Anda di halaman 1dari 11

Teritorial merupakan

salah satu bentuk


Identitas
SEPTEMBER 26, 2016RIEFJOOLEAVE A COMMENT
Teritorial merupakan salah satu bentuk Identitas
Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas dari satu dengan yang
lainnya, saling membutuhkan, berelasi dalam mewujudkan segala
keinginannya. Keinginan manusia untuk memiliki bahkan menguasai segala
sesuatu merupakan wujud tindakan yang mungkin saja tidak disadari didasari
naluriah, kemudian segala tindakan dan keinginan tersebut mewujudkan apa
yang disebut dengan perilaku. Banyak faktor telah mendorong dan
menciptakan berbagai perilaku, sehingga manusia menjadi objek tunggal
dalam memanivestasi segala yang ada di muka bumi. Maka tidak salah ketika
manusia disebut khalifah alam semesta yang seyogyanya mampu
menciptakan keseimbangan dalam segala sektor kehidupan baik yang
sifatnya fisik maupun nonfisik.

Identitas merupakan bentuk legitimasi manusia terhadap dirinya yang


memberikan pembeda dengan makhluk lainnya. Sebagai makhluk sempurna
tentu tidak ingin mendapat gangguan dari makhluk lainnya, namun hal ini
tidak membuat manusia menjadi lebih baik justru kesempurnaan itu malah
menjadi bumerang diantara manusia sendiri, salah satunya manusia
cenderung ingin menciptakan pembeda antara individu, kelompok dan
lingkungannya. Semua perilaku dilakukannya tiada lain hanya untuk
mempertahankan eksistensi terutama menyangkut identitas dan pengakuan.
Munculnya sifat-sifat ini telah menguatkan fakta bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang tidak bisa berdiri dan hidup sendiri, namun di sisi lain
manusia cenderung mementingkan kepentingan individu dan kelompoknya.

Ruang dan waktu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan, dimana manusia menempati dan memanfaatkan ruang (space)
dengan segala kebutuhannya. Apa yang dikatakan Hizaz mengenai ruang
menurutnya banyak memiliki pengertian diantaranya berarti sesuatu yang
memiliki dimensi panjang, lebar dan tinggi yang di dalamnya memungkinkan
pergerakan suatu benda (Hizaz, 2011). Benda yang dimaksud tidak hanya
yang sifatnya statis/mati namun dinamis/makhluk hidup (hewan dan
tumbuhan). Kemampuan manusia dalam mengolah ruang dan memanfaatkan
waktu sebagai bukti bahwa daya imajinasi mampu merubah ruang dan
menyempurnakan apa yang ada dihadapannya tentu hal ini tidak hanya
dengan mempelajari sifat-sifat ruang dan dromologi. Dalam artian bahwa
manusia dengan segala kelebihannya berupaya untuk memeras alam jagat
raya menjadi sesuatu yang dapat dikendalikan dalam satu ruang dan waktu
yang sama. Lebih jauh lagi manusia mampu memperediksi bahkan
menerawang apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang sehingga dapat
menyesuaikan dengan kondisi masa depan. Disinilah terjadi proses
psikologis yang memperlihatkan suatu proses yang bersifat timbal balik
sehingga ruang dapat mempengaruhi system dan kepribadian manusia. Apa
yang dilakukan manusia dalam merespon ruang dan waktu merupakan
sebuah proses yang melibatkan berbagai system yang ada dihadapannya
kemudian membentuk kebiasaan tingkah laku dan segala aktifitas
didalamnya, ini membenarkan apa yang di katakan Manuaba dalam sebuah
artikel bahwa kehidupan manusia sehari-hari telah menyimpan kebiasaan
yang sekaligus menjadi pengetahuan yang membentuk dan membimbing
sikap dan perilaku. merupakan realitas yang dibangun dan dibentuk oleh
individu yang kemudian ditafsirkan dan dimaknai sehingga menjadi buah
dari pikiran dan tindakan masyarakat kemudian dipelihara sebagai ’yang
nyata’ oleh pikiran dan tindakan itu. Dasar-dasar pengetahuan segala
tindakan dan pikirannya dipelihara sebagai sosok yang secara tidak sadar
membentuk watak dan kebiasaan masyarakat. Pendeknya diungkapkan pula
oleh Koentjaraningrat dalam bukunya bahwa apapun yang dilakukan manusia
tidak lebih dari sekedar merespon stimulus baik berbentuk tindakan maupun
keadaan alam sekitar (ruang dan waktu).
Teritorial/Teritorialitas
Ruang,waktu dan manusia merupakan bahasan yang tidak akan pernah ada
habisnya, keunikan manusia dalam merespon bahkan menciptakan ruang
sebagai bukti kuasa manusia dalam imaji dan kreatifitasnya, sehingga
perilaku ini secara tidak langsung membentuk teritori-teritori tertentu yang
memberikan pembeda dengan masyarakat di sekelilingnya. Dengan kata lain
terbentuknya ruang/wilayah kekuasaan merupakan wujud manusia untuk
menciptakan dan mewadahi segala keinginannya.

Aktifitas manusia dalam berbagai bentuk baik individu maupun komunal


memberikan gambaran bahwa manusia cenderung membangun dan
menciptakan teritori atau ruang-ruang yang dapat menandai, membedakan,
membuat skat/pemisah yang bisa saja tanpa disadari/tidak tampak dan nyata.

Teritorialitas adalah merupakan perwujudan privasi seseorang pada suatu


tempat nyata dan relative tidak berpindah yang berkaitan dengan ruang
fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, personalisasi dan identitas. Istilah
teritori dan teritorialitas merujuk pada setting perilaku, dimana seseorang
ingin mendeklarasikan dan menjadi diri sendiri atau menyatakan diri,
memiliki dan melakukan pertahanan. Teritori berarti atau daerah dan
teritorialitas adalah keadaan wilayah yang dianggap sudah menjadi hak
seseorang. Kamar tidur seseorang misalnya, meskipun yang bersangkutan
tidak sedang tidur disana dan jika ada orang yang memasuki kamar tanpa
izinnya, ia akan tersinggung rasa teritorialitasnya dan ia akan marah.
Teritorialitas pada manusia mempunyai fungsi yang lebih tinggi daripada
sekedar fungsi mempertahankan hidup, dan tidak hanya sebagai perwujudan
privasi saja, tetapi juga mempunyai fungsi social dan fungsi komunikasi.
Berangkat dari pengertian teritorial/ teritorialitas bahwa wujud hubungan
antara ruang dan perilaku yang ditunjukan oleh manusia sebagai salah satu
bentuk manusia dalam pencarian dan pembentukan identitas diri / pembeda
dirinya dengan lingkungan disekitarnya. Dalam hal ini identitas merupakan
korelasi dari ruang, individu, kelompok dan lingkungan , lebih jelas lagi
dapat terlihat sangat kontras pada kosep public dan privat.

Territorial tidak hanya berhubungan dengan ruang namun memiliki


pengertian yang sangat luas bisa kita lihat apa yang dilakukan pada gambar
dibawah merupakan bagian dari teritorialitas artinya teritorialitas tidak hanya
di bangun oleh tempat, ruang dan waktu namun atribut atau symbol pun baik
disadari secara langsung maupun tidak bisa membentuk wilayah atau teritori
tertentu.

dengan melihat atribut kita tentu bisa membuat pandangan/simpulan bahwa


dari gambar ini telah memperlihatkan teritori berbeda. Walapun mereka hadir
dalam waktu dan ruang yang sama tetap keduanya punya ruang dan wilayah
sendiri-sendiri. Berbeda dengan ketika atribut mereka dilepas mereka tidak
lagi menempati teritori berbeda yang diciptakan dengan atribut

Referensi:
Hidzaz Taufan (2011) Interaksi Psiko-Sosial di Ruang Interior,Bandung:
ITENAS
Koentcaraningrat ( 2002) Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: PT Rineka
Cipta Manuaba Putera (2010) Memahami Teori Konstruksi Sosial, Jurnal
Masyarakat Kebudayaan dan Politik Volume 21, Nomor 3:221-230
Walker, A.J (2010) Desain, Sejarah, Budaya. Sebuah Pengantar
Komprehensif., Yogyakarta:Jalasutra

. Punk tampaknya memparodi alienasi dan kekosongan dengan sebab yang


banyak menarik perhatian para sosiolog, yang direalisasikan melalui fashion
disengaja dan dikehendaki adalah prediksi penting kritik social paling pedas,
dan yang dirayakan dalah peristilahan ejekan-heroik adalah kematian
komunitas dan runtuhnya bentuk tradisinal makna.

Punk tidak hanya merespons pengangguran yang meningkat, standar moral


yang berubah, penemuan kembali kemiskinan, depresi dan sebagainya, punk
mendramatisasi sesuatu yang kemudian disebut ‘kemunduran Inggris’
…Punk mengaprosiasi retorika krisis … dan menerjemahkannya ke dalam
bentuk yang teraba (dan terlihat)
Teritori
Dalam psikologi lingkungan, teritori adalah perilaku yang berhubungan dengan kepemilikan suatu ruang
geografis tertentu (Veitch & Arkkelin, 1995). Timbulnya topik ini banyak diilhami oleh penelitian-penelitian dalam
psikologi binatang. Namun demikian merupakan suatu hal yang terlalu menyederhanakan masalah apabila
perilaku manusia secara sempit diinterpretasi berdasar pada temuan penelitian-penelitian tentang perilaku
binatang. Altman, Ittelson, dan Canter (dalam Levi-Leboyer, 1982) mengemukakan bahwa manusia dengan
kemampuan rasio memiliki kemampuan ketrampilan sosial dan budaya untuk mempertahankan wilayahnya.
Manusia tidak hanya mengandalkan insting biologis seperti binatang dalam mempertahankan wilayahnya, tapi
lebih jauh lagi mengandalkan variabel-variabel lain yang lebih canggih. Beberapa hasil penelitian berhubungan
dengan teritori manusia, seperti DeLong pada tahun 1973, Sundstrom dan Altman pada tahun 1976, dan Newell
pada tahun 1995 (dalam Veitch & Arkkelin, 1995) menemukan hubungan antara perilaku teritori dengan hirarki
sosial orang-orang dalam suatu masyarakat.

Sumber:

Hanurawan, F. 2008. Psikologi Lingkungan. Malang: Universitas Negeri Malang.


eritorialitas
Posted on March 28, 2011by psikelompokyeti

Pengertian Teritorialitas

Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkapkan bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah
laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya atau area yang sering
melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain. Dengan demikian
menurut Altman (1975) penghuni tempat tersebut dapat mengontroldaerahnya atau unit
dengan benar atau merupakan suatu teritorial primer.

Perbedaan ruang personal dengan teritorialitas menurut pendapat Sommer dan de War
(1963), bahwa ruang personal dibawa kemanapun seorang pergi, sedangkan teritori memiliki
implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah – ubah.

Elemen – elemen Teritorialitas

Menurut lang (1987), terdapat empat karakteristik dari teritorialitas, yaitu :

a. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat

b. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu

c. Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar

d. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari berteunya kebutuhan dasar psikologis sampai
kepada kepuasan kognitif dan kebutuhan – kebutuhan estetika
Porteus mengidentifikasikan 3 kumpulan tingkat spasial yang saling terkait satu sama lain:

a. Personal Space, yang telah banyak dibahas di muka


b. Home Base, ruang – ruang yang dipertahankan secara aktif, misalnya rumah tinggal
atau lingkungan rumah tinggal
c. Home Range, seting – seting perilaku yang terbentuk dari bagian kehidupan seseorang

Sementara itu, Altman membagi teritorialitas menjadi tiga, yaitu : teritorial primer, teritorial
sekunder dan teritorial umum.

1. Teritorial Primer

Jenis teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran
terhadap teritori utama ini akan mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan
ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan mengakibatkan masalah
yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan
identitasnya. Yang termasuk dalam teritorial ini adalah ruang kerja, ruang tidur, pekarangan,
wilayah negara dan sebagainya.

2. Teritori Sekunder

Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengontrolan oleh perorangan. Teritorial ini
dapat digunakan oleh orang lain yang masih di dalam kelompok ataupun orang yang
mempunyai kepentingan kepada kelompok itu. Sifat teritorial sekunder adalah semi-publik.
Yang termasuk dalam teritorial ini adalah sirkulasi lalu lintas di dalam kantor, toilet, zona
servis dan sebagainya.

3. Teritorial Umum

Teritorial umum dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan – aturan yang
lazim di dalam masyarakat di mana teritorial umum itu berada. Teritorial umum dapat
dipergunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Contoh teritorial
umum ini adalah taman kota, tempat duduk dalam bis kota, gedung bioskop, ruang kuliah dan
sebagainya. Berdasarkan pemakaiannya, teritorial umum dapat dibagi menjadi tiga : Stalls,
Turns dan Use Space.
Teritorialitas berfungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi,
koordinasi dan kontrol.

a). Personalisasi dan penandaan.

Personalisasi dan penandaan seperti memberi nama, tanda atau menempatkan di lokasi
strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran teritorialitas. Seperti membuat pagar batas, memberi
nama kepemilikan. Penandaan juga dipakai untuk mempertahankan haknya di teritori publik,
seperti kursi di ruang publik atau naungan.

b). Agresi.
Pertahanan dengan kekerasan yang dilakukan seseorang akan semakin keras bila terjadi
pelanggaran di teritori primernya dibandingkan dengan pelanggaran yang terjadi diruang
publik. Agresi bisa terjadi disebabkan karena batas teritori tidak jelas.

c). Dominasi dan Kontrol.

Dominasi dan kontrol umumnya banyak terjadi di teritori primer. Kemampuan suatu tatanan
ruang untuk menawarkan privasi melalui kontrol teritori menjadi penting.

II. Teritorialitas dan Perbedaan Budaya


Secara budaya terdapat perbedaan sikap teritori hal ini dilatar belakangi oleh budaya
seseorang yang sangat beragam. Apabila seseorang mengunjungi ruang publik yang jauh
berada diluar kultur budayanya pasti akan sangat berbeda sikap teritorinya. Teritorialitas pada
setiap negara berbeda-beda tergantung dari budaya yang dimiliki oleh negara tersebut.
Sebagai contoh seorang Eropa datang dan berkunjung ke Asia dan dia melakukan interaksi
sosial di ruang publik negara yang dikunjungi, ini akan sangat berbeda sikap teritorinya. Jenis
kelamin juga mempengaruhi teritorialitas seeorang, dimana wanita memerlukan ruang yang
lebih kecil dibandingkan pria. Selain itu penduduk desa lebih tinggi toleransinya dalam
menentukan teritorialitasnya dibandingkan dengan penduduk yang tinggal diperkotaan.

Sumber : e-learning.gunadarma.ac.id

Triyono Lukmantoro, dosen FISIP Universitas Diponegoro, Semarang


Advertisements
1.11.1
A.PENGERTIAN PRIVASI
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu.
tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi
dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain. adapun definisi lain dari
privasi yaitu sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan pilihan atau
kemampuan untuk mencapai interaksi seperti yang diinginkan. privasi jangan dipandang hanya sebagai penarikan diri
seseorang secara fisik terhadap pihak pihak lain dalam rangka menyepi saja.
B. FAKTOR – FAKTOR PRIVASI
1. faktor personal
Ada perbedaan jenis kelamin dalam privasi, dalam suatu penelitian pria lebih memilih ruangan yang terdapat tiga orang
sedangkan wanita tidak memeprmasalahkanisi dalam ruangan itu. Menurut Maeshall prbedaan dalam latar belakang pribadi
akan berhubungan dengan kebutuhan privasi.
2. faktor situasional
Kepuasan akan kebutuhan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di
dalamnya untuk mandiri.
3.faktor budaya
Pada penelitian tiap-tiap budaya tidak ditemukan perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan tetapi berbeda dalam
cara bagaimana mereka mendapatkan privasi. Misalnya rumah orang jawa tidak terdapat pagar dan menghadap ke jalan,
tinggal dirumah kecil dengan dindidng dari bamboo terdiri dari keluarga tunggal anak ayah dan ibu.
1.2
A. PENGERTIAN RUANG PERSONAL
istilah personal space pertama kali digunakan oleh katz pada tahun 1973 dan bukan merupakan sesuatu yang unik dalam istilah
psikologi, karna istilah ini juga dipakai dalam bidang biologi, antropologi dan arsitektur. beberapa definisi ruang personal
secara implist berdasarkan hasil hasill penelitian, antara lain : pertama, ruang personala dalah batas batas yang tidak jelas
antara seseorang dengan orang lain. kedua, ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri. ketiga, pengaturan
ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai perubahan situasi . keempat,
ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stres dan bahkan perkelahian. dengan
inti definisi ruang personal sebagai batas yang tak terlihat yang mengelilingi kita, dimana orang lain tidak dapat melanggarnya.
Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain:
a. Ruang personal adalah batas-batas yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.
b. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
c. Pengaturan ruang personal mempakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan
situasi.
d. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stres, dan bahkan perkelahian.
e. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain:
berhadapan, saling membelakangi, dan searah.
1.3
A. PENGERTIAN TERITORIALITAS
Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme prilaku lain untuk mencapai privasi tertentu. kalau mekanisme ruang
personal tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain maka peda
teritorial batas batas tersebut nyata dengan tempat yang relatif tetap. Menurut holahan teritorialitas adalah suatu pola prilaku
yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas sebuah lokasi geografis tertentu.
pola prilaku ini mencangkup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar. Menurut Altman, teritorialitas itu
individu yang tinggal di daerah tersebut dapat mengontrol daerah tempat tinggalnya.
B. ELEMEN TERITORIALITAS
Ada empat elemen teritorialitas, yaitu :
1. Kepemilikan atau hak dari suatu tempat, misalnya surat-surat tanah menjadi bukti hak untuk tinggal di atas tanah tersebut.
2. Personalisasi atau penandaan dari suatu area tertentu, misalnya nomer yang terdapat di setiap rumah menjadi suatu
penandaan atau ciri tertentu.
3. Hak untuk mempertahankan diri dari gangguan luar, misalnya KTP menjadi suatu hak tanda bukti kita sebagai WNI.
4. Pengatur dari beberapa fungsi, mulai dari bertemunya kebutuhan dasar psikologis sampai kepada kepuasan kognitif dan
kebutuhan estetika. Misalnya kegiatan gotong royong warga di suatu kecamatan sehingga menimbulkan lingkungan yang asri
dan sehat.
C. ALTMAN MEMBAGI TERITORIALITAS MENJADI TIGA, YAITU:
1. Teritorial Primer
Teritori ini dimiliki serta dipergunakan secara khusus bagi pemiliknya. Pelanggaran terhadap teritori utama ini akan
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari pemiliknya dan ketidakmampuan untuk mempertahankan teritori utama ini akan
mengakibatkan masalah yang serius terhadap aspek psikologis pemiliknya, yaitu dalam hal harga diri dan identitasnya.
2. Teritori Sekunder
Jenis teritori ini lebih longgar pemakaiannya dan pengotrolan oleh perorangan, dapat digunakan oleh orang lain yang masih di
dalam kelompok atau pun orang yang mempunyai kepentingan kepada kelompok itu.
3. Teritorial Umum
Teritori ini dapat digunakan oleh setiap orang dengan mengikuti aturan-aturan yang lazim di dalam masyarakat dimana
teritorial umum itu berada dan digunakan secara sementara dalam jangka waktu lama maupun singkat. Berdasarkan
pemakaiannya, teritorial umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
HUBUNGAN ANTARA PRIVASI, RUANG PERSONAL DAN TERITORIALITAS
dari ke 3 hal teresebut semua saling berhubungan semua ini adalah contoh yang ada dalam setiap diri masing masing individu
ke 3hal ini membentuk karakter individu dan mempengaruhi prilaku seseorang yang menjadi ke arah positif maupun negatif
semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. antara privasi rung lingkup maupun teritorialitas. hal ini juga dapat
menggambarkan hubungan antara individu dengan dunia luar, bagaimana cara dia berinteraksi dengan orang lain dan dapat
menjalani hubungan baik. dari 3 hal ini karakter setiap individu akan terlihat secara natural karna secara tidak langsung
mereka menceritakan hal apa saja yang di shared kepada public dan yang tidak, bagaimana ruang gerak mereka dalam ruang
personalnya, maupun daerah kekuasaan teritorialitasnya. karna daerah itu tidak lebih kalah penting nya dengan privasi.
Sumber:
Prabowo, Hendro. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Jakarta: Gunadarma. 1998.
http://fathulrochman.blogspot.com/2010/04/privasi-dan-teritorialitas-dalam.html

Privasi berasal dari kosakata bahasa Inggris privacy yang berarti tersendiri, rahasia, pribadi.

Privasi pada manusia merupakan tingkatan keterbukaan atau interaksi yang di kehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi

tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, yaitu adanya keinginan untuk

berinteraksi dengan orang lain atau justru ingin menghindar agar sulit dicapai orang lain.

Ada 3 fungsi privasi, antara lain :

 pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan;

 merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman atau jarak dalam

berhubungan dengan orang lain;

 memperjelas diri.

Privasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu :


1. Privasi rendah, yang terjadi bila hubungan dengan orang lain dikehendaki;

2. Privasi tinggi, yang terjadi bila ingin menyendiri dan hubungan dengan orang lain dikurangi.

Untuk mencapai tingkat intensitas suatu privasi, seseorang akan mengontrol dan mengatur melalui suatu mekanisme perilaku, antara

lain seperti :

Perilaku verbal

Ini dilakukan dengan cara mengatakan kepada orang lain secara verbal, sejauh mana orang lain boleh berhubungan dengannya.

Perilaku non verbal

Ini dilakukan dengan menunjukan ekspresi wajah atau gerakan tubuh tertentu sebagai tanda atau respon terhadap suatu kondisi atau

keadaan.

Mekanisme kultural

Budaya mempunyai bermacam-macam adat istiadat, aturan atau norma, yang menggambarkan keterbukaan atau ketertutupan

kepada orang lain.

Ruang personal

Ruang personal merupakan batas maya yang mengelilingi individu sehingga tidak kelihatan oleh orang lain. Beberapa karakterisitik

ruang personal :

 batas diri yang tidak boleh dimasuki oleh orang lain.

 ruang personal itu tidak berupa pagar yang tampak mengelilingi seseorang dan terlerak di suatu tempat tetapi batas itu melekat

pada diri dan dibawa kemana-mana.

 ruang personal adalah batas kawasan yang dinamis, yang berubah-ubah besarnya sesuai dengan waktu dan situasi.

 pelanggaran ruang personal ini akan dirasakan sebagai ancaman sehingga daerah ini dikontrol dengan kuat.
Teritorialitas

Pembentukan kawasan teritorial adalah mekanisme perilaku untuk mencapai privasi tertentu. Dalam hal ini teritorialitas

memperlihatkan dengan jelas dan nyata batas-batasan antar diri dengan orang lain, dengan tempat yang relatif tetap.

Teritori (territory) artinya wilayah atau daerah, dan teritorialitas (territoriality) adalah batasan tampak atas wilayah yang dimiliki

oleh individu atau wilayah yang dianggap sudah menjadi hak seseorang.

Teritorialitas juga dapat disebut sebagai suatu pola tingkah laku yag ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau

sekelompok orang atas suatu tempat atau suatu lokasi geografis. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan

terhadap gangguan dari luar.

Pada manusia, teritorialitas ini tidak hanya berfungsi sebagai perwujudan privasi saja, tetapi juga mempunyai fungsi sosial dan

komunikasi.

Teritori terbagi menjadi 3 kategori tersebut, yaitu :

1. Primary territory, adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara eksklusif, disadari oleh orang lain, dikendalikan secara

permanen, serta menjadi bagian utama dalam kegiatan sehari-hari penghuninya.

2. Secondary territory, adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif oleh seseorang atau sekelompok orang

mempunyai cakupan area yang relatif luas, dikendalikan secara berkala.

3. Public territory, adalah suatu area yang digunakan dan dapat dimasuki oleh siapapun akan tetapi ia harus mematuhi norma-

norma serta aturan yang berlaku di area tersebut.

Ketiga kategori tersebut sangat spesifik dikaitkan dengan kekhasan aspek kultur masyarakatnya. Kalau merujuk pada batasan diatas

maka yang disebut dengan tempat privat adalah setara dengan primary teritory sedangkan tempat publik setara dengan public

territory.

Teritori memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :

 Teritori mempunyai bentuk, misalnya benda, mainan, kursi, kamar, rumah sampai negara.

 Teritori menyangkut masalah kepemilikan atau kendali terhadap penggunaan suatu tempat atau objek.

 Pemilik teritori akan memberikan identitas dirinya dengan menggunakan signature, simbol-simbol maupun benda-benda sebagai

tanda.
 Teritori dapat dikuasai, dimiliki, atau dikendalikan oleh individu atau kelompok.

 Teritori berhubungan dengan kepuasan terhadap kebutuhan atau dorongan atas status.

Bentuk pelanggaran teritori dapat diindikasikan adalah sebagai suatu invasi ruang. Secara fisik seseorang memasuki teritori orang

lain biasanya dengan maksud mengambil kendali atas teritori tersebut.

Bentuk lainnya adalah kekerasan, sebagai sebuah bentuk pelanggaran yang bersifat temporer atas teritori orang lain, biasanya hal ini

bukan untuk menguasai teritori orang lain melainkan suatu bentuk gangguan.

Bentuk selanjutnya adalah kontaminasi, yaitu seseorang mengganggu teritori orang lain dengan meninggalkan sesuatu yang tidak

menyenangkan atau merusaknya.

Pertahanan yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran teritori antara lain:

 Pencegahan seperti memberi lapisan pelindung, memberi rambu-rambu atau pagar batas sebagai antisipasi terhadap bentuk

pelanggaran.

 Reaksi sebagai respon terhadap terjadinya pelanggaran, seperti contohnya menegur.

(Sumber: Arsitektur dan Perilaku Manusia, karya Joyce Marcella Laurens)

Diposting oleh AGY ARCH BLOG'S di 05.03

Label: TUGAS PERILAKU DALAM ARSITEKTUR

Tidak ada komentar:

Anda mungkin juga menyukai