Anda di halaman 1dari 25

Makalah Sosiologi Stratifikasi Sosial

Makalah Sosiologi
Stratifikasi Sosial

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas softskill ini akhirnya bisa diselesaikan.

Tugas softskill dengan judul stratifikasi sosial ini disesuaikan dengan tujuannya untuk
menunjang perkuliahan dalam mata kuliah IBD(ilmu budaya dasar) serta memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen kepada saya.

Materi diskusi sudah diurutkan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing, sehingga


Mahasiswa insya Allah dapat dengan mudah memahami.

Penulis menyadari bahwa masih banyak ketidaksempurnaan pada penulisan tugas


sofftskil ini,

baik isi maupun redaksinya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
memperbaiki tugas ini untuk selanjutnya.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun
tidak terhadap terselesaikannya tugas sofftskil ini.

Akhir kata, insya Allah tugas softskil ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
Depok, November 2015

Penyusun

Kata Pengantar.....i

Daftar Isi.ii

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.1
b. Rumusan Masalah2
c. Tujuan..3
BAB II

PEMBAHASAN

a. Pengertian stratifikasi social....4


b. Sebab sebab terjadinya stratifikasi social..5
c. Sistem stratifikasi social...6
d. Dimensi stratifikasi social....7
e. Bentuk bentuk stratifikasi social..8
f. Dampak stratifikasi social9
g. Mobilitas sosial..10
h. Pendekatan dalam stratifikasi social..11
i. Teori-teori dalam stratifikasi social...12
j. Dasar dasar pembentukan lapisan sosial13
k. Fungsi stratifikasi social.14
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan15
b. Saran..16
DAFTAR PUSTAKAiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal
tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal
tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.
Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari

pada kehormatan maka mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati
kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan
lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
kedudukan berbeda-beda secara vertikal.

Bentuk-bentuk kongkrit lapisan-lapisan pada masyarkat sangatlah berbeda dan banyak.


Namun secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
kelas yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat.
Ketiga bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya
saling mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal
tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang
merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan
pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.
filosof Aristoteles (Soekanto, 2003:227) mengatakan bahwa zaman dahulu di dalam
negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat dan yang berada di
tengah-tengah. Membuktikan bahwa zaman itu dan sebelumnya orang telah mengakui adanya
lapisan masyarakat yang mempunyai kedudukan bertingkat-tingkat dari bawah ke atas. Barang
siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga dalam jumlah yang banyak, dianggap masyarakat
berkedudukan dalam lapisan atas. Mereka yang hanya sedikit sekali atau tidak memiliki sesuatu
berharga dalam pandangan masyarakat mempunyai kedudukan yang rendah.
Sistem lapisan dalam masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan sebutan stratifikasi
sosial (social stratification). Ini merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat. Kelas sosial tersebut dibagi dalam tiga kelas yaitu kelas atas (upper class), kelas
menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
Adanya lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam aktivitas sosial individu
atau kelompok dalam suatu organisasi sosial. Tanpa lapisan sosial dalam masyarakat maka
masyarakat itu akan menarik untuk dilihat, dikenal, dan dipelajari.
Lapisan masyarakat sudah ada sejak dulu, dimulai sejak manusia itu mengenal adanya
kehidupan bersama dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat mula-mula didasarkan
pada perbedaan seks, perbedaan antara yang pemimpin dan yang dipimpin, golongan budak dan
bukan budak, pembagian kerja bahkan pada pembedaan kekayaan. Semakin maju dan rumit
teknologi suatu masyarakat, maka semakin kompleks sistem lapisan masyarakat.
Bentuk-bentuk kongkrit lapisan masyarkat berbeda-beda dan sangat banyak. Namun
secara prinsipil bentuk-bentuk lapisan sosial tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelas
yaitu ekonomi, politis, dan didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Ketiga
bentuk pokok tadi memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dimana ketiganya saling
mempengaruhi.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat, namun dalam realitanya hal
tersebut tidak demikian adanya. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang
merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat. Sistem lapisan dengan sengaja dibentuk dan
disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Sehingga suatu organisasi masyarakat tidak akan
pernah lepas dari terbentuknya lapisan sosial dalam masyarakat tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial?


2. Apa yang menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial?
3. Bagaimana proses pembentukan pelapisan sosial?
4. Apakah fungsi dari stratifikasi sosial?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui dan memahami stratifikasi sosial.
2. Mengetahui keadaan masyarakat pada lapisan-lapisan yang berbeda-beda
3. Menjelaskan fungsi dan dampak stratifikasi sosial

BAB II

PEMBAHASAN

A. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari kata
stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin
mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan wewenang,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.

Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial
masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan
dua unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial. Yang
diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara
individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.

Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin stratum
(tunggal) atau strata (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat
diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli.

a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas yang tersusun secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan
kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-
kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.

b. Max Weber

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk


dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan,
previllege dan prestise.

c. Cuber

Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori
dari hak-hak yang berbeda

d. Drs. Robert. M.Z. Lawang

Sosial Stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan
prestise.

Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di
sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua
konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu.
Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam
heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan
antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas
sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih
merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial
cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi politik, nilai
budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.

Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan
masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat
berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise
(wibawa).

B. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial

Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian,


kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama
manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan
meni mbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan
masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau
lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki
sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau pemimpin pasti
menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai
tugas apapun. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula
ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu dia menduduki
posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan apapun.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi, sesuai dengan
kenyataan hidup berkelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Pembedaan atas
lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.
Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat, pokok-pokok sebagai berikut dapat
dijadikan pedoman :
Sistem lapisan mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat. Sistem
demikian hanya mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi
objek penyelidikan.
Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur antara lain:
Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya;penghasilan, kekayaan,
keselamatan, (kesehatan, laju angka kejahatan) wewenang dan sebagainya.
Sistem pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat (prestise dan penghargaan).
Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang atau kekuasaan.
Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
keanggotaan pada suatu organisasi mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki
kedududkan yang sama dalam system sosial masyarakat seperti;
1) Pola-pola interaksi-interaksi (struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan dan
sebagainya)

2) Kesamaan atau ketidaksamaan system kepercayaan, sikap dan nilai-nilai

3) Kesadaran akan kedudukan masing-masing

4) Aktivitas sebagai organ kolektif

Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut :

Terjadinya secara otomatis, karena factor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya
: Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam
masyarakat.
Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan
dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai
politik, Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan
masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan
stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan,
dan harta dalam batas-batas tertentu.

Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam


stratifikasi sosial.Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antar
generasi. Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu
stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup.

Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota


masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang
lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya.
Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa mengubah penampilan serta strata sosialnya
menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik
dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan
pekerjaan tingkat tinggi dengan penghasilan yang tinggi.

Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut


tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh
stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan
darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani
miskin bisa menjadi keturunan ningrat atau bangsawan darah biru.
Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social cukup besar,
sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.

C. Sistem Stratifikasi Sosial

Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat
tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah
dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Dengan demikian
berarti dalam sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai
kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga
justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri.
Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota
masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi
terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada
Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu
ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat
masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di
india misalnya:

a) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/ kelahiran. Anak yang lahir memperoleh
kedudukan orang tuanya.

b) Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak
mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.

c) Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.

d) Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.

e) Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta,
identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan
lain sebagainya.

f) Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.

g) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran. Stratifikasi campuran, diartikan sebagai
sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi
membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain

Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup,
terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi
kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu
seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-
sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat
didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.

Lapisan-lapisan dalam masyarakatdapat bersifat :

1.Closed Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang tertutup)

2.Open Sosial Stratification (Lapisan-lapisan Sosial yang terbuka)

3.Lapisan-lapisan Sosial yang sengaja disusun.

A. Stratifikasi Sosial yang bersifat tertutup.

Di dalam lapisan-lapisan Sosial yang tertutup, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota
dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran ( keturunan,dalam lapisan-lapisan
Sosial yang tertutup dengan jelas di lihat dalam masyarakat India yang berkasta, masyarakat
Bali, dan didalam masyarakat feodal serta dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-
perbedaan rasial.

B. Startifikasi sosial yang bersifat terbuka

Di dalam stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, sifat individu, anggota masyarakat
mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri (prestasi) untuk naik lapisan
atau bagi mereka yang beruntung (tak berprestasi) jatuh dari lapisan yang atas kelapisan
dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi peangsang yang lebih besar kepada
sikap anggota masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya / prestasinya, karena itu
sistem tersebut sesuai untuk dijadikan landasan pembangun masyarakat.

C. Stratifikasi Sosial yang sengaja dibentuk

Bahwa didalam masyarakat ada lapisan-lapisan sosial yang sengaja disusun atau dibentuk
yaitu ada dalam suatu organisasi formil.
D. Dimensi Stratifikasi Sosial

Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif
banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai
oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka
yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga
mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan
anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

1. Ukuran Kekayaan

Siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-
caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya., kebiasaan untuk
berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran Kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar
menempati lapisan atasan.

3. Ukuran Kehormatan

Kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan.


Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini,
banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua
atau mereka yang pernah berjasa.

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat
yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi
gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk
mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.

Ada empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks
stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya suatu kekayaan, orang akan
membeli apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan
sebagai penundukan seseorang yang berada dibawahnya. Yang ketiga adalah kehormatan,
dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di
sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang
pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan gelar doktor maupun magister, secara tidak
langsung akan ada rasa sistem kelas terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali
menduduki bangku sekolah.

E. Bentuk-bentuk Stratifikasi Sosial

Suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan suatu kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut, maka dapatlah bentuk-bentuk strata sosial antara lain sebagai berikut:

1) Kriteria biologis

a. Menurut jenis kelaminnya, maka ada:

Golongan laki-laki
Golongan wanita, selain itu ada juga sejumlah individu yang banci.
b. Menurut umurnya:

Golongan anak-anak
Golongan dewasa
Golongan tua
2) Kriteria Geografis / Territorial

Dapat digolongkan atas : masyarakat desa, masyarakat kota (kota kecil, kota madya, dan kota
besar)
3) Kriteria Ekonomis

Yaitu berdasarkan hak milik penduduk, maka terdapat stratifikasi Sosial dalam tiga kelas :

Kelas Ekonomi Tinggi


Kelas Ekonomi Menengah
Kelas Ekonomi Rendah
4) Kriteria Status / Jabatan

Berdasarkan kriteria jabatan terdapatlah lapisan-lapisan :

Golongan Status Sosial Tinggi


Golongan Status Sosial Menengah
Golongan Status Sosial Rendah
Golongan bukan pegawai / pejabat
5) Kriteria Politis

Dalam kriteria politis, yang utama adalah golongan yang menganut aliran politik, yaitu
anggota partai politik dan gerakan masa,yang lain adalah golongan non partai.

Dari golongan partai politik terdapat Strata Sosial :

Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota
negara.
Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat daerah (tk. I / propinsi)
Golongan pimpinan Partai tingkat Cabang
Stratifikasi Sosial yang berdasarkan status jabatan / politik, terdapatlah heirrakhi, yakni
urutan tingkatan dari yang paling atas sampai pada yang paling bawah. Demensi Stratifikasi
Sosial modern terbagi menjadi tiga golongan , yakni:

a. golongan tinggi,

b. golongan menengah,
c. golonagan rendah

6) Kriteria Kehormatan

Ukuran kehormatan, terlepas dari ukuran kekayaan / kekuasaan. Orang yang paling
disegani karena kelebihannya, dihormati,dan mendapat tempat teratas. Ukuram semacam ini
banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisionil, pada golongan tua atau orang yang
pernah berjasa kepada masyarakat

7) Kriteria Ilmu Pengetahuan / Pendidikan .

Kriteria atas dasar Pendidikan tedapat Strata Sosial :

Golongan yang berpendidikan tinggi


Golongan yang berpendidikan menengah
Golongan yang berpendidikan rendah
8) Kriteria Agama

Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang berdasarkan
keagamaanm. Misalnya :

Golongan orang Islam dan bukan Islam

Golongan Islam yang mendalam dan yang masih dangkal ( abangan)


Golongan bukan Islam.
Dibedakan : orang yang beragama dan orang yang tidak beragama (Atheis)
Golongan bukan Islam dibedakan lagi :
a. Golongan penganut Budha

b. Golongan penganut Hindu Bali

c. Golongan penganut Katholik

d. Golongan penganut Protestan


Golongan Atheis, adalah golongan orang-orang yang belum mempunyai sesuatu
keyakinan keagamaan, sikap hidupnya kurang menyadari nilai-nilai kemanusiaan atua norma-
norma sosial.

9) Kriteria Marxisme

Terdapat dua macam kelas, yakni;

1 Kelas borjuis ( pemegang kapital)

2 Kelas buruh proletar ( buruh yang hanya bermodal tenaga kerja saja)

F. Dampak Stratifikasi Sosial

Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang
kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang
digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu
hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap
dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orang-
orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di
mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai
kedudukan yang tinggi.

Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan adanya
hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan memegang
peranan kelas bawah yang notabenya harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara
teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut
merupakan gejala universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu,
meski ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep keadilan
sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah SWT.
Yang Artinya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

G. Mobilitas Sosial

Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial.
Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas sosial dapat mengacu pada individu
maupun kelompok. Contoh yang diberikan Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah
perubahan status seseorang dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas sosial suatu
kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami monilitas,
misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan
kelompok mayoritas.

Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi adalah masalah
mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. mobilitas intragenerasi mengacu pada
mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen
menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas anatargenerasi
dipihak lain mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang
tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau anak menteri
menjadi pedagang kaki lima.

Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas
antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di AS. Kedua
ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan
masyarakat yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial vertikal
antargenerasi, dan dalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu
yang bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau. Dengan
perkatan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak sehingga melebihi status
orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah terjadi peningkatan status anak sehingga
melebihi status yang diduduki pada awal kariernya sendiri.

Pada masyrakat yang mempunyai sistem stratifikasi terbuka pergantian status


dimungkinkan. Meski dalam masyarakat demikian terbuka kemungkinan bagi setiap anggota
masyarakat untuk naik turun dalam herarki sosial, dalam kenyataan mobilitas sosial
antargenerasi maupun intragenerasi yang terjadi bersifat terbatas.

H. Pendekatan dalam Stratifikasi Sosial

Ada tiga pendekatan dalam mempelajari stratifikasi sosial:

1. Metode obyektif

Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama
atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.

2. Metode subyektif

Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang
menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.

3. Metode reputasi

Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.

Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode
obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada
kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian
seseorang dalam bermasyarakat.
I. Teori-teori Stratifikasi Sosial

Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:

1. Teori Evolusioner-Fungsionalis

Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi
sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang
disebutnya sebagai kapitalis adaptif.

2. Teori Surplus Lenski

Sosiolog Gerhard Lenski mengemukakan bahwa makhluk yang mementingkan diri


sendiri dan selalu berusaha untuk mensejahterakan dirinya.

3. Teori Kelangkaan

Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya
stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.

4. Teori Marxian

Menekankan pemilikan kekayaan pribadi sebagi penentu struktur strtifikasi.

5. Teori Weberian

Menekankan pentingnya dimensi stratifikasi tidak berlandaskan dalam hubungan


pemilikan modal. Dengan demikian, ada 5 teori yang harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial,
diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang mengarah kepada kecenderungan
perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang mengarah kepada egoisme, teori
Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk, teori Marxian mengarah kepada
kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan teori Weberian yang menagarah
kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
J. Dasar-Dasar Pembentukan Pelapisan Sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagaidasarpembentukan pelapisan
sosial adalah sebagai berikut.

1. Ukuran kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota


masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling
banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula
sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang
rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, kepemilikan
hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau, lahan persawahan dan sebagainya. Orang-orang
yang mempunyai hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau mempunyai pandangan bahwa
siapa yang bisa untuk membeli hewan ternak itu adalah hanya orang-orang yang kaya atau
mampu saja, bahkan dengan adanya hewan ternak tersebut si pemilik atau peternak bisa
membiayai untuk kebutuhan hidupnya.

2. Ukuran kekuasaan dan wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran
kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat
biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

3. Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan.


Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan
sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional,
biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para
orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur.
4. Ukuran ilmu pengetahuan

Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang


menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan
menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan),
atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika
gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar
kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, membuat ijazah palsu dan seterusnya.

Unsur-unsur stratifikasi :

1. Kedudukan (Status) Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial

2. Peranan (Role) Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seperti peranan
peternak kambing sebagai penggerak roda perekonomian yang secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Macam-Macam / Jenis-Jenis Status Sosial :

1. Ascribed
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta,
golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.

2. Achieved
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang
dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti peternak kambing yang bisa menjadi sukses
karena keuletan dan kegigihannya sehingga bisa mengangkat derajat kehidupannya, harta
kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat
yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat.
Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.

Bentuk stratifikasi sosial diantaranya sebagai berikut :

Sistem Kasta (tertutup)


Sistem kasta memilki karakteristik sistem kelas yang horizontal (strata) yang merefresentasikan
area-area fungsional yang terdapat dalam masyarakat. Area-area tersebut meliputi religi (agama),
pendidikan, pemerintahan dan bisnis. Masing-masing area kemudian disusun berdasarkan atas
tingkat kepentingan fungsional dalam masyarakatnya.

Sistem Estate (tertutup)


Bentuk kedua dari stratifikasi sosial adalah sistem estate yang pada dasarnya juga berdasarkan
pada sistem kelas tertutup, tetapi lebih luas bila dibandingkan dengan sistem kasta. Sistem estate
mencapai masa kejayaannya pada masa feodalisme di eropa dan masih digunakan oleh beberapa
negara yang tetap mempertahankan sistem aristokrasi atau kepemilikan tanah secara turun
temurun (feodalis Eropa). Istilah estate berasal dari istilah feodal Eropa.

Sistem Kelas (terbuka)


Status sosial yang mereka peroleh dari ukuran ekonomi yaitu seberapa besar kekayaan yang
dipunyai. Ketiga kelas tersebut adalah kelas atas (kelas kaya), kelas bawah (kelas miskin) dan
kelas yang ketiga, yang berada diantara kelas kaya dan kelas miskin tersebut yakni kelas
menengah. Contoh dalam dunia peternakan seperti para peternak kambing yang terdiri dari
beberapa lapisan/stratifikasi baik kelas atas maupun kelas bawah, karena rata-rata peternak
kambing di pedesaan keadaan ekonominya masih jauh dari mencukupi.

K. Fungsi Stratifikasi Sosial


Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut :

Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat


kekayaan, keselamatan, dan wewenang pada jabatan, pangkat, kedudukan seseorang.
Sistem pertanggaan (Tingkatan) pada strata yang diciptakan masyarakat yang menyangkut
prestise dan penghargaan, Misalnya: Pada seorang yang menerima anugerah penghargaan gelar
kebangsawanan, dan lain sebagainya.
Kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah di dapat melalui kualitas pribadi keanggotaan
kelompok, kerabat tertentu, kepemilikikan, wewenang atau kekuasaan.
Penentuan lambang-lambang (Simbol status) atau kedudukan, seperti tingkah laku, cara
berpakaian dan bentuk rumah.
Tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan.
Alat solidaritas di antara individu-individu/ kelompok yang menduduki system sosial yang
sama dalam masyarakat.
Fungsi Stratifikasi Sosial di dalam bidang Peternakan : Mempermudah dalam proses penyuluhan
maupun proses penggolongan, apakah itu penggolongan berdasarkan ekonomi maupun
pendidikan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas
yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun
campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia
tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada
dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan
stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat didalam kelas atas,
namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimansi stratifikasi sosial ada 4 yang dapat tergolongkan, yaitu kekayaan,
kekuasaan, ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya akan berdampak terwujudnya hukum
rimba, dimana yang tergolong menjadi kelas atas sepenuhnya akan memegang peranan kelas
bawah. Didalam stratifikasi sosial ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu: metode obyektif
yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam
masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam
bermasyarakat.

Disamping adanya pendekatan, dalam stratifikasi juga ada teori. Ada 5 teori yang
harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang
mengarah kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang
mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk,
teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan
teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.

L. Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi.
Dan perlu kita perhatikan bahwa stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih
baik. Maka sifat optimis dan merasa cukup dalam hal ini sangat diperlukan

Daftar Pustaka

Horton, Paul B; dan Hunt, Chester L. 1990. Sosiologi. Jakarta 10430: Penerbit Erlangga.
Soekanto, Soerjono. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV.
Rajawali.
Miftahul Khoiri, 2014, Fungsi Stratifikasi Sosial di Masyarakat,
http://www.ilmusosilogi.com/2014/11/fungsi-stratifikasi-sosial-di-masyarakat.html
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta : IKAPI, 1994).
Robert M. Z. Lawang, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Sanderson Stephen K.. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap
realitas sosial. (Jakarta: PT RajaGrafindo., 2003).
Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).
Dra.MutamimahBudiwati,sosiologi,2004.andi
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka
jakarta,1989.
prof.Dr.S.Nasution,Ma sosiologi pendidikan 2004 jakarta pt bumi aksara.
Dutcan Mitchel (alih bahasa: Sahat Simamora), Sosiologi (Jakarta: Bina Aksara, 1984).
Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama.
Soelaeman, M. Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.
www.ilmusosiologi.com/.../lapisan-lapisan-dalam-masyarakat.html.

Anda mungkin juga menyukai