DISUSUN OLEH :
E 321 19 203
PROGRAM AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada kehadirat Allah swt sebab kemurahan hatinya kami bisa
mengerjakan tugas ini dengan baik. Dan terima kasih banyak untuk Bapak / Ibu Dosen selalu
pembimbing mata kuliah ini yang sudah memberi kami tugas ini yang dapat menambahkan
pengetahuan kami tentang sosiologi khususnya tentang SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN.
Kami sadar bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan, maka kami memerlukan usul dan kritikan untuk
memperbaiki dan melengkapi tugas makalah kami.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam kehidupan masyarakat ada nilai dan norma sosial sebagai pedoman berprilaku
masyarakat agar kehidupan social menjadi tertib. Perilaku yang tidak sejalan dengan nilai dan norma
sosial disebabkan oleh unsure kesengajaan karna nilai-nilai dan norma sosial dianggap sebagai ikatan
yang mengurangi kebebasan perilaku, juga unsur ketidaktahuannya karna tidak tersosialisasinya
sperangkat nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Hal itu semata-mata didorong oleh keinginan
masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat bertahan, sebab tanpa ketertiban sosial, maka
kehidupan sosial tidak akan bertahan lama.
Adapun proses pembentukan nilai-nilai dan norma sosial secara garis besar dibedakan menjadi 2
macam yaitu: niali-nilai dan norma sosial terbentuk secara alamiah akibat interaksi sosial juga nilai-nilai
dan norma sosial terbentuk melalui unsure kesengajaan, dalam arti terbentuknya nilai-nilai dan norma
sosial memang merupakan kebutuhan pada saat tertentu akibat dari berbagai pelanggaran yang
dilakukan oleh sebagian anggota masyarakat
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SOSIALISASI
Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan
dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup serta norma dan nilai sosial yang terdapat
dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya..
Manfaat sosialisasi, masyarakat dapat memahami perilaku mana yang harusnya diperbolehkan, dan
yang tidak diperbolehkan. Sosialisasi selalu dimulai dari lingkungan keluarga sebagai kesatuan unit
terkecil, misalnya seseorang yang lahir pada awalnya tidak mengetahui siapa dirinya, walaupun didalam
dirinya terdapat potensi untuk berkembang. Potensi ini adalah kemampuan (capability), bakat (talent)
yang terpendam dalam dirinya yang belum dikembangkan atau diwujudkan. Seseoarng lahir sebagai
makhluk sosial yang hidup ditengah pergaulan manusia dengan tata kelakuan yang menjadi pedoman
kelakuan yang baik dan yang tidak baik
Pokok pembahasan diatas memberikan deskripsi bahwa hanya melalui proses sosialisasi saja nilai-
nilai dan norma sosial (yang menjadi pedoman tata kelakuan) dapat diwariskan dan diteruskan ke
antargenerasi, terlepas apakah realitas sosial yang ada mengalami perubahan atau tidak. Melalui
sosialisasi para generasi masyarakat dapat belajar tentang bagaimana mereka seharusnya bertingkah
laku dalam kondisi sosial tertentu ketika berhubungan dengan orang lain.
Berikut ini adalah batasan sosialisasi yang diberikan oleh para pakar :
Charlotte Buehler, mendefinisikan sosialisasi sebagi proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri, bagaiman cara hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi
dalam kelompoknya.
Peter Berger, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota
yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Bruce J. Cohen, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses-proses manusia mempelajari tata cara
kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas agar berfungsi
dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota satu kelompok.
Karel J. Veeger, mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses belajar mengajar, melalui individu
belajar menjadi anggota masyarakat, diman prosesnya tidak semata-mata mengerjakan pola-pola
perilaku sosial kepada individu tetapi juga individu tersebut mengembangkan dirinya atau melakukan
proses pendewasaan dirinya
Robert M. Z. Lawang, sosialisasi merupakan proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua
persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan
sosial
Soerjono Soekamto, soialisasi merupakan proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari
norma-norma dan nilai-nilai masyarakat diman ia menjadi anggota.
M. Sitorus, sosialisasi merupakan proses diman seorang mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota
masyarakat dan sebagai individu (pribadi).
B. TAHAP-TAHAP SOSIALISASI
Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peran (role theory), karena dalam
proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. George Herbert Mead
berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai
berikut.
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal
dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini juga,
anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh :
Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata
tersebut juga belum dipahami secara tepat oleh anak. Lama kelamaan anak memahami secara tepat
makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
b) Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan
oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang
tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan
apa yang diharapkan seorang ibu dari anaknya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri
pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia
berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni
darimana anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang
amat berarti (significant other).
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung
dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain
pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai
menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada
tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai
berhubungan dengan teman-teman sebaya diluar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku diluar
keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa
ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya.
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi
masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang
yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari
pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti
sepenuhnya.
Charles H. Cooley menekankan peran interaksi dalam proses sosialisasi. Menurut Cooley, konsep diri
(self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang
melalui interaksi dengan orang lain ini dinamakan looking-glass self (diri yang bercermin/memandang
diri sendiri) yang terbentuk melalui 3 tahap, yaitu :
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak
memiliki prestasi dikelas dan selalu menang di berbagai lomba.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang paling hebat, sang anak membayangkan pandangan
orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia dan selalu percaya pada tindakannya.
Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. Misalnya, gurunya selalu
mengikutsertakan dirinya dalam berbagi lomba atau orang tuanya selalu memamerkannya kepada orang
lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasa dirinya hebat
padahal bila dibandingkan oleh orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaan hebat ini bisa jadi menurun
kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa ada anak yang lebih hebat dari dia.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh
percaya diri. Ingatlah selalu bahwa pandangan negatif juga memiliki efek yang sama. Seorang anak yang
selalu diejek jelek atau nakal dapat merasa dirinya jelek atau nakal. Padahal pandangan itu belum tentu
benar.
1. Proses sosialisasi
Dalam hidup bermasyarakat,manusia akan melakukan 3 proses social yg saling terkait dan tidak bias
dipisah-pisahkan.ketiga proses sosial tersebut adalah:
a. Proses internalisasi
Proses panjang sejak seseorang dilahirkan sampai meninggal dunia,dimana ia belajar menanamkan
dalam kepribadiannya segala perasaan,nafsu serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.
b. Proses sosialisasi
Proses dimana seotrang individu mendapatkan pembentukan sikap untuk berperikelakuan sesuai
dengan kelakuan kelompoknya.
c. Proses enkulturasi
Proses dimana seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam fikiran serta sikapnya dengan adat
istiadat,system norma,dan peraturan-peraturan yang hidup dal kebudayaannya.
2. bentuk-bentuk sosialisasi
a. sosialisasi primer
Peter L.Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani
indivuidu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).sosialisasi primer
berlangsung saat anak beriusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah.anak mulai mengenal
anggota keluarga dan lingkungan keluarga.secara bertahap ia mulai mampu membedakan dirinya
dengan orang lain disekitar keluarganya.
Dalam tahap tersebut,peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab
seorang anak melakukan interaksi secara terbatas di dalamnya.warna kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga
terdekatnya.di usia dini seperti ini,otak anak berkembang sangat pesat dan menyerap segala hal ( dari
kegiatan fisik samapai keterampilan sosial dan emosional) dengan sangat cepat pula.dengan
demikian,sosialisasi primer mengacu bukan saja pada masa awal anak mulai menjalani sosialisasi,tetapi
lebih dari itu.alasannya,apapun yang diserap anak pada masa tersebut,akan menjadi ciri mendasar
kepribadian anak setelah dewasa.
b. Sosialisasi sekunder
Suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam
kelompok tertentu dalam masyarakat.bentuknya dapat berupa resosialisasi dan desosialisasi.dalam
proses resosialisasi,seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.sedangkan dalam proses
desosialisasi,seseorang mengalami pencabutan identitas diri yang lama.
Menurut Goffman,kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,yaitu tempat tinggal dan
tempat bekerja.dalam kedua institusi tersebut,terdapat sejumlah individu dalam situasi yang
sama,terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu,nersama-sama menjalani hidup yang
terkungkung,dan diatur secara formal.dengan berada pada lingkungan yang tertutup dalam jangka
waktu tertentu,intensitas sosialitasnya akan lebih tinggi.
c. Sosialisasi represi
Sosialisasi dengan cara represif ini menekan kan pada penggunaan hukuman (punishment) dalam
kesalahan yang dilakukan oleh individu.ciri-ciri laindari sosialisasi ini adalah :
d. Sosialisasi partisipasi
Sosialisasi dengan cara partisipasi (participatory socialization) merupakan suatu pola ketika seorang anak
diberikan imbalan (reward) jika berperilaku baik dan hukuman (punishment) jika berperilaku
sebaliknya.hukuman dan imbalan ini bersifat lebih simbolis.penekanan diletakkan pada
interaksi,komunikasi bersifat lisan dan anak menjadi pusat sosial.kebutuhan anak dianggap penting,dan
keluarga menjadi generalized other.
3. Sifat-sifat sosialisasi
a. Sosialisasi otoriter
Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kedudukan tidak sama dan tidak
sederajat,misalnya sosialisasi yang dilakukan pihak penguasa terhadap orang yang dikuasainya.
b. Sosialisasi ekwaliter
Yaitu sosialisasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kedudukan yang sama dan
sederajat.misalnya antar teman sepermainan.
D. AGEN SOSIALISASI
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada empat agen
sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, kelompok bermain, lembaga pendidikan sekolah, dan media
massa.
a. Keluarga
Bagi keluarga inti (nuclear family), agen sosialisasi meliputi ayah, ibu, saudara kandung, dan saudara
angkat yang belum menikah dan tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.sedangkan pada
masyarakat yang menganut system kekerabatan diperluas (extended family),agen sosialisasinya menjadi
lebih luas karena dalam satu rumah dapat saja terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi
kakek,neenk,paman dan bibi,disamping keluarga inti.
Pada masyarakat perkotaan yang padat penduduknya,sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang
berada diluar anggota kerabat biologis anak.kadangkala terdapat agen sosialisasi yang merupakan
anggota kerabat sosiologisnya,misalnya pengasuh bayi.menurut Getrudge Jaeger ,peran para agen
sosiolisasinya dalam sistem keluarga pada tahap awal sangat besar,karena anak sepenuhnya keluarga
berada dalam lingkungan keluarganya terutama orang tuanya sendiri.
b. Teman bermain
Disebut juga ‘kelompok sebaya’,dialami anak setelah ia mampu bepergian ke luar rumah. Pada
awalnya,teman bermain di maksudkan sebagai kelompok yang bersifat kreatif,namun dapat pula sangat
berpengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada
masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang
individu.
Berbeda dengan proses sosialisasi dalam keluarga yang melibatkan hubungan yang tidak
sederajat,sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan
orang-orang yang sederajat dengan dirinya karena sebaya. Oleh sebab itu,dalam kelompok
bermain,anak dapat mempelajari peraturan yang mengatur peranan orang-orang yang kedudukannya
sederajat dan juga mempelajari nilai-nilai keadilan.
c. Sekolah
d. Media massa
Yang termasuk kelompok media massa disini adalah media cetak (surat kabar,majalah,tabloid),dan
media elektronik (radio,televesi,video,film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas
dan frekuensi pesan yang disampaikan.
Contoh :
Adegan –adegan yang cenderung berbau pornografi telah mengikis moralitas dan meningkatkan
pelanggaran susila dalam masyarakat.
Iklan produk-produk tertentu telah meningkatkan pola konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat
pada umumnya.
Pesan-pesan yang disampaikan agen-agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama
lain. Apa yang diajarkan keluarga mungkin saja berbeda dan bisa jadi bertentangan dengan yang
diajarkan oleh agen sosialisasi lain. Misalnya di sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok,minu-
minuman keras,dan menggunakan obbat-obatan terlarang (narkoba),tetapi mereka dengan leluasa
mempelajarinya dari teman-teman sebaya atau media massa.
Proses sosialisasi akan berjalan lancer apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen
sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi dalam
masyarakat,sosialisasi dijalani oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen
sosialisasi yang berlainan.
e. Agen-agen lain
E. PENGERTIAN KEPRIBADIAN
Setiap individu memiliki kepribadian melalui sosialisasi sejak dilahirkan. Kepribadian Menunjuk pada
pengaturan sikap-sikap sesorang yang berbuat,berfikir,dan merasakan,khusunya apabila dia
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi satu keadaan. Kepribadian mencakup
kebiasaan,sikap,sifat yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila seseorang berhubungan dengan
orang lain.
Konsep kepribadian adalah konsep yang luas sehingga tidak mungkin dapat merumuskan satu definisi
yang tajam tapi dapat mencangkup keseluruhannya. Oleh karena itu,pengertian dari satu ahli dengan
lainnya berbeda-beda. Namun demikian,definisi yang berbeda-beda tersebut saling melengkapi dan
memperkaya pemahaman tentang konsep kepribadian. Beberapa definisi kepribadian menurut para ahli
antara lain sebagai berikut:
Menurut M.A.W. Brower Kepribadian adalah corak tingkah laku social yang meliputi corak
kekuatan,dorongan,keinginan,opini dan sikap-sikap seseorang.
Sedangkan menurut jhon F. Cuber,kepribadian adalah gabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang
tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.
1. Susunan kepribadian
Pola-pola perilaku setiap manusia secara individual sebenarnya unik dan berbeda satu sama lainnya.
Perilaku manusia ditentukan oleh naluri,dorongan-dorongan,refleks-refleks atau kelakuan manusia yang
tidak lagi dipengaruhi dan ditentukan oleh akal dan jiwanya seperti tindakan yang membabi buta.
Unsure-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan perilaku tiap-tiap individu itu disebut juga
susunan kepribadian,yang meliputi hal-hal dibawah ini.
a. Pengetahuan
Pengetahuan individu terisi dengan fantasi,pemahaman dan konsep yang lahir dan pengamatan dan
pendalaman mengenai bermacam-macam hal yang berbeda dalam lingkungan individu tersebut.
Semuah itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan oleh individu tersebut dalam
bentuk perilaku.
b. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau
negative terhadap sesuatu. Bentuk penilaian dipengaruhi oleh pengetahuannya. Oleh karena
itu,perasaan selalu bersifat subjektif karena adanya unsure penilaian tadi,yang bisa jadi berbeda dengan
yang lain. Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia tiap saat dalam hidupnya.
c. Dorongan naluri
Dorongan naluri adalah kemauan yang merupakan naluri pada setiap manusia. Sedikitnya ada tujuh
macam dorongan naluri,yaitu:
Dorongan seksual;
Kepribadian terbentuk,berkembang,dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh
factor-faktor sebagai berikut:
a. Faktor biologis
semuah manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu,seperti memiliki dua
tangan,panca indera,kelenjar seksual,dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu
menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semuah orang. Setiap warisan
biologis selalu bersifat unik. Hal yang lain yang juga mempengaruhi kepribadian adalah kematangan
biologis. Tidak semuah factor karakteristik fisik menggambarkan kepribadian seseorang. Misalnya,orang
gemuk adalah orang periang,orang yang keningnya lebar adalah orang cerdas,dan orang dengan rahang
lebar mempunyai kepribadian kuat.
Orang-orang aborigin harus berjuang lebih gigih untuk dapat bertahan hidup,sementara bangsa Samoa
hanya memerlukan sedikit waktu untuk mendapatkan makanan yang akan dimakan sehari-hari karena
alamnya lebih subur. Beberapa suku bangsa di Uganda mengalami kelaparan berkepanjangan karena
lingkungan alam tempat mereka mencari nafkah telah banyak yang rusak. Mereka menjadi orang-orang
yang tamak dan rakus. Perkelahian antara mereka sering terjadi karena memperebutkan makanan untuk
sekedar mempertahankan hidup.
Anggota kelompok yang lain cukup penting perannya bagi individu dalam mengembangkan kepribadian
yang positif. Kelompok yangbberpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang dibedakan
menjadi dua:
Sepanjang hidup seseorang,kelompok-kelompok tertentu di jadikan model yang penting bagi gagasan
atau norma-norma perilaku. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang dimiliki bayi selama
masa-masa yang paling peka. Pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola
hubungan dengan tahun-tahun pertama. Selain keluarga,kelompok referensi yang lain adalah teman-
teman sebaya yang sama usia dan statusnya.
Kelompok majemuk
Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam. Bermacam-
macam kelompok ini memiliki pandangan yan g berbeda-beda tentang aneka nilai dan norma dalam
masyarakat. Suatu norma yang dianggap penting oleh satu kelompok masyarakat dapat saja dianggap
tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
Pada lingkungan keluarga yang sama,tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama.,karena
meskipun berada dalam satu keluarga tidak mendapatkan pengalaman yang sama. Begitu juga dengan
pengalaman yang dialami oleh seseorang yang lahir kembali,tidak akan selalu sama. Arti dan pengaruh
suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Pengalaman-
pengalaman yang unik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya karena pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak ada satu orang
pun yang dapat menyamainya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
i. Sosialisasi adalah proses belajar atau dalam terminasi sosiologi. Manfaat sosialisasi, masyarakat dapat
memahami perilaku mana yang harusnya diperbolehkan, dan yang tidak diperbolehkan
ii. Melalui sosialisasi para generasi masyarakat dapat belajar tentang bagaimana mereka seharusnya
bertingkah laku dalam kondisi sosial tertentu ketika berhubungan dengan orang lain.
iii. Setiap individu memiliki kepribadian melalui sosialisasi sejak dilahirkan. Kepribadian Menunjuk pada
pengaturan sikap-sikap sesorang yang berbuat,berfikir,dan merasakan,khusunya apabila dia
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi satu keadaan.
iv. Konsep kepribadian adalah konsep yang luas sehingga tidak mungkin dapat merumuskan satu definisi
yang tajam tapi dapat mencangkup keseluruhannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Muin idianto,2006,sosiologi SMA/MA jilid 1 untuk kelas X,jl.H. Baping Raya No.100 Ciracas,jakarta
13740,Penerbit Erlangga.
2. Ali nur,S.Pd,ktsp 2006, sosiologi SMA-MA/X/semester genap,jawa timur,tim penulis modul sosiologi.