Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGANTAR ILMU AL-QURAN DAN HADIST

TENTANG
KONSEP WAHYU ALLAH

OLEH:

INDAH JEFYSA
(2130106023)
DWITA ARIFIA
(2130106015)
INTAN SURYANI
(21)
DOSEN :

WANDI.A,S.Th.I,M.Ag
JURUSAN TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat allah swt karena berkat rahmat dan hidayah nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”konsep wahyu allah ” Dengan baik. Meskipun
ini jauh dari kesempurnaan tapi kami akan berusaha untuk menyelesaikan makalah dengan baik.

Secara garis besar, makalah ini berisi tentang konsep wahyu allah . Kami sebagai penysun
berharap agar makalah ini daoat bermanfaat bagi para pembaca maupun kami sebagai penyusun.

Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
dari para pembaca sangat kami harapkan, agar makalah ini menjadi sebuah makalah yang
menjadi benar-benar terjamin kebenaranya. Semoga makalah ini bermanfaat.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang.............................................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Pengertian wahyu allah................................................................................................. 5
B. Penyampaian Wahyu allah ........................................................................................... 5
C. Fungsi wahyu Allah ..................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan................................................................................................................... 10
B. Saran............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 11

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. alQur’an dit
urunkan dalam bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah
kapasitas manusia yang sangat terbatas dalam memahami alQur’an. Karena pada kenyata
annya tidak semua yang pandai bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri,mampu mema
hami dan menangkap pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Qur’an secara sempurna. T
erlebih orang ajam (non-Arab). Bahkan sebagian para sahabat nabi, dan tabi’in yang terg
olong lebih dekat kepada masa nabi, masih ada yang keliru menangkap pesan al-Qur’an.
Kesulitan-kesulitan itu menyadarkan para sahabat dan ulama generasi berikutnya akan ke
langsungan dalam memahami al-Qur’an. Mereka merasa perlu membuat rambu-rambu da
lam memahami al-Qur’an. Terlebih lagi penyebaran Islam semakin meluas, dan kebutuha
n pada pemahaman al-Qur’an menjadi sangat mendesak. Hasil jerih payah para ulama itu
menghasilkan cabang ilmu al-Qur’an yang sangat banyak. Adanya permasalahan tersebut
menjadi urgensi dari ilmuilmu al-Qur’an sebagai sarana menggali pesan Tuhan, serta unt
uk mendapat pemahaman yang benar terhadap al-Qur’an.
B.Rumusan masalah
1.Apa pengertian wahyu allah secara bahasa dan istilah ?
2.Bagaimana penyampaian wahyu allah ?
3.Apa saja fungsi wahyu Allah

2
BAB ll

PEMBAHASAN

A.Pengertian wahyu allah


1.bahasa
Pada pembahasan sebelumnya telah kita ketahui bersama bahwa pengertian wahyu secara
bahasa berarti “memberi tahu dengan cepat dan tersembunyi”. Pengertian ini ditunjukkan dalam
Al-Quran sebagai berikut :

Yang pertama, wahyu bermakna ilham kepada manusia. Allah ta’ala berfirman :

ِ ْ‫َوأَوْ َح ْينَا إِلَى أُ ِّم ُمو َسى أَ ْن أَر‬


‫ض ِعي ِه‬

Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia,

[QS. Al-Qashas : 7]

Terjemahan tekstual “‫ ” َوأَوْ َح ْينَا‬dalam ayat tersebut adalah “Kami mewahyukan”. Namun
mewahyukan yang dimaksud bukan mewahyukan seperti Allah mewahyukan para Nabi. Namun
mewahyukan disini mengandung pengertian mengilhami kepada manusia. Yang mana dalam
ayat tersebut Allah ilhamkan kepada ibunya Musa untuk menyusui anaknya.
Yang kedua, wahyu bermakna naluri yang diberikan kepada hewan. Allah ta’ala berfirman :

ِ ‫ك إِلَى النَّحْ ِل أَ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
َ‫ْر ُشون‬ َ ُّ‫َوأَوْ َحى َرب‬

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-


pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",

[QS. An-Nahl : 68]

3
Dalam ayat tersebut Allah menggunakan kata “‫ ” َوأَوْ َحى‬yang artinya adalah mewahyukan. Makna
mewahyukan disini adalah ilham dari Allah berupa naluri dan insting yang diberikan kepada
hewan. Dalam ayat tersebut Allah memberikan naluri atau insting kepada lebah untuk membuat
sarang di bukit, pohon kayu, dan tempat yang dibikin manusia.

Yang ketiga, wahyu bermakna memberi isyarat yang cepat. Allah ta’ala berfirman :

‫ب فَأَوْ َحى إِلَ ْي ِه ْم أَ ْن َسبِّحُوا بُ ْك َرةً َو َع ِشيًّا‬


ِ ‫فَ َخ َر َج َعلَى قَوْ ِم ِه ِمنَ ْال ِمحْ َرا‬

Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah
kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.

[QS. Maryam : 11]

Kata “‫ ”فَأَوْ َحى‬dalam ayat di atas bermakna memberikan isyarat. Ayat tersebut bercerita tentang
Nabi Zakariya yang sedang berpuasa dari berbicara selama tiga hari tiga malam. Sehingga ketika
harus menyampaikan pesan kepada kaumnya untuk bertasbih di waktu pagi dan petang ia
melakukannya dengan memberi isyarat.

Yang keempat, wahyu bermakna bisikan setan. Allah ta’ala berfirman :


‫اطينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْ لِيَائِ ِه ْم لِي َُجا ِدلُو ُك ْم‬
ِ َ‫َوإِ َّن ال َّشي‬

Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu
[QS. Al-An’am : 121]
Yang kelima, wahyu bermakna perintah Allah pada malaikat. Allah ta’ala berfirman :
‫إِ ْذ يُو ِحي َربُّكَ إِلَى ْال َمالئِ َك ِة أَنِّي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman"

[QS. Al-Anfal : 12]

4
2. Pengertian Wahyu Secara Syar’i dalam Al-Quran
Menurut istilah syariat wahyu berarti kalam Allah yang diturunkan kepara para Nabi. Hal ini
ditunjukkan oleh beberapa ayat dalam Al-Quran sebagai berikut :

َ ‫وب َواأْل َ ْسبَا ِط َو ِعي َس ٰى َوأَي‬


‫ُّوب‬ َ ‫ِّين ِمن بَ ْع ِد ِه َوأَوْ َح ْينَا إِلَ ٰى إِ ْب َرا ِهي َم َوإِ ْس َما ِعي َل َوإِس َْحا‬
َ ُ‫ق َويَ ْعق‬ ٍ ُ‫إِنَّا أَوْ َح ْينَا إِلَ ْيكَ َك َما أَوْ َح ْينَا إِلَ ٰى ن‬
‘َ ‫وح َوالنَّبِي‬
‫س َوهَارُونَ َو ُسلَ ْي َمانَ َوآتَ ْينَا دَا ُوو َد زَ بُورًا‬ َ ُ‫َويُون‬
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan
wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus,
Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud.

[QS. An-Nisa : 163]

‫ير‬ ٌ ‫ق فِي ْال َجنَّ ِة َوفَ ِري‬


ِ ‫ق فِي الس َِّع‬ َ ‫ك قُرْ آنًا َع َربِيًّا لِّتُن ِذ َر أُ َّم ْالقُ َر ٰى َو َم ْن َحوْ لَهَا َوتُن ِذ َر يَوْ َم ْال َج ْم ِع اَل َري‬
ٌ ‫ْب فِي ِه فَ ِري‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل‬
َ ‫ك أَوْ َح ْينَا إِلَ ْي‬
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu
memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri)
sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada
keraguan padanya. Segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam.

[QS. Asy-Syura : 7]
B.Penyampaian Wahyu Allah
Ternyata wahyu diturunkan oleh Allah melalui beberapa cara. Berikut ini akan kita
ketahui bersama bagaimana Allah turunkan wahyu kepada Malaikat, para Rasul, dan juga kepada
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

1. Wahyu Allah Kepada Malaikat


Di dalam Al-Quran dan Al-Hadits disebutkan bahwa Allah berbicara langsung kepada para
malaikat ketika menurunkan wahyu. Allah ta’ala berfirman :

ِ ْ‫اع ٌل فِي اأْل َر‬


ً‫ض َخلِيفَة‬ ِ ‫ال َربُّكَ لِ ْل َماَل ئِ َك ِة ِإنِّي َج‬
َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi"
[QS. Al-Baqarah : 30]

5
‫إِ ْذ يُو ِحي َربُّكَ إِلَى ْال َمالئِ َك ِة أَنِّي َم َع ُك ْم فَثَبِّتُوا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬
(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama
kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman"
[QS. Al-Anfal : 12]

Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda :

‫ فَإ ِ َذا َس ِم َع َذلِكَ أَ ْه ُل‬،َّ‫ف هَّللا ِ َع َّز َو َجل‬ِ ْ‫ت ِم ْنهُ َرجْ فَةٌ ِم ْن خَ و‬ ِ ‫ت ال َّس َما َوا‬ ِ ‫ فَإ ِ َذا تَ َكلَّ َم أَ َخ َذ‬،‫ُوح َي بِأ َ ْم ٍر تَ َكلَّ َم بِ ْال َوحْ ِي‬ِ ‫إِ َذا أَ َرا َد هَّللا ُ أَ ْن ي‬
ْ َ ‫هَّللا‬ ِّ َ ْ َ
‫ فَيَنتَ ِهي بِ ِه ِجب ِْري ُل‬،َ‫ فَيُ َكل ُم ُ ِم ْن َوحْ ي ِه بِ َما أ َراد‬،‫ فَيَكونُ أ َّو َل َم ْن يَرْ فَ ُع َرأ َسهُ ِجب ِْري ُل َعل ْي ِه ال َّساَل ُم‬،‫ص ِعقُوا َوخَرُّ وا ُس َّجدًا‬
ُ ُ ،‫ت‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫ال َّس َم‬
ُ
َ‫َ َ ون‬‫ل‬ ‫و‬ ُ ‫ق‬ ‫ي‬َ ‫ف‬ :‫ال‬َ ‫ق‬ .ُ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫ب‬‫ك‬َ ْ
‫ال‬ ‫ي‬ ‫ل‬
ِ ُّ ِ َ َ َ‫ع‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ُ ‫ه‬ ‫و‬ ، ‫ق‬َّ ‫ح‬ ْ
‫ال‬
َ َ ‫ال‬ َ ‫ق‬ :ُ
‫ل‬ ‫ي‬‫ْر‬ ‫ب‬
ِ ِ‫ج‬ ‫ل‬
ُ ‫و‬ ُ ‫ق‬َ ‫ي‬ َ ‫ف‬ ‫ُ؟‬
‫ل‬ ‫ي‬‫ْر‬ ‫ب‬‫ج‬ ‫ا‬
ِ ِ َ َ َ‫ي‬ ‫َا‬ ‫ن‬‫ب‬
ُّ ‫ر‬ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫ا‬ ‫م‬ :‫ا‬
َ َ ‫ه‬ ُ ‫ل‬ ْ
‫ه‬ َ ‫أ‬ ‫ل‬ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫ء‬ ‫ا‬
َ ٍ ََ ِ َ َ‫م‬ ‫س‬ ‫ب‬ ‫ر‬َّ ‫م‬ ‫ا‬ ‫م‬َّ ‫ل‬ ُ
‫ك‬ ،‫ة‬ ‫ك‬َ ‫ئ‬
ِ ِ َ ‫اَل‬ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫َع‬
َ
ِ ْ‫ْث أ ْم َرهُ هَّللا ُ ِمنَ ال َّس َما ِء َواأْل ر‬
‫ض‬ َ ْ
ُ ‫ َحتَّى يَ ْنتَ ِه َي بِ ِه ْم ِجب ِْري ُل َحي‬،ُ‫ُكلُّهُ ْم ِمث َل َما قَا َل ِجب ِْريل‬

Ketika Allah hendak memberikan wahyu maka Ia berbicara dengan wahyu. Ketika Ia
berbicara maka bergetarlah langit karena takut pada Allah azza wa jalla. Ketika penghuni langit
mendengar hal itu maka merekapun pingsan dan tersungkur bersujud.

Orang yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril ‘alaihis-salam, kemudian Allah
menyampaikan wahyu itu dengan apa yang ia kehendaki. Kemudian Jibril melewati para
Malaikat, maka ketika ia melewati satu langit, para penduduk langit itu bertanya : “Apa yang
dikatakan Tuhan kita wahai Jibril?” lalu Jibril menjawab : “Dia mengatakan Al-Haq, dan Dia
Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Maka para malaikatpun mengatakan seperti yang dikatakan oleh
Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu kepada mereka sesuai apa yang diperintahkan oleh
Allah dari langit dan bumi.

[HR. Ibnu Abi Asim dalam As-Sunnah]


[HR. Ibnu Abi Asim dalam As-Sunnah]

2. Wahyu Allah kepada Para Rasul

Allah ta’ala berfirman :

‫ُوح َي بِإ ِ ْذنِ ِه َما يَ َشا ُء ۚ إِنَّهُ َعلِ ٌّي َح ِكي ٌم‬
ِ ‫ب أَوْ يُرْ ِس َل َر ُسواًل فَي‬
ٍ ‫َو َما َكانَ لِبَ َش ٍر أَن يُ َكلِّ َمهُ هَّللا ُ إِاَّل َوحْ يًا أَوْ ِمن َو َرا ِء ِح َجا‬

6
Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia
kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan
(malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

[QS. Asy-Syura : 51]


Dari ayat tersebut kita mengetahui ternyata Allah tidak berbicara kepada manusia kecuali melalui
wahyu, atau di balik hijab, atau Allah mengutus utusan (malaikat) untuk menyampaikan …

- Ketika Allah hendak memberikan wahyu kepada para Malaikat maka Allah berbicara langsung
kepada mereka

- Ketika Allah hendak memberikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul maka : (1) Allah
turunkan wahyu secara langsung, baik melalui mimpi atau mengajak berbicara di balik hijab (2)
Allah turunkan melalui perantara, yakni Allah sampaikan pada malaikat lalu malaikat itu datang
langsung kepada Nabi dan menyampaikan wahyu atau menjelma menjadi seorang lelaki lalu
menyampaikan wahyu itu kepada Nabi.

C.Fungsi Wahyu Allah


Adapun wahyu dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu langsunng (al-Qur’an)
ataupun wahyu yang tidak langsung (al-Sunnah), kedua-duanya memiliki fungsi dan kedudukan
yang sama meski tingkat akurasinya berbeda karena disebabkan oleh proses pembukuan dan
pembakuannya. Kalau al-Qur’an langsung ditulis semasa wahyu itu diturunkan dan
dibukukan di masa awal islam, hanya beberapa waktu setelah Rosul Allah wafat (masa Khalifah
Abu Bakar), sedangkan al-hadis atau al-Sunnah baru dibukukan pada abat kedua hijrah (masa
Khalifah Umar bin Abdul Aziz), oleh karena itu fungsi dan kedudukan wahyu dalam memahami
Islam adalah:
Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman dan pengamalan
ajaran Islam harus dirujukan kepada al-Qur’an dan Sunnah.
yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di
akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan allah kepada nabi-
nabiNYA untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai
keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.

7
A.Kekuatan wahyu
Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan, tetapi kita tidak mampu
mengelak sejarah wahyu ada, oleh karna itu wahyu diyakini memiliki kekuatan karena beberapa
faktor antara lain:

1)Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.
2)Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3)Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
4)Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
5) Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
B. Kedudukan Wahyu Dalam Islam
Kedudukan antara akal dan wahyu dalam islam sama-sama penting. Karena islam tak akan
terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam
segala hal dalam islam. Dapat dilihat dalam hukum islam, antar wahyu dan akal ibarat
penyeimbang. Andai ketika hukum islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan
segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan
yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu
memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orangtertentu
yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalahhadiah terindah bagi
setiap manusia yang diberikan Allah.Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia.
Meski demikian bukan berartiakal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama.
Islammemiliki aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun,akal yang
sehat akan selalu cocok dengan syariat islam dalam permasalahanapapun. Dan Wahyu baik
berupa Al-qur’an dan Hadits bersumber dari AllahSWT, pribadi Nabi Muhammad SAW yang
menyampaikan wahyu ini,memainkan peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu.
Wahyummerupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia,tanpamengenal
ruang dan waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentukumum atau khusus. Apa yang
dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangandengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-
prinsip akal.
-Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah- pisah.Wahyu itu menegakkan
hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun larangan. Sesungguhnya
wahyu yang berupa al-qur’an dan as
-sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang. Namun tidak
selalu mendukung antara wahyu dan akal, karena seiring perkembangan zaman akal yang
semestinya mempercayai wahyu adalah sebuahanugrah dari Allah terhadap orang yang terpilih,
terkadang mempertanyakankeaslian wahyu tersebut. Apakah wahyu itu benar dari Allah ataukah

8
hanya pemikiran seseorang yang beranggapan smua itu wahyu. Seperti pendapat AbuJabbar
bahwa akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik
lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain,demikian pula
akal tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruklebih besar dari hukuman untuk
suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanyadapat diketahui dengan perantaraan wahyu.Al-
Jubbai berkata wahyulah yang menjelaskan perincian hukuman danupah yang akan diperoleh
manusia di akhirat. Karena Masalah akal dan wahyudalam pemikiran kalam sering dibicarakan
dalam konteks, yang manakah diantarakedua akal dan wahyu itu yang menjadi sumber
pengetahuan manusia tentangTuhan, tentang kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan,
tentang apayang baik dan yang buruk, serta tentang kewajiban menjalankan yang baik
danmenghindari yang buruk. Maka para aliran islam memiliki pendapat sendiri-sendiri antra lain:
1.Aliran Mu’tazilah sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa
akal mmpunyai kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
2.Sementara itu aliran Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikirankalam
tradisional, mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baikdan yang buruk akan
mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
3.Sebaliknya aliran Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga
berpendapat bahwa akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tigahal lainnya, yakni
kewajiban berterima kasih kepada tuhan, baik dan burukserta kewajiban melaksanakan yang baik
dan menghindari yang jahatdiketahui manusia berdasarkan wahyu.
pendapatnya memaparkan hal-hal yang berhubungan antara wahyu dan akal.Seperti
Harun Nasution menggugat masalah dalam berfikir yang dinilainyasebagai kemunduran umat
islam dalam sejarah. Menurut beliau yang diperlukanadalah suatu upaya untuk merasionalisasi
pemahaman umat islam yang dinilaidogmatis tersebut, yang menyebabkan kemunduran umat
islam karena kurangmengoptimalkan potensi akal yang dimiliki. bagi Harun Nasution agama
danwahyu pada hakikatnya hanya dasar saja dan tugas akal yang akan menjelaskandan
memahami agama tersebut

9
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinyasendiri disertai
keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa
pelantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalamtelinga ataupun lainya.Adapun wahyu
dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu langsunng(al-Qur’an) ataupun wahyu yang
tidak langsung (al-Sunnah), kedua-duanyamemiliki fungsi dan kedudukan yang sama meski
tingkat akurasinya berbedakarena disebabkan oleh proses pembukuan dan pembakuannya.
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksutmemberi informasi
disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada tuhan,
menyempurnakan akal tentang mana yang baik danyang buruk, serta menjelaskan perincian upah
dan hukuman yang akan di terimamanusia di akhirat.

B.Saran
Setelah kita mengetahui tentang defenisi al-quran dan wahyu.Hendaknya kita memahami
dan bisa membedakan wahyu dan yang bukan wahyu dan kita juga bisa memahami tentang sebab
di turunkannya wahyu tersebut .

10
DAFTAR PUSTAKA
https://www.nasehatquran.com/2020/10/pengertian-wahyu.html?m=1
https://www.academia.edu/36490338/Kedudukan_dan_Fungsi_Wahyu_Allah_PAI
http://habibsa.blogspot.com/2016/11/makalah-al-quran-dan-wahyu.html?m=1
2 Abdul Wahid Ramli, ‘Ulumul Qur‟ An’ (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002). h. 15

11

Anda mungkin juga menyukai