TENTANG
“BERSOSIALISASI DI KELUARGA, SEKOLAH, DAN DI MASYARAKAT
DENGAN BAIK”
OLEH KELOMPOK 2:
DOSEN PENGAMPU:
SUSI RATNA SARI, M. Pd
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sosialisasi adalah proses fundamental dalam kehidupan manusia yang memungkinkan
individu untuk memahami dan menginternalisasi norma, nilai, dan peran sosial dalam
masyarakat. Proses ini terjadi di berbagai lembaga sosial, termasuk di keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Sosialisasi mengisyaratkan suatu makna di mana setiap individu berupaya
menyelaraskan hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Dalam sosialisasi, seseorang akan
mengenal dan melakukan penyesuaian dengan keadaan tempat dia bersosialisasi. Lewat
proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami
tingkah laku pekerti apakah yang harus dilakukan, dan tingkah laku pekerti apakah yang
harus tidak dilakukan. Hal seperti itu, dikemukakan oleh Abdul Syani, bahwa sosialisasi
adalah proses belajar yang dilakukan oleh individu untuk berbuat atau bertingkah laku
berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat disekitarnya.
Sosialisasi adalah proses individu mengenal dan menyesuaikan diri dengan nilai,
norma, dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dimulai sejak masa kanak-
kanak dan berlangsung sepanjang hidup seseorang. Sosialisasi mencakup penghayatan
nilai dan norma sosial ke dalam individu untuk penyesuaian diri sebagai anggota
kelompok atau masyarakat. Ini menunjukkan internalisasi nilai dan norma dari luar masuk
ke dalam diri, yang pada akhirnya memengaruhi pembentukan kepribadian (Anwar, 2018).
1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi merupakan proses belajar tentang segala sesuatu yang meliputi bahasa,
norma, nilai, sistem kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, mata pencaharian, kesenian, dan
keagamaan (Ismail, 2019).
Nasution (2015) juga mengatakan bahwa sosialisasi adalah soal belajar. Dalam
proses sosialisasi individu belajar tingkah laku, kebiasaan serta pola-pola kebudayaan
lainnya, juga keterampilan-keterampilan sosial seperti berbahasa, bergaul, berpakaian,
cara makan, dan sebagainya (Nasution, 2015).
Sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan
menyesuaikan diri terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir
kelompoknya, agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya. Berger
Sosialisasi adalah proses seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Horton dan Hunt Sosialisasi adalah suatu proses
seseorang menghayati (Internalize) norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga
timbullah diri yang unik. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer
kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah
kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori
mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran
yang harus dijalankan oleh individu. Sosialisasi adalah proses pembelajaran individu
terhadap budaya yang berkembang di masyarakatnya agar dia dapat berperan sebagai
anggota masyarakat. Yang dipelajari individu dalam sosialisasinya adalah nilai dan norma
(unsur-unsur budaya) yang berkembang di masyarakatnya (Soekidjo, 2005).
Sosialisasi mengisyaratkan suatu makna di mana setiap individu berupaya
menyelaraskan hidupnya di tengah-tengah masyarakat. Dalam sosialisasi, seseorang akan
mengenal dan melakukan penyesuaian dengan keadaan tempat dia bersosialisasi. Lewat
proses sosialisasi, individu-individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami
tingkah laku pekerti apakah yang harus dilakukan, dan tingkah laku pekerti apakah yang
harus tidak dilakukan. Hal seperti itu, dikemukakan oleh Abdul Syani, bahwa sosialisasi
adalah proses belajar yang dilakukan oleh individu untuk berbuat atau bertingkah laku
berdasarkan patokan yang terdapat dan diakui dalam masyarakat disekitarnya.
3
Sosialisasi terdiri atas aktivitas, yaitu;
1. Proses sosialisasi adalah proses belajar, yaitu suatu proses akomodasi dengan
mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil
alih cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
2. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap, ideide, pola
nilai-nilai dan tingkah laku di dalam masyarakat dimana ia hidup.
3. Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun
dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya (Anwar,
2018).
Sosialisasi adalah proses individu mengenal dan menyesuaikan diri dengan nilai,
norma, dan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini dimulai sejak masa kanak-
kanak dan berlangsung sepanjang hidup seseorang. Sosialisasi mencakup penghayatan
nilai dan norma sosial ke dalam individu untuk penyesuaian diri sebagai anggota
kelompok atau masyarakat. Ini menunjukkan internalisasi nilai dan norma dari luar masuk
ke dalam diri, yang pada akhirnya memengaruhi pembentukan kepribadian.
B. Proses Terjadinya Sosialisasi
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian merupakan hal yang sangat penting
bagi semua orang dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dengan sosialisasi kita dapat
mengenal satu sama lain. Sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses penanaman
atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam
sebuah kelompok atau masyarakat. Dalam melakukan sosialisasi kita harus bisa
menempatkan diri kita dalam lingkungan masyarakat. Karena manusia merupakan
makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.Maka dari itu melalui
makalah ini kami akan menjelaskan arti penting dari sosialisasi.
Di dalam bersosialisasi, kita dapat membentuk kepribadian kita. Karena
lingkungan masyarakat merupakan salah satu tempat untuk melakukan sosialisasi. Jika
lingkungan masyarakatnya baik secara otomatis berpengaruh terhadap pembentukan
kepribadian. Seperti yang kita ketahui bahwa kepribadian adalah keseluruhan cara di
mana seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.Beberapa manfaat
yang kita dapatkan dari sosialisasi adalah seseorang mampu menjadi anggota masyarakat
yang baik, seseorang dapat menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan harapan
masyarakat, seseorang akan lebih mengenal dirinya sendiri dalam lingkungan sosialnya
dan seseorang akan menyadari eksistensi dirinya terhadap masyarakat di sekelilingnya
(Soekidjo, 2005).
4
Proses sosialisasi melibatkan berbagai mekanisme yang berlangsung di berbagai
lembaga sosial, yaitu:
1. Sosialisasi Primer
Ini terjadi di lingkungan keluarga, di mana individu pertama kali terpapar dengan
norma dan nilai-nilai dasar. Keluarga merupakan agen sosialisasi primer yang
paling dominan karena merupakan tempat pertama di mana individu memperoleh
pengalaman sosial.
2. Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder terjadi di institusi-institusi seperti sekolah, tempat kerja, dan
masyarakat pada umumnya. Di sekolah, individu memperdalam pemahaman
mereka tentang norma-norma sosial yang lebih kompleks dan peran-peran sosial
yang lebih khusus.
3. Sosialisasi Tersier
Proses sosialisasi tersier melibatkan media massa, agama, dan kelompok-
kelompok kepentingan khusus. Ini mempengaruhi cara individu memahami dunia
di sekitar mereka dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain dalam
masyarakat yang lebih luas (Baferani, 2015).
C. Hambatan-Hambatan Dalam Sosialisasi
Setiap keluarga mempunyai idealisme untuk memiliki predikat sebagai sebuah
keluarga yang baik, utuh, harmonis dan memiliki masa depan yang indah. Tetapi hal ini
menjadi sulit tercapai pada tataran praksis. Kareana itu, diperlukan manifestasi nilai-nilai
dalam kehidupan keluarga itu sendiri dan masyarakat melalui fungsi fungsi sosialisasi.
Sosialisasi yang pada hakikatnya merupakan pembentukan kepribadian atau karakter
seseorang yang adaptif dengan lingkungan dan semestinya berlangsung kontinyu sering
mengalami hambatan sekaligus tantangan baik dari dalam maupun dari luar keluarga itu
sendiri.
1. Hambatan dari dalam
a. Ketidakharmonisan relasi dalam keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap beberapa keluarga yang
bermasalah di kelurahan Pamona, ditemukan bahwa salah satu penyebab
ketidakharmonisan relasi antara ayah dan ibu (terjadinya broken home) ialah
perselingkuhan. Mungkin terdapat alasan lain misalnya ketidakmemadainya
pemenuhan kebutuhan ekonomi kelurga dan tidak terpenuhinya kebutuhan
biologis secara memuaskan atau karena tindak kekerasan yang terjadi dalam
5
kelurga. Perselingkuhan muncul sebagai reaksi terhadap perilaku
pasangannya, di mana suaminya sering mabuk, keluar rumah hingga larut
malam tanpa alasan jelas dan tidak resposnsif terhadap nasehat dari istri, Ini
akhirnya menibulkan akumulasi stress dan akhirnya berujung pada
perselingkuhan istri dengan pria lain. Masalah keluarga menyulut ketika suami
pun melakukan perselingkuhan dengan perempuan yang tinggal serumah
dengan mereka. Setiap hari terjadi pertengkaran verbal dan fisik Perilaku
menyimpang orang tua berdampak pada anak mereka yakni menjadi pendiam,
mulai keluar rumah hingga larut malam tanpa meminta izin orang tua, dan
minum alkohol hingga mabuk. Munculnya penyimpangan pada anak
merupakan kompensasi dari ketidak mampuan anak menhadapi keadaan
keluarga dan terutama ketiadaan relasi damai dan komunikatif dalam keluarga.
b. Perceraian dan kematian, terputusnya sistem peranan keluarga (termasuk
sosialisasi) adalah ketiadaan seorang dari pasangan karena hal-hal yang tidak
diinginkan. Hal ini berarti dalam perkembangan sosial anak dibutuhkan
keutuhan keluaga yaitu keutuhan dalam struktur keluarga (ada ayah, ibu dan
anak). Apabila tidak ada ayah ayah atau ibu, atau keduanya tidak ada, maka
struktur keluarga itu tidak utuh lagi. Berdasarkan hasil penelitian misalnya
yang dialami N.S. bahwa semenjak ayah dan ibunya bercerai bahkan terlebih
lagi ketika ayahnya meninggal ia merasa stress dan kehilangan, sehingga
pelampiasannya ialah berkumpul dengan temanteman, meminum alkohol
sampai sering mabuk, berteriak-teriak hingga tetangga merasa terganggu.
Menurutnya, hal ini dilakukannya untuk melupakan masalah. Sampai saat ini
ia jarang ke tempat beribadah, dan sering bolos dari sekolah.
c. Pola kepemimpinan dalam keluarga Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
pengaruh gaya memimpin seorang ayah yang otoriter dengan munculnya
penyimpangan perilaku dalam diri anak. Perilaku otoriter itu ditandai dengan
sikap keras, mengancam termasuk secara verbal. Dampak pada anak misalnya
seperti dialami informan W.G. di mana ia merasa takut untuk mengungkapkan
dengan jujur dan terbuka kedekatannya dengan seorang pria sehingga
pergaulannya berjalan secara sembunyi-sembunyi. Ini terjadi karena ayahnya
keras dan pernah melarang anaknya berpacaran sebelum selesai kuliah. Juga
dalam keluarga ayah menghendaki agar segala yang dikatakannya harus
6
dilaksanakan. Pada akhirnya ia mengalami hamil di luar nikah akibat seks
bebas.
d. Krisis keteladanan dari orang tua. Proses sosialisasi dalam keluarga sangat
ditentukan kualitas interaksi anggota keluarga. Penanaman nilai-nilai seperti
kejujuran dan keterbukaan, kerja keras, kedisiplinan, religius, mengormati
(metubunaka) dan mosintuwu (persatuan, kebersamaa, saling menolong)
dalam diri anak terwujudkan melalui interaksi antara anggota keluarga. Hal
utama dibutuhkan ialah keteladanan dari orang tua. Segala nilai-nilai tersebut
akan terinternalisasikan dengan baik bahkan akan menghasilkan buah-buah
kebaikan. Sebaliknya, jika dalam keluarga orang tua tidak dapat
memposisikan dirinya sebagai teladan maka dapat memberikan pengaruh
negatif pada diri anak khususnya bagi para remaja. Berdasarkan penelitian,
pada keluarga yang bermasalah menunjukkan bahwa ketidakmampuan orang
tua melepaskan kebiasaan buruk seperti mabuk dan bersikap otoriter akan
mengakibatkan anak lebih cenderung meniru atau mengikuti perilaku orang
tuannya menjadi pemabuk sehingga dapat berakibat pada kurangnya
kemampuan untuk mengendalikan diri, baik secara fisik, psikologis maupun
sosial. Jadi, kebiasaan buruk orang tua menjadi penghambat bagi terwujudnya
suatu proses sosialisasi dalam diri anak.
2. Faktor eksternal
a. Interaksi dengan teman yang memiliki perilaku menyimpang. Tindakan
meniru tidak hanya terarah pada orang tua yang intensif berelasi dan
berkomunikasi dengan anak terlebih anak remaja, melainkan individu dapat
meniru perilaku teman entah hal-hal yang baik tetapi juga hal-hal yang buruk.
Berdasarkan penelitian di Kelurahan Pamona terdapat pengaruh intensitas
interaksi atau pergaulan individu dengan teman-teman khsusunya yang
melakukan penyimpangan. Misalnya, pada informan W.G. yang mengalami
masalah kehamilan di luar perkawinan. Ia beriteraksi dengan C.T. yang
merupakan sahabat paling dekat mengajak dan mempengaruhinya. Dari
awalnya W.G. merupakan seorang yang rajin beribadah menjadi biasa
berbohong kepada orang tuanya, atas saran dari C.T. ia memakai obat anti
hamil, tetapi keseringan berhubungan seksual dan ditopang ketertutupan
kepada orang tua mengkondisikannya menjadi lemah dalam mengontrol diri
dari hal-hal negatif yang menjerumuskan dan merugikannya. Demikian pula
7
informan lainnya yang memiliki keakraban relasi dengan teman-teman yang
biasanya meminum minuman keras hingga mabuk disertai pula dengan
kondisi keluarga kurang atau tidak kondusif maka dapat menyebabkan
munculnya perilaku seperti teman-temannya tersebut.
b. Perubahan nilai karena pengaruh teknologi Kemajuan informasi dan
komunikasi memudahkan setiap individu mengalami perubahan sosial budaya
termasuk karakter seseorang. Khususnya bagi anak remaja hal ini sangat
rentan karena keingintahuan dan mau mencoba sesuatu hal baru. Dengan
pengetahuan baru semakin mendorongnya untuk memenuhi kebutuhan
pengetahuan teknologi informasi. Bagi keluarga yang sedang mengalami
masalah seperti konflik berkepanjangan hingga perpisahan orang tua akan
memudahkan bagi anak melakukan kompensasi pada bidang tersebut.
Kerapuhan keyakinan individu bisa menjadi tergantikan pada keyakinan baru
yang lebih menyenangkan ditawarkan kemajuan teknologi. Misalnya, seorang
anak dapat mengakses hal-hal negatif dari internet sehingga dapat dicobainya
yang pada suatu saat bisa menjerumuskannya dalam perilaku negatif (Ngguna,
2013).
Artinya: "Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini menekankan pentingnya saling mengenal dan berinteraksi antara sesama
manusia dalam proses sosialisasi. Allah menciptakan manusia dalam berbagai bangsa dan
suku agar mereka saling mengenal dan memahami perbedaan satu sama lain. Keutamaan
di sisi Allah bukanlah berdasarkan asal keturunan atau bangsa, tetapi berdasarkan
ketakwaan dan kebaikan hati.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapatkan pada makalah kali ini yaitu sebagai berikut:
9
DAFTAR PUSTAKA
10