Disusun oleh:
Angga Satrio Utomo
F1C014085
Cahyaningtyas Zara S B
F1C014086
F1C014092
Nurul Af
F1C014093
Rizky Darmawan
F1C014095
Nifrinas Yulistin R
F1C014096
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015
PENDAHULUAN
kehidupan
manusia
modern
dewasa
ini,
terutama
dengan
suatu
proses
dimana
organisasi
media
memproduksi
dan
menyebarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain merupakan proses
dimana pesan tersebut dicari, digunakan, dan dikonsumsi oleh audience.
Pusat dari studi mengenai komunikasi massa adalah media. Media merupakan
organisasi yang menyebarkan informasi yang berupa produk budaya atau
pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat.
Oleh karenanya, sebagaimana dengan politik atau ekonomi, media merupakan
suatu sistem tersendiri yang merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yang
lebih luas.
Sejatinya, keberadaan teori komunikasi massa bertujuan di samping untuk
mengkaji hal-hal apa saja yang menjadi efek media terhadap manusia atau
khalayak, juga untuk membuktikan bagaimana peranan media massa terhadap
manusia atau khalayak secara psikis.Sekaitan dengan teori komunikasi massa,
Littlejhon (1999), membaginya ke dalam teori makro dan teori mikro. Teori mikro
komunikasi massa adalah teori yang mengkaji tentang hubungan antara media
dengan khalayaknya. Teori ini lebih memfokuskan pada efek-efek terhadap
kelompok dan individu-individu serta hasil-hasil dari transaksi media itu.
Sedangkan teori makro komunikasi massa mengkaji media massa dari sisi
masyarakat dan institusinya.
Dalam pembahasan ini, hanya teori mikro saja yang akan dijelaskan.
Teori-teori yang termasuk dalam teori mkro komunikasi massa adalah agenda
setting, kultivasi, uses and gratification, pembelajaran social, spiral keheningan,
cultural imperialism,determinisme teknologi, dan difusi inovasi.
PEMBAHASAN
A. Teori Kultivasi
Teori ini menjelaskan tentang efek samping yang ditimbulkan oleh
televisi dalam jangka waktu yang lama. Gerbner mengklaim bahwa
penggunaan televisi dalam jangka waktu yang panjang akan mengembangkan
keyakinan atau pemikiran seseorang tentang dunia yang menakutkan dan
penuh dengan kekerasan. Ia juga menyatakan ada hubungan antara media
komunikasi dengan kekerasan.
Teori kultivasi atau disebut juga dengan analisis kultivasi, adalah
teori yang memperkirakan dan menjelaskan pembentukan persepsi, pengertian
dan kepercayaan mengenai dunia sebagai hasil dari mengonsumsi pesan media
dalam jangka panjang. Pemikiran Gerbner menyatakan bahwa media massa,
khususnya televisi, menyebabkan munculnya kepercayaan tertentu mengenai
realitas yang dimiliki bersama oleh konsumen media massa. Menurutnya,
sebagian besar yang kita ketahui atau apa yang kita pikir kita tahu, tidak kita
alami sendiri. Kita mengetahuinya karena adanya berbagai cerita yang kita
lihat dan dengar melalui media. Dengan kata lain, kita memahami realitas
melalui perantaraan media masssa sehingga realitas yang kita terima adalah
realitas yang diperantarai.
Program berita kriminalitas yang ditayangkan sebagian besar
stasiun televisi di Indonesia dapat memberikan gambaran simbolik mengenai
lingkungan yang tidak aman, ppenuh dengan orang jahat dan hal-hal negative
lainnya, walaupan angka statistic resmi dari kepolisian, misalnya menunjukan
angka kejahatan yang berkurang secara signifikan, namun tetap saja orang
akan merasa tidak nyaman dan tidak aman ketika ia berada sendirian di suatu
tempat.
Kekerasan yang diakibatkan dari seringnya menonton televisi
semakin meningkat. Untuk itulah, Gerbner selaku direktur penelitian Cultural
Indicators berusaha mengembangkan ukuran yang objektif yang akan
memungkinkan televisi sebagai teman atau musuh. Dalam teori ini ada 2 tipe
penonton televisi yang mempunyai karakteristik berbeda satu dama lainnya,
yaitu:
1. Heavy viewrs adalah mereka yang menonton televisi lebih dari 4 jam
setiap harinya. Oleh karena itu, mereka mengandalkan televisi sebagai
sumber informasi dan hiburan mereka. Mereka membentuk gambaran
tentang dunia dalam pikirannya sebagaimana yang digambarkan televisi.
2. Light viewers yaitu mereka yang menonton televisi 2 jam atau kurang
dalam setiap harinya. Kelompok ini memiliki akses media yang lebih luas
sehingga sumber informasi mereka menjadi lebih variatif. Karena
kenyataan ini, maka pengaruh televisi tidak cukup kuat pada diri mereka.
Untuk membandingan penonton yang sudah tersorot televisi dan
yang belum tersorot, maka Gerbner membuat istilah baru yaitu Cultivation
Differential. Peneliti menargetkan 4 sikap:
1. Chances of involvement with violence, orang-orang dengan
kebiasaan yang selalu menonton televisi terlalu sering kemungkinan
juga akan terlibat dalam kekerasan.
2. Fear of walking alone at night, orang dengan kebiasaan menonton
televisi terlalu sering cenderung akan melebih-lebihkan tindakan
criminal dan mereka akan lebih percaya 10 kali lebih buruk daripada
kenyataanya.
3. Perceived activity of police, orang dengan kebiasaan menonton
televisi terlalu sering akan percaya bahwa 5 persen dari masyarakat
terlibat dalam penegakan hukum. Orang dengan kebiasaan menonton
terlalu sering akan memperkirakan sebuah peristiwa lebih realistis 1
persen. Mereka juga akan berpikiran bahwa setiap hari polisi akan
menarik senjatanya yang sebenarnya itu tidak benar.
4. General mistrust of people, orang-orang dengan kebiasaan
menonton televisi terlalu sering akan mempunyai kebiasaan
mencurigai motif orang lain. Misalnya seperti, sebagian besar orang
hanya akan memperdulikan dirinya sendiri. Gerbner menyebutkan
B. Teori Agenda-Setting
Agenda-Setting Theory (Teori Pengaturan Agenda) merupakan
sebuah teori yang menjelaskan tentang kemampuan dari media berita untuk
mempengaruhi sebuah topic yang paling penting pada public agenda (agenda
public). Teori ini juga dikenal sebagai pengaturan fungsi agenda dari media
massa yang mencetuskan teori ini adalah 2 orang professor Jurnalistik, yaitu
Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Tepatnya pada tahun 1972. Mereka
berpendapat bahwa sebuah media khususnya media berita tidak selalu bisa
berhasil dalam memberitahukan kepada kita tentang apa yang harus
dipikirkan, tetapi mereka selalu saja berhasil untuk memberitahukan kepada
kita tentang apa yang harus dipikirkan. Menurut mereka, media massa
memiliki kemampuan untuk menstransfer materi yang tersembunyi dari
sebuah acara baru kepada public. Teori ini muncul pada kemampuan untuk
menunjukan kecocokan diantara agenda media dan agenda public. Focus dari
teori ini adalah komunikasi massa.
Maxwell McCombs dan Donald Shaw menyatakan bahwa: media
massa memiliki kemampuan memindahkan hak-hal penting dari agenda berita
mereka menjadi agenda public. Kita menilai penting apa saja yang dinilai
penting oleh media. Dalam hal ini, McCombs dan Shaw tidak menyatakan
bahwa media secara sengaja berupaya mempengaruhi public, tetapi public
melihat kepada para professional yang bekerja pada media massa untuk
meminta petunjuk kepada media kemana public harus memokuskan
perhatiannya.
Terdapat 2 level Agenda-Setting:
1. Sikap objek sebagai hasil yang menarik dari gambaran media massa di
dunia dan menjadi gambaran di kepala atau otak kita.
2. Sikap perlengkapan sebagai hasil yang menarik dari hubungan media
dengan sikap objek sebagai fungsi gambaran dari pemikiran kita. Media
juga berpengaruh pada perilaku masyarakat.
media untuk memenuhi kebutuhan dan mempuyai tujuan. Studi dalam bidang
memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) isi media untuk mendapat
kepuasan (Gratications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang dan dari situlah
timbul istilah Uses Gtarifications.
Sementara itu Katz, Jay, dan Gurevitch menjelaskan bahwa
kebutuhan manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial, afiliasi kelompok, dan
ciri-ciri kepribadian sehingga terciptalah kebutuhan manusia yang berkaitan
dengan media meliputi kebutuhan kognitif, kebutuhan afektif, kepribadian
secara integratif, kebutuhan sosial secara integratif dan kebutuhan pelepasan
ketegangan.
McCormick 1995 cit Syah 2005) adalah teori belajar yang relatif masih
baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Tokoh utama teori
ini adalah Albert Bandura. Bandura memandang tingkah laku manusia
bukan semata-mata efleks otomatis dan stimulus (S-R bond), melainkan
juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan
dengan skema kognitif manusia itu sendiri.(Syah,2005).
Menurut Psikolog Albert Bandura dan rekan-rekannya, suatu
bagian utama dari pembelajaran manusia terdiri atar belajar observasional,
yang mana merupakan pembelajaran dengan cara melihat perilaku orang
lain, atau model. Karena pendasarannya pada observasi terhadap orang
lain-fenomena sosial-sudut pandang yang diambil oleh Bandura ini sering
disebut dengan pendekatan kognisi sosial tentang belajar.(Bandura,
1999,2004 cit Feldman,2012).
yang ada
Pengamatan model dapat menyebabkan munculnya kembali respon
yang tampaknya dilupakan. (Elliot et al, 2000)
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial
pengajaran,
Anda
harus
memastikan
bahwa
siswa
2)
langkah verbal.
3) Produksi. Begitu kita tahu bagaimana perilaku seharusnya terlihat
dan ingat elemen-elemen atau langkah-langkahnya, kita mungkin
tetap belum dapat melakukannya dengan lancar.
4) Motivasi dan Reinforcement. Teori pembelajaran sosial membedakan
antara perolehan dan perbuatan. Kita mungkin memperoleh sebuah
keterampilan atau perilaku baru melalui observasi, tetapi kita
mungkin tidak melakukan perbuatan itu sampai ada motivasi atau
insentif untuk melakukannya. Reinforcement dapat memainkan
beberapa peran dalam observational learning. (Woolfolk,2008)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Observational Learning
Schunk (2004) mengemukakan ada enam faktor yang mempengaruhi
observational learning, yaitu:
1) Status Perkembangan
Peningkatan dan perkembangan, termasuk pemusatan perhatian yang
lebih lama dan kapasitas untuk memproses informai yang semakin
meningkat, menggunakan berbagai strategi, membandingkan kinerja
dengan representasi ingatan, dan mengadopsi motivator-motivator
intrinsik.
2) Prestise dan Kompetensi Model
Pengamat memberi perhatian yang lebih besar pada model-model
yang kompeten dan berstatus tinggi. Konsekuensi perilaku yang
dijadikan model memberikan informasi tentang nilai fungsional.
(1984, hlm. 5), pengamatan yang dibuat dalam satu konteks (media massa)
menyebar kepada yang lain dan mendorong orang untuk menyuarakan pandangan
mereka atau menelannya dan diam, hingga dalam proses yang spiral, satu
pandangan dianggap mendominasi ranah publik sementara yang lain hilang dari
kesadaran publik dan para pendukungnya tidak bersuara lagi. Hal inilah proses
yang disebut spiral of silence. Dengan kata lain, karena orang takut pada
keterasingan atau pemisahan dari sekeliling mereka, mereka cenderung menjaga
sikap ketika mereka merasa berada pada kalangan minoritas. Asumsi utama dari
teori ini (Noelle-Neuman, 1991) adalah sebagai berikut :
Hasilnya
adalah
bahwa
pandangan-pandangan
tersebut
yang
Titanic tersebut benar-benar ada, padahal itu semua tidak ada. Bahkan
ketika kapal tersebut akhirnya menabrak gunung es dan tenggelam, seolah
para penumpang kapal itu seperti berenang di laut lepas, padahal semua itu
semu belaka. Semua sudah bisa dikerjakan dengan teknologi komputer yang
seolah kejadian nyata. Semua itu bisa diwujudkan karena negara Barat
mempunyai teknologi modern.
Negara dunia ketiga tertarik untuk membeli produk Barat tersebut.
Sebab, membeli produk itu jauh lebih murah jika dibanding dengan
membuatnya sendiri. Berapa banyak media massa Indonesia yang setiap
harinya mengakses dari media massa Barat atau kalau berita dari kantor berita
Barat. Setiap hari koran-koran di Indonesia seolah berlomba-lomba untuk
menampilkan tulisan dari kantor berita asing. Bahkan, foto demonstrasi di
Jakarta yang seharusnya bisa difoto oleh wartawan Indonesia sendiri justru
berasal dari kantor berita AFP (Perancis). Sesuatu yang sulit diterima, tetapi
nyata terjadi. Dampak selanjutnya, orang-orang di negara dunia ketiga yang
melihat media massa di negaranya akan menikmati sajian-sajian yang berasal
dari gaya hidup, kepercayaan dan pemikiran. Kalau kita menonton film
Independence Day saat itu kita sedang belajar tentang Bangsa Amerika dalam
menghadapi musuh atau perjuangan rakyat Amerika dalam mencapai
kemerdekaan. Berbagai gaya hidup masyarakatnya, kepercayaan dan
pemikiran orang Amerika ada dalam film itu. Mengapa bangsa di dunia ketiga
ingin menerapkan demokrasi yang memberikan kebebasan berpendapat?
Semua itu dipengaruhi oleh sajian media massa Barat yang masuk ke dunia
ketiga.
Selanjutnya, negara dunia ketiga tanpa sadar meniru apa yang
disajikan media massa yang sudah banyak diisi oleh kebudayaan Barat
tersebut. Saat itulah terjadi penghancuran budaya asli negaranya untuk
kemudian mengganti dan disesuaikan dengan budaya Barat. Kejadian ini bisa
dikatakan terjadinya imperialisme budaya Barat. Imperialisme itu dilakukan
oleh media massa Barat yang telah mendominasi media massa dunia ketiga.
Salah satu yang mendasari munculnya teori ini adalah bahwa pada dasarnya
manusia tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan bagaimana mereka
berpikir, apa yang dirasakan dan bagaimana mereka hidup. Umumnya, mereka
cenderung mereaksi apa saja yang dilihatnya dari televisi. Akibatnya,
individu-individu itu lebih senang meniru apa yang disajikan televisi.
Mengapa? Karena televisi menyajikan hal baru yang berbeda dengan yang
biasa mereka lakukan. Teori ini juga menerangkan bahwa ada satu kebenaran
yang diyakininya. Sepanjang negara dunia ketiga terus menerus menyiarkan
atau mengisi media massanya berasal dari negara Barat, orang-orang dunia
ketika akan selalu percaya apa yang seharusnya mereka kerjakan, pikir dan
rasakan. Perilaku ini sama persis seperti yang dilakukan oleh orang-orang
yang berasal dari kebudayaan Barat.
Teori imperislisme budaya ini juga tak lepas dari kritikan. Teori ini
terlalu memandang sebelah mata kekuatan audience di dalam menerima
terpaan media massa dan menginterpretasikan pesan-pesannya. Ini artinya,
teori ini menganggap bahwa budaya yang berbeda (yang tentunya lebih maju)
akan selalu membawa pengaruh peniruan pada orang-orang yang berbeda
budaya. Tetepi yang jelas, terpaan yang terus-menerus oleh suatu budaya yang
berbeda akan membawa pengaruh perubahan, meskipun sedikit.
tidak bersinggungan dengan apa yang namanya media massa. Mulai dari ruang
keluarga, dapur, sekolah, kantor, pertemanan, bahkan agama, semuanya
berkaitan dengan media massa. Hampir-hampir tidak pernah kita bisa
membebaskan diri dari media massa dalam kehidupan kita sehari-hari.
McLuhan bersama Quentin Fiore menyatakan bahwa media pada
setiap zamannya menjadi esensi masyarakat. Mereka mengemukakan adanya
empat era atau zaman dalam sejarah media, yaitu :
1. The Tribal Age: An Acoustic Community (Era Kesukuan)
Menurut McLuhan, pada era suku zaman dahulu manusia menggunakan
indera
pendengaran,
sentuhan,
perasan,
dan
penciuman
untuk
kemudian
menjadi
dominan
mengalahkan
indera
cetak
dari kita sebagi anggota dari suatu desa global (global village). Desa
global menjelaskan bahwa tidak ada lagi batasan waktu dan tempat untuk
mendapatkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain dalam waktu
yang sangat singkat menggunakan teknologi.
Adanya teknologi juga menyebabkan adanya dampak teknologi bagi
masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Marshall McLuhan bahwa kini
manusia
bukan
hanya
bertindak
sebagai
pencipta
dan
pemrakarsa
Kriminalitas
Pornografi
Hilangnya rasa kebangsaan dan nasionalisme
Konsumerisme yang meningkat
Kemajuan-kemajuan dan perubahan-perubahan yang ada tentunya
seperti
ini
menjalankan
fungsi
penting
untuk
fungsi
sebuah
inovasi.
Mereka
menunggu
hingga
1. Tahap pengetahuan.
Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai
inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa
melalui
media
elektronik,
media
cetak,
maupun
komunikasi
dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu.
Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi; alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi
dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi,
sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya
komunikasi
dan
(b)
karakteristik
penerima.
Jika
komunikasi
KESIMPULAN
Komunikasi
massa
mengandung pengertian
suatu
proses
dimana
dan
dikonsumsi
dimana
pesan
tersebut
dicari,
organisasi
yang
menyebarkan
atau
yang
informasi
yang
berupa
produk budaya
pesan
antara
individu
atas
komunikasi
pendapatnya
massa,
komunikasi antarpribadi,
sendiri
saling
dan
masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat yang
lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang
tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
DAFTAR PUSTAKA
(diakses
pada