan masyarakat (kaum homoseksual, lesbian,
nudist, hippies, pengemis, waria, PSK, dll).
n Kesadaran Pribadi ; keadaan dunia yang memaksa “kita” menjadi seseorang yang
secara sosial maupun psikologis merupakan produk dari pertemuan dan
percampuran macam-macam kebudayaan.

Definisi Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya yang dikemukakan oleh Andrea L. Rich dan Dennis M.


Ogawa yang menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan bentuk komunikasi
yang dilakukan oleh orang-orang yang berbeda kebudayaan mulai dari suku bangsa, ras,
etnis, hingga kelas sosial (Liliweri, 2003).
Menurut Larry A. Samovar komunikasi antarbudaya sebagai satu bentuk
komunikasi yang melibatkana interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan
sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi. Dalam pandangan Samovar
komunikasi antarbudaya terjadi ketika anggota dari suatau budaya tertentu memberi pesan
kepada anggota dari budaya yang lain. Komunikasi antarbudaya sering melibatkan

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


2 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
perbedaan-perbedaan dan etnis, namun komunikasi antarbudaya juga berlangsung ketika
muncul perbedaan-perbedaan yang mencolok tanpa harus disertai perbedaan-perbedaan ras
dan etnis.
Menurut Alo Liliweri, Andre L. Rich Dab Dennis M Ogawa komunikasi antar
budaya adalah komunikasi antar orang-orang yang berbeda kebudayaannya. Misalnya
antara suku bangsa, etnik, ras dan kelas sosial.
Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antarbudaya adalah proses pertukaran fikiran
dan makna antar orang-orang yang berbeda budayanya. Komunikasi antarbudaya memiliki
tiga unsur sosio-budaya yang berpengaruh besar atas makna-makna yang kita bangun
dalam persepsi kita yaitu sebagai berikut :
1) Nilai Nilai dalam suatu budaya menampakkan diri dalam perilaku para anggota
budaya yang dituntut oleh budaya tersebut. nilai ini disebut nilai normatif.
2) Kepercayaan/Keyakinan Dalam komunikasi antarbudaya tidak ada hal yang
benar dan salah sejauh hal tersebut berkaitan dengan kepercayaan. Bila
seseorang percaya bahwa angin bisa menuntun perilaku seseorang kejalan yang
benar, maka kita tidak bisa mengatakan bahwa kepercayaan tersebut salah, jadi
kita harus bisa mengenal dan menghadapi kepercaaan tersebut bila kita ingin
melakaukan komunikasi yang sukses dan memuaskan.
3) Sikap Kepercayaan dan nilai memberi kontribusi pengembangan sikap. Sikap
perlu dipelajari dari konteks budaya bagaimanapun lingkungan kita, lingkungan
itu akan turut membentuk sikap kita, kesiapan kita untuk merespon dan
akhirnya menjadi perilaku kita.

Teori-Teori Komunikasi Antar Budaya

I. Teori yang memusatkan perhatian pada hasil


1. Cultural Convergence
2. Anxiety/Uncertainty Management
3. Effective Group Decision Making
II. Teori yang memusatkan perhatian pada akomodasi dan adaptasi
1. Communication Accommodation
2. Intercultural Adaptation
3. Co-Culture
III. Teori yang memusatkan perhatian pada pengelolaan identitas dan negosiasi
1. Identity Management
2. Identity Negotiation
3. Cultural Identity

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


3 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
IV. Teori yang memusatkan perhatian pada jaringan komunikasi
1. Network and Outgroup Communication Competence
2. Intracultural Vs Intercultural Network
3. Network and Acculturation
V. Teori yang memusatkan perhatian pada akulturasi dan penyesuaian
1. Communication Acculturation
2. Anxiety/Uncertainty Mangement
3. Assimitalation, Deviance adn Alienation States

Teori-Teori Komunikasi Antar Budaya (Intercultural Communication Theories)


William B. Gudykunst

Teori-teori antara budaya telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat


dalam 20 tahun terakhir. Sekarang sedikitnya 15 teori-teori yang telah dikembangkan
dalam berbagai aspek dalam bidang komunikasi antar budaya.
Walaupun Gudykunst dan Nishida (1989) telah menggunakan pendapat Burrel &
Morgan (1979) tentang pemisahan dua pendekatan obyektif dan subyektif dalam teori antar
budaya, namun Gudykunst dan Nishida menyarankan pembedaan secara ektrem antara
pendekatan obyektif dan subyektif tidak terlalu penting. Mereka menyarankan kedua kedua
pendekatan itu disatukan dalam mempelajari teori-teori komunikasi antar budaya.
Dalam kesempatan ini, Gudykunst berusaha untuk menjelaskan teori-teori besar
dalam komunikasi antar budaya termasuk di dalamnya semua proposisi yang ada.
Beberapa teori memiliki porposisi yang terlalu komplek untuk dijelaskan. Untuk teori-teori
yang semacan itu, akan dijelaskan secara gamblang (garis besar). Teori Komunikasi antar
budaya terbagi lima kategori besar.

1. Teori-teori yang memusatkan perhatian pada hasil yang efektif (Theories focusing
on effective outcomes)

Tujuan dari teori ini adalah untuk melihat hasil. Teori-teori ini dikembangkan untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi dan efektivitas kelompok dalam mengambil
keputusan. Teori-teori yang masuk dalam kategori ini ada 3 yaitu :
a. Cultural convergence theory /Teori konvergensi budaya (Barnett dan Kincaid
1983)
Teori konvergensi budaya dikembangkan oleh Barnett & Kincaid 1983; Kincaid
1988 dari dasar pemikiran Kincaid 1979 dan dapat dilihat juga Roger dan Kincaid 1981

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


4 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
tentang model komunikasi konverensi. Menurut Kincaid (1979) komunikasi adalah
proses di mana dua atau lebih individu atau kelompok berbagai informasi yang
bertujuan untuk menciptakan saling pengertian di antara mereka tentang sesuatu yang
ada dalam kehidupan mereka. Kincaid berpendapat, saling pengertian akan dapat
didekati namun tidak pernah sempurna dicapai. Artinya, beberapa ganjalan terjadi
sewaktu dua orang atau lebih melakukan pertukaran informasi mungkin beberapa orang
yang konvergen akan lebih saling pengertian di antara mereka.
Burnett & Kincaid (1983) menggunakan model komunikasi konvergen untuk
mengembangkan teori komunikasi efektif antara budaya secara matematis. Mereka
berpendapat “hukum termodinamik dapat memperkirakan bahwa semua partisipan
dalam system yang tertutup akan konvergen, artinya mereka memiliki pola pikir yang
sama jika berkomunikasi secara terus menerus di dalamnya. Informasi yang datang dari
luar system akan tertunda konvergensinya atau terbalik. Model matematis dapat
memperkirakan konvergensi pemikiran secara kolektif akan terjadi pada anggota-
angota dari dua budaya yang sedang berinterkasi. Kincaid menerapkan model
konvergensi ini pada level komunikasi pribadi dan model matematis mereka terapkan
pada level kelompok seperti fenomena budaya.
Kincaid (1988) menyimpulkan bahwa ada 2 teorema dan 3 hipotesis yang perlu
diuji:
1. Teorema pertama, di dalam system sosial yang relatif dekat (memiliki banyak
persamaan), komunikasi antara anggota tidak terlalu ketat (restrict). System
secara keseluruhan akan cenderung konvergen pada budaya yang memiliki
persamaan banyak.
2. Teorema kedua, system cenderung menyimpang ketika komunikasi sangat
terbatas. Teori ini telah diterapkan pada kasus imigram Korea di Hawai. Teori
konvergensi ini juga sudah digunakan dalam komunikasi pembangunan dan
studi komunikasi jaringan.

b. Anexity/uncertainty management theory/Teori mengelola kegugupan


/ketidakpastian (Gudykunst 1995)

Gudykunst telah mengembangkan pendapat Berger dan Calabrese (1975) yang


dikenal dengan teori mengurangi ketidakpastian (uncertainty reduction theory – URT)

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


5 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dan teori mengelola ketidakpastian/kegugupan (Anxiety/uncertainty management –
AUM). Gudykunst dan Hammer (1988) telah menerapkan ketidakpastian (seperti
kemampuan untuk memperkirakan atau menjelaskan sikap, perilaku atau perasaan
seseorang) dan kegugupan (seperti perasaan tidak nyaman, tekanan, atau kesulitan)
untuk menjelaskan kontak antar budaya.
Gudykunst telah membuktikan secara umum, teori ketidakpastian dan kegugupan
untuk menjelaskan efektivitas komunikasi antar pribadi dan komunikasi antar
kelompok yang tujuannya untuk meminimalkan kesalahpahaman. Komunikasi antara
budaya adalah salah satu dari komunikasi antar kelompok. Gudykunst memakai istilah
Simmer (1908/1950) (stranger) orang asing, yaitu seseorang yang berada pada suatu
situasi di mana dia bukan anggota kelompok. Teori AUM telah beberapa kali
mengalami revisi, versi terakhir dan banyak digunakan adalah teori yang menjelaskan
efektivitas komunikasi antar pribadi dan efektivitas komunikasi antara kelompok oleh
Gudykunst (1995). Teori ini juga digunakan untuk menjelaskan kerangka kerja dalam
organisasi yang berbeda latarbelakang budaya. Hubbert, Gudykunst dan Guerrero
(1999) melaporkan bahwa kegugupan dan ketidakpastian mempengaruhi persepsi
tentang efektivitas komunikasi.

c. Effective group decision making theory (teori pengembailan keputusan kelompok


yang efektif)

Oetzel (1995) menawarkan teori tentang pengembilan keputusan yang efektif di


dalam kelompok yang berbeda budaya. Oetzel mengintegrasikan teori Hirokawa dan
Rost (1992) yang dikenal vigilant interaction theory (VIT) dan Ting Toomey (1998)
yang dikenal sebagai teori lintas budaya dari face negotiation dan conflict management.
Hirokawa & Rost (1992) berasumsi bahwa bagaimana suatu kelompok berpikir dan
berhubungan serta bagaimana mereka mengambil keputusan. Bagaimana suatu
kelompok berpikir tetang sesuatu berhubungan dengan keputusan yang mereka buat
dan berpengaruh pada kualitas keputusan yang mereka buat. Keputusan akhir dari suatu
kelompok saling terkait dengan keputusan-keputusan sebelumnya. Oetzel
menyarankan, teori VIT mungkin terbatas pada budaya yang sama (monoculture).
Teori VIT memiliki 14 proposisi yang memusatkan perhatian pada budaya
homogenous (monoculture) dan heterogenous (interculture).

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


6 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 Proposisi (1) seseorang anggota kelompok homogen yang independen dan
mandiri, mereka cenderung mementingkan tugas dan hasilnya, ketika seseorang
anggota kelompok yang saling ketergantungan interdependen dan mandiri,
mereka cenderung menghasilkan keputusan yang bersifat relational.
 Proposisi (3,5,6) Anggota dari kelompok yang homogen dan bersifat
independen dan mandiri cenderung sekidit mencapai konsensus dan lebih
banyak konflik dan sedikit koperatif daripada anggota kelompok yang bersifat
saling ketergantungan.
 Proposisi (2 dan 4) Anggota yang berasal dari kelompok homogen cenderung
lebih setara dalam kelompoknya dan memiliki komitmen kepada kelompoknya
daripada anggota yang berasal dari kelompok yang heterogen.
 Proposisi (7) umumnya anggota kelompok yang bersifat independen dan
mandiri cenderung menggunakan strategi mendominasi dalam berkonflik dan
sebelaiknya.
 Proposisi (8) kelompok yang menggunakan gaya koperatif dalam mengelola
konflik cenderung lebih efektif dalam membuat keputusan daripada yang
menggunakan gaya persaingan.
 Proposisi (9) Kelompok yang anggotanya memiliki identitas pribadi, cenderung
membuat keputusan lebih baik daripada kelompok yang anggotanya memiliki
identitas sosial.
 Proposisi (10,11,12) teori ini menganjurkan kesetaraan anggota dan semakin
banyak anggota lebih berkomitmen pada kelompok dan keputusan yang diambil
dan lebih efektif mengambil keputusan.
 Proposisi (13) keputusan yang bersifat konsensus lebih efektif daripada
keputusan mayoritas dan keputusan kompromi.
 Proposisi (14) Kelompok yang memahami persoalan, mapan (memiliki kreteria
yang baik), mengembangkan beberapa alternatif, dan menguji positif/negatifnya
setiap alternatif akan membuat keputusan lebih efektif daripada yang tidak.
Namun diingatkan oleh Oetzel bahwa belum semua proposisi tersebut diuji.

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


7 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Theories focusing on accomodation or adaptation (Teori-teori yang memusatkan
perhatian pada penyesuaian atau adaptasi)

Ada tiga teori yang memusatkan perhatian pada penyesuaian dan adaptasi.
a. Teori komunikasi yang akomodatif (Communication Accommodation Theory -
CAT) (Gallios, Giles, Jones Cargil dan Ota 1995).
Communication Accomodation Theory (CAT) aslinya dikemukakan oleh Giles
(1973). Teori CAT telah mengalami banyak perkembangan. Pada awalnya teori
diterapkan pada teori komunikasi ujaran (speech accommodation theory (SAT) oleh
Giles & Smith (1979). Teori SAT mengatakan bahwa pembicara menggunakan bahasa
sebagai strategi untuk mendapatkan dukungan atau untuk menunjukkan kehebatan
mereka dalam berhubungan dengan orang lain. Strategi utama dari komunikator
berlandaskan pada motivasi mereka untuk berbicara konvergen atau tidak konvergen.
Mereka menggunakan pergerakan bahasa, naik-turunnya intonasi dan cara
menghormati sebagai strategi.
Gallios dkk (1995) telah mengambakan teori ini dan menerapkannya dalam
beberapa riset. Versi terakhir teori ini memiliki 17 proposisi yang dibagi menjadi dua
dasar positip/negatip hasil komunikasi yang terjadi. Proposisi-proposisi tersebut, tidak
mungkin diuraikan secara lengkap dalam tulisan ini.

Dalam teori CAT ada empat komponen utama:


1. Teori CAT dimulai dari komponen konteks sejarah sosial (sociohistorical
context) interaksi. Dalam hal ini termasuk hubungan-hubungan antara
kelompok yang sudah dilakukan dan norma-norma sosial yang diterapkan
dalam kontak tersebut. Komponen ini meliputi juga variasi budaya.
2. Komponen kedua dari CAT adalah penyesuaian orientasi (accommodation
orientation) dari komunikator. Mereka memiliki tendensi bahwa pihak lain
sebagai anggota kelompoknya secara personal, anggota dalam kelompoknya
atau kombinasi dari keduanya.
Ada tiga aspek dalam penyesuaian orientasi yaitu (1) faktor intrapersonal seperti
identitas sosial dan identitas pribadi, (2) faktor antar kelompok seperti faktor-faktor
yang merefleksikan orientasi komunikasi kepada kelompok lain sebagai anggota

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


8 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
kelompok sendiri yang vital, dan (3) faktor orientasi inisial, seperti persepsi terhadap
potensi konflik, motif penyesuaian dalam jangka panjang pada kelompok lain.
3. Komponen ketiga dari CAT adalah situasi yang mendesak (immediate
situation). Ada lima aspek dalam situasi yang mendesak: (1) Keadaan
psikologisosial (sociopsychological state); (2) fokus pada tujuan yang jelas
(goals and addressee focus) (3) Strategi bahasa (sociolingistic strategy) seperti
pengelolaan wacana. (4) Taktik dan prilaku (behavior and tactics) seperti
percakapan, aksek, dan topik (5) Pelebelan dan atribut.
4. Komponen terakhir dari CAT adalah: Evaluasi dan perhatian kedepannya
(evaluation and future intentions). Proposisi disini difokuskan pada persepsi
komunikator pada perilaku lawan bicaranya dalam interaksi. Perilaku dalam
interaksi yang pada dasarnya adalah saling membantu.

b. Teori adaptasi antar budaya/Intercultureal Adaptation (Ellingsworth 1988)


Menurut Ellingsworth (1983) bahwa semua komunikasi melibatkan beragam
jenjang variasi budaya. Teori didesain untuk menjelaskan bagaimana seorang
komunikator beradaptasi dengan yang lain “bertemu untuk membina suatu hubungan”.
Ellingswort (1983) memisahkan delapan hukum, antara lain adalah gaya komunikasi
penyesuaian merupakan harapan dari budaya yang beberda kepercayaan.
Selanjutnya Ellingsworth (1983) menurunkan 10 proposisi. Porposisi yang adaptasi
komunikasi yang fungsional (P1) adaptasi komunikasi (P2) dan penertaan dalam
adaptasi fasilitas penyelesaian tugas. Adaptasi komunikasi yang tidak fungsional akan
mengarahkan harapan dari perbedaan budaya (P3) dan penyelesaian tugas secara
perlahan (P4). Ketika komunikator memiliki keinginan untuk bekerjsama, ini
merupakan penyertaan dalam komunikasi yang adaptif (P5). Mengunakan strategi
persuasi untuk berkomunikasi adaptastif (P6). Ketika situasi mendukung bagi seorang
komunikator (P7) atau seorang komunikator memiliki banyak kekuasan (P8 P9),
komunikator lainnya memiliki kesulitan untuk beradaptasi. Perilaku adaptasi yang
lebih kuat, dari komunikator merupakan indikasi keinginan untuk mengubah nilai-nilai
budaya mereka (P10).

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


9 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
c. Teori sub budaya (Co-culture)
(Orbe, 1998b) menggunakan pendekatan fenomenologi untuk membangun teori sub
budaya (co-culture). Teori co-culture pada dasarnya adalah muted teori dan stainpoint
teori. Pada umumnya komunikasi co-culture (sub budaya) merujuk pada hubungan-
hubungan kelompok dominan dengan kelompok yang tidak teaktualisasikan
(underpresented). Pusat perhatian teori co-culture adalah menyusun suatu kerangka
kerja agar anggota-anggota co-culture dapat melakukan negosiasi dengan pihak lain
agar suara mereka tidak dibungkam (didengarkan) oleh kelompok dominan. Ada dua
premis dalam teori co-culture.
(1) Anggota-anggota kelompok co-culture dimarjinalkan oleh suatu sruktur sosial yang
dominan
(2) Anggota-anggota kelompok co culture menggunakan gaya-gaya komunikasi yang
pasti aga mereka sukses ketika berhadapan dengan struktur yang dominan.
Orbe berargumentasi bahwa anggota kelompok co-culture umumnya memiliki satu
dari tiga tujuan ketika mereka berinteraksi dengan kelompok dominan.
 Berasimilasi (menjadi bagian dari budaya dominan/mainstream)
 Akomodatif (berusaha agar kelompok dominan menerima sub budaya)
 Pemisahan (Separasi) yaitu menolak untuk bersatu dengan kelompok dominan
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi anggota kelompok co-culture dalam
berkomunikasi adalah : pengalaman, kemampuan, situasi, persepsi terhadap untung
rugi, serta pendekatan komunikasi.

3. Theories focusing on identity management or negotiation (Teori-teori yang


memusatkan perhatian pada pengelolaan identitas atau negosiasi)

Fokus dari teori ini adalah negosiasi identitas didalam hubungan antar budaya. Yang
termasuk dalam teori ini ada 3 sub teori:
a. Pengelolaan identitas (Identity Management Theory) Collier & Thomas 1993
Teori pengolahan identitas (IMT) berlandaskan pada kemampuan
komunikasi antar pribadi. Identitas diartikan sebagai harapan dalam berprilaku dan
motif-motif seseorang dalam berprilaku. Individu-individu memiliki banyak
identitas tetapi Cuphac dan Himahori memandang bahwa hubungan-hubungan
antar budaya dalam hubungannya dengan identitas merupakan sentral dari IMT.

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


10 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Mengikuti Collier dan Thomas Cuphac dan Himahori memandang identitas
memiliki fungsi dan beberapa ruang lingkup seperti : berapa banyak jumlah orang
yang bisa saya beritahu siapa saya, silience (keheningan) dan inensity (kedalaman).
Cuphac dan Himahori berargumen bahwa aspek-aspek identitas pribadi
dapat dilihat dari wajah mereka ketika mereka tampil. Mereka berusaha untuk
mengatur raut wajah mereka seolah-olah tampak alami dan berpura-pura ketika
mereka berhungan dengan orang lain.
Dalam IMT, kemampuan komunikasi antar pribadi termasuk di dalamnya
kemampuan untuk mensukseskan negosiasi yang sama-sama diterima dalam sebuah
hubungan. Kemampuan mengelola penampilan wajah merupakan salah satu
indikator yang menunjukkan kemampuan komunikasi antar pribadi.
Ketika mereka berhadapan dengan orang yang berbeda budaya, cenderung
menggunakan stereotipe. Bagaimanapun stereotipe adalah suatu langkah mengenal
identitas orang dari sisi luarnya. Hasilnya adalah dialektik yang terdiri dari 3 aspek
yaitu fellowship face vs autonomy face (wajah yang bersahabat vs wajah kaku);
competence face vs autonomy face (wajah yang mampu berubah vs wajah kaku);
autonomy face vs fellowship or competence face (wajah yang kaku vs wajah yang
bersahabat/berubah).
Kemampunan komunikasi antar budaya melibatkan kesuksesan dalam
mengatur wajah dengan tiga dialektik tadi. Kemampuan dalam mengelola
hubungan antar budaya melalui tiga tahap yaitu (1) menggunakan metode coba-
coba/trial and error (2) saling berusaha untuk membuka diri (3) menegosisasi
ulang identitas

b. Identity negotiation
Menurut Ting Toomey, kemampuan komunikasi antar budaya adalah proses
negosiasi identitas yang efektif diantara dua orang yang baru berinteraksi. Dia
merumuskan 8 asumsi, (1) setiap orang memiliki banyak cintra tentang dirinya (2)
variasi budaya berpengaruh kepada kemampuan dan kepekaan seseorang (3)
kemampuan mengidentifikasi meliputi ; keamanan dan kegelisahan, dan kerapuhan
(4) identitas merupakan motif-motif berperilaku (5) identitas merupakan langkah-
langkah yang melibatkan tekanan antara bergabung atau berpisah (6) individu-
indivuidu mencoba membuat dirinya seimbang dengan orang lain (7) pengelolaan

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


11 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
atas dialektika penyatuan-pembedaan berpengaruh pada rasa kebersamaan (8) Rasa
kebersamaan berpengaruh pada sumber-sumber kemampuan berkomunikasi seperti
pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan sumber-sumber kognisi, efeksi,
dan perilaku sehingga efektif sewaktu berhubungan dalam situasi yang berbeda.

c. Cultural Identity

Collier dan Thomas (1988) menyajikan teori interpretif tentang bagaimana


identitas budaya dikelolah sewaktu mereka berinteraksi antar budaya. Teori ini
memiliki 6 asumsi, 5 aksioma dan 1 teorema. Asumsi-asumsi itu adalah :
(1) individu-individu memiliki berbagai identitas waktu mereka
bernegosiasi dalam wacana
(2) komunikasi antar budaya berlangsung dimana asumsi-asumsi yang
menyimpang dari identitas budaya yang berbeda-beda.
(3) kemampuan komunikasi antar budaya meliputi pengelolahan makna dan
kemauan mengikuti aturan serta hasil yang positif.
(4) kemampuan komunikasi antar budaya meliputi negosiasi kesepahaman
aturan-aturan dan hasil yang positif.
(5) kompetensi komunikasi antar budaya meliputi pengakuan atas identitas
budaya.
(6) Identitas budaya memiliki banyak fungsi dan ruang lingkup.

Lima aksioma tersebut adalah :


1. norma-norma yang banyak dan makna yang berbeda-beda dalam wacana
membuat kontak antar budaya semakin besar
2. semakin mampu seorang individu berkomunikasi antar budaya akan
semakin baik kemampuannya dalam membangun dan mengelolah
hubungan.
3. Semakin banyak perbedaan identitas dalam wacana komunikasi antar
budaya semakin kontak antarbudaya yang dilakukan
4. semakin mampu seseorang menjelaskan identitas budayanya kepada orang
lain akan semakin diakui identitas budayanya oleh orang lain

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


12 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
5. Referensi bahasa dalam sistem identitas budaya memiliki hubungan yang
bervariasi dengan faktor-faktor kontek sosial seperti partisipasi.
Teorema yang dimaksud adalah : Semakin terbuka identitas budaya akan semakin
penting secara relatif terhadap identitas budaya yang lainnya.

4. Theories focusing on communication networks (Teori-teori yang memusatkan


perhatian pada jaringan komunikasi)

Teori ini berlandaskan pada asumsi bahwa perilaku individual dipengaruhi oleh
hubungan-hubungan antra individu daripada karakteristik individu. Teori ini
memusatkan perhatian pada hubungan antara orang dari budaya yang berbeda. Ada tiga
teori yang memusatkan perhatian pada jaringan ;

a. Kemampuan komunikasi dan Jaringan kelompok luar. (Network and


Outgroup Communication Competence)
Kim (1986) memiliki argumentasi bahwa salah satu aspek yang penting dalam
jaringan personal adalah ego kesadaran dan ketidaksadaran, ketidakpercayaan anggota
jaringan untuk mempersepsi dan melakukan interpretasi terhadap berbagai atribut dan
tindakan orang lain. Teorema (1) semakin tinggi tingkat perbedaan jaringan individu
berhubungan dengan semakin tingginya semua ego kemampuan komunikasi kelompok
luar. (2) semakin tinggi tingkat perpusatan dari anggota-anggota kelompok luar dalam
jaringan individu berhubungan dengan semakin tingginya semua ego kemampuan
komunikasi kelompok luar. (3) Semakin tinggi tingkatan kekuatan egonya didalam
group berhubungan dengan semakin tinggi ego kemampuan komunikasi dengan
kelompok luar.

b. Jaringan dalam budaya dan luar budaya (Intraculture vs Intercultural Network)


Yums (1988). Ada 6 teorema yang dikembangkan oleh Yums : (1) Jaringan antar
budaya cenderung meringkar (2) Jaringan dalam budaya semakin erat (3) Jaringa n
dalam budaya lebih banyak (4) Tali pengikat jaringan antar budaya lebih mendekati
ikatan yang melemahkan daripada ikatan menguatkan (5) Peranan dari perantara atau
jembatan (mediator) semakin penting untuk menghubungkan dalam jaringan antar

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


13 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
budaya daripada jaringan yang sama budaya. (6) Penterjemah akan semakin kecil
perananannya dalam membuat jarinagn antar dari jaringan dalam budaya.

c. Jaringan dan akulturasi (Network and Acculturation)


Smith membangun tujuh asumsi dan tujuh proposisi dalam teori ini. Proposisi (1)
Strategi identitas antar budayaberhubungan struktur jaringan sosial berbeda dengan
struktur jaringan sosial. (2) Kebudayaan mempengaruhi fungsi bentuk-bentuk persepsi
dan pengalaman alamiah dari jaringan sosial. (3) Peningkatan perbedaan kultur sosial
memberikan peluang meningkatnya akulturasi. (4) Harga/ biaya perubahan dari
jaringan antra sosial adalah fungi yang dinamis tergantung pada tahap-tahap integrasi
dengan komunitas setempat. (5) Pwerbedaan struktural berdampak pada besarnya
jaringan antar budaya Berakibat pada kepastian proses (6) Meningkatnya keeratan
hubungan merupakan sumber-sumber yang membuat jaringan semakin menurun yang
selanjutnya berakibat pada akulturasi. (7) Jaringan antar budaya akan menjadi kurang
erat akan berbentuk ikatan yang melingkar dalam budaya dalam merefleksikan budaya-
budaya sebagai konteks dasar norma hubungan daripada refleksi budaya yang
ditemukan dalam norma hubungan personal.

5. Theories focusing on acculturation or adjustment (Teori-teori yang memusatkan


perhatian pada akulturasi atau penerimaan)

Teori ini menguji (1) Teori komunikasi akulturasi (2) teori pengelohan krekuatiran/
ketidakpastian (3) teori tentang asimiliasi dalam komunikasi penyimpangan dan
keterasingan.
a. Akulturasi Komunikasi (Communication Acculturation)
Ada 10 aksioma dan 21 teorema.
Lima aksioma pertama adalah Prinsip-prinsip besar antar budaya : (A1) akulturasi dan
dekulturasi adalah bagian dari proses adaptasi budaya (A2) Penekanan pada dinamika
perkembagan adaptasi tergantung pada proses adaptasi (A3) transformasi antar budaya
adalah fungsi dari penekanan dinamika perkembagan adaptasi (A4) kekuatan dari
penekanan dari dinamika pertumbuhan adaptasi menurun seperti orang asing
melakukan transpormasi antar budaya (A5) Fungsi fitness dan kesehatan psikologi
merupakan hasil transformasi antar budaya.

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


14 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Lima aksioma yang kedua menjelaskan hubungan bolak balik antara transformasi
antar budaya dengan kompetensi komunikasi masyarakat setempat (tuan rumah). (A6)
aktifitas-aktifitas komunikasi tuan rumah (A7) aktifitas-aktifitas etnik (A8) Kondisi
lingkungan (A9) penilaian awal orang asing (A10).
Tiga bagian pertama teorema membahas tentang hubungan antara kemampuan
komunikasi tuan rumah dan aktifitas komunikasi tuan rumah.
(positif T1) Aktifitas-aktifitas komunikasi etnik (negatif T2), transformasi antra budaya
(positif T3). Aktifitas komunikasi interpersonal dan komunikasi massa dari tuan rumah
berhubungan dengan aktifitas komunikasi etnis (negarif T4). Transformasi antar
budaya (positif T5) aktifitas komunikasi interpersonal etnis dan aktifitas komunikasi
massa etnis berhubungan dengan negatif dengan transfornasi antar budaya (T6).
kesediaan untuk menerima dan tekanan untuk berkompromi dari tunm ruimah dengan
kemampuan komunikasi tuan rumah. (positif T7), aktifitas-aktifitas komunikasi tuan
rumah (positif T8) aktifitas-aktifitas komuniaksi etnis (negatif T9) kekuatan kelompok
etnis berhubungan dengan kompetensi komunikasi tuan rumah. (negatif T10)
aktuifitas-aktifitas komunikasi tuan runmah (positif T11) aktiviitas-aktivitas
komunikasi etnis (positif T12) Pendekatan etnis berhubungan dengan kompetensi
komunikasi tuan rumah (positif T16), aktifitas komunikasi tuan rumah (positif T17)
Aktifitas komunikasi etnic (negatif T18).
Kesiapan untuk berubah berhubungan dengan kemampuan komunikasi tuan rumah
(positif T13) aktivitas-aktivitas komunikasi tuan rumah (positif T14) dan aktivitas-
aktivitas komunikasi etnis (negatif T15). Kepribadian yang adaptif dari orang asing
berhubungan dengan kemampuan komunikasi tuan rumah (posti T19) aktivitas-
aktivitas komunikasi tuan rumah (positif T20) dan aktivitas-aktivitas komunikasi etnis
(negatif T21).
Teori ini sudah diterapkan dalam berbagai kasus seperti imigran di Amerika,
imigran Korea, pengungsi Indocina, Amerika-Jepang, Amerika Meksiko dan yang
lainnya. Teori terbukti pada riset-riset yang dilakukan.

b. Pengelolaan atas kegugupan/ketidakpastian (Anxiety/uncertainty management)


Ketika orang asing masuk kedalam budaya yang baru dia akan memiliki
aketidakpastian terhadap tuan rumahnya yang meliputi sikap, perasaan, kepercayaan,
nilai-nilai dan perilaku-perilakunya. Orang asing membutuhkan sesuatu untuk bisa

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


15 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
memprediksi beberapa alternatif perilaku yang sesuai dengan masyarakat setempat.
Orang asing juga membutuhkan sesuatu untuk bisa menjelaskan sikap-sikap,
persasaan-perasaan dan perilaku tuan rumah. Ketika orang asing itu mencoba mendapat
gambaran tentang bagaimana perilaku-perilaku dan alasan-alasan atas perilaku tuan
rumah tersebut, maka ia mulai dapat menurunkan ketidakpastiannya. Ketika orang
asing berkomunikasi dengan tuan rumah orang asing itu mengalami ketidakpastian dan
kekuiatiran, pada waktu yang bersamaan orang asing itu tidak dapat berkomunikasi
secara efektif dengan tuan rumah bila ketidakpastian dan kekuatirannya tinggi. Jika
ketidakpastian terlalu tinggi orang asing tidak dapat secara akuarat menginterpretasi
pesan-pesan yang disampaikan tuan rumah atau membuat prediksi tidak akurat
terhadap perilaku tuan rumah. Ketika kekuatiran terlalu tinggi orang asing
berkomunikasi dengan menngunakan kerangka budayanya sebagai referensi untuk
menginterpretasi perilaku tuan rumah. Didalam teori AUM pengelolahan
ketidakpastian dan kekutiaran adalah dasar yang menjadi penyebab orang asing
melakukan penyesuaian antar budaya.

c. Asimiliasi penyimpangan dan keterasingan (Assimilation, deviance and


alienation).
McGuire dan McDermott (1988) berargumentasi bahwa asimilasi dan adaptasi
adalah hasil yang tidak tetap dari sebuah proses adaptasi daripada hasil temporer proses
komunikasi. Seseorang akan melakukan asimilasi ketika mereka memiliki persepsi
bahwa ada sesuatu yang positif yang diperoleh mereka dari orang lain Teori dari
McGuire dan McDermott berisikan bahwa tuan rumah memiliki respon terhadap
imigran karena ada norma-norma budaya yang menyimpang dari norma budaya mereka
dalam hal komunikasi. Misalnya pesan-pesan yang negatif dan pesan yang tanpa
makna. Ketika imiran tidak men yimpang atau melakukan komunikasi yang asimilatif
maka tuan rumah akan merespon dengan komunikasi asimilasi pula.ketika orang asing
itu mengunakan komunikasi yang baik maka tuan rumah akan merespon engan
komunikasi yang baik.
Ketika imigran melakukan komunikasi dengan lalai dan direspon negatif oleh tuan
rumah imigran akan mengalami perasaan keterasingan dari budaya setempat. Perasaan
keterasingan pada imigran dipengaruhi oleh respon yang diberikan oleh tuan rumah
atas imigran.

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


16 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Berkenaan dengan pembahasan komunikasi antarbudaya, Griffin (2003)
menyadur teori AnXiety/Uncertainty Management; Face-Negotiation; dan Speech Codes.

1. Anxiety/Uncertainty Management Theory (Teori Pengelolaan


Kecemasan/Ketidakpastian).

Teori yang di publikasikan William Gudykunst ini memfokuskan pada perbedaan


budaya pada kelompok dan orang asing. Ia berniat bahwa teorinya dapat digunakan pada
segala situasi dimana terdapat perbedaan diantara keraguan dan ketakutan.
Ia menggunakan istilah komunikasi efektif kepada proses-proses
meminimalisir ketidakmengertian. Penulis lain menggunakan istilah accuracy, fidelity,
understanding untuk hal yang sama.
Gudykunst menyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian adalah dasar penyebab
dari kegagalan komunikasi pada situasi antar kelompok. Terdapat dua penyebab dari mis-
interpretasi yang berhubungan erat, kemudian melihat itu sebagai perbedaan pada
ketidakpastian yang bersifat kognitif dan kecemasan yang bersifat afeksi- suatu emosi.
Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory:
a. Konsep diri dan diri.
Meningkatnya harga diri ketika berinteraksi dengan orang asing akan
menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan.
b. Motivasi untuk berinteraksi dengan orang asing.
Meningkatnya kebutuhan diri untuk masuk di dalam kelompok ketika kita
berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan sebuah peningkatan
kecemasan.
c. Reaksi terhadap orang asing.
Sebuah peningkatan dalam kemampuan kita untuk memproses informasi yang
kompleks tentang orang asing akan menghasilkan sebuah
peningkatan kemampuan kita untuk memprediksi secara tepat perilaku mereka.
Sebuah peningkatan untuk mentoleransi ketika kita berinteraksi dengan orang
asing menghasilkan sebuah peningkatan mengelola kecemasan kita dan

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


17 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
menghasilkan sebuah peningkatan kemampuan memprediksi secara akurat
perilaku orang asing.
Sebuah peningkatan berempati dengan orang asing akan menghasilkan suatu
peningkatan kemampuan memprediksi perilaku orang asing secara akurat.
d. Kategori sosial dari orang asing.
Sebuah peningkatan kesamaan personal yang kita persepsi antara diri kita dan
orang asing akan menghasilkan peningkatan kemampuan mengelola kecemasan
kita dan kemampuan memprediksi perilaku mereka secara akurat. Pembatas
kondisi: pemahaman perbedaan-perbedaan kelompok kritis hanya ketika orang
orang asing mengidentifikasikan secara kuat dengan kelompok.
Sebuah peningkatan kesadaran terhadap pelanggaran orang asing dari harapan
positif kita dan atau harapan negatif akan menghasilkan peningkatan kecemasan
kita dan akan menghasilkan penurunan di dalam rasa percaya diri dalam
memperkrakan perilaku mereka.
e. Proses situasional.
Sebuah peningkatan di dalam situasi informal di mana kita sedang berkomunikasi
dengan orang asing akan menghasilkan sebuah penurunan kecemasan kita dan
sebuah peningkatan rasa percaya diri kita terhadap perilaku mereka.
f. Koneksi dengan orang asing.
Sebuah peningkatan di dalam rasa ketertarikan kita pada orang asing akan
menghasilkan penurunan kecemasan kita dan peningkatan rasa percaya diri dalam
memperkirakan perilaku mereka.
Sebuah peningkatan dalam jaringan kerja yang kita berbagi dengan orang asing
akan menghasilkan penurunan kecemasan kita dan menghasilkan peningkatan
rasa percaya diri kita untuk memprediksi perilaku orang lain.

2. Face-Negotiation Theory.
Teori yang dipublikasikan Stella Ting-Toomey ini membantu menjelaskan perbedaan –
perbedaan budaya dalam merespon konflik. Ting-Toomey berasumsi bahwa orang-orang
dalam setiap budaya akan selalu negotiating face. Istilah itu adalah metaphor citra diri
publik kita, cara kita menginginkan orang lain melihat dan memperlakukan diri kita. Face
work merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang membantu menjaga dan menyimpan
rasa malu (face loss), dan menegakkan muka terhormat. Identitas kita dapat selalu

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


18 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
dipertanyakan, dan kecemasan dan ketidakpastian yang digerakkan oleh konflik yang
membuat kita tidak berdaya/harus terima. Postulat teori ini adalah face work orang-orang
dari budaya individu akan berbeda dengan budaya kolektivis. Ketika face work adalah
berbeda, gaya penangan konflik juga beragam.
Terdapat tiga perbedaan penting diantara budaya individulis dan budaya kolektivis.
Perbedaan-perbedaan itu adalah dalam cara mendefinisikan: diri; tujuan-tujuan; dan
kewajiban.

konsep Budaya individualis Budaya kolektivis


Diri Sebagai dirinya sendiri Sebagai bagian kelompok
Tujuan Tujuan diperuntukan Tujuan diperuntukan
kepada pencapaian kepada pencapaian
kebutuhan diri. kebutuhan kelompok
Kewajiban Melayani diri sendiri Melayani kelompok/orang
lain.

Teori ini menawarkan model pengelolaan konflik sebagai berikut:


1) Avoiding (penghindaran) – saya akan menghindari diskusi perbedaan-perbedaan
saya dengan anggota kelompok.
2) Obliging (keharusan) – saya akan menyerahkan pada ke kebijakan anggota
kelompok.
3) Compromising – saya akan menggunakan memberi dan menerima sedemikian
sehingga suatu kompromi bisa dibuat.
4) Dominating – saya akan memastikan penanganan isu sesuai kehendak-ku.
5) Integrating – saya akan menukar informasi akurat dengan anggota kelompok
untuk memecahkan masalah bersama-sama.

Face-negotiation teory menyatakan bahwa avoiding, obliging, compromising, dominating,


dan integrating bertukar-tukar menurut campuran perhatian mereka untuk self-
face dan other -face.

3. Speech Codes Theory.

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


19 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Teori yang dipublikaskan Gerry Philipsen ini berusaha menjawab tentang
keberadaan speech code dalam suatu budaya, bagaimana substansi dan kekuatannya dalam
sebuah budaya. Ia menyampaikan proposisi-proposisi sebagai berikut:
1) Dimanapun ada sebuah budaya, disitu diketemukan speech code yang khas.
2) Sebuah speech code mencakup retorikal, psikologi, dan sosiologi budaya.
3) Pembicaraan yang signifikan bergantung speech code yang digunakan
pembicara dan pendengar untuk memkreasi dan menginterpretasi komunikasi
mereka.
4) Istilah, aturan, dan premis terkait ke dalam pembicaraan itu sendiri.
5) Kegunaan suatu speech code bersama adalah menciptakan kondisi memadai
untuk memprediksi, menjelaskan, dan mengontrol formula wacana tentang
intelijenitas, prudens (bijaksana, hati-hati) dan moralitas dari perilaku
komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sasa Djuarsa Sendjaja dkk. Teori Komunikasi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
2014
2. Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss. Human Communication. McGrawHills.
3. West, Richard and Turner, Lyn H.2007. Introduction Communication Theory, McGraw-
Hill, New York.
4. Griffin, EM. 2003. A First Look at Communication Theory. Fifth Edition. McGraw-Hill,
New York
5. Miller, Katherine, 2005, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts,
2nd edition, Singapore: McGraw Hill Internationa
6. Stephen W. Littlejohn. Theories of Human Communiation. New Jersey: Wadsworth
Publication.2001.
7. Mulyana, Deddy & Solatun. 2013. Metode Penelitian Komunikasi: Contoh-Contoh
Penelitian Kualitatif dengan Pendekatan Praktis; Cetakan ke 3. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
8. Syam, Nina W. 2012. Psikologi Sosial sebagai Dasar–Dasar Ilmu Komunikasi.
Bandung: Simbiosa Rekatam Media.
9. West, Richard., & Turner, Lynn H. (2010). Introducing Communication Theory: Analysis
and Application, Edisi 3, Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

2021 Perspektif dan Teori Komunikasi


20 Nama Dosen Pengampu
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai