Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KETERKAITAN ANTARA SOSIOLISASI DEGAN KEPRIBADIAN DAN PERILAKU

DISUSUN OLEH :

MOH RIZKY ARIYANTO DJAFAR

E 321 19 203

PROGRAM AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatu

Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah swt sebab kemurahan hatinya kami bisa
mengerjakan tugas ini dengan baik. Dan terima kasih banyak untuk Bapak / Ibu Dosen selalu
pembimbing mata kuliah ini yang sudah memberi kami tugas ini yang dapat menambahkan
pengetahuan kami tentang sosiologi khususnya tentang SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN.

Kami sadar bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan, maka kami memerlukan usul dan kritikan untuk
memperbaiki dan melengkapi tugas makalah kami.

penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Di dalam kehidupan masyarakat ada nilai dan norma sosial sebagai pedoman berprilaku
masyarakat agar kehidupan social menjadi tertib. Perilaku yang tidak sejalan dengan nilai dan norma
sosial disebabkan oleh unsure kesengajaan karna nilai-nilai dan norma sosial dianggap sebagai ikatan
yang mengurangi kebebasan perilaku, juga unsur ketidaktahuannya karna tidak tersosialisasinya
sperangkat nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Hal itu semata-mata didorong oleh keinginan
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat bertahan, sebab tanpa ketertiban sosial, maka
kehidupan sosial tidak akan bertahan lama.

Adapun proses pembentukan nilai-nilai dan norma sosial secara garis besar dibedakan menjadi 2
macam yaitu: niali-nilai dan norma sosial terbentuk secara alamiah akibat interaksi sosial juga nilai-nilai
dan norma sosial terbentuk melalui unsure kesengajaan, dalam arti terbentuknya nilai-nilai dan norma
sosial memang merupakan kebutuhan pada saat tertentu akibat dari berbagai pelanggaran yang
dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu sosialisasi?

2. Apa tahap-tahap dalam sosialisasi?

3. Apa saja proses,bentuk dan sifat sosialisasi?

4. Siapa saja agen dalam sosialisasi?

5. Apa pengertian kepribadian?

C. TUJUAN

1. Untuk menjelaskan pengertian sosialisasi

2. Untuk menjelaskan apa saja tahap-tahap dalam sosialisasi

3. Untuk menjelaskan proses,bentuk dan sifat sosialisasi

4. Untuk menjelaskan agen dalam sosialisasi

5. Untuk menjelaskan pengertian kepribadian


BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOSIALISASI

Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan
dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup serta norma dan nilai sosial yang terdapat
dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya..
Manfaat sosialisasi, masyarakat dapat memahami perilaku mana yang harusnya diperbolehkan, dan
yang tidak diperbolehkan. Sosialisasi selalu dimulai dari lingkungan keluarga sebagai kesatuan unit
terkecil, misalnya seseorang yang lahir pada awalnya tidak mengetahui siapa dirinya, walaupun didalam
dirinya terdapat potensi untuk berkembang. Potensi ini adalah kemampuan (capability), bakat (talent)
yang terpendam dalam dirinya yang belum dikembangkan atau diwujudkan. Seseoarng lahir sebagai
makhluk sosial yang hidup ditengah pergaulan manusia dengan tata kelakuan yang menjadi pedoman
kelakuan yang baik dan yang tidak baik

Pokok pembahasan diatas memberikan deskripsi bahwa hanya melalui proses sosialisasi saja nilai-
nilai dan norma sosial (yang menjadi pedoman tata kelakuan) dapat diwariskan dan diteruskan ke
antargenerasi, terlepas apakah realitas sosial yang ada mengalami perubahan atau tidak. Melalui
sosialisasi para generasi masyarakat dapat belajar tentang bagaimana mereka seharusnya bertingkah
laku dalam kondisi sosial tertentu ketika berhubungan dengan orang lain.

Berikut ini adalah batasan sosialisasi yang diberikan oleh para pakar :

Charlotte Buehler, mendefinisikan sosialisasi sebagi proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cara hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi
dalam kelompoknya.

Peter Berger, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat.

Bruce J. Cohen, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas agar berfungsi
dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota satu kelompok.

Karel J. Veeger, mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses belajar mengajar, melalui individu
belajar menjadi anggota masyarakat, diman prosesnya tidak semata-mata mengerjakan pola-pola
perilaku sosial kepada individu tetapi juga individu tersebut mengembangkan dirinya atau melakukan
proses pendewasaan dirinya
Robert M. Z. Lawang, sosialisasi merupakan proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua
persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan
sosial

Soerjono Soekamto, soialisasi merupakan proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat diman ia menjadi anggota.

M. Sitorus, sosialisasi merupakan proses diman seorang mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota
masyarakat dan sebagai individu (pribadi).

B. TAHAP-TAHAP SOSIALISASI

Penyesuaiaan diri terjadi secara berangsur-angsur,seiring dengan perluasan dan pertumbuhan


pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan
masyarakat tempat ia berada. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku
dan tindakan seseorang karena telah terjadi penerapan nilai-nilai dan norma-norma baru yang berbeda
dari nilai dan norma yang ia miliki sebelumnya. Beraneka nilai dan norma itu diserap manusia melalui
sosialisasi.

Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peran (role theory), karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. George Herbert Mead
berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai
berikut.

a) Tahap persiapan (preparatory stage)

Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal
dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini juga,
anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.

Contoh :

Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata
tersebut juga belum dipahami secara tepat oleh anak. Lama kelamaan anak memahami secara tepat
makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
b) Tahap meniru (play stage)

Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan
oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang
tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan
apa yang diharapkan seorang ibu dari anaknya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia
berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni
darimana anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang
amat berarti (significant other).

c) Tahap siap bertindak (game stage)

Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain
pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada
tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya diluar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku diluar
keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa
ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya.

d) Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)

Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi
masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang
yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari
pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya.

Charles H. Cooley menekankan peran interaksi dalam proses sosialisasi. Menurut Cooley, konsep diri
(self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang
melalui interaksi dengan orang lain ini dinamakan looking-glass self (diri yang bercermin/memandang
diri sendiri) yang terbentuk melalui 3 tahap, yaitu :

1. Kita membayangkan bagaimana kita dimata orang lain.

Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak
memiliki prestasi dikelas dan selalu menang di berbagai lomba.

2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai diri kita.

Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang paling hebat, sang anak membayangkan pandangan
orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia dan selalu percaya pada tindakannya.
Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya selalu
mengikutsertakan dirinya dalam berbagi lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang
lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat
padahal bila dibandingkan oleh orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun
kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.

3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat penilaian tersebut.

Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh
percaya diri. Ingatlah selalu bahwa pandangan negatif juga memiliki efek yang sama. Seorang anak yang
selalu diejek jelek atau nakal dapat merasa dirinya jelek atau nakal. Padahal pandangan itu belum tentu
benar.

C. PROSES,BENTUK DAN SIFAT SOSIALISASI

1. Proses sosialisasi

Dalam hidup bermasyarakat,manusia akan melakukan 3 proses social yg saling terkait dan tidak bias
dipisah-pisahkan.ketiga proses sosial tersebut adalah:

a. Proses internalisasi
Proses panjang sejak seseorang dilahirkan sampai meninggal dunia,dimana ia belajar menanamkan
dalam kepribadiannya segala perasaan,nafsu serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

b. Proses sosialisasi

Proses dimana seotrang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperikelakuan sesuai
dengan kelakuan kelompoknya.

c. Proses enkulturasi

Proses dimana seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam fikiran serta sikapnya dengan adat
istiadat,system norma,dan peraturan-peraturan yang hidup dal kebudayaannya.

2. bentuk-bentuk sosialisasi

a. sosialisasi primer

Peter L.Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani
indivuidu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).sosialisasi primer
berlangsung saat anak beriusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.anak mulai mengenal
anggota keluarga dan lingkungan keluarga.secara bertahap ia mulai mampu membedakan dirinya
dengan orang lain disekitar keluarganya.

Dalam tahap tersebut,peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab
seorang anak melakukan interaksi secara terbatas di dalamnya.warna kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya.di usia dini seperti ini,otak anak berkembang sangat pesat dan menyerap segala hal ( dari
kegiatan fisik samapai keterampilan sosial dan emosional) dengan sangat cepat pula.dengan
demikian,sosialisasi primer mengacu bukan saja pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi,tetapi
lebih dari itu.alasannya,apapun yang diserap anak pada masa tersebut,akan menjadi ciri mendasar
kepribadian anak setelah dewasa.

b. Sosialisasi sekunder

Suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam
kelompok tertentu dalam masyarakat.bentuknya dapat berupa resosialisasi dan desosialisasi.dalam
proses resosialisasi,seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.sedangkan dalam proses
desosialisasi,seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama.

Menurut Goffman,kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,yaitu tempat tinggal dan
tempat bekerja.dalam kedua institusi tersebut,terdapat sejumlah individu dalam situasi yang
sama,terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu,nersama-sama menjalani hidup yang
terkungkung,dan diatur secara formal.dengan berada pada lingkungan yang tertutup dalam jangka
waktu tertentu,intensitas sosialitasnya akan lebih tinggi.

c. Sosialisasi represi

Sosialisasi dengan cara represif ini menekan kan pada penggunaan hukuman (punishment) dalam
kesalahan yang dilakukan oleh individu.ciri-ciri laindari sosialisasi ini adalah :

Penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan

Kepatuhan anak terhadap orang tua

Komunikasi yang bersifat satu arah,non verbal,dan berisi perintah

Titik berat sosialisasi pada keinginan orang tua.

Keluarga merupakan significant other (dominasi orang tua)

d. Sosialisasi partisipasi

Sosialisasi dengan cara partisipasi (participatory socialization) merupakan suatu pola ketika seorang anak
diberikan imbalan (reward) jika berperilaku baik dan hukuman (punishment) jika berperilaku
sebaliknya.hukuman dan imbalan ini bersifat lebih simbolis.penekanan diletakkan pada
interaksi,komunikasi bersifat lisan dan anak menjadi pusat sosial.kebutuhan anak dianggap penting,dan
keluarga menjadi generalized other.

3. Sifat-sifat sosialisasi

Ada 2 sifat dalam proses sosialisasi,yaitu:

a. Sosialisasi otoriter
Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kedudukan tidak sama dan tidak
sederajat,misalnya sosialisasi yang dilakukan pihak penguasa terhadap orang yang dikuasainya.

b. Sosialisasi ekwaliter

Yaitu sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kedudukan yang sama dan
sederajat.misalnya antar teman sepermainan.

D. AGEN SOSIALISASI

Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen
sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, lembaga pendidikan sekolah, dan media
massa.

a. Keluarga

Bagi keluarga inti (nuclear family), agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara
angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.sedangkan pada
masyarakat yang menganut system kekerabatan diperluas (extended family),agen sosialisasinya menjadi
lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi
kakek,neenk,paman dan bibi,disamping keluarga inti.

Pada masyarakat perkotaan yang padat penduduknya,sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang
berada diluar anggota kerabat biologis anak.kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan
anggota kerabat sosiologisnya,misalnya pengasuh bayi.menurut Getrudge Jaeger ,peran para agen
sosiolisasinya dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar,karena anak sepenuhnya keluarga
berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.

b. Teman bermain

Disebut juga ‘kelompok sebaya’,dialami anak setelah ia mampu bepergian ke luar rumah. Pada
awalnya,teman bermain di maksudkan sebagai kelompok yang bersifat kreatif,namun dapat pula sangat
berpengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada
masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang
individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan yang tidak
sederajat,sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan
orang-orang yang sederajat dengan dirinya karena sebaya. Oleh sebab itu,dalam kelompok
bermain,anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya
sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.

c. Sekolah

Dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal),seseorang belajar membaca,menulis dan


berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan yang mengenai kemandirian
(independence),prestasi (achievement),universalisme,kekhasan (specifcity). Di lingkungan
rumah,seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai
pekerjaan,tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa
tanggung jawab.

d. Media massa

Yang termasuk kelompok media massa disini adalah media cetak (surat kabar,majalah,tabloid),dan
media elektronik (radio,televesi,video,film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas
dan frekuensi pesan yang disampaikan.

Contoh :

Penayangan berita-berita peperangan,film-film,adegan-adegan kekerasan atau sadism diyakini telah


banyak memicu peningkatan perilaku agresif pada anak-anak yang menontonnya.

Adegan –adegan yang cenderung berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan
pelanggaran susila dalam masyarakat.

Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat
pada umumnya.

Pesan-pesan yang disampaikan agen-agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama
lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan yang
diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok,minu-
minuman keras,dan menggunakan obbat-obatan terlarang (narkoba),tetapi mereka dengan leluasa
mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancer apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen
sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi dalam
masyarakat,sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen
sosialisasi yang berlainan.

e. Agen-agen lain

Selain keluarga,sekolah,kelompok bermain,dan media massa,sosialisasi juga dilakukan oleh institusi


agama,tetangga,organisasi rekreasional,masyarakat dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu
seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat persepsi mengenai
tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus,pengaruh-pengaruh
agen-agen ini sangat besar.

E. PENGERTIAN KEPRIBADIAN

Setiap individu memiliki kepribadian melalui sosialisasi sejak dilahirkan. Kepribadian Menunjuk pada
pengaturan sikap-sikap sesorang yang berbuat,berfikir,dan merasakan,khusunya apabila dia
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi satu keadaan. Kepribadian mencakup
kebiasaan,sikap,sifat yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila seseorang berhubungan dengan
orang lain.

Konsep kepribadian adalah konsep yang luas sehingga tidak mungkin dapat merumuskan satu definisi
yang tajam tapi dapat mencangkup keseluruhannya. Oleh karena itu,pengertian dari satu ahli dengan
lainnya berbeda-beda. Namun demikian,definisi yang berbeda-beda tersebut saling melengkapi dan
memperkaya pemahaman tentang konsep kepribadian. Beberapa definisi kepribadian menurut para ahli
antara lain sebagai berikut:

Menurut M.A.W. Brower Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak
kekuatan,dorongan,keinginan,opini dan sikap-sikap seseorang.

Sedangkan menurut jhon F. Cuber,kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang
tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.

1. Susunan kepribadian
Pola-pola perilaku setiap manusia secara individual sebenarnya unik dan berbeda satu sama lainnya.
Perilaku manusia ditentukan oleh naluri,dorongan-dorongan,refleks-refleks atau kelakuan manusia yang
tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya seperti tindakan yang membabi buta.

Unsure-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan perilaku tiap-tiap individu itu disebut juga
susunan kepribadian,yang meliputi hal-hal dibawah ini.

a. Pengetahuan

Pengetahuan individu terisi dengan fantasi,pemahaman dan konsep yang lahir dan pengamatan dan
pendalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut.
Semuah itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan oleh individu tersebut dalam
bentuk perilaku.

b. Perasaan

Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau
negative terhadap sesuatu. Bentuk penilaian dipengaruhi oleh pengetahuannya. Oleh karena
itu,perasaan selalu bersifat subjektif karena adanya unsure penilaian tadi,yang bisa jadi berbeda dengan
yang lain. Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia tiap saat dalam hidupnya.

c. Dorongan naluri

Dorongan naluri adalah kemauan yang merupakan naluri pada setiap manusia. Sedikitnya ada tujuh
macam dorongan naluri,yaitu:

Dorongan untuk mempertahankan hidup;

Dorongan seksual;

Dorongan untuk mencari makan;

Dorongan untuk bergaul dan berinteraksi dengan sesame manusia;

Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya;

Dorongan untuk berbakti;

Dorongan akan keindahan bentuk,warna,suara,dan gerak.


2. Faktor-faktor pembentuk kepribadian

Kepribadian terbentuk,berkembang,dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh
factor-faktor sebagai berikut:

a. Faktor biologis

semuah manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu,seperti memiliki dua
tangan,panca indera,kelenjar seksual,dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu
menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semuah orang. Setiap warisan
biologis selalu bersifat unik. Hal yang lain yang juga mempengaruhi kepribadian adalah kematangan
biologis. Tidak semuah factor karakteristik fisik menggambarkan kepribadian seseorang. Misalnya,orang
gemuk adalah orang periang,orang yang keningnya lebar adalah orang cerdas,dan orang dengan rahang
lebar mempunyai kepribadian kuat.

b. Faktor geografis (lingkungan fisik)

Orang-orang aborigin harus berjuang lebih gigih untuk dapat bertahan hidup,sementara bangsa Samoa
hanya memerlukan sedikit waktu untuk mendapatkan makanan yang akan dimakan sehari-hari karena
alamnya lebih subur. Beberapa suku bangsa di Uganda mengalami kelaparan berkepanjangan karena
lingkungan alam tempat mereka mencari nafkah telah banyak yang rusak. Mereka menjadi orang-orang
yang tamak dan rakus. Perkelahian antara mereka sering terjadi karena memperebutkan makanan untuk
sekedar mempertahankan hidup.

c. Faktor kebudayaan khusus

Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.


Meskipun demikian,para sosiolog menyarankan untuk tidak terlalu memperbesar-besarkan masalah ini.
Misalnya,kebudayaan petani,kebudayaan kota,dan kebudayaan industry tentu memperlihatkan corak
kepribadian yang berbeda-beda.memang terdapat karakteristik kepribadian umum dari suatu
masyarakat. Namun,tidak berarti bahwa semuah anggota termasuk didalamnya. Sejalan dengan
itu,ketika membahas kepribadian umum bangsa-bangsa,suku bangsa,kelas social,dan kelompok-
kelompok berdasarkan pekerjaan,daerah,maupun kelompok social lainnya.
d. Faktor pengalaman kelompok

Anggota kelompok yang lain cukup penting perannya bagi individu dalam mengembangkan kepribadian
yang positif. Kelompok yangbberpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang dibedakan
menjadi dua:

Kelompok acuan (kelompok referensi)

Sepanjang hidup seseorang,kelompok-kelompok tertentu di jadikan model yang penting bagi gagasan
atau norma-norma perilaku. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang dimiliki bayi selama
masa-masa yang paling peka. Pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola
hubungan dengan tahun-tahun pertama. Selain keluarga,kelompok referensi yang lain adalah teman-
teman sebaya yang sama usia dan statusnya.

Kelompok majemuk

Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam. Bermacam-
macam kelompok ini memiliki pandangan yan g berbeda-beda tentang aneka nilai dan norma dalam
masyarakat. Suatu norma yang dianggap penting oleh satu kelompok masyarakat dapat saja dianggap
tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.

e. Faktor pengalaman unik

Pada lingkungan keluarga yang sama,tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama.,karena
meskipun berada dalam satu keluarga tidak mendapatkan pengalaman yang sama. Begitu juga dengan
pengalaman yang dialami oleh seseorang yang lahir kembali,tidak akan selalu sama. Arti dan pengaruh
suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Pengalaman-
pengalaman yang unik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya karena pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak ada satu orang
pun yang dapat menyamainya.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

i. Sosialisasi adalah proses belajar atau dalam terminasi sosiologi. Manfaat sosialisasi, masyarakat dapat
memahami perilaku mana yang harusnya diperbolehkan, dan yang tidak diperbolehkan

ii. Melalui sosialisasi para generasi masyarakat dapat belajar tentang bagaimana mereka seharusnya
bertingkah laku dalam kondisi sosial tertentu ketika berhubungan dengan orang lain.
iii. Setiap individu memiliki kepribadian melalui sosialisasi sejak dilahirkan. Kepribadian Menunjuk pada
pengaturan sikap-sikap sesorang yang berbuat,berfikir,dan merasakan,khusunya apabila dia
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi satu keadaan.

iv. Konsep kepribadian adalah konsep yang luas sehingga tidak mungkin dapat merumuskan satu definisi
yang tajam tapi dapat mencangkup keseluruhannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muin idianto,2006,sosiologi SMA/MA jilid 1 untuk kelas X,jl.H. Baping Raya No.100 Ciracas,jakarta
13740,Penerbit Erlangga.

2. Ali nur,S.Pd,ktsp 2006, sosiologi SMA-MA/X/semester genap,jawa timur,tim penulis modul sosiologi.

3. Setiadi,elly M.,Kolip, Usman.(2010)”pengantar sosiologi”.jakarta:kencana.

Anda mungkin juga menyukai