Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester (UTS)
mata kuliah Ilmu Pengantar Sosiologi
Dosen Pengampu :
Suparto S.A., M.Ed,. Ph.D
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Pengantar Sosiologi. Tak lupa kami haturkan Shalawat serta salam kepada tauladan
kita Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari
akhir kelak.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Pengantar Sosiologi, Bapak Suparto S.A., M.Ed,. Ph.D. yang telah memberikan
arahan juga bimbingannya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seperti yang kita ketahui, bahwa dalam bermasyarakat sangat diperlukannya sosialisasi, agar
terciptanya asyarakat yang hidup dengan damai dan sejahtera. Sosialisasi ini merupakan proses
yang memungkinkan seseorang belajar tentang sikap maupun tindakan yang di anggap tepat oleh
suatu masyarakat atau kebudayaan tertentu. Indonesia telah mengalami berbagai pengaruh
budaya, mulai dari keberagaman suku bangsa dan penyebaran ajaran agama. Proses sosialisasi ini
diwarnai dan tecermin dalam kearifan lokal, tradisi, dan nilai-nilai yang diwariskan secara turun-
temurun.
Sosialisasi dapat memainkan peran yang begitu penting dalam pembentukan identitas sosial di
masyarakat Indonesia, hal ini disebabkan karena Sosialisasi mengacu pada proses penyebaran dan
pembentukan norma yang sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia, yang terjadi melalui
berbagai interaksi sosial maupun media sosial. Tantangan dalam mengelola keragaman budaya
dan keberagaman agama menjadi kunci dalam proses sosialisasi, menciptakan suatu dinamika
yang unik dalam interaksi sosial di Indonesia.
Dengan perkembangan zaman, tantangan baru muncul dalam menghadapi proses globalisasi
dan modernisasi. Namun, masyarakat Indonesia tetap berusaha mempertahankan akar nilai-nilai
Islam dalam sosialisasi sehari-hari, menciptakan sebuah sintesis antara tradisi Islam dan budaya
Nusantara.
B. Rumusan Masalah
A. Definisi Sosialisasi
Definisi mengenai sosialisasi banyak sekali dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
1. Edward Shils (1968)
Sosialisasi merupakan proses sosial yangdijalankan seseorang atau proses yang perlu dilalui
seorang individu untuk menjadi seorang anggota kelompok dalam masyarakat melalui
pembelajaran kebudayaan dari kelompok dan masyarakat tersebut.
2. Berger (1978)
Sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi
dalam Masyarakat.
3. Vander Zanden
Sosialisasi adalah proses interaksi sosial dimana kita mengenal cara- cara berpikir, berperasaan
dan berperilaku, sehingga kita dapat berperan secara efektif dalam Masyarakat.
4. Ambron
Sosialisasi adalah suatu proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan
kepribadian sosial, sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan
efektif.
Definisi sosialisasi mencakup ide bahwa ini adalah cara belajar dan proses adaptasidengan
focus pada penerimaan nilai-nilai, norma-norma, ide-ide, pola perilaku, adat istiadat, dan
keseluruhan konsep tersebut yang tercermin dalam kepribadian seseorang.1 Sosialisasi
melibatkan semua aspek kehidupan manusia dan memiliki dampak signifikan terhadap
keberhasilan atau kegagalan individu dalam mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat.
Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi penting bagi kehidupan kita.
memberikan dasar atau fondasi kepada individu agar terciptanya partisipasi yang efektif dalam
Masyarakat adalah hal yang perlu dilakukan. Karena jika tidak ada sosialisasi, maka akan hanya
ada satu generasi saja, sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu, Contohnya,
masyarakat Sunda,Jawa, Batak, dll, akan lenyap atau menghilang apabila satu generasi tertentu
tidak mensosialisasikan nilai-nilai kesundaan, kejawaan, kebatakan, dll kepada generasi
berikutnya. Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknai sebagai sebuah proses di
mana seseorang belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan
bertindak, di mana
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa sosialisai merupakan proses dimana suatu
1
Farida Hanum, Diklat Mata Kuliah: Sosioantropologi Pendidikan, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,
2006), hlm. 121.
individu belajar melalui interaksi dengan individu lain, mengenai cara berfikir maupun bertindak,
dimana proses interaksi tersebut bertujuan untuk mencapai adanya partisipasi sosial.
B. Tujuan Sosialisasi
Sosialisasi memiliki banyak pengaruh bagi kehidupan, dalam menjalankan hidup ini, kita
pasti berjalan beriringan dengan kegiatan dan perilaku bersosialisasi. Tujuan Sosialisasi adalah
membangun hubungan kerja sama yang baik dengan berbagai masyarakat dan lembaga yang ada.
Melalui kerja sama itulah diharapkan masyarakat saling merasa memiliki antar seksama. Selain
itu, sosialisasi berfungsi agar seseorang dapat mengenal, mengakui serta dapat menyesuaikan
dirinya dengan nilai, norma dan struktur sosial yang terdapat dalam Masyarakat. Namun pada
umumnya tujuan dari adanya aktivitas sosial adalah untuk menarik perhatian, agar tercapainya
pemahaman, sosialisasi juga diharapkan dapat merencanakan segala hal dengan baik yang akan
memudahkanmasyarakat memahami pesan yang disampaikan, sehingga mampu menyampaikan
pesan secara cepat dan tepat.
Menurut Agustin, tujuan sosialisasi antara lain2:
1. Memberikan keterampilan maupun pengetahuan yang dibutuhkan ditengah-tengah
Masyarakat.
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan
mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan bercerita.
3. Membiasakan individu dengan nilai kepercayaan yang ada di Masyarakat
C. Klasifikasi Sosialisasi
Menurut Robert M.Z. proses sosialisasi terbagi menjadi dua macam, yaitu sosialisasi primer
maupun sosialisasi sekunder.3 Dalam hal ini sosialisasi berperan penting dalam pembentukan
identitas individu sehingga memungkinkan untuk berpartisipasi dalam kehidupan Masyarakat
yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku.
1. Sosialisasi Primer
Sosialisasi primer merupakan proses sosialisasi yang terjadi pada saat anak masih kecil,
yaitu pada usia 0 hingga 4 tahun. Pada masa ini, anak dapat belajar tentang lingkungan sosial dan
orang-orang yang sering bersentuhan dengannya, seperti ayah, ibu, kakak, dan anggota keluarga
lainnya. Anak juga sudah bisa mengenali dirinya sendiri. Pemberian nama pada anak juga
bertujuan agar lambat laun anak bisa membedakan dirinya dengan orang lain. Pada tahap
sosialisasi dasar, peran orang tua dan anggota keluarga lainnya, bila memungkinkan, adalah
membimbing dan memberikan layanan sebaik mungkin bagi anak. Pada tahap ini pula
2
Rusdiana, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: MDP, 2022), hlm. 40.
3
Nurul Akhmad, Ensiklopedia Dinamika Masyarakat, (Jakarta: Alprin, 2020), hlm. 15.
kepribadian seorang anak terbentuk. Kepribadian anak sangat ditentukan oleh kepribadian dn
interaksi yang terjadi dalam keluarga.Maka dari itu sosialisasi primer berlangsung dan bermula
dari dalam keluarga.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder merupakan proses sosialisasi yang terjadi setelah sosialisasi primer
dan berlangsung hingga akhir hayat. Jika pada sosialisasi primer yang berperan adalah keluarga,
maka pada sosialisasi sekunder peran pendidikan itu bersumber atau diperoleh dari pihak lain,
misalnya sekolah dan adat istiadat. Selama proses ini, anak akan memperoleh banyak pengalaman
dan aspek maupun pengaruh luar, yang mungkin berbeda dengan peran keluarga sebelumnya.
Oleh karena itu, peran orang tua juga sangat penting dalam membimbinganak agar berkembang
secara optimal dan memenuhi standar yang berlaku saat ini. di dalam komunitas. Orang tua tetap
harus menjadi pengarah bagi anak, agar anak tidak berjalan di jalan yang salah.
Menurut Gertrude Jaeger mengemukakan bahwa peran agen sosialisasi pada tahap awal
maupun peran orang tua sangat penting. Pentingnya keluarga sebagai agen sosialisasi pertama
terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan dalam tahap ini. Sebagai contohnya Ketika
seorang bayi belajar berkomunikasi secara verbal dan non verbal pada tahap ini. Prosessosialisasi
akan gagal jika proses itu terlambat dilakukan ataupun terlalu dini dilakukan. Maka dari itu, seorang
anak sangat bergantung pada cara orang tua atau keluarga mendidiknya. Melalui interaksi dalam
keluarga, anak mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai dalam keluarga dan
masyarakat.
2) Kelompok sebaya
Setelah anak dapat berjalan, berbicara, dan bepergian, ia mulai bertemu dan berinteraksi
4
Bagong Suyanto, Sosialisasi Teks Pengantar dan Terapan, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 121.
dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluarga lain. Pada tahap ini, anak memasuki
fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peranan orang-orang yang berbeda
dengannya. Dengan demikian, ia mulai mengenal nilai-nilai keadilan, kebenaran, toleransi, atau
solidaritas. Contohnya, bermain dengan teman tidak boleh curang atau mau menang sendiri. Apabila
curang dan mau menang sendiri, maka teman-temannya tidak akan mau lagi bermain dengannya.
3) Sekolah
Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan
mempengaruhi perkembangan intelektual anak, tetapi juga mempengaruhi hal lain seperti
kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib. Sekolah berperan sebagai lingkungan di mana siswa
dapat mengembangkan keterampilan, berinteraksi sosial, dan menggali pengetahuan. Fungsi
sekolah juga mencakup penanaman nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, menjadikannya
sebagai perantara dari kehidupan keluarga menuju kehidupan bermasyarakat 5. Di sekolah,
terdapat perarturan dan tata tertib yang tidak hanya berperan sebagai pedoman, tetapi juga dapat
memberikan pedidikan dan mendorong perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Ketaatan seorang siswa terhadap peraturan dan kebijakan sekolah juga dapat menjadi pencegah
terhadap perilaku yang melanggar norma atau bertentangan dengan aturan6.
4) Media Massa
Media massa terdiri dari media cetak (surat kabar atau majalah) dan media elektronik (radio,
televisi, internet, film, kaset, dan CD). Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi
yang menjangkau banyak orang. Media begitu dominan dalam proses sosialisasi karena anak-anak
lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar televisi atau gadget dibandingkan waktu yang
digunakan untuk belajar. Penggunaan media ini mempengaruhi sikap dam perilaku pada anak-anak.
Namun, media dalam upaya sosialisasi hanya berfungsi sebagai alat pelengkap. Pandangan ini
sejalan dengan pendapat Lane yang menyalakan bahwa fondasi sosialisasi terletak pada lingkungan
keluarga dan peran media massa hanya memiliki nilai tambahan7.
5
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 74.
6
Adilla Nissa, Pengaruh Kontrol Sosial Terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama,
(Bandung: Grafindo Media Pratama, 2011), hlm. 57.
7
Susanto, Sosialisasi Pelayanan, (Malang: Universitas Kanjuruan, 1992), hlm. 163.
bahwa proses sosialisasi sangat penting dalam membangun perdaban yang lebih maju. Berikut
adalah peran dari sosialisasi dalam konteks Masyarakat di Indonesia :
“Bukanlah benar taqwa itu menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat. Akan tetapi, benar
taqwa itu beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab, dan nabi- nabi, serta
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang- orang miskin,
8
Harun, Fiqh Muamalah, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2017), hlm. 23.
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, orang-orang yang meminta-minta, dan memerdekakan
hamba sahaya, mendirikan sholat, dan memberikan zakat. Dan orang- orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar (mu’minin) dan mereka itulah orang-orangyang bertakwa.” (Al-Baqarah: 177)
Dalam hal ini, sosialisasi dianggap sangat memiliki peran yang penting dalam membentuk
individu yang berakhlak dan berkeadilan. Pandangan islam akan sosialisasi bukan hanya tentang
pembentukan secara pribadi, akan tetapi untuk pembentukan masyarakat yang adil, dan penuh kasih
saying antar sesame. Ajaran islam memberikan landasan moral dan etika yang sangat kuat bagi
proses sosialisasi.
G. Tahapan Sosialisasi
9
Nurul Akhmad, Ensiklopedia Dinamika Masyarakat, (Jakarta: Alprin, 2020), hlm. 21.
Berikut adalah contoh sosialisasi yang biasanya sering kita jumpai di dalam kehidupan:
1. Di dalam lingkungan rumah atau keluarga, interaksi anak dengan orang tua dan segenap
anggota keluarga lainnya sering kita jumpai, dalam interaksi tersebut anak mendapatkan
pendidikan informal, seperti pembentukan kebiasaan yang baik. Pendidikan informal dalam
keluarga inilah yang sangat berperan sebagai dasar pembentukan kepribadian anak.
c. Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi kemampuan yang ada pada dirinya.
d. Kemampuan bertindak secara dinamis sehingga menimbulkan rasa aman pada dirinya.
e. Bertindak sesuai dengan potensi positif yang layak dikembangkansehingga dapat menerima
dan dapat diterima oleh lingkungan.
10
Nurdinah Hanifah, Sosiologi Pendidikan. Sumedang: UPI Sumedang Press, 2016), hlm. 48.
11
Nurdinah Hanifah, Sosiologi Pendidikan. Sumedang: UPI Sumedang Press, 2016), hlm. 48.
KESIMPULAN
• Sosialisai merupakan proses dimana suatu individu belajar melalui interaksi dengan
individu lain, mengenai cara berfikir maupun bertindak, dimana proses interaksi
tersebut bertujuan untuk mencapai adanya partisipasi sosial.
• sosialisasi berfungsi agar seseorang dapat mengenal, mengakui serta dapat
menyesuaikan dirinya dengan nilai, norma dan struktur sosial yang terdapat dalam
Masyarakat.
• Proses sosialisasi terbagi menjadi dua macam, yaitu sosialisasi primer maupun
sosialisasi sekunder.
• Agen sosialisasi adalah keluarga, kelompok sebaya, sekolah,dan media massa.
• Sosialisasi sangat memegang peran penting dalam membentuk dan menstabilkan
keadaan Masyarakat Indonesia. Sosialisasi juga memegang fondasi penting dalam
pembentukan karakter, nilai-nilai, maupun keadaan sosial masyarakat Indonesia.
• Dalam pandangan islam, sosialisasi adalah proses penting dalam pembentukan individu
yang bertakwa dan berakhlak mulia sesuai dengan ajaran agama islam. Sosialisasi
dalam islam bertujuan untuk membentuk individu yang taat kepada Tuhan, dan agar
dapat berkontribusi positif dalam Masyarakat.
• Tahapan Sosialisasi meliputi tahap persiapan, tahap meniru, tahap bertindak, dan tahap
penerimaan kolektif.
Jawaban: Karena keluarga merupakan kelompok primer, di mana anggotanya sering bertatap
muka dan memiliki hubungan sosial yang tetap. Proses sosialisasi dalam keluarga bisa dilakukan
dengan memberikan dorongan atau motivasi kepada antar anggota keluarga, terutama motivasi
dari orang tua kepada anak-anaknya mengenai perilaku dan tindakan yang baik dalam norma
masyarakat. Sosialisasi sangat penting dalam kehidupan karena dapat mempererat hubungan antar
Masyarakat yang satu dengan yang lain, selain itu sosialisassi dapat memperoleh suatu ilmu dari
masyarkat tersebut, dan dapat membentuk suatu kepribadian yang baik dan unik.
Jawaban: Agama memiliki peran yang sangat penting dalam sosialisasi masyarakat Indonesia.
Agama membantu membentuk norma-norma moral dan etika dalam masyarakat, dan mengajarkan
nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, dan toleransi. Agama juga adalah bagian penting dari
identitas budaya Indonesia. Selain itu agama juga dapat memainkan peran dalam mempersatukan
masyarakat. Walaupun Indonesia memiliki beragam agama, semangat gotong royong dan
persatuan sering ditekankan dalam praktik beragama.
Namun, peran agama dalam sosialisasi juga dapat bervariasi antara individu dan kelompok, serta
dapat menjadi subjek perdebatan. Beberapa orang mungkin lebih mementingkan aspek agama
dalam kehidupan sehari-hari mereka daripada yang lain.
Jawaban: Jika tidak ada lembaga sosial maka kehidupan di masyarakat akan mengalami
kekacauan. Di dalam kehidupan masyarakat juga terdapat berbagai macam lembaga sosial, antara
lain lembaga pendidikan, lembaga keluarga, lembaga politik, lembaga ekonomi dan lainnya.
Jawaban: Ya, terdapat perbedaan dalam pola sosialisasi antara perkotaan dan pedesaan di
Indonesia. Perbedaan tersebut meliputi:
2. Keterbukaan Budaya. Perkotaan seringkali lebih terbuka terhadap budaya, ideologi, dan
gaya hidup yang beragam. Ini dapat memengaruhi pola sosialisasi dan pandangan dunia
individu di perkotaan.
3. Kemajuan Teknologi: Perkotaan cenderung memiliki akses yang lebih baik ke teknologi
dan media massa. Ini dapat memengaruhi cara individu di perkotaan menerima informasi
dan budaya populer.
Meskipun ada perbedaan, namun ada hal yang perlu diingat bahwa Indonesia adalah negara yang
sangat beragam, dan perbedaan ini dapat bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya.