Ruang dan waktu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan, dimana manusia menempati dan memanfaatkan ruang (space)
dengan segala kebutuhannya. Apa yang dikatakan Hizaz mengenai ruang
menurutnya banyak memiliki pengertian diantaranya berarti sesuatu yang
memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi yang di dalamnya memungkinkan
pergerakan suatu benda (Hizaz, 2011). Benda yang dimaksud tidak hanya
yang sifatnya statis/mati namun dinamis/makhluk hidup (hewan dan
tumbuhan). Kemampuan manusia dalam mengolah ruang dan memanfaatkan
waktu sebagai bukti bahwa daya imajinasi mampu merubah ruang dan
menyempurnakan apa yang ada dihadapannya tentu hal ini tidak hanya
dengan mempelajari sifat-sifat ruang dan dromologi. Dalam artian bahwa
manusia dengan segala kelebihannya berupaya untuk memeras alam jagat
raya menjadi sesuatu yang dapat dikendalikan dalam satu ruang dan waktu
yang sama. Lebih jauh lagi manusia mampu memperediksi bahkan
menerawang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga dapat
menyesuaikan dengan kondisi masa depan. Disinilah terjadi proses
psikologis yang memperlihatkan suatu proses yang bersifat timbal balik
sehingga ruang dapat mempengaruhi system dan kepribadian manusia. Apa
yang dilakukan manusia dalam merespon ruang dan waktu merupakan
sebuah proses yang melibatkan berbagai system yang ada dihadapannya
kemudian membentuk kebiasaan tingkah laku dan segala aktifitas
didalamnya, ini membenarkan apa yang di katakan Manuaba dalam sebuah
artikel bahwa kehidupan manusia sehari-hari telah menyimpan kebiasaan
yang sekaligus menjadi pengetahuan yang membentuk dan membimbing
sikap dan perilaku. merupakan realitas yang dibangun dan dibentuk oleh
individu yang kemudian ditafsirkan dan dimaknai sehingga menjadi buah
dari pikiran dan tindakan masyarakat kemudian dipelihara sebagai ’yang
nyata’ oleh pikiran dan tindakan itu. Dasar-dasar pengetahuan segala
tindakan dan pikirannya dipelihara sebagai sosok yang secara tidak sadar
membentuk watak dan kebiasaan masyarakat. Pendeknya diungkapkan pula
oleh Koentjaraningrat dalam bukunya bahwa apapun yang dilakukan manusia
tidak lebih dari sekedar merespon stimulus baik berbentuk tindakan maupun
keadaan alam sekitar (ruang dan waktu).
Teritorial/Teritorialitas
Ruang,waktu dan manusia merupakan bahasan yang tidak akan pernah ada
habisnya, keunikan manusia dalam merespon bahkan menciptakan ruang
sebagai bukti kuasa manusia dalam imaji dan kreatifitasnya, sehingga
perilaku ini secara tidak langsung membentuk teritori-teritori tertentu yang
memberikan pembeda dengan masyarakat di sekelilingnya. Dengan kata lain
terbentuknya ruang/wilayah kekuasaan merupakan wujud manusia untuk
menciptakan dan mewadahi segala keinginannya.
Referensi:
Hidzaz Taufan (2011) Interaksi Psiko-Sosial di Ruang Interior,Bandung:
ITENAS
Koentcaraningrat ( 2002) Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT Rineka
Cipta Manuaba Putera (2010) Memahami Teori Konstruksi Sosial, Jurnal
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Volume 21, Nomor 3:221-230
Walker, A.J (2010) Desain, Sejarah, Budaya. Sebuah Pengantar
Komprehensif., Yogyakarta:Jalasutra
Sumber:
Pengertian Teritorialitas
Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah
laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering
melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan demikian
menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut dapat mengontroldaerahnya atau unit
dengan benar atau merupakan suatu teritorial primer.
Perbedaan ruang personal dengan teritorialitas menurut pendapat Sommer dan de War
(1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun seorang pergi, sedangkan teritori memiliki
implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah – ubah.
d. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari berteunya kebutuhan dasar psikologis sampai
kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan – kebutuhan estetika
Porteus mengidentifikasikan 3 kumpulan tingkat spasial yang saling terkait satu sama lain:
Sementara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi tiga, yaitu : teritorial primer, teritorial
sekunder dan teritorial umum.
1. Teritorial Primer
Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran
terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan
ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah
yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan
identitasnya. Yang termasuk dalam teritorial ini adalah ruang kerja, ruang tidur, pekarangan,
wilayah negara dan sebagainya.
2. Teritori Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Teritorial ini
dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang
mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat teritorial sekunder adalah semi-publik.
Yang termasuk dalam teritorial ini adalah sirkulasi lalu lintas di dalam kantor, toilet, zona
servis dan sebagainya.
3. Teritorial Umum
Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan – aturan yang
lazim di dalam masyarakat di mana teritorial umum itu berada. Teritorial umum dapat
dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh teritorial
umum ini adalah taman kota, tempat duduk dalam bis kota, gedung bioskop, ruang kuliah dan
sebagainya. Berdasarkan pemakaiannya, teritorial umum dapat dibagi menjadi tiga : Stalls,
Turns dan Use Space.
Teritorialitas berfungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi,
koordinasi dan kontrol.
Personalisasi dan penandaan seperti memberi nama, tanda atau menempatkan di lokasi
strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran teritorialitas. Seperti membuat pagar batas, memberi
nama kepemilikan. Penandaan juga dipakai untuk mempertahankan haknya di teritori publik,
seperti kursi di ruang publik atau naungan.
b). Agresi.
Pertahanan dengan kekerasan yang dilakukan seseorang akan semakin keras bila terjadi
pelanggaran di teritori primernya dibandingkan dengan pelanggaran yang terjadi diruang
publik. Agresi bisa terjadi disebabkan karena batas teritori tidak jelas.
Dominasi dan kontrol umumnya banyak terjadi di teritori primer. Kemampuan suatu tatanan
ruang untuk menawarkan privasi melalui kontrol teritori menjadi penting.
Sumber : e-learning.gunadarma.ac.id
Privasi berasal dari kosakata bahasa Inggris privacy yang berarti tersendiri, rahasia, pribadi.
Privasi pada manusia merupakan tingkatan keterbukaan atau interaksi yang di kehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi
tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk
berinteraksi dengan orang lain atau justru ingin menghindar agar sulit dicapai orang lain.
pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan;
merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam
memperjelas diri.
2. Privasi tinggi, yang terjadi bila ingin menyendiri dan hubungan dengan orang lain dikurangi.
Untuk mencapai tingkat intensitas suatu privasi, seseorang akan mengontrol dan mengatur melalui suatu mekanisme perilaku, antara
lain seperti :
Perilaku verbal
Ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal, sejauh mana orang lain boleh berhubungan dengannya.
Ini dilakukan dengan menunjukan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda atau respon terhadap suatu kondisi atau
keadaan.
Mekanisme kultural
Budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan
Ruang personal
Ruang personal merupakan batas maya yang mengelilingi individu sehingga tidak kelihatan oleh orang lain. Beberapa karakterisitik
ruang personal :
ruang personal itu tidak berupa pagar yang tampak mengelilingi seseorang dan terlerak di suatu tempat tetapi batas itu melekat
ruang personal adalah batas kawasan yang dinamis, yang berubah-ubah besarnya sesuai dengan waktu dan situasi.
pelanggaran ruang personal ini akan dirasakan sebagai ancaman sehingga daerah ini dikontrol dengan kuat.
Teritorialitas
Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku untuk mencapai privasi tertentu. Dalam hal ini teritorialitas
memperlihatkan dengan jelas dan nyata batas-batasan antar diri dengan orang lain, dengan tempat yang relatif tetap.
Teritori (territory) artinya wilayah atau daerah, dan teritorialitas (territoriality) adalah batasan tampak atas wilayah yang dimiliki
oleh individu atau wilayah yang dianggap sudah menjadi hak seseorang.
Teritorialitas juga dapat disebut sebagai suatu pola tingkah laku yag ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau
sekelompok orang atas suatu tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan
Pada manusia, teritorialitas ini tidak hanya berfungsi sebagai perwujudan privasi saja, tetapi juga mempunyai fungsi sosial dan
komunikasi.
1. Primary territory, adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara eksklusif, disadari oleh orang lain, dikendalikan secara
2. Secondary territory, adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif oleh seseorang atau sekelompok orang
3. Public territory, adalah suatu area yang digunakan dan dapat dimasuki oleh siapapun akan tetapi ia harus mematuhi norma-
Ketiga kategori tersebut sangat spesifik dikaitkan dengan kekhasan aspek kultur masyarakatnya. Kalau merujuk pada batasan diatas
maka yang disebut dengan tempat privat adalah setara dengan primary teritory sedangkan tempat publik setara dengan public
territory.
Teritori mempunyai bentuk, misalnya benda, mainan, kursi, kamar, rumah sampai negara.
Teritori menyangkut masalah kepemilikan atau kendali terhadap penggunaan suatu tempat atau objek.
Pemilik teritori akan memberikan identitas dirinya dengan menggunakan signature, simbol-simbol maupun benda-benda sebagai
tanda.
Teritori dapat dikuasai, dimiliki, atau dikendalikan oleh individu atau kelompok.
Teritori berhubungan dengan kepuasan terhadap kebutuhan atau dorongan atas status.
Bentuk pelanggaran teritori dapat diindikasikan adalah sebagai suatu invasi ruang. Secara fisik seseorang memasuki teritori orang
Bentuk lainnya adalah kekerasan, sebagai sebuah bentuk pelanggaran yang bersifat temporer atas teritori orang lain, biasanya hal ini
bukan untuk menguasai teritori orang lain melainkan suatu bentuk gangguan.
Bentuk selanjutnya adalah kontaminasi, yaitu seseorang mengganggu teritori orang lain dengan meninggalkan sesuatu yang tidak
Pertahanan yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran teritori antara lain:
Pencegahan seperti memberi lapisan pelindung, memberi rambu-rambu atau pagar batas sebagai antisipasi terhadap bentuk
pelanggaran.