Makalah Sosiologi
Stratifikasi Sosial
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas softskill ini akhirnya bisa diselesaikan.
Tugas softskill dengan judul stratifikasi sosial ini disesuaikan dengan tujuannya untuk
menunjang perkuliahan dalam mata kuliah IBD(ilmu budaya dasar) serta memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen kepada saya.
baik isi maupun redaksinya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
memperbaiki tugas ini untuk selanjutnya.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun
tidak terhadap terselesaikannya tugas sofftskil ini.
Akhir kata, insya Allah tugas softskil ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membutuhkannya.
Depok, November 2015
Penyusun
Kata Pengantar.....i
Daftar Isi.ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang.1
b. Rumusan Masalah2
c. Tujuan..3
BAB II
PEMBAHASAN
PENUTUP
a. Kesimpulan15
b. Saran..16
DAFTAR PUSTAKAiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal-hal
tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi terhadap hal-hal
tertentu, akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya.
Misalnya jika masyarakat menghargai kekayaan material dari
pada kehormatan maka mereka yang memiliki kekayaan tinggi akan menempati
kedudukan yang tinggi dibandingkan pihak-pihak lainnya. Gejala tersebut akan menimbulkan
lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
kedudukan berbeda-beda secara vertikal.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana
anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Stratifikasi berasal dari kata
stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Sebagaimana Pitirin A. Sorokin
mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Sementara Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan wewenang,
ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial
masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan
dua unsur baku dalam lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial. Yang
diartikan sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara
individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin stratum
(tunggal) atau strata (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat
diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat.
Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli.
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-
kelas yang tersusun secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan
kelas-kelas yang lebih rendah. Menurut Sorokin, dasar dan inti dari lapisan-lapisan dalam
masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-
kewajiban, dan tanggung-jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya diantara anggota masyarakat.
b. Max Weber
c. Cuber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori
dari hak-hak yang berbeda
Sosial Stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan
prestise.
Pemahaman antara stratifikasi sosial dan kelas sosial sering kali di samakan, padahal di
sisi lain pengertian antara stratifikasi sosial dan kelas sosial terdapat perbedaan. Penyamaan dua
konsep pengertian stratifikasi sosial dan kelas sosial akan melahirkan pemahaman yang rancu.
Stratifikasi sosial lebih merujuk pada pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam
heirarki secara vertical. Membicarakan stratifikasi sosial berarti mengkaji posisi atau kedudukan
antar orang/sekelompok orang dalam keadaan yang tidak sederajat. Adapun pengertian kelas
sosial sebenarnya berada dalam ruang lingkup kajian yang lebih sempit, artinya kelas sosial lebih
merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Kelas sosial
cenderung diartikan sebagai kelompok yang anggota-anggota memiliki orientasi politik, nilai
budaya, sikap dan prilaku sosial yang secara umum sama.
Dengan demikian, dapat saya simpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan pembedaan
masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat
berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege (hak istimewa atau kehormatan) dan prestise
(wibawa).
Terjadinya secara otomatis, karena factor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya
: Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam
masyarakat.
Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan
dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai
politik, Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan
masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan
stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan,
dan harta dalam batas-batas tertentu.
Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat
tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat berpindah
dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu. Dengan demikian
berarti dalam sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan mempunyai
kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status, atau mungkin juga
justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan kuantitas usahanya sendiri.
Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang kuat pada setiap anggota
masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi
terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada
Sistem stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu
ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat
masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di
india misalnya:
a) Keanggotaan pada kasta diperoleh karena warisan/ kelahiran. Anak yang lahir memperoleh
kedudukan orang tuanya.
b) Keanggotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karena seseorang tak
mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya.
c) Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
e) Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta,
identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan
lain sebagainya.
Ada juga yang namanya Stratifikasi campuran. Stratifikasi campuran, diartikan sebagai
sistem stratifikasi yang membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi
membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain
Dengan demikian, stratifikasi terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup,
terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi
kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu
seseorang yang berada dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-
sungguh. Sedangkan stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat
didalam kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Di dalam lapisan-lapisan Sosial yang tertutup, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota
dari suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran ( keturunan,dalam lapisan-lapisan
Sosial yang tertutup dengan jelas di lihat dalam masyarakat India yang berkasta, masyarakat
Bali, dan didalam masyarakat feodal serta dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-
perbedaan rasial.
Di dalam stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, sifat individu, anggota masyarakat
mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri (prestasi) untuk naik lapisan
atau bagi mereka yang beruntung (tak berprestasi) jatuh dari lapisan yang atas kelapisan
dibawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi peangsang yang lebih besar kepada
sikap anggota masyarakat untuk memperkembangkan kecakapannya / prestasinya, karena itu
sistem tersebut sesuai untuk dijadikan landasan pembangun masyarakat.
Bahwa didalam masyarakat ada lapisan-lapisan sosial yang sengaja disusun atau dibentuk
yaitu ada dalam suatu organisasi formil.
D. Dimensi Stratifikasi Sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif
banyak. Biasanya lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai
oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka
yang mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan juga
mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan
anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:
1. Ukuran Kekayaan
Siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan
tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-
caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya., kebiasaan untuk
berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar
menempati lapisan atasan.
3. Ukuran Kehormatan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat
yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi
gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha untuk
mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.
Ada empat yang mendorong seseorang untuk disegani maupun dihormati dalam konteks
stratifikasi sosial. Yang pertama adalah kekayaan. Dengan adanya suatu kekayaan, orang akan
membeli apa saja yang dia mau. Yang kedua adalah kekuasaan. Kekuasaan akan digunakan
sebagai penundukan seseorang yang berada dibawahnya. Yang ketiga adalah kehormatan,
dimana seseorang akan disegani oleh masyarakat jika ia adalah tokoh utama dan yang di
sepuhkan di masyarakat itu. Yang keempat adalah ilmu pengetahuan, jika seseorang
pendidikannya tinggi dan dia sudah mendapatkan gelar doktor maupun magister, secara tidak
langsung akan ada rasa sistem kelas terhadap seseorang yang tidak pernah sama sekali
menduduki bangku sekolah.
Suatu pelapisan sosial itu terjadi berdasarkan suatu kriteria tertentu, dan dengan berdasarkan
kriteria-kriteria tersebut, maka dapatlah bentuk-bentuk strata sosial antara lain sebagai berikut:
1) Kriteria biologis
Golongan laki-laki
Golongan wanita, selain itu ada juga sejumlah individu yang banci.
b. Menurut umurnya:
Golongan anak-anak
Golongan dewasa
Golongan tua
2) Kriteria Geografis / Territorial
Dapat digolongkan atas : masyarakat desa, masyarakat kota (kota kecil, kota madya, dan kota
besar)
3) Kriteria Ekonomis
Yaitu berdasarkan hak milik penduduk, maka terdapat stratifikasi Sosial dalam tiga kelas :
Dalam kriteria politis, yang utama adalah golongan yang menganut aliran politik, yaitu
anggota partai politik dan gerakan masa,yang lain adalah golongan non partai.
Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat pusat (pemimpin pusat) berkedudukan di ibu kota
negara.
Golongan pemegang kekuasaan politik tingkat daerah (tk. I / propinsi)
Golongan pimpinan Partai tingkat Cabang
Stratifikasi Sosial yang berdasarkan status jabatan / politik, terdapatlah heirrakhi, yakni
urutan tingkatan dari yang paling atas sampai pada yang paling bawah. Demensi Stratifikasi
Sosial modern terbagi menjadi tiga golongan , yakni:
a. golongan tinggi,
b. golongan menengah,
c. golonagan rendah
6) Kriteria Kehormatan
Ukuran kehormatan, terlepas dari ukuran kekayaan / kekuasaan. Orang yang paling
disegani karena kelebihannya, dihormati,dan mendapat tempat teratas. Ukuram semacam ini
banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisionil, pada golongan tua atau orang yang
pernah berjasa kepada masyarakat
Dilihat dari segi agama, dalam masyarakat terdapat lapisan-lapisan yang berdasarkan
keagamaanm. Misalnya :
9) Kriteria Marxisme
2 Kelas buruh proletar ( buruh yang hanya bermodal tenaga kerja saja)
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan
sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang
kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang
digunakan bagi tiap-tiap masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu
hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah menetap
dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab sebagai orang-
orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat misalnya pada masyarakat Batak, di
mana marga tanah, yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai
kedudukan yang tinggi.
Dapat saya uraikan bahwa dampak adanya suatu stratifikasi akan mengakibatkan adanya
hukum rimba. Siapa yang kuat, dialah yang menang. Kelas yang tergolong atas akan memegang
peranan kelas bawah yang notabenya harus disamakan, karena sesama makhluk tuhan. Secara
teoritis memang semua masyarakat dianggap sederajat, akan tetapi pembedaan tersebut
merupakan gejala universal yang merupakan sistem sosial dalam masyarakat. Maka dari itu,
meski ada stratifikasi sosial seseorang atau masyarakat harus memegang konsep keadilan
sebagaimana yang diterangkan dalam firman Allah SWT.
Yang Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.
G. Mobilitas Sosial
Dalam sosiologi mobilitas sosial berarti perpindahan status dalam stratifikasi sosial.
Sebagaimana nampak dari definisi Ransford, mobilitas sosial dapat mengacu pada individu
maupun kelompok. Contoh yang diberikan Ronsford mengenai mobilitas sosial individu ialah
perubahan status seseorang dari seorang petani menjadi seoarang dokter. Mobilitas sosial suatu
kelompok terjadi manakala suatu minoritas etnik atau kaum perempuan mengalami monilitas,
misalnya mengalami peningkatan dalam penghasilan rata-rata bila dibandingkan dengan
kelompok mayoritas.
Suatu bahan pokok yang banyak mendapat perhatian ahli sosiologi adalah masalah
mobilitas intragenerasi dan mobilitas antargenerasi. mobilitas intragenerasi mengacu pada
mobilitas sosial yang dialami seseorang dalam masa hidupnya; misalnya dari asisten dosen
menjadi guru besar atau dari perwira pertama menjadi perwira tinggi. Mobilitas anatargenerasi
dipihak lain mengacu kepada perbedaan status yang dicapai seseorang dengan status orang
tuanya; misalnya anak seorang tukang sepatu yang berhasil menjadi insyiur, atau anak menteri
menjadi pedagang kaki lima.
Suatu study yang sering menjadi bahan acuan dalam bahasan mengenai mobilitas
antargenerasi ialah penelitian Blau dan Duncan terhadap mobilitas pekerjaan di AS. Kedua
ilmuan sosial ini menyimpulkan dari data mereka bahwa masyarakat Amerika merupakan
masyarakat yang relatif terbuka karena didalamnya telah terjadi mobilitas sosial vertikal
antargenerasi, dan dalam mobilitas intragenerasi pengaruh pendidikan dan pekerjaan individu
yang bersangkutan lebih besar dari pada pengaruh pendidikan dan pekerjaan orang tau. Dengan
perkatan lain, dalam tiap generasi telah terjadi peningkatan sattus anak sehingga melebihi status
orang tuanya. Dan dalam tiap generasi pun telah terjadi peningkatan status anak sehingga
melebihi status yang diduduki pada awal kariernya sendiri.
1. Metode obyektif
Yaitu suatu penilaian obyektif terhadap orang lain dengan melihat dari sisi pendapatannya, lama
atau tingginya pendidikan dan jenis pekerjaan.
2. Metode subyektif
Dalam metode ini strata sosial dapat dirumuskan menurut pandangan anggota masyarakat yang
menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat.
3. Metode reputasi
Dalam metode ini golongan sosial dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat
menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu.
Dengan demikian, ada tiga pendekatan dalam memplajari stratifikasi sosial, yaitu: metode
obyektif yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada
kedudukan dalam masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian
seseorang dalam bermasyarakat.
I. Teori-teori Stratifikasi Sosial
Ada beberapa teori yang harus kita pahami dalam memplajari stratifikasi sosial:
1. Teori Evolusioner-Fungsionalis
Dikemukakan oleh ilmuwan sosial yaitu Talcott parsons. Dia menganggap bahwa evolusi
sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang, yang
disebutnya sebagai kapitalis adaptif.
3. Teori Kelangkaan
Teori kelangkaan beranggapan bahwa penyebab utama timbul dan semakin intensnya
stratifikasi disebabkan oleh tekanan jumlah penduduk.
4. Teori Marxian
5. Teori Weberian
1. Ukuran kekayaan
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati
lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran
kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat
biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3. Ukuran kehormatan
Unsur-unsur stratifikasi :
1. Kedudukan (Status) Yaitu kedudukan sebagai tempat/posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial
2. Peranan (Role) Yaitu Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seperti peranan
peternak kambing sebagai penggerak roda perekonomian yang secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
1. Ascribed
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta,
golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
2. Achieved
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang
dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti peternak kambing yang bisa menjadi sukses
karena keuletan dan kegigihannya sehingga bisa mengangkat derajat kehidupannya, harta
kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll.
3. Assigned
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam lingkungan masyarakat
yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat.
Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah saya paparkan diatas, maka dapat saya simpulkan bahwa
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelas-kelas
yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun
campuran. Stratifikasi tertutup yaitu seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia
tidak akan menjadi kelas bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada
dikelas bawah bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan
stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat didalam kelas atas,
namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia tinggal.
Dalam dimansi stratifikasi sosial ada 4 yang dapat tergolongkan, yaitu kekayaan,
kekuasaan, ehormatan, ilmu pengetahuan. Semuanya akan berdampak terwujudnya hukum
rimba, dimana yang tergolong menjadi kelas atas sepenuhnya akan memegang peranan kelas
bawah. Didalam stratifikasi sosial ada tiga pendekatan yang digunakan, yaitu: metode obyektif
yang mengarah kepada secara fisiknya, metode subyektif yang mengarah pada kedudukan dalam
masyarakat sedangkan metode reputasi mengarah kepada penyesuaian seseorang dalam
bermasyarakat.
Disamping adanya pendekatan, dalam stratifikasi juga ada teori. Ada 5 teori yang
harus kita ketahui dalam stratifikasi sosial, diantaranya teori Evolusioner-Fungsionalis yang
mengarah kepada kecenderungan perkembangan masyarakat, teori Surplus Lenski yang
mengarah kepada egoisme, teori Kelangkaan yang mengarah kepada tekanan jumlah penduduk,
teori Marxian mengarah kepada kekayaan seseorang menentukan stratifikasi sosial, sedangkan
teori Weberian yang menagarah kepada stratifikasi tidak berlandasan kepemilikan.
L. Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka dalam
melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi.
Dan perlu kita perhatikan bahwa stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih
baik. Maka sifat optimis dan merasa cukup dalam hal ini sangat diperlukan
Daftar Pustaka
Horton, Paul B; dan Hunt, Chester L. 1990. Sosiologi. Jakarta 10430: Penerbit Erlangga.
Soekanto, Soerjono. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV.
Rajawali.
Miftahul Khoiri, 2014, Fungsi Stratifikasi Sosial di Masyarakat,
http://www.ilmusosilogi.com/2014/11/fungsi-stratifikasi-sosial-di-masyarakat.html
Abdulsyani, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta : IKAPI, 1994).
Robert M. Z. Lawang, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Sanderson Stephen K.. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap
realitas sosial. (Jakarta: PT RajaGrafindo., 2003).
Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).
Dra.MutamimahBudiwati,sosiologi,2004.andi
departemen pendidikan dan kebudayaan kamus besar bahasa indonesia,balai pustaka
jakarta,1989.
prof.Dr.S.Nasution,Ma sosiologi pendidikan 2004 jakarta pt bumi aksara.
Dutcan Mitchel (alih bahasa: Sahat Simamora), Sosiologi (Jakarta: Bina Aksara, 1984).
Saptono, dan Bambang Suteng Sulasmono. 2007. Sosiologi. Jakarta: PT. Phibeta Aneka Gama.
Soelaeman, M. Munandar. 2006. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Refika Aditama.
www.ilmusosiologi.com/.../lapisan-lapisan-dalam-masyarakat.html.