Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SOSIOLOGI PENDIDIKAN

TENTANG

“STATIFIKASI SOSIAL”

OLEH KELOMPOK 4:

NUR ‘AINI 2130106039


RUSTI NURZANAH 2130106049

DOSEN PENGAMPU:

SUSI RATNA SARI, M. Pd

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

BATUSANGKAR

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Stratifikasi
Sosial” ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini sehingga
dapat selesai pada waktunya.

Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, penulis mohon maaf. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susi
Ratna Sari, M. Pd selaku dosen pengampu kami dalam mengerjakan makalah ini. Segala
kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini, agar
menjadi terbaik bagi penyusun. Akhir kata kami berharap dengan adanya penyusunan
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penyusun sendiri, dan bagi semua yang
berkepentingan.

Batusangkar, 22 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3

A. Stratifikasi Sosial .................................................................................................. 3


B. Karakteristik Stratifikasi Sosial .......................................................................... 4
C. Penyebab Munculnya Stratifikasi Sosial ............................................................ 5
D. Dampak Stratifikasi Sosial ................................................................................... 7
E. Hubungan Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial ............................................. 9
F. Integrasi Ayat Al-Qur’an...................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah ada sejak manusia mengenal kehidupan
bersama dalam masyarakat. Mula-mula lapisan-lapisan didasarkan pada pembedaan
jenis kelamin, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, pembagian kerja
dan sebagainya. Semakin kompleks dan majunya pengetahuan dan teknologi dalam
masyarakat, maka sistem lapisan dalam masyarakat akan semakin kompleks pula.
Sistem lapisan dalam masyarakat tersebut, dalam sosiologi dikenal dengan stratifikasi
sosial (social stratification). Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Perwujudannya adalah
kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Dasar dan intinya adalah kewajiban
dan tanggung jawab nilai-nilai sosial serta pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat.
Stratifikasi sosial lebih berkenaan dengan adanya dua atau lebih kelompok-
kelompok bertingkat dalam suatu masyarakat tertentu, umumnya setiap anggota
mempunyai kekuasaan, hak-hak istimewa dan prestise yang tidak sama pula. Dimana
pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian dari
sistem sosial setiap masyarakat. Pelapisan masyarakat yang sudah sangat dikenal
dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas, yaitu kelas ekonomis, politis dan
kelas yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya,
ketiga bentuk pokok tadi mempunyai hubungan satu dengan lainnya, dimana terjadi
saling mempengaruhi. Misalnya, ketika mereka yang termasuk ke dalam suatu lapisan
atas dasar ukuran politis, biasanya juga merupakan orang-orang yang menduduki
suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis. Pembedaan atau penggolongan kelas
secara vertikal yang kita ketahui saat ini adalah kelas sosial rendah, kelas sosial
menengah, dan juga kelas sosial tinggi. Kedudukan yang bertingkat-tingkat tersebut
biasanya didasari oleh apa yang mereka miliki, ukurannya bisa berupa hal-hal yang
berharga (Dulkiah & Sarbini, 2020:73).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada makalah ini akan membahas
tentang stratifikasi sosial.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial.
2. Bagaimana karakteristik stratifikasi sosial.
3. Apa penyebab munculnya stratifikasi sosial.
4. Apa dampak stratifikasi sosial.
5. Bagaimana hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial.
6. Apa integrasi ayat al-qur’an terkait materi.
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan pengertian stratifikasi sosial.
2. Mengetahui karakteristik sosial.
3. Mengetahui penyebab munculnya stratifikasi sosial.
4. Mengetahui dampak stratifikasi sosial.
5. Menjelaskan hubungan pendidikan dengan stratifikasi sosial.
6. Menunjukkan integrasi ayat al-qur’an terkait materi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial berasal dari kiasan yang menggambarkan keadaan kehidupan
masyarakat. Secara etimologis, istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata
strata atau stratum yang berarti “lapisan”. Karena itu social stratification sering
diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Stratifikasi sosial adalah pembedaan
atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Sejumlah
individu yang mempunyai kedudukan yang sama menurut ukuran masyarakatnya,
dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum. Secara terminologi, stratifikasi
sosial adalah merujuk kepada pembagian orang ke dalam tingkatan atau strata yang
dapat dipandang berbentuk urutan vertikal, sama seperti lapisan-lapisan bumi ada
yang terletak di atas dan di bawah lapisan tanah lainnya (Suci, 2020:40).
Stratifikasi sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara
hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu
pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Sistem stratifikasi sosial adalah perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan
dalam kelas tinggi, kelas sedang, dan kelas rendah. Dasar dan inti sistem stratifikasi
masyarakat adalah adanya ketidakseimbangan pembagian hak dan kewajiban, serta
tanggung jawab masing-masing individu atau kelompok dalam suatu sistem sosial.
Penggolongan dalam kelas-kelas tersebut berdasarkan dalam suatu sistem sosial
tertentu ke dalam suatu lapisan-lapisan yang lebih hierarkis menurut dimensi
kekuasaan, privilese dan prestise. Stratifikasi sosial terjadi karena adanya pembagian
(segmentasi) kelas-kelas sosial di masyarakat. Kelas sosial adalah suatu lapisan
(strata) dari orang-orang yang memiliki berkedudukan sama dalam rangkaian
kesatuan dari status sosial (Maunah, 2015:25).
Dalam suatu masyarakat ada kecendrungan bahwa orang yang memiliki harta
berlimpah lebih dihargai daripada orang yang miskin. Demikian pula orang yang lebih
berpendidikan dihargai lebih daripada yang kurang berpendidikan. Atas dasar itu,
kemudian masyarakat dikelompok-kelompokkan secara vertikal atau bertingkat-
tingkat sehingga membentuk lapisan-lapisan sosial tertentu dengan kedudukannya
masing-masing. Masyarakat sebenarnya telah mengenal pembagian atau pelapisan
sosial sejak dahulu. Pada zaman dahulu, Aristoteles menyatakan bahwa didalam setiap
3
negara selalu terdapat tiga unsur, yakni orang-orang kaya sekali, orang-orang melarat
dan orang-orang yang berada di tengah-tengah. Menurut Aristoteles, orang-orang
kaya sekali ditempatkan dalam lapisan atas oleh masyarakat, sedangkan orang-orang
melarat ditempatkan dalam lapisan bawah, dan orang-orang di tengah ditempatkan
dalam lapisan masyarakat menengah.
Berikut beberapa definisi stratifikasi sosial :
1. Pitirin Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki).
2. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki
menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
3. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda.
Stratifikasi sosial adalah dimensi vertikal dari struktural sosial masyarakat, dalam
artian melihat perbedaan masyarakat berdasarkan pelapisan yang ada, apakah
berlapis-lapis secara vertikal atau horizontal, serta apakah pelapisan tersebut terbuka
atau tertutup. Stratifikasi sosial merupakan konsep sosiologi, dalam artian kita tidak
akan menemukan masyarakat seperti kue lapis, tetapi pelapisan adalah suatu konsep
untuk menyatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan secara vertikal menjadi kelas
atas, kelas menengah dan kelas bawah berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan
oleh masyarakat tersebut (Zaitun, 2016:92).
B. Karakteristik Stratifikasi Sosial
Terdapat tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial. Adapun
ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya perbedaan dalam kemampuan
Anggota masyarakat yang menduduki lapisan lebih tinggi tentunya memiliki
kemampuan lebih besar dibanding anggota masyarakat pada lapisan di bawahnya.
sebagai contoh, direktur sebuah perusahaan mampu menyekolahkan anaknya
hingga ke lembaga pendidikan terbaik di mancanegara. sementara itu, akibat
terbatasnya gaji seorang petugas kebersihan diperusahaan yang sama mungkin
kesulitan membiayai pendidikan anaknya di sekolah dalam negeri.
4
2. Adanya perbedaan gaya hidup
Anggota masyarakat yang menduduki lapisan lebih tinggi biasanya
mengembangkan gaya hidup sebagai pembeda dengan lapisan dibawahnya.
Sebagai contoh adalah direktur sebuah perusahaan umumnya dituntut selalu
berpakaian rapi dan mengenakan beragam atribut penunjang penampilan sebagai
anggota lapisan atas, seperti kemeja bermerk ternama, dasi rancangan desainer
ternama, sepatu kulit berharga jutaan rupiah atau jam tangan mewah.
3. Adanya perbedaan hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya
Sesorang yang menduduki lapisan tinggi biasanya akan memiliki hak dan
akses lebih luas terhadap beragam fasilitas atau sumber daya dibanding lapisan di
bawahnya. contohnya adalah pimpinan sebuah lembaga umumnya diberi fasilitas
rumah dan kendaraan dinas, beragam tunjangan, ruang kerja pribadi, serta hak
untuk memerintah bawahannya. Fasilitas tersebut tentunya tidak dapat dinikmati
oleh bawahannya yang berkedudukan lebih rendah (Hermawan & Sulastri,
2023:85).
C. Penyebab Munculnya Stratifikasi Sosial
Perkembangan masyarakat menuju masyarakat yang semakin modern dan
kompleks, stratifikasi sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin banyak.
Menurut Soerjono Sokanto selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai
baik berupa kekayaan, penghasilan, penghormatan, ilmu pengetahuan. Setiap
masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargainya, maka barang sesuatu itu akan
menjadi bibit yang dapat menimbulkan adanya sistem berlapis-lapis yang ada dalam
masyarakat itu. Barang sesuatu yang dihargai di dalam masyarakat itu mungkin
berupa uang atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin juga berupa tanah,
kekuasan, ilmu pengetahuan, kesalehan dalam agama atau mungkin juga keturunan
dari keluarga yang terhormat (Zaitun, 2016:98).
Terjadinya sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat dapat terjadi dengan
sendirinya atau sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sistem lapisan
sosial yang sengaja di susun biasanya mengacu kepada pembagian kekuasaan dan
wewenang yang resmi dalam organisasi formal. Agar dalam masyarakat manusia
hidup dengan teratur, maka kekuasaan dan wewenang yang ada harus di bagi-bagi
dengan teratur dalam suatu organisasi vertikal atau horizontal. Bila tidak,
kemungkinan besar terjadi pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan
masyarakat.
5
Beberapa kriteria yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial:
1. Ukuran kekayaan.
Seseorang yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan
teratas. Kekayaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran rumah, kendaraan pribadi,
luas kepemilikan tanah, cara berpakaian dsb.
2. Ukuran Kekuasaan
Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan paling atas,
misalnya saja seorang Presiden, Menteri, Gubernur Bupati/Walkota atau paling
rendah ketua Rukun Tetangga (RT).
3. Ukuran Kehormatan
Seseorang yang paling di hormati dan segani secara sosial dalam masyarakat
biasanya menduduki tempat paling tinggi dalam sebuah masyarakat, terutama
dalam masyarakat yang masih tradisional. Biasanya mereka adalah kelompok
ulama/kyai, ustadz, tokoh /kepala suku, orang tua atau sesorang yang memiliki jasa
terhadap masyarakat dalam hal ini seorang pahlawan.
4. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Umumnya sesorang atau kelompok yang memiliki derajat pendidikan yang
tinggi biasanya menduduki posisi tertinggi dalam masyarakat. Misalnya seorang
sarjana lebih tinggi posisinya ketimbang sesorang lulusan Sekolah Menengah Atas
atau SLTA/SLTP. Namun ukuran ini terkadang menyebabkan terjadi efek negatif
karena dalam kenyataan masyarakat sekarang bahwa kualitas atau mutu ilmu
pengetahuannya tidak lagi menjadi ukuran, melainkan ukuran gelar yang
disandangnya. Dan ukuran ini bersifat limitatif (Soelaeman, 2006:74).
5. Perbedaan ras dan budaya
Tidak samaan ciri biologis (ras), seperti warna kulit, latar belakang etnis,
keturunan dan budaya dapat mengarah pada lahirnya stratifikasi sosial dalam
masyarakat. Dalam hal ini biasanya akan terjadi penguasaan grup yang satu
terhadap grup yang lain.
6. Pembagian tugas
Hampir semua masyarakat (lebih-lebih masyarakat modern) menunjukkan
adanya sistem pembagian tugas yang bersifat khusus (spesialisasi). Posisi-posisi
dalam spesialisasi ini berkaitan dengan perbedaan fungsi stratifikasi dan kekuasaan
dari order sosial yang muncul.

6
7. Kejarangan
Kejarangan (kelangkaan) yang terkait dengan kemampuan seseorang yang
terbatas, sering mendorong adanya stratifikasi sosial. Hal ini terkait dengan
kesempatan seseorang untuk memiliki posisi tertentu sesuai bidang yang
dibutuhkan, hanya orang tertentu yang memiliki keahlian sesuai syarat yang
dibutuhkan maka orang yang dapat mengisi posisi tersebut hanya terbatas.
Stratifikasi karena kelangkaan ini lambat laun terjadi, karena kelangkaan ini terasa
apabila masyarakat mulai membedakan posisi, alat alat kekuasaan, dan fungsi-
fungsi yang ada dalam waktu yang sama. Suatu kondisi yang mengandung
perbedaan hak dan kesempatan di antara para anggota dapat menciptakan
stratifikasi sosial.
Max Webber, mengatakan faktor pendorong terbentuknya stratifikasi sosial
ditandai dengan adanya beberapa hal berikut ini:
1. Persamaan dalam hal peluang untuk hidup atau nasib.
Peluang untuk hidup masing-masing orang ditentukan oleh kepentingan
ekonomi yang berupa penguasaan barang serta kesempatan memperoleh
penghasilan dalam kehidupan.
2. Dimensi kehormatan
Maksudnya manusia dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
berdasarkan peluang untuk hidup yang ditentukan oleh ukuran kehormatan.
Persamaan kehormatan status terutama dinyatakan melalui persamaan gaya hidup.
3. Kekuasaan yang dimiliki
Kekuasaan menurut Webber adalah suatu peluang bagi seseorang atau
sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu
tindakan komunal, meskipun mengalami pertentangan dari orang lain yang ikut
serta dalam tindakan komunal tersebut (Sudarsono, 2016:48).
D. Dampak Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan sosial
dan ekonomi individu serta masyarakat. Salah satu dampaknya adalah kesenjangan
sosial dan ekonomi yang tinggi antara lapisan atas dan lapisan bawah masyarakat,
yang dapat menyebabkan ketidakadilan dan ketimpangan dalam akses terhadap
kesempatan, sumber daya, dan kekuasaan. Namun, stratifikasi sosial juga dapat
memberikan motivasi dan dorongan bagi individu untuk berusaha dan meningkatkan
status. Stratifikasi sosial dapat menyebabkan ketimpangan dalam kesempatan, status,
7
dan kekayaan antara kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Kelompok yang
memiliki posisi sosial yang lebih tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik ke
sumber daya, peluang, dan layanan, sedangkan kelompok yang lebih rendah terbatas
dalam hal ini. Seseorang dengan tingkat kekayaan yang tergolong tinggi akan
berbeda pola hidup dan kebiasaannya dibandingkan dengan orang yang tingkat
ekonominya dibawah standar pada masyarakat tersebut. Jika seseorang yang
ekonominya menunjang, umumnya dia tidak akan pergi makan di restoran murah
pinggir jalan atau berrekreasi di tempat - tempat lokal, sedangkan untuk orang-orang
yang tingkat ekonominya rendah mereka lebih sering makan di warung- warung nasi
atau paling tidak mereka membeli bahan makanan dan memasaknya sendiri.
Perbedaan yang terlihat jelas juga tampak dalam bagaimana mereka berpenamilan
dan bertutur kata. Orang- orang dengan tingkat status tinggi akan berpenampilan lebih
elegan dan berbicara dengan sopan dan halus, sedangkan untuk masyarakat dengan
status sosial rendah umumnya berpenampilan tidak menarik dan kurang
memperhatikan penampilannya, dalam berbicara pun mereka sering menggunakan
kata-kata yang kasar dan kurang sopan di dengar. Dan dengan adanya perbedaan
kebiasaan dan pola hidup tersebut muncullah yang disebut stratifikasi social atau bisa
disebut juga kasta.
Stratifikasi sosial tentunya memiliki beberapa dampak yang terjadi dalam
kehidupan sosial, selain dampak negatif ada pula dampak positifnya. Berikut dampak
positif dan negatif dari stratifikasi sosial:
1. Dampak positif Stratifikasi Sosial
a. Efisiensi Ekonomi
Stratifikasi sosial dapat mendorong spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih
efisien dalam masyarakat.
b. Motivasi dan Prestasi
Adanya kesadaran akan perbedaan tingkat sosial dapat menjadi motivasi bagi
individu untuk mencapai prestasi lebih tinggi.
c. Stabilitas Sosial
Struktur sosial yang terorganisir dengan baik dapat membantu menjaga
ketertiban dan stabilitas sosial.

8
2. Dampak negatif Stratifikasi Sosial
Umumnya ada tiga dampak negatif dalam stratifikasi sosial yaitu:
a. Konflik antar kelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti
kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi
disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-
kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul
konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan upah,
menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
b. Konflik antar kelompok sosial
Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka ragam. Di
antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku,dan ras.
Bila salah satu kelompok berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi
pemaksaan, maka timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar.
c. Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-
nilai lama dan generasi mudah. yang ingin mengadakan perubahan. Contoh:
Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat
bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua (Rustan, 2019: 18).
E. Hubungan Pendidikan dengan Stratifikasi sosial
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seorang dewasa terhadap
pihak lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Sehingga dengan demikian
pendidikan diharapkan bisa digunakan untuk memanusiakan manusia. Dalam
pendidikan sendiri perlu suatu penunjang yaitu berupa lembaga yang
menyelenggarakannya sehingga pendidikan bisa berjalan. Diantara lembaga yang
dimaksud bisa berupa sekolah, langgar dan pondok pesantren. Sebagian besar
masyarakat memandang bahwa lembaga-lembaga pendidikan sebagai peranan kunci
dalam mencapai tujuan sosial, selain itu pendidikan diharapkan bisa menjawab dari
semua fungsi yang ada.
Pendidikan diharapkan mampu berperan sebagai proses sosialisasi dalam
masyarakat dan bisa berjalan dengan baik. Sehingga proses sosialisasi bisa berjalan
dengan wajar dan mulus. Oleh karena itu, orang tua dan keluarga akan berharap
sekolah dapat melakukan proses sosialisasi tersebut dengan baik, Dalam lembaga-
lembaga ini guru-guru disekolah dipandang sebagai model dan dianggap dapat
9
mengemban amanat orang tua (keluarga dan masyarakat) agar anak-anak memahami
dan kemudian mengadopsi nilai-nilai budaya masyarakatnya. Sekolah mengemban
tugas untuk melaksanakan upaya-upaya mengalihkan nilai-nilai budaya masyarakat
dengan mengajarkan nilai-nilai yang menjadi way of life masyarakat dan bangsanya.
Berdasarkan beberapa penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara
kedudukan sosial seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya.
Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi oleh sebab anak
golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pendidikannya sampai perguruan
tinggi. Orang yang termasuk golongan sosial atas beraspirasi agar anaknya
menyelesaikan pendidikan tinggi. Perbedaan sumber pendapatan juga mempengaruhi
harapan orang tua tentang pendidikan anaknya. Pendidikan dipandang sebagai jalan
untuk mencapai kedudukan yang lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi
pendidikan yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan
demikian terbuka kesempatan untuk meningkat ke golongan yang lebih tinggi.
Dalam perkembangannya, stratifikasi sosial tidak lagi menjadi pembatas di dalam
masyarakat. Masyarakat menggolongkan masing-masing orang dalam berbagai
kategori, dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah saat itulah
stratifikasi sosial terjadi. Kesadaran akan pentingnya interaksi dan sosialisasi
menjadikan stratifikasi terutama masyarakat modern hanya sebatas pembeda status
kelas saja. Stratifikasi sosial terjadi karena adanya sifat kebanggaan terhadap sesuatu
dalam benak masyarakat, Selama sifat ini masih ada, maka di kehidupan sosial
manapun pasti ada yang namanya stratifikasi (Hermawan , 2018:90).
Mengenai hubungan antara pendidikan dengan status sosial dan pelapisan sosial
telah banyak penelitian dilakukan di berbagai masyarakat dan bangsa. Pertama-tama
dikemukakan bahwa sikap dan perhatian akan pendidikan ada kaitan dengan pelapisan
dan status sosial. Orang-orang dari lapisan bawah kurang perhatian akan pendidikan.
Disamping tidak mampu membiayai, mereka tidak melihat akan pentingnya
pendidikan. Orang-orang dari lapisan dan status sosial tertinggi juga kurang menaruh
perhatian akan pendidikan karena mereka merasa telah berkecukupan secara
ekonomis, telah memiliki kepuasan hidup yang tinggi serta tidak perlu khawatir
dengan masa depan kehidupannya. Jadi mereka tidak melihat peran pendidikan dalam
perbaikan status sosialnya. Sebaliknya orang-orang lapisan menengah. Mereka
berpendapat bahwa pendidikan itu bisa menolong kehidupan mereka, mengangkat
derajat, dan merupakan sarana mobilitas sosial. Kedua, pendidikan lebih
10
menguntungkan kelas menegah ke atas daripada kelas sosial rendah. Kemampuan
ekonomi kelas menengah dan kelas atas cukup kuat untuk mendukung kepentingan
pendidikan bagi anak-anaknya. Ketiga, keberhasilan pendidikan disekolah tidak
semata-mata disebabkan oleh kemampuan peserta didik dalam belajar, melainkan
lebih sering tergantung kepada dukungan finansial dari orang tua.
Jadi, hubungan pendidikan dan stratifikasi sosial adalah sebagai berikut:
1. Sikap dan perhatian akan pendidikan ada kaitan dengan pelapisan dan status sosial.
Orang-orang dari lapisan bawah kurang perhatian akan pendidikan. Disamping
tidak mampu membiayai, mereka tidak melihat akan pentingnya pendidikan.
Orang-orang dari lapisan dan status sosial tertinggi juga kurang menaruh perhatian
akan pendidikan karena mereka merasa telah berkecukupan secara ekonomis, telah
memiliki kepuasan hidup yang tinggi serta tidak perlu khawatir dengan masa depan
kehidupannya. Jadi mereka tidak melihat peran pendidikan dalam perbaikan status
sosialnya. Sebaliknya orang-orang lapisan menengah. Mereka berpendapat bahwa
pendidikan itu bisa menolong kehidupan mereka, mengangkat derajat, dan
merupakan sarana mobilitas sosial.
2. Pendidikan lebih menguntungkan kelas menegah ke atas daripada kelas sosial
rendah. Kemampuan ekonomi kelas menengah dan kelas atas cukup kuat untuk
mendukung kepentingan pendidikan bagi anak-anaknya.
3. Keberhasilan pendidikan disekolah tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan
peserta didik dalam belajar, melainkan lebih sering tergantung kepada dukungan
finansial dari orang tua.
F. Integrasi Ayat Al-Qur’an
Dalam masyarakat kabilah, seorang perempuan tidak pernah tampil sebagai
pemimpin suatu komunitas, tetapi dalam masyarakat ummah perempuan yang
berprestasi memperoleh kesempatan yang sama dengan laki-laki. Kalau kenyataannya
dalam sejarah Islam perempuan kurang mendapatkan kesempatan untuk menjadi
pemimpin umat, mungkin itu disebabkan oleh faktor tradisi budaya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

11
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”(Q.S. Al-Hujurat:13).
Ayat ini sangat berbekas didalam benak masyarakat arab, terutama di kalangan
masyarakat tertindas, karena dengan demikian mereka mempunyai peluang yang sama
dengan golongan masyarakat elit. Ayat ini memberikan semangat kepada kelompok
masyarakat yang secara budaya terpinggirkan. Sementara itu, kelompok masyarakat
elit ditantang untuk senantiasa mempertahankan statusnya dengan cara-cara yang
wajar.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Stratifikasi sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda
secara hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula
antara individu pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya.
2. Terdapat tiga aspek yang merupakan karakteristik stratifikasi sosial yaitu adanya
perbedaan dalam kemampuan, adanya perbedaan gaya hidup, dan adanya
perbedaan hak dan akses dalam memanfaatkan sumber daya.
3. Beberapa penyebab terjadinya stratifikasi sosial diantaranya ukuran kekayaan,
ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu pengetahuan, perbedaan ras
dan budaya, pembagian tugas, dan kejarangan.
4. Stratifikasi sosial dapat memberikan dampak positif dan negatif. Adapun dampak
positif yaitu efisiensi ekonomi, motivasi dan prestasi, stabilitas sosial. Sedangkan
dampak negatifnya yaitu konflik antar kelas, konflik antar kelompok sosial, dan
konflik antargenerasi.
5. Hubungan pendidikan dan stratifikasi sosial diantaranya sikap dan perhatian akan
pendidikan ada kaitan dengan pelapisan dan status sosial, pendidikan lebih
menguntungkan kelas menegah ke atas daripada kelas sosial rendah, dan
Keberhasilan pendidikan disekolah tidak semata-mata disebabkan oleh
kemampuan peserta didik dalam belajar, melainkan lebih sering tergantung
kepada dukungan finansial dari orang tua.
6. Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan materi yaitu surat Al-Hujurat ayat 13.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dulkiah, & Sarbini. (2020). Sosiologi Pendidikan. Bandung: LP2M SGD.


Hermawan, Endang. (2018). Sosiologi Pendidikan: (Kajian Fenomena Pendidikan Melalui
Perspektif Sosiologi dan Ilmu Pendidikan). Jawa Barat: ADAB.
Hermawan, E., & Sulastri, R. (2023). Sosiologi Pendidikan. Jawa Barat:CV. Adanu Abimata.
Maunah, B. (2015). Stratifikasi Sosial Dan Perjuangan Kelas Dalam Perspektif Sosiologi
Pendidikan. TA’ALLUM, 3(1), 19–38.
Rustan. (2019). Pusaran Pembangunan Ekonomi. Makassar: SAH Media.
Soelaeman, M. (2006). Ilmu Sosial Dasar. Bandung: PT . Redika Aditama.
Suci, I. G. S. (2020). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media.
Sudarsono, A. (2016). Pengantar Sosiologi. Yogyakarta: UNY Press.
Zaitun. (2016). Sosiologi Pendidikan Teori dan Aplikasinya. Sumatera Barat: Publishing and
Consulting Company.

14

Anda mungkin juga menyukai