Anda di halaman 1dari 23

STRATIFIKASI SOSIAL DAN PENDIDIKAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan

Oleh

Nama : Hamzah Agung Gumelar

Npm : 21211038

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA


ISLAM LATANSA MASHIRO

RANGKASBTUNG

2023-2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis Panjatkan kehadirat allah SWT,yang telaah melimpahkan rahmat dan
Karunia-nya,sehingga pwnulis dapat menyelesaikan tugas makalah sosiologi tepat pada
waktunya.Makalah ini telah penululis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Adapun judul makalah
ini adalah “ STRATIFIKASI SOSIAL PENDIDIKAN “.

Tujuan penulisan tugas makalah sosiologi ini untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh
guru mata pelajaran sosiologi.Saya selaku penulis menyadari bahwa tugas makalah sosiologi ini
jauh dari kesempurnaan untuk itu,diharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk lebih
baik di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga tugas makalah sosiologi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan terutama bag saya selaku penulis.

Sobang 12,Oktober 2023 M

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masakah......................................................................................................


B. Rumusan Masalah................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa pengertian stratifikasi sosial........................................................................................


B. Bagaimana karakteristik stratifikasi sosial..........................................................................
C. Apa dasar penyebab munculnya stratifikasi sosial..............................................................
D. Bagaimana hubungan pendidikan agama Islam dan stratifikasi sosial...............................
E. Apa dampak stratifikasi sosial............................................................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan .......................................................................................................................
2. Saran..................................................................................................................................
3. Daftar Pustaka....................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Di antara fenomena sosial yang tak mungkin dielakkan adalah stratifikasi sosial. Setiap
pribadi dengan segala atribut yang melekat sangat patut untuk dikaji. Karena dari sanalah
pandangan sosial bertitik tumpu sehingga lahir tingkatan kelas yang dianggap lumrah.Dapat
dikatakan ada hal-hal yang bersifat fisik dan non fisik yang menjadi penyebab adanya kelas atau
kedudukan individu di tengah lingkungan sosial.

“Berbedanya tingkat dan taraf kehidupan masing-masing anggota sosial dalam segi hak dan
kewajiban otomatis akan membentuk strata dalam lingkup masyarakat.”(Rahman,
2018).Meskipun pada kenyataannya tingkat keberadaan manusia di lingkungannya ada tinggi
dan rendah namun seharusnya tidak ada pemisahan yang mengganggu hubungan yang seiya
sekata.

Stratifikasi sosial adalah tingkat kedudukan dalam status kemasyarakatan.Kesamaan dalam satu
tataran biasanya disebabkan memiliki tingkat ekonomi yang nyaris setara. Tak hanya itu, ada
hal-hal pokok yang membuat mereka dipandang sama dan seiras. Misalnya pendapatan yang
hampir berimbang, karakter dan lagak keseharian.“Sudah lazim terjadinya ikatan tertentu dalam
tatanan masyarakat Indonesia dengan dua model.Pertama secara mendatar atau horizontal yakni
diferensiasi. Kedua secara tegak lurus, inilah yang disebut stratifikasi.

Ternyata manusia mengalami pengelompokan yang bersifat alami dan yang tidak alami.Ada
himpunan sosial yang terjadi tanpa diusahakan, ada pula yang bisa diusahakan.Untuk
pengelompokan yang bersifat stratifikasi biasanya semakin rendah derajat seseorang dalam
lapisan tingkat sosial semakin minim pula perhimpunan kehidupan sosialnya.Penyebabnya
orang-orang ini lebih sedikit memberikan kontribusi dalam wadah kemasyarakatan.
Namun yang jelas stratifikasi sosial atau level pada sebuah komunitas ada yang bersifat
spontan atau tak terencana.

Misalnya berdasarkan usia, pengalaman, pendidikan, pengetahuan dan bisa juga dikarenakan
sifat, karakter, bawaan dengan latar harta dan kemewahan yang dimiliki. Selain itu ada juga level
sosial yang terjadi dengan perencanaan. Biasanya dirancang untuk mendapatkan otoritas dan
kedaulatan yang formal.

Sesimpel apapun tataran yang ada di suatu lingkungan sosial akan selalu ada perbedaan antara
yang individu yang satu dengan lainnya. Kestabilan dan kekukuhan semua pola relasi antar
sesama sangat berkaitan erat dengan gaya mereka dalam mendudukkan perbedaan itu pada
posisinya.
B.Rumusan masalah

Agar pembahasan ini lebih terarah dan menjadi sebuah pengembangan yang relevan,
maka pemakalah akan merumuskan beberapa hal yaitu:

1. Apa pengertian stratifikasi sosial?


2. Bagaimana karakteristik stratifikasi sosial?
3. Apa dasar penyebab munculnya stratifikasi sosial?
4. Bagaimana hubungan pendidikan agama Islam dan stratifikasi sosial?
5. Apa dampak stratifikasi sosial?

C.Tujuan Pembahasan.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian stratifikasi sosial


2. Untuk menganalisa karakteristik stratifikasi sosial
3. Untuk menggali penyebab munculnya stratifikasi sosial
4. Untuk mendiagnosa hubungan pendidikan agama Islam dan stratifikasi sosial
5. Untuk menelaah dampak stratifikasi sosial

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian stratifikasi sosial

Stratifikasi kata dasarnya adalah strata, artinya jenjang, pangkat atau tingkatan.Secara logika
dapat diartikan pemisahan atau pengelompokan anggota masyarakat secara vertikal atau
berpatokan pada kekayaan, pereekonomian dan faktor setara lainnya.
Ada beberapa pengertian stratifikasi menurut para ahli antara lain:

Robert M. Z. Lawang
Ia mengatakan stratifikasi sosial pengelompokan manusia ke dalam satu pola sosial ke dalam
golongan atau jenjang berpedoman kepada kewenangan, kedaulatan, hak-hak istimewa dan
pengaruh.

Horton Dan Hunt


Ia berpendapat stratifikasi sosial maknanya hukum perbedaan status yang terjadi dalam satu
lingkungan masyarakat.

Menurut Soerjono Soekanto


Ia mengutarakan arti stratifikasi sosial adalah terbaginya warga dalam lingkungan tertentu ke
dalam bagian-bagian atau golongan secara berjenjang.
Bruce J. Cohen
Stratifikasi sosial menurutnya skema pemikiran yang terjadi secara spontanitas lalu
memposisikan masing-masing individu sesuai bobot yang melekat pada dirinya sehingga mereka
menempati kelas yang sesuai dengan derajatnya.

Astrid S. Susanto
Ia mengungkapkan stratifikasi sosial merupakan produk kultur sesama manusia secara runtut dan
tertata hingga masing-masing pribadi memiliki keadaan khusus tergantung hubungang yang ia
bangun dengan orang lain baik secara vertikal atau horizontal.

Pitirim A. Sorokin
Katanya, stratifikasi sosial ialah pengklasifikasianpopulasi sosial atau masyarakat ke dalam
tingkat-tingkat dari yang terendah sampai ke yang tertinggi.

Dalam hal ini setiap tingkatnya tidak tergambar secara nyata, hanya diduga dan diperkirakan
mempunyai strata yang nyaris sama.

P.J. Bouman
Pendapatnya stratifikasi sosial merupakan himpunan atau gabungan individu yang hidup bersama
dengan kesepahaman yang signifikan sehingga mereka diklaim memiliki martabat atau pamor di
tengah- tengah lingkungannya.

Soerjono Soekanto
Ia beranggapan stratifikasi sosial itu mendudukkan posisi seseorang atau sekelompok orang pada
level yang berbeda, ada yang tinggi ada yang rendah.

B. Horton Dan Chester L. Hunt


Ia mendefinisikan stratifikasi sosial dengan sebuahtatanantingkatan status yang berlangsung
dalam satu sistem kemasyarakatan.

Max Weber
Ia menyatakan bahwa stratifikasi sebagai pengelompokan individu- individu yang tergabung
dalam suatu komposisi sosial, ia terbentuk menjadi kelas-kelas sosial yang berdimensi kepada
kedaulatan, hak istimewa dan kehormatan.

Berpedoman pada definisi yang diberikan para ahli tersebut di atas dapat dikatakan stratifikasi
sosial adalah kedudukan individu yang dalam pandangan umum masyarakat yang terkait
langsung dengan kumpulan orang-orang di lingkungan tersebut. Masing-masing pribadi akan
mendapat tempat tertentu di lingkungan pergaulannya, menyangkut kewenangan dan keharusan.
Tidak hanya sekedar menempati tapi juga memberikan pengaruh pada lingkungan tempat ia
bernaung.

“Di manapun lingkungan sosial tempat seseorang tinggal, ia jelas dan pasti memiliki sesuatu
yang membuat ia direspek.Bisa jadi itu berupa harta benda, tingkat keilmuannya, asal muasal
keturunan.Namun demikian semuanya akan dihargai sesuai dengan budaya dan kelaziman yang
berlaku di wilayah tersebut. Seperti adanya anggapan seseorang yang memiliki tanah yang la
miliki baik itu berupa hasil cuci peluhnya ataupun yang ia dapatkan melalui pusaka dari nenek
moyangnya terdahulu. Sementara itu untuk daerah perkotaan hal semacam ini tidak berpengaruh
pada kedudukannya dalam lapisan sosial. Justru lapisan sosial masyarakat kota lebih berpatokan
pada sesuatu yang beda seperti penampilan yang mewah dan fasilitas hidup yang serba glamour.
Inilah salah satu bentuk faktor yang menentukan tingginya strata yang dimiliki oleh warga
perkotaan.” (Mulyadi, Bukhory, 2019)
Karakteristik stratifikasi sosial
Menurut Syarbaini (2009) karakteristik stratifikasi sosial ada tiga,yaitu:

a.Kemampuan yang berbeda

Semakin tinggi tingkat sosial seseorang akan semakin tinggi pula kemampuan yang
mereka miliki, baik berupa ekonomi, sosial ataupun politik. Tak bisa diabaikan kumpulan
individu yang berada di strata yang lebih tinggi akan mempunyai aset kemewahan seperti rumah,
mobil dan barang berharga lainnya. Sangat kontras dengan mereka yang berada pada lapisan
bawah.“Pada umumnya manusia condong untuk menjadi hartawan. Karena bagaimanapun secara
kasat mata dengan memiliki harta, ia dapat hidup senang, mencapai impian dan cita-citanya
dengan lebih mudah. Mereka dapat hidup enjoy dibanding orang yang tak berharta.

b.Perbedaan pola hidup

Siapapun pasti paham bahwa di antara tolok ukur warga masyarakat yang termasuk kelas
tinggi adalah memuncaknya tingkat konsumeritas secara sadar dan dilakukan secara
berkelanjutan Mereka beranggapan dengan melakukan pengembangan gaya hidup, akan menjadi
pembeda antara dirinya dengan golongan bawah. Seperti dalam hal penampilan, seorang Bos,
Direktur, Kepala atau Pimpinan, mereka akan memakai aksesoris yang high seperti pakaian,
sepatu serta jam tangan bermerek terkenal sehingga ia mampu
menggambarkan ketinggiannya dibanding orang lain. Jika ia tidak berbuat demikian ia akan
menjadi celaan, hinaan dan ejekan.

“Kebanyakan orang menyangka, level pendidikan seseorang sangat erat kaitannya dengan
kemajuan ekonominya. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ia tempuh, besar pula baginya
untuk mendapatkan hidup yang sejahtera. Persangkaan ini sudah mendarah daging di kalangan
masyarakat di belahan dunia mana pun, sehingga dijadikan sebagai dasar kebijakan di negara-
negara yang ada di dunia.

Namun pendapat demikian tidak bisa dibenarkan 100%, karena dalam kenyataan banyak terjadi
hal-hal di luar dugaan. Misalnya seseorang seseorang yang berpendidikan rendah, namun tekun
dalam bidang skill atau keterampilan, akhirnya ia bisa membawa diri dan keluarganya pada
anjungan sejahtera yang melebihi orang-orang berilmu dan berpendidikan tinggi.

Perbedaan kewenangan dan jalan menuju pemanfaatan sumber daya Seseorang yang berada pada
strata sosial yang lebih tinggi dipastikan memiliki wewenang dan peluang untuk mendapatkan
keleluasaan. Hal ini bisa jadi disebabkan beberapa faktor pendukung yang ia miliki.
Misalnya karena ia memegang tampuk pimpinan maka otomatis ia mendapatkan fasilitas yang
lebih dibanding anak buahnya seperti mobil dinas, rumah dinas, ruang pribadi, tunjangan yang
lebih besar serta hak mengatur dan memerintah orang banyak. Semuanya tentu saja tidak
mungkin didapatkan oleh orang-orang yang berada di bawahnya.

“Wewenang atau yang lebih dikenal dengan istilah authority merupakan kewibawaan dalam
memperbuat segala sesuatu seperti menyuruh orang lain atau melarangnya dengan tujuan
tercapai keinginan tertentu. Dikatakan pula bahwa sebenarnya wewenang itu berupa bentuk
kebebasan berbuat terhadap orang lain. Misalnya dalam satu lingkungan kerja, akan ada orang
yang punya kekuasaan untuk mengatur, memantau, mengendalikan atau memutuskan.

Kekuasaan dan wewenang itu adalah unsur istimewa dalam setiap jenjang atau level masyarakat.
Keduanya itu hanya diperoleh oleh individu-individu tertentu lantaran ia termasuk golongan
berharta, berpendidikan dan lain sebagainya. Pembedaan seperti ini terjadi secara alami tanpa
ada kerusakan dalam tata tertib masyarakat.

Untuk itulah banyak orang berusaha sekuat-kuatnya mengembangkan potensi dirinya agar bisa
tumbuh menjadi manusia yang berprestasi dan berprestise.Bagi orang-orang yang kuat daya
juang, umumnya mereka berhasil mencapai ketinggian strata di tengah-tengah masyarakat.

Penyebab munculnya stratifikasi sosial


Menurut Astrid S. Susanto, latar belakang terbentuknya stratifikasi sosial adalah pembagian job
kerja sesuai kekhasan yang dimiliki sesuai keragaman bidang perkerjaan. Beberapa pakar sosial
mengemukakan penyebab munculnya pengelompokan warga masyarakat atau yang lebih dikenal
stratifikasi sosial:

Kekuasaan
Seseorang yang berkuasa dan berpengaruh akan memiliki otoritas yang lebih kuat. Karena itulah
ia berada pada lapisan tingkat atas di lingkungan sosialnya. Kekuasaannya tersebut tercipta
karena adanya faktor yang menggerakkan orang-orang di sekelilingnya sehingga menjadi hal
yang natural dan berlaku dari waktu ke waktu.

“Kekuasaan adalah kapabilitas menegakkan wibawa agar orang lain menuruti keinginan si
pemegang kendali. Pengendaliaan itu bisa saja mencakup semua bidang kehidupan. Seorang
pemegang kekuasaan di lingkungan sosialnya akan mampu mengeluarkan perintah yang
membuat ia menjadi sosok yang dipatuhi. Selain itu ia bisa saja mengeluarkan keputusan secara
serta merta yang yang sanggup memberi pengaruh pada orang lain dengan menindaklanjuti
sesuai keinginan orang tersebut.

Namun perlu dicermati bahwa orang yang memiliki kekuasaan dalam satu perkumpulan tidak
selamanya ditaati warganya.Karena secara umum orang-orang yang tergabung di dalamnya tidak
mungkin diperlakukan sewenang-wenang karena mereka tahu adanya hak azazi yang mesti
dihargai dan dilindungi.

Oleh karena itu dapat dimaklumi kekuasaan yang dipegang oleh sosok yang pandai
bermusyawarah, yang toleran dan yang tegas akan berpotensi menjadi pemegang kekuasaan yang
dihormati dan dihargai. Sebaliknyapribadi pemegang kekuasaan yang otoriter, egois dan plin
plan akan menjadi sosok pemegang kekuasaan yang disepelekan bahkan dimusuhi.’’
Selain itu memperlakukan orang lain tidak secara baik bertentangan dengan agama Islam.
Sayangnya hal ini banyak terjadi akhir-akhir ini di negara tercinta Indonesia.Bahkan ada pula
kezaliman yang lebih mendalam yakni pemutarbalikan fakta karena corak berpikir yang tertutup
menerima kebenaran karena kurang ilmu.Maka muncullah kezaliman yang sebenarnya.Hitam
telah berubah menjadi putih, putih berubah menjadi hitam.Cara pandang yang kontra
menimbulkan hubungan sosial yang buruk.Konflik mudah meletus, permusuhan terjadi setiap
saat tanpa terkendali. Hal ini perlu diredam dan dibenahi melalui jalur kehidupan beragama.

B. Karekteristik stratifikasi sosial.

Stratifikasi sosial adalah salah satu bentuk sistem yang berkembang dalam masyarakat.
Dalam sosiologi, stratifikasi sosial adalah perhatian yang paling mengikat dan sentral. Inti dari
stratifikasi sosial adalah cara orang diurutkan dan diatur dalam masyarakat.

Perubahan dalam studi stratifikasi sosial mencerminkan tren di seluruh disiplin ilmu. Stratifikasi
sosial adalah konsep yang berkaitan dengan kelas sosial. Stratifikasi sosial adalah tingkatan yang
bahkan sudah ada sejak zaman di mana masyarakat itu muncul. Ciri-Ciri Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial adalah konsep uang sangat terkait dengan hierarki sosial. Stratifikasi sosial
adalah istilah yang sering digunakan sosiolog untuk mendeskripsikan kedudukan sosial.

Kemudian Bentuk-Bentuk Bimbingan Sosial Stratifikasi sosial terbuka


Stratifikasi sosial terbuka berupa stratifikasi memiliki ciri-ciri yaitu dinamisme dan mobilitas
tinggi. Dalam hal ini, setiap anggota masyarakat dapat bergerak bebas melalui kelas sosial, baik
secara vertikal maupun horizontal.

Bahkan jika mobilitas yang diperlukan ini melewati perjuangan berat, kemungkinan satu kelas
sosial yang berubah akan selalu ada. Misalnya, seseorang yang hanya bekerja sebagai pegawai
biasa di kantornya mungkin akan dipromosikan menjadi manajer atau manajer di kantor cabang.
Beberapa contoh stratifikasi sosial terbuka meliputi:

Seorang penjual buah keliling sangat berkomitmen terhadap usaha kecilnya, sehingga dia bisa
mengembangkan bisnis makanan jalanannya menjadi banyak cabang. la menjadi pengusaha
restoran seafood berkat kegigihan usahanya. Ini mungkin menjadi faktor dalam pembentukan
stratifikasi sosial. Penjaja makanan laut memiliki kemampuan untuk menjaring masyarakat kelas
atas setelah menjadi bisnis restoran makanan lautnya berkembang.

Anak seorang sopir taksi yang bertahan kuliah dengan beasiswa mampu menjadi Iulusan terbaik.
Kemudian, ia juga bekerja di sebuah perusahaan mewah di ibu kota Indonesia. Keberhasilan
anak ini merupakan salah satu faktor yang membentuk stratifikasi sosial. Sebab, orang-orang
dari kelas sosial rendah bisa naik.

Dari kelas sosial menengah ke kelas atas berkat prestasi mereka. Dia juga mengangkat status
orang tuanya pada saat yang bersamaan. Tanpa keterampilan, keahlian dan prestasi yang
diperlukan untuk menjalankan profesinya, seseorang tidak dapat memenuhi syarat untuk menjadi
seorang dokter. Ini adalah proses pembentukan stratifikasi sosial. Kegigihan seseoranglah yang
menentukan apakah seseorang berasal dari kelas sosial terendah atau tertinggi.
Stratifikasi sosial tertutup Stratifikasi sosial tertutup merupakan salah satu bentuk stratifikasi
sosial yang bersifat diskriminatif karena sulit bergerak secara vertikal. Karena setiap anggota
kelas sosial hanya melakukan gerakan horizontal. Misalnya, sistem kasta dalam agama Hindu
mengelompokkan anggotanya menjadi empat kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan
Sudra.

Dalam sistem kasta, sulit bagi seseorang untuk berpindah kelas atau strata sosial karena sistem
kasta diperoleh melalui keturunan. Beberapa contoh stratifikasi sosial tertutup dalam
masyarakat, di antaranya:

Orang Bali hidup dengan sistem kasta di wilayahnya yang menyulitkan mereka untuk mengubah
kasta strata sosialnya dalam proses ini. Dalam hal ini, sistem kasta membagi masyarakat Bali
menjadi 4 kelompok, yaitu Sudra, Waisya, Ksatria dan Brahmana.

Kasta juga menentukan hak waris seseorang. Misalnya sistem kasta di Kerajaan Inggris atau
kerajaan-kerajaan di Eropa. Seseorang yang merupakan keturunan raja dan ratu penguasa
kerajaan pasti akan mewarisi atau menggantikan tahta raja atau ratu. Orang-orang dari garis
keturunan kerajaan tentu juga menempati kelas masyarakat tertinggi.

Ciri-Ciri Stratiflkasi Sosial


1. Adanya persamaan peluang untuk hidup
Max Weber menjelaskan bahwa peluang untuk hidup dan senasib ditentukan oleh kepentingan
ekonomi. Stratiflkasi sosial memiliki ciri-ciri adanya persamaan peluang untuk hidup atau
persamaan senasib. Peluang untuk hidup dan senasib ditentukan oleh faktor dan tingkat
kepentingan ekonomi tiap-tiap individu.

2. Adanya dimensi kehormatan Penggolongan strata masyarakat juga dapat digolongkan


berdasarkan ukuran kehormatan pada tiap-tiap individu. Hal ini dapat ditandai degan persamaan
gaya hidup yang dilakukan sehari-hari.

3. Adanya kekuasaan Ciri-ciri stratifikasi sosial selanjutnya adalah adanya kekuasaan yang akan
dimiliki seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini ditandai adanya upaya mewujudkan
keinginan sendiri melalui suatu tindakan komunał.

4. Adanya perbedaan kemampuan Dalam stratiflkasi sosial selalu ada perbedaan kemampuan
antar individu di tiap-tiap strata. Misalnya orang kaya pada strata atas tentu memiliki
kemampuan ekonomi yang lebih dibanding orang miskin pada strata di bawahnya.

5. Adanya perbedaan gaya hidup Selain perbedaan kemampuan, terdapat juga perbedaan gaya
hidup pada tiap-tiap lapisan masyarakat. Gaya hidup masyarakat di strata atas tentu jauh berbeda
dengan gaya hidup masyarakat di strata bawah.

6. Adanya perbedaan hak Ciri-ciri stratiflkasi sosial yang terakhir adalah adanya perbedaan
peroleh hak dan alokasi sumber daya. Orang yang hidup di lapisan masyarakat atas akan banyak
juga memiliki hak yang lebih besar daripada orang yang berada di lapisan di bawahnya.
Sifat Stratifikasi Sosial
Dalam buku Sosiologi, sifat stratifikasi sosial terdiri dari dua macam, yakni terbuka, tertutup,
dan campuran.

1 . Stratiflkasi terbuka Dalam sistem pelapisan yang bersifat terbuka, setiap anggota masyarakat
memiliki kesempatan untuk menduduki lapisan yang paling atas. Tiap individu termotivasi untuk
mencapai keinginannya sesuai dengan kemampuan dirinya.

2. Stratiflkasi tertutup Stratifıkasi tertutup membatasi seseorang untuk berpindah dari suatu
lapisan ke lapisan lain. Satu-satunya jalan untuk menduduki lapisan tersebut hanyalah melalui
kelahiran. Sebagai contoh, masyarakat yang menganut sistem kasta, masyarakat feodal, dan
masyarakat yang menggunakan ciri-ciri fısik sebagai ukuran.

3. Campuran Dalam sistem yang bersifat campuran dapat dijumpai dalam masyarakat yang
menggunakan keduanya. Sebagai contoh masyarakat Bali yang masih menganut sistem kasta
dalam kehidupan sosial dan budayanya. Namun, dalam bidang ekonomi siapa saja dapat boleh
berkompetisi. İni berarti, terjadi keterbukaan dalam bidang ekonomi tanpa memandang kasta
seseorang.

Ada tiga karakteristik stratifikasi sosial dalam masyarakat, yaitu perbedaankemampuan


atau kesanggupan, perbedaan gaya hidup, dan perbedaan hak danakses dalam pemanfaatan
sumber daya. Perbezaan Kemampuan atau
Kesanggupan Kelompok masyarakat yang berada pada lapisan sosial tinggi akan
memilikikemampuan yang lebih besar jika dibandingkan mereka yang berada di lapisanbawah.
Kemampuan yang dimaksud, antara lain kemampuan dalam bidangekonomi, sosial, dan politik.
Kelompok masyarakat golongan atas akan denganmudah untuk memiliki rumah, mobil, dan
perhiasan dibandingkan golongan kelasbawah. Perbedaan Gaya Hidup (Life style )Gaya
berpakaian merupakan salah satu dari gaya hidup.
Hal lain yang termasukgaya hidup adalah tempat makan dan makanan yang dimakan. Perbedaan
Hak dan Akses dalam Memanfaatkan Sumber Daya Masyarakat yang menduduki lapisan sosial
atas akan makin banyak fasilitas danhak yang diperoleh. Sementara itu, masyarakat lapisan
bawah dan tidakmenduduki jabatan strategis apapun akan sedikit mendapatkan hak dan fasilitas
Sifat stratifikasi sosial Stratifikasi sosial dalam masyarakat ada yang bersifat tertutup dan
terbuka. Sifatstratifikasi sosial tersebut adalah sebagai berikut
Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification ) Pada stratifikasi sosial tertutup
membatasi kemungkinan berpindahnyaseseorang dari satu lapisan ke lapisan lain baik yang
merupakan gerak ke atas dan gerak ke bawah. Satusatunya jalan untuk menjadi anggota dalam
stratifikasisosial tertutup adalah kelahiran. Stratifikasi sosial tertutup terdapat dalammasyarakat
feodal dan masyarakat berkasta.

Sistem Kasta dalam Masyarakat India Sistem kasta dalam masyarakat India telah ada sejak
berabad-abad yang lalu. Apabila ditelaah, pada masyarakat India sistem lapisan masyarakatnya
sangatkaku dan menjelma dalam diri kastakasta. Kasta-kasta di India mempunyaiciriciri
tertentu, sebagai berikut.
1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan atau kelahiransehingga anak yang lahir
memperoleh kedudukan yang sama dengan orangtuanya.
2. Keanggotaan yang diwariskan berlaku seumur hidup. Untuk itu,seseorang tidak mungkin
mengubah kedudukannya kecuali apabila ia keluar dari kastanya.
3. Perkawinan bersifat endogami, yaitu dipilih dari orang yang sekasta.Hubungan dengan
4. kelompok-kelompok lainnya bersifat terbatas.
5. Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telahditetapkan.
6. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.lstilah kasta dalam bahasa India adalah yati dan
sistemnya disebut varna.Menurut kitab Rig Veda dan kitabkitab Brahmana, dalam masyarakat
Indiadijumpai empat varna yang tersusun dari atas ke bawah. Kasta-kasta tersebutadalah
brahmana, ksatria, waisya, dan sudra. Kasta brahmana merupakan kastapendeta dan
dipandang sebagai kasta tertinggi. Ksatria merupakan kasta parabangsawan dan tentara serta
dipandang sebagai kasta kedua. Kasta waisyamerupakan kasta pedagang dan dianggap sebagai
lapisan menengah. Sudraadalah kasta orang-orang biasa atau rakyat jelata

Masyarakat Feodal
Pola dasar stratifikasi sosial dalam masyarakat feodal berbeda denganmasyarakat pada
umumnya. Pola dasar sebagai berikut. 7 Raja dan bangsawan merupakan pusat
kekuasaan yang harus dihormatiserta ditaati oleh rakyatnya. Raja memiliki kewenangan serta
hak-hakistimewa. 8 Lapisan utama diduduki oleh raja dan kaum bangsawan. 9 Rakyat harus
mengabdi pada raja serta bangsawan. Masyarakat yang Lapisan Sosialnya Tergantung pada
Perbedaan Rasial (Politik Rasial) Masyarakat dengan lapisan sosial seperti ini pernah terjadi di
Afrika Selatan saatpelaksanaan politik apartheid. Saat itu Afrika Selatan masih berada di
bawahkekuasaan bangsa Inggris. Pemerintah penguasa membedakan segala kegiatanantara kulit
hitam dan kulit putih. Dalam perkembangannya, politik apartheidbanyak dikecam masyarakat
dunia sampai akhirnya politik ini berakhir dari
AfrikaSelatan. Sistem yang sama pernah berlangsung di Amerika Serikat dengannama
segregation. Sistem ini juga melakukan pembedaan masyarakat menjadimasyarakat kulit
berwarna terutama orang Negro dan kulit putih.
Stratifikasi Sosial Terbuka (Open Social Stratification) Dalam stratiflkasi sosial terbuka
kemungkinan untuk pindah dari satu lapisan kelapisan lain sangat besar. Stratifikasi sosial
terbuka memberikan kesempatankepada seseorang untuk berpindah lapisan sesuai dengan
kemampuan yangdimilikinya. Sedangkan bagi masyarakat yang kurang cakap dan tidak
beruntungbisa jatuh ke lapisan sosial di bawahnya.Dalam kenyataannya sistem stratiflkasi sosial
tidak hanya bersifat terbuka dantertutup saja, tetapi bersifat campuran. Jadi, ada kemungkinan
di dalam suatumasyarakat terdapat unsur-unsur gabungan dari keduanya. Misalnya, dalamsistem
ekonomi menggunakan sistem stratiflkasi sosial terbuka, sedangkan pada bidang lain bersifat
tertutup.

C.Penyebab munculnya stratifikasi sosial.


Terjadinya stratifikasi sosial dikarenakan tidak adanya keseimbangan antara hak dan ke
wajiban sehingga rasa tanggung jawab sosial berkurang lalu dilanjutkan adanya ketimpangan
pemilikan nilai atau harga. Akibatnya, sesama anggota kelompok menilai dan memilah-rnilah
yang akhirnya memunculkan strata (lapisan).

a.Kekayaan.

Orang yang berpenghasilan tinggi dan memiliki aset kebendaan yang melimpah ruah
adalah ciri-ciri utama bagi seseorang yang memiliki kekayaan. Faktor yang satu ini juga menjadi
penyebab ia menduduki posisi kalangan atas. Sangat dipahami banyak kekayaan yang dimilki
seseorang secara gamblang nampak dari gaya hidup yang glamour, tampilan penuh asesories
yang memukau, pakaian serba mahal bahkan bermerek luar negeri, mobil mewah dan belanja
online dalam ukuran yang berlebihan. Semuanya itu akan membuat orang tersebut berada pada
lapisan atas dalam strata sosial.

“Pada kehidupan bersosial akan ada pola kehidupan yang berawal dari gaya personal atau
individu. Dari individu yang satu menular pada individu yang lain, akhirnya menjadi sebuah
kebiasaan atau adat yang menyeluruh..Karenanya
stratifikasi sosial dapat saja menjadi milik orang-orang yang kaya- raya. Bisa diukur dari
hartanya yang banyak, rumahnya yang mewah, cara penampilannya yang high dan pelanggan
barang-barang limited edition dalam setiap momen.Dengan alasan ini masyarakat melahirkan
pandangan bahwa keberadaannya di bawah dari orang tersebut.

Ketidakmampuan memiliki apa yang dimiliki orang lain, membuat banyak orang merasa
berbeda dalam strata.Akan tetapi ketinggian tingkat itu harusnya dibarengi dengan tingkat
keacuhan dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar, sehingga menjadi ponten yang istimewa
bagi dirinya sekalian dapat menaikkan statusnya di mata masyarakat.

Ada pendapat mayoritas orang bereekonomi rendah menyatakan bahwa umumnya orang kaya itu
sombong dan jahat.Sulit untuk dibantah karena kelemahan makhluk yang bernama manusia
mudah tergoda iblis. Jika sudah merasa lebih dari orang di sebelahnya, maka ia langsung
menampakkan karenah sombongnya. Harusnya hal ini disetel secara benar, agar pandangan
umum itu bisa ditepis dengan mengedepankan perhatian, tenggang rasa dan penghargaan untuk
individu-individu yang bereekonomi menengah ke bawah.

b.Kehormatan

Dihormati atau tidaknya seseorang tidak melulu disebabkan kekayaan dan kekuasaan
yang melekat pada dirinya. Ada hal lain yang tak kalah kuatnya dibanding dua hal tersebut di
atas yakni rasa segan dan penghormatan orang lain terhadapnya. Justru ini bisa menjadikan orang
tersebut mendapat tempat teratas pada level sosial.Sebut saja pemuka adat atau para dermawan,
para pemerhati lingkungan yang berjasa secara materi dan immateri.

“Untuk mendapatkan kehormatan dalam pergaulan sosial, ada baiknya seseorang belajar kepada
lebah.Ia mau berbagi dengan kesucian hati tanpa ada rasa dengki iri dan dengki, marah, dendam
dan sakit hati. Seburuk apapun manusia, pastilah ia menyimpan kebaikan walau agak
secuil.Kalaupun ia belum menemukan kebaikan itu, ia tetap memantulkan kebaikan dalam
dirinya sehingga ia menjadi sosok manusia yang bermanfaat. Lihat saja para lebah yang
menempatkan sarang madunya di mana-mana tanpa pandang bulu.Dekat pemukiman orang baik
ataupun orang jahat, pejabat atau rakyat jelata, oang kaya atu orang miskin.
Yang pasti kaum lebah paham bahwa siapapun manusia di atas bumi ini pasti suka pada
manisannya.

Dalam praktek keseharian sering ditemui bahwa kebaikan yang ditanam tidak selalu berbuah
penghormatan dan penghargaan dari orang lain. Namun sebagai insan intelektual dan berkarakter
akan ada saja bagi seseorang solusi dari setiap permasalahan senada di antaranya menebar
keselamatan di mana pun berada, bersikap lebih fleksibel, tidak membeda-bedakan tempat
menanam kebaikan, tapi dengan satu catatan penting harus punya penyengat atau perisai untuk
menjaga keselamatan diri, khususnya dari pribadi-pribadi pendengki.

c.Ilmu Pengetahuan

Orang berpendidikan tinggi akan lebih terpandang dibanding orang berpendidikan


rendah. Hanya saja ada hal yang amat disayangkan, yakni beberapa anggapan yang mematok
standar tingginya strata seseorang sekedar pada gelar akademis saja, sehingga timbul ambisi
untuk mendapatkan gelar tersebut tanpa mempedulikan caranya sah atau tidak.

Perguruan tinggi di Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah serius, yakni persoalan
kwalitas lulusan.Antara standarisasi yang dibuat oleh perguruan tinggi dengan kebutuhan zaman
saat ini, sepertinya sulit untuk menciptakan calon-calon tenaga kerja bermutu.Kebanyakan
jurusan perkuliahan menjurus pada satu bidang pekerjaan, akhirnya banyak bidang lainnya yang
tak sempat terjamah.Jurusan ilmu-ilmu sosial jauh lebih banyak daripada jurusan eksakta.Pada
akhirnya para akademisi di Indonesia menjadi pengangguran intelektual karena berebutan pada
satu bagian kecil peluang yang diarahkan semenjak awal.

“Seorang sarjana akan memunculkan reaksi yang berbeda-beda terhadap kondisinya, seiring
dengan lamanya masa menganggur yang telah dialami.
Jika diamati sistem pendidikan di Indonesia jauh berbeda dengan yang ada di negara maju.Bagi
mereka pendidikan untuk generasi muda yang cerdas dibiayai penuh oleh negara.Sementara itu
di Indonesia biaya yang ditanggung hanya sebagian kecil saja, sehingga masih saja menimbulkan
kendala yang tak bisa diabaikan begitu saja.Agaknya hal itu pulalah yang menjadi salah satu
penyebab membludaknya sarjana bidang ilmu-ilmu sosial dibanding ilmu eksakta. Ada generasi
muda yang masuk eksakta, hanya karena ia berasal dari keluarga berada. Ada pula anak muda
yang tergolong mapu di bidang eksakta, terpaksa masuk jurusan ilmu-ilmu sosial karena berasal
dari golongan ekonomi lemah.

Selain problema yang demikian, ada ambisi sebagian orang yang menempuh jenjang perguruan
tinggi hanya untuk mendapatkan gelar kesarjanaan.Alhasil lahirlah sarjana-sarjana tanpa skill.
Mereka hanya bisa mengharapkan peluang kerja yang telah ada, padahal mereka akan lebih
berpotensi menjadi manusia yang bermanfaat jika pandai menciptakan lapangan kerja.

d.Hubungan pendidikan agama Islam dan stratifikasi sosial


Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia atau masyarakat yang menpunyai pola
bertingkat laku dan cara berpikir . Agama terdiri dari tipe-tipe citra , kepercayaan nilai-nilai
spesiflk dan simbol dalam melihat interaksi laku manusia di kehidupan sehari-hari.

Agama yang kita ketuahui merupakan kepercayaan yang di ketahui sebay Saranan komunikasi
antaraumat manusia dengan Tuhannya (Allah). Tentunya kepercayaan individu dengan individu
atau individu dengan kelompok terhadap suatu agama berbeda satu sama lain, seluruh manusia
sangat wajib menghargai dan menghormati pemikiran masing-masing individu dalam menentukan
agama yang akan dianut atau yang di pilih . masyarakat tidak membeda-bedakan agama. Menurut
Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:

a. Kepercayaan agama, suatu kepercayaan atau prinsip yang sangat yakin tanpa ada keraguan .

b. Simbol agama, adanya lambang yang di pilih umat beragama masing-masing.


c. Praktik keagamaan, adanya hubungan antara manusia dengan Allah, Pengalaman keagamaan,
berbagai kepercayaan -kepercayaan yang di anut secara pribadi .
e. Umat beragama, masing-masing kepercayaan agama. Sedangkan Stratifikasi sosial
merupakan pembedaan di dalam manusia antar kelas yang tersusun secara bertingkat dan dikenal
sebagai pelapisan sosial.
Pelapisan sosial merupakan sesuatu yang dihargai lebih atas penilaian dari individu maupun
kelompok, Stratifikasi sosial dianggap sebagai pembedaan sosial yang bersifat vertikal.Dalam
teori sosiologi, unsur-unsur sistemstratiflkasi sosial dalam masyarakat adalah :
l.kekayaan
2.kedudukan
3.agama
4.keturunan

5.pendidikan

6.politis

7.jabatan atau pekerjaan.

Stratifikasi sosial menurut Max Weber adalah sebagai pembimbing masyarakat yang termasuk
dalam suatu sistem sosial. Kesimpulan dari semuanya adalah Agama Dan Stratifikasi Sosial
Adalah agama dan masyarakat adalah dua unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain.

Agama adalah sebagai suatu kepercayaan yang di dalamnya merupakan aspek-aspek


kebudayaan, moral, dan hukum Sedangkan Stratifikasi sosial merupakan strata orang-orang yang
berkedudukan sama dilihat dari status sosial.

Memang tidak gampang menentukan jumlah kelas sosial yang meningkat di dalam lingkungan
masyarakat.Manusia sering tidak sadar dalam mengklasiflkasikan orang lain dalam melihat di
dalam kelas sosial, di lihat dari Misalnya menialai individu dari pangkat, lebih rendah atau lebih
tinggi darinya dirinya sendiri .

Hubungan agama dengan stratifikasi sosial dilihat bagaimana masyarakat pada derajat dari
tingkatan bawah dalam mengikuti aktivitas keagamaan Mengacu pada ekonomi di dalam
masyarakat yang berada pada tingkatan kelas rendah dan kelas tingkat tingkat spiritualnya dirasa
lebih tinggi. Di dalam kehidupan masyarakat sebenarnya hubungan antara agama dengan
stratifikasi sosial itu sangatlah sederhana dimana para individu atau sekelompok kelas menengah
agama bagi mereka merupakan etis rasional dan kelas bawah memandang bahwa agama itu
merupakan apa yang dianggap sebagai pedoman di dalam kehidupan sehari-hari, dirasa agama
sebagai hal yang sangat sakral di dalam kehidupan masyarakat

Tingkatan sosial yang berlaku karena melihat pada beberapa faktor tertentu, itu hanya bisa
dipandang dari sisi sosiologi. Di sisi lain Islam tidak memandang manusia berdasarkan harta
benda ataupun segala sesuatu yang bersifat duniawi. Karena Islam mengajarkan bahwa Allah
tidak memandang kepada fisik, rupa dan harta benda. Allah hanya memandang hati dan amal
seseorang. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:

Dari Abu Hurairah, dia telaha berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: Sesungguhnya Allah
tidak melihat kepada bentuk rupamu, tidak pula kepada hartamu akan tetapi Dia melihat

kepada hati dan amalmu. (Shahih Muslim juz 4 hal. 1987 no. 2564)
Islam lebih bersifat terbuka dalam hal stratifikasi sosial.Orang yang lebih banyak berbuat, lebih
banyak menebar manfaat untuk masyarakat, maka dialah yang dinilai menduduki strata atas.
Karena itu dalam Islam stratifikasi sosial berlandaskan kepada:

Iman dan ilmu


Kekhasan ajaran Islam dibanding agama lainnya adalah aksentuasi atau penegasan terhadap
pentingnya menjadi orang berilmu.Al Quran dan hadits menyeru ummat Islam untuk
mendapatkan ilmu dari berbagai sumber agar menjadi orang yang arif.Selain itu Allah juga
meninggikan derajat orang beriman dan berilmu pengetahuan. Sebagaimana firmannya dalam
surat Al Mujadalah ayat 11:

Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu di antara kamu beberapa derajat.
(QS Al Mujadalah ayat 11)

“Derajat orang beriman akan diangkatkan selama ia patuh dan tunduk kepada ajaran agama
Allah. Sejalan dengan itu ia mampu menjadi penentram suasana, pencipta kedamaian di tengah-
tengah masyarakat. Adapun orang berilmu akan ditinggikan Allah derajatnya bila ia tak hanya
sekedar berilmu tapi juga beramal dengan ilmunya. Lebih penting dari itu, ia bisa menegakkan
kalimah Allah dengan ilmunya tersebut.

Tak ada yang bisa memungkiri bahwa dalam pergaulan, manusia yang beriman dan berilmu akan
mendapatkan kedudukan yang istimewa. Mereka akan dianggap sebagai sosok yang berkapasitas
dan berprestise. Otomatis posisinya diletakkan lebih tinggi dibanding yang lainnya.Secara kasat
matapun dapat dilihat bahwa orang beriman dan berilmu itu dapat hidup lebih makmur dan
sejahtera. Ini merupakan bentuk keberkahan yang ia peroleh karena telah menyandang label
ahsani taqwim yakni sebaik-baik manusia.

Mereka mensyukuri nikmat akal, karena itu ia gunakan akalnya semaksimal mungkin. Ia
memiliki nafsu, lalu mengendalikan nafsunya sesuai komando akal. Berkata adanya iman dan
ilmu dalam jiwa seseorang, maka ia mendapatkan tempat di hati orang-orang sekelilingnya.
Orang berilmu tidak mungkin sama dengan orang jahil. Orang berilmu atau ‘aalim akan
dipandang terhormat oleh masyarakat.Ia disegani, dihormati dan dijadikan tempat bersoal tanya.
Sebaliknya orang yang bodoh akan dipandang hina di lingkungan sosialnya, ia disepelekan
bahkan dijadikan bahan kelakar dan olok- olok.
Oleh karena itu di dalam pendidikan agama Islam, penghormatan pada seseorang akan lebih
tinggi bila ia dinilai beriman dan berilmu lebih dari orang kebanyakan.
Misalnya saja seorang ulama besar yang memiliki ilmu yang luas, murid yang banyak maka ia
akan menduduki posisi tingkat atas secara sosial.

Intelektual/ulul albab
“Makna kata ulul albab menurut kamus Al Munawwir terbentuk dari dua kata yaitu ulu artinya
empunya, dan albab artinya isi, inti, sari, bagian terpenting.Yusuf Qardhawi menyatakan kata
ulul albab dalam konteks Al Quran, manusia terdiri dari dua bagian yaitu kulit dan isi.Kulit yang
dimaksud adalah fisik, sedangkan isi adalah akal. Zaini Dahlan mengatakan ulul albab adalah
orang berakal cerdik, orang pandai menjala hikmah, punya pikiran yang cerdas, selalu
menggunakan akal dan berpikiran tajam.

Ada yang menyamakan istilah ulul albab dengan intelektual, ilmuwan, sarjana atau orang yang
lulus perguruan tinggi. Orang yang tergolong intelektual sebenarnya bukanlah orang yang telah
lulus dari perguruan tinggi, bukan pula seseorang yang mengembangkan ilmunya dengan
penelitian.
Orang yang termasuk kaum intelektual bila pendidikannya lebih tinggi dari orang kebanyakan,
lalu ia menggunakan akal dan pikirannya. Bila ia tidak mampu menggunakan akal dan
pikirannya secara maksimal, maka ia tidak mungkin menyandang label intelektual
Kaum intelektual adalah pribadi-pribadi yang jiwanya terpanggil untuk berkiprah di masyarakat,
memperbaiki setiap kerusakan yang ia lihat dan saksikan. Mereka bisa memahami keadaan lalu
menyusun siasat untuk memecahkan permasalahan yang terjadi.Inilah satu hal terpenting yang
membuat mereka berada pada lapisan atas dalam stratifikasi sosial.

Amal perbuatan
Dalam surat At Taubah ayat 105, Allah telah memerintahkan kaum Muslimin untuk
membersihkan dosa-dosa melalui memperbanyak sedekah, mengeluarkan zakat dan memperbuat
amalan shaleh sebanyak-banyaknya. Melalui amalan-amalan itu, orangberiman lainnya akan
melihat dan menilai amal-amal tersebut. Kelak di akhirat mereka akan mendapatkan ganjaran
pahala. Dapat diungkapkan dengan kata lain bahwa orang yang banyak berbuat untuk
masyarakat akan diberi penilaian oleh Allah. Kebaikan amal perbuatan itu spontan membuat
seseorang tinggi di mata manusia teristimewa di mata Allah.

Jika ditilik dari analisis sosial, manusia akan mendapatkan tempat eksklusif di hati masyarakat
selama ia memainkan peran yang baik di lingkungan mana pun ia berada.Seorang yang ahli di
bidang sosiologi yakni Robert Park dari Universitas Cichago mengatakan bahwa masyarakat
berperan menggiring, mengorganisasikan pengintegrasian serta mengarahkan setiap individu ke
berbagai macam peran. Bagaimana seseorang memahami konsep tentang diri, seperti itu pulalah
peran yang ia perbuat di tengah himpunan warga masyarakat.

Peran seseorang sangat berkaitan dengan karakter atau akhlak yang ia miliki. “Perbuatan orang
berakhlak ditandai dengan kebiasaannya sehari-hari. Jika belum terbiasa maka itu belum dapat

dikatakan akhlak melainkan proses perbuatan menuju akhlak. Perbuatan baik yang dilakukan
terus menerus akan memunculkan akhlak terpuji dengan mudah.

Kekuasaan
Berbagai indikasi stratifikasi sosial digambarkan dalam ayat- ayat suci Al Quran walau tidak
secara gamblang.“Nabi Muhammad SAW yang saat itu bertindak sebagai pemimpin sekaligus
penguasa di zamannya menggerakkan ummat secara pisik dan politik dengan berbagai kalangan.
Tidak ada sama sekali pemahaman yang beliau ajarkan bahwa seseorang harus menjadi
pemegang tampuk kekuasaan. Beliau hanya menekankan bahwa Allah dan RasulNya adalah
hakim pemegang kekuasaan dan kekuatan yang sebenarnya.

Dalam Pendidikan Agama Islam diajarkan, kekuasaan yang ada dalam diri manusia merupakan
pinjaman atau amanah dari Allah. Dia memuliakan orang yang Dia kehendaki, Dia menghinakan
orang yang Dia kehendaki.Dapat dipahami bahwa seberapapun kekuasaan yang dimiliki manusia
sifatnya relatif singkat, karena itu tepatlah ahli sosiologi mengatakan kekuasaan itu adalah
kesempatan. Dengan diberikanNya kekuasaan seharusnya orang yang merasa dirinya muslim
sejati akan menggunakan kesempatan tersebut dengan cara menerapkan konsep kekuasaan yang
sesuai dengan Al Quran dan sunnah.

Dampak stratifikasi sosial


Penempatan seseorang atau kelompok pada kelas sosial tertentu akan berpengaruh pada
perbedaan hak dan kewajiban. Karenanya lapisan sosial yang terbentuk oleh stratifikasi
memunculkan dampak positif dan negatif.

Dampak positif

1. Memotivasi orang-orang agar bersemangat menuju prestasi dan prestise sehingga


mengantarnya pada kenaikan strata.
2. Mampu bersaing dan sehat serta bekerja keras mencapai kemajuan hidup baik yang bersifat
duniawi, lebih penting lagi untuk kehidupan ukhrawi.
3. Mempercepat mobilitas sosial sehingga tercipta perubahan masyarakat ke arah yang lebih
baik.
4. Melajunya pembangunan negeri di segala bidang

Dampak negatif

1. Menganggap diri eksklusif dibanding orang lain


2. Menganggap remeh orang lain
3. Melahirkan sikap ego yang tinggi
4. Konflik antar kelompok
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Stratifikasi sosial adalah sebuah kenyataan yang tak mungkin dihindari.Sesuatu yang
abstrak tapi nyata adanya.Keberadaannya bersifat dinamis, bergerak dan berubah dari waktu ke
waktu.

Pada lingkungan masyarakat mana pun ada penilaian tertentu terhadap setiap individu.Ada hal
tertentu yang membuat seseorang dipandang lebih tinggi atau lebih rendah, akhirnya terciptalah
stratifikasi dalam kehidupan sosial.Ada yang bereefek positif, ada juga yang negatif tergantung
pada hubungan timbal balik yang terjadi di antara mereka.
Pelapisan sosial secara umum lebih bertumpu kepada materi atau kebanggaan duniawi.Bertolak
belakang dengan pendidikan agama Islam yang mengarahkan pandangan manusia pada kesucian
batin dan pengabdian yang nyata.

Saran-saran
Perbedaan strata dalam masyarakat seringkali menjadi jurang pemisah antara satu individu
dengan individu lainnya.Alangkah baiknya dilahirkan inisiatif untuk membangun jembatan hati
guna menghubungkan dua keadaan yang berbeda.Karena setiap manusia memiliki kelebihan dan
kekurangan. Semua manusia menyimpan energi potensial untuk membangun hubungan yang
sehat, yang saling menguatkan, saling membantu satu sama lain.Orang tuli pelepas bedil, orang
buta penghembus lesung, orang bisu penggera ayam, orang lumpuh penghuni rumah, orang kuat
pembawa beban, orang bingung disuruh-suruh, orang cerdik lawan berunding.Siapa pun manusia
di dunia memiliki daya guna.

Tulisan ini sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi
untuk kebaikan dan kesempurnaan penulisan di masa-masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Herawati, A. (2015). Kontekstualisasi Konsep Ulul Albab di Era Sekarang.


3(1), 123–140.
Ingan, D., & Tarigan, M. (2015). Kajian Gaya Hidup Masyarakat Di Kelurahan Bahu Kecamatan
Malalayang Kota Manado. Acta Diurna, 4(4).
Isnaini, N. S. N., & Lestari, R. (2015). Kecemasan Pada Pengangguran Terdidik Lulusan
Universitas. Jurnal Indigenous, 13(1), 39–50.
Maunah, B. (2015). Stratifikasi sosial dan perjuangan kelas dalam perspektif sosiologi
pendidikan. Ta’allum, 03(01), 19–38.
Mulyadi, Bukhory, U. (2019). Stratifikasi Sosial Ondagh Basa Bahasa Madura. Penelitian Ilmu
Sosial Dan Keagamaan Islam, 16(1), 1–18. https://doi.org/10.19105/nuansa.v16i1.2403
Mustopa. (2014). Akhlak Mulia dalam Pandangan Masyarakat. 8(2), 261–
280.
Rahman, B. (2018). STUDI LITERATUR : PERAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT
DALAM PEMBENTUKAN POLA PEMUKIMAN. 15(2), 195–215.
Rohman, A. (2013). STRATIFIKASI SOSIAL DALAM AL-QUR ’ AN.
Sosiologi Islam, 3(1), 17–32.
Sudarmoko. (2014). Terhadap Keburukanisulos nad ,kapmaD ,magaR haaleT NA’RUQ-LA
FITKEPSREP MALAD NAKURUBEK. Dialogia, 12(1), 22–35.
http://jurnal.stainponorogo.ac.id/index.php/dialogia/article/view/300/255 Tjek Tanti. (2019).
Cara Halal Memiliki Harta. I(2), 1–13.
Toha, M. (2012). POWER, INFLUENCE, DAN AUTHORITY (Kasus Pada
Kehidupan Politik Era Soekarno, Soeharto, dan Habibie). Jurnal Adzikra, 03(1), 99–111.
Usman, U. (2017). KEKUASAAN DALAM TRADISI PEMIKIRAN
POLITIK ISLAM (Refleksi Atas Pemikiran Politik Islam). Al Daulah : Jurnal Hukum Pidana
Dan Ketatanegaraan, 6(2), 345–357. https://doi.org/10.24252/ad.v6i2.4887
Wafa, T. (2016). Menjadi Pribadi Menarik dalam Sehari. PT Elex Media Komputindo Kompas-
Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta.
Wattimena, R. A. A. (2017). Tentang Manusia: Dari Pikiran, Pemahaman sampai dengan
Perdamaian Dunia.

Anda mungkin juga menyukai