Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN DASAR DALAM EKOLOGI TUMBUHAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi, yang semakin membengkak menuntut


ditingkatkannya persediaan bahan pangan dan bahan baku energy. Fakta atau keadaan yang
terjadi dilapangan adalah daya dukung seumber daya alam semakin labil akibat pemanfaatan
yang semakin eksplosit tanpa mengindahkan kaidah-kaidah ekologis. Keadaan lingkungan juga
yang berdampak buruk seperti gagalnya pertanian akibat kekeringan , perusakan lingkungan dan
lainnya, hal seperti ini sudah merupakan bayangan suram yang tak dapat lagi dipungkiri.

Kerusakan alam yang terjadi dan berdampak pada pertanian telah mengajarkan pada kita, bahwa
alam merupakan sesuatu yang liar, yang perlu dijinakkan dengan suatu teknologi tertentu dan
profesionalisme, namun pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan tanpa diikuti oleh
usaha-usaha yang menganut prinsip-prinsip ekologi akan menambah rumitnya masalah
lingkungan pertanian.

Kurangnya kesadaran oleh manusia juga tidak akan memberikan dampak yang baik pada
keadaan lingkungan yang semakin memburuk walau dengan pengguanaan metode yang lebih
baik. Oleh karena itu, pengkajian masalah lingkungan mulai dari pengkajian interaksi antara
manusia dengan lingkungannya, ekologi pertanian , ekologi tanaman , ekologi pertanian dan
ekologi kehutanan. Analisa dampak lingkungan yang buruk memberikan gambaran bahwa, faktor
lingkungan dan kesadaran dari manusia sendiri untuk menjaga alam juga harus lebih
ditingkatkan.

Di negara-negara yang maju masalah lingkungan sudah lebih daripada setengah abad menjadi
pembicaraan masyarakat di luar maupun di dalam sekolah dengan kehangatan yang mengalami
pasang surut. Bahwa ilmu lingkungan atau apapun namanya perlu diketahui oleh tiap warga
negara, lewat pendidikan formal , nonformal ataupun informal, hal ini diakui dengan tulus ikhlas.

Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut ekologi. Ilmu
lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan ilmu murni dan ilmu terapan. Ilmu
lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan
terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang
lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu
lingkungan, seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari dalam unit
populasi. Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organisme hidup yang
sama. Menentukan populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah dalam sebuah
wilayah, dimana jarak menjadi sebagai penghalang antar individu, seperti halnya gajah atau
harimau di Asia, pohon cemara di Eropa, bahkan manusia di dunia.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami susun
adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan tujuan ekologi tumbuhan?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan?
3. Apa saja pendekatan ekologi tumbuhan?
4. Apa saja mafaat dari terapan ekologi tumbuhan?
5. Bagaimana pengoptimalisasian RTH (Ruang Terbuka Hijau)?

1.3 Tujuan Masalah

Dalam rumusan masalah di atas, terdapat tujuan dan manfaat diantaranya:


1. Memahami pengertian dan tujuan Ekologi Tumbuhan.
2. Mengetahui sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan
3. Menjelaskan pendekatan Ekologi Tumbuhan.
4. Mengetahui apa saja manfaat terapan dari Ekologi Tumbuhan.
5. Mengetahui pengoptimalisasian RTH (Ruang Terbuka Hijau).

1.4. Batasan Masalah

Batasan-batasan permasalahan adalah hanya membahas Motivasi Belajar dengan pokok bahasan
sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian Ekologi Tumbuhan.
2. Menjelaskan aspek pokok Ekologi Tumbuhan
3. Menjelaskan mengenai sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan.
4. Menjelaskan apa saja spesialisasi Ekologi Tumbuhan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekologi

2.1.1 Pengertian Ekologi secara Umum

Istilah Ekologi diciptakan oleh sarjana jerman ernst haeckel, seorang biologiawan jerman, pada
tahun 1869. Istilah ini terdiri atas dua suku kata yunani oikos yang pertama kali berasal dari
seorang biologi Jerman Ernest Haeckel, 1869. Berasal dari bahasa Yunani Oikos (rumah
tangga) dan logos (ilmu), secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk
hidup. Yang merupakan makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya.

Miller dalam Darsono (1995:16) Ekologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antara
organisme dan sesamanya serta dengan lingkungan tempat tinggalnya Odum dalam Darsono
(1995: 16) Ekologi adalah kajian struktur dan fungsi alam, tentang struktur dan interaksi antara
sesama organisme dengan lingkungannya dan ekologi adalah kajian tentang rumah tangga bumi
termasuk flora, fauna, mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu
sama lain. Soemarwoto dalam Darsono (1995:16) Ekologi adalah ilmu tentang hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Resosoedarmo dkk, (1985:1)[3]
ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Subagja dkk, (2001:1.3). Ekologi merupakan bagian ilmu dasar Dalam ilmu
lingkungan manusia mempunyai hak khusus, semuanya dipandang dari kepentingan manusia,
tetapi manusia juga harus mempunyai tanggung jawab yang paling besar terhadap lingkungannya
dimana tanggung jawab ini tidak mungkin diserahkan kepada makhluk hidup lain. Manusia
memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu antroposentrik. Manusia menganggap alam
diciptakan untuk kepentingan dirinya. Secara implisit bahwa sudah sejak lama telah dibutuhkan
bangun alam agar tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia. Ilmu dan
teknologi diciptakan untuk menguasai alam. Dengan pandangan antroposentrik yang disertai
dengan keinginan taraf hidup yang makin tinggi dan perkembangan ilmu dan teknologi yang
amat pesat, eksploitasi lingkungan semakin meningkat. Kecenderungan peningkatan itu
ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya umum yang dimiliki bersama atau boleh
dikatakan tidak ada yang memiliki. Oleh karena itu perlunya mempelajari ilmu lingkungan hidup
agar dapat menempatkan diri sesuai dengan porsinya di dalam lingkungan yang harus kita jaga.

2.1.2 Pengertian Ekologi Tumbuhan

Ekologi tanaman mengandung dua pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman sebagai
obyek. Ekologi berasal dari kata eikos = rumah, dan logos = ilmu. Tanaman mengandung arti
tumbuhan yang telah dibudidayakan untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya dijadikan sebagai
alat pemenuhan kebutuhan yang memiliki nilai ekonomi. Secara etimologis, ekologi tanaman
berarti ilmu tentang tanaman di rumah (lingkungan) sendiri. Ekologi Tanaman yaitu ilmu yang
membicarakan tentang spektrum hubungan timbal balik yang terdapat antara tanaman dan
lingkungannya serta antara kelompok-kelompok tanaman. Dalam hal ini penting disadari bahwa
tanaman tidak terdapat sebagai individu atau kelompok individu yang terisolasi. Semua tanaman
berinteraksi satu sama lain dengan lingkungan sejenisnya, dengan tanaman lain dan dengan
lingkungan fisik tempat hidupnya. Dalam proses interaksi ini, tanaman saling mempengaruhi
satu dengan lainnya dan dengan lingkungan sekitarnya, begitu pula berbagai faktor lingkungan
mempengaruhi kegiatan hidup tanaman. Ciri khas ekologi tanaman (plant ecology) adalah
tanaman dapat mengubah energi kimia menjadi energi potensial dan mengubah bahan anorganik
menjadi bahan organik.

2.2 Sejarah dan perkembangan Ekologi Tumbuhan


2.2.1 Sejarah Ekologi Tumbuhan

Sedangkan interaksinya dengan sesama biotik menyebabkan terjadinya simbiotik dari berbagai
makhluk hidup. Kajian ekologi komunitas berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di Eropa yang
dipelopori oleh Braun-Blaunquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh para ahli lainnya.
Mereka tertarik untuk mempelajari komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas. Kutub
lainnya di Amerika, seperti Cowles (1899), Clements (1916), dan Gleason (1926) yang
mempelajari perkembangan dan dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford
(1913,1937), Adams (1909), dan Dice (1943) di Amerika dan Elton di Inggris mengungkapkan
hubungan timbal balik antara tumbuhan dan hewan.Bila ditinjau dari peristilahannya, telah
diperkenalkan oleh seorang ekologiwan Jerman yang bernama Ernest Haeckle (1866). Ekologi
berasal dari kata Latin oekologie yang berasal dari kata oikos yang berarti rumah dan logos
yang berarti kajian atau ilmu. Jadi ekologi berarti kajian organisme di habitatnya atau di tempat
hidupnya. Menurut Ernest Haeckle ekologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi
alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya. Menurut C. Elton
(1927) ekologi adalah ilmu yang mengkaji sejarah alam atau perkehidupan alam (natural history)
secara ilmiah, dan menurut Andrewartha (1961) ekologi adalah ilmu yang membahas penyebaran
(distribusi) dan kemelimpahan organisme. Sedangkan Eugene P. Odum (1963) menyatakan
bahwa ekologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur dan fungsi alam. Charles J. Krebs
(1978) menyatakan ekologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji interaksi-interaksi yang
menentukan penyebaran dan kemelimpahan organisme. Sekarang definisi ekologi adalah ilmu
yang mempelajari interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, baik lingkungan biotik
maupun lingkungan abiotik. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya, bagaimana
lingkungan mempengaruhinya, dan bagaimana makhluk hidup merespon pengaruh tersebut.
Pada saat yang bersamaan perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak dikembangkan para
ahli. Pendekatan secara teoritis dikembangkan oleh Lotka (1925), dan Voltera (1926) menstimuli
pendekatan secara eksperimen. Pada tahun 1940-an dan 1950-an Lorenz dan Tinbergen
mengembangkan konsep-konsep tingkah laku yang bersifat instink dan agresif. Sedangkan
tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edward (1960)
secara mendalam di Inggris. Berdasarkan penemuan-penemuan dari Darwin (1859) dan Wight
(1931) ekologi berkembang kearah kajian genetika populasi, kajian evolusi, dan adaptasi. Leibig
(1840) mengkaji pengaruh lingkungan nonbiotik terhadap organisme, sehingga ekologi
berkembang ke arah eko-klimatologi dan ekofisiologi.

2.2.2 Perkembangan Ekologi Tumbuhan


Ahli-ahli ekologi tumbuhan mencoba menemukan faktor-faktor yang men-dukung dan
berperanan dalam kehidupan vegetasi. Mereka terus menerus mencoba melakukan penelitian ke
arah yang lebih baik, sebagaimana ahli biologi lainnya dengan mengikuti perkembangan
kemajuan bidang kimia dan fisika, seperti ditemukannya DNA, ikatan hidrogen dan partikel sub
atom dan lain-lain. Manusia selalu berusaha untuk mengetahui hasil penemuan yang sudah ada,
dan dalam rangka untuk menggali penemuan yang akan datang. Ahli ekologi tumbuhan sangat
berkeinginan untuk mengetahui hubungan yang lengkap antara tumbuhan yang satu dengan yang
lainnya dan dengan lingkungannya.

Secara lebih mendasar, ekologiwan tumbuhan ingin menjawab beberapa perta-nyaan seperti;
Bagaimana tumbuhan mengatasi masalah dispersal, perkecambahan pada tempat yang cocok,
kompetisi, nutrien dan pembebasan energi? Bagaimana tumbuhan dapat bertahan terhadap
keadaan yang kurang baik atau yang membahayakan, seperti api, banjir, kemarau panjang dan
lain-lain? Bagaimana tumbuhan dapat menjelaskan keberadaannya, kekuatan tumbuh dan
jumlahnya pada masa yang lalu, sekarang dan masa yang akan datang pada habitat mereka?
Dengan mengembangkan pertanyaan tersebut di atas, maka banyak sekali informasi yang bisa
digali dari hubungan sesama tumbuhan dan dengan lingkungannnya. Ada ekologiwan yang
tertarik kepada masalah-masalah yang bersifat mendasar dalam melakukan deskripsi vegetasi,
tetapi ada juga ekologiwan yang yang tertarik pada masalah penerapan informasi dasar tersebut,
sehingga memunculkan ekologi terapan. Ekologiwan tumbuhan terapan banyak dikenal sebagai
manajer penggembalaan ternak, rimbawan atau agronomiwan. Mereka berusaha untuk
mengetahui bagaimana tumbuhan beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga tumbuhan
tersebut dapat tetap berada pada habitatnya. Peletak dasar ekologi tumbuhan adalah Friedrich
Heinrich Alexander von Humbolt (1769-1859) ahli botani. Ia banyak meneliti tentang botani, dan
memperkenalkan term assosiasi, fisiognomi, hubungan antara distribusi tipe vegetasi dengan
faktor-faktor lingkungan seperti elevasi, ketinggian, dan temperatur. Humbolt juga dikenal
sebagai tokoh geografi tumbuhan.

Ekologi tumbuhan berkembang dengan cepat setelah beberapa ahli botani juga tertarik meneliti
ekologi tumbuhan. Johannes Warming (1841-1924) berhasil mengidentikasi 2600 spesimen
tumbuhan dan menulis sebuah buku tentang vegetasi (1982), dimana di dalamnya diuraikan
tentang geologi, tanah dan iklim, tipe-tipe vegetasi dan komunitas, dominan dan subdominan,
nilai adaptasi bermacam-macam life form, pengaruh api terhadap komposisi komunitas dari
suksesi serta fenologi dari komunitas dan taxa. Andreas Franz Wilhelm Shimper (1856-1901)
ahli botani Jerman, ia menerbitkan buku yang berjudul Plant Geography on a Physiological Basis
(1898 dan 1903), sebagai pemula ekofisiologi. Selanjutnya Jozep Paczoski (1864-1941) dan
Leonid Ramensky (1884-1953) telah menulis hal-hal yang berkenaan dengan fito-sosiologi dan
fitocoenocis. Clinton Hart Merriam (1855-1942) dari Universitas Columbia, juga telah
melakukan ekspedisi yang panjang dalam melakukan penelitian vegetasi dalam hubungannya
dengan zona elepasi.Anton Kerner von Marilaun (1831-1898) dikenal setelah dia menerbitkan
hasil penelitiannya yang berjudul Plant Life of the Danube Basin (1863), dengan tuntas ia
menjelaskan pengertian dari suksesi. August Grisebach (1814-1879) telah melakukan perjalanan
yang luas dan telah mendeskripsikan lebih dari 50 tipe-tipe vegetasi utama dalam term
fisiognomi modern. Ia menjelaskan hubungan distribusi tumbuhan dengan faktor-faktor
lingkungan. Tokoh biologi lain yang mempunyai kontribusi dalam perkembangan ekologi
tumbuhan adalah Oscar Drude (1890 dan 1896), Adolf Engler (1903), George Marsh (1864), Asa
Gray (1889) dan Charles Darwin yang terkenal dengan bukunya Origin of Species.

Ahli ekologiwan yang sangat terkenal Frederick Edward Clements (1874-1945) besar sekali
sumbangannya terhadap kemajuan Ekologi Tumbuhan. Pada tahun 1898 ia telah menerbitkan
sebuah karya yang berjudul The Phytogeography of Nebraska. Ia juga banyak menulis keadaan
vegetasi di Amerika Utara, tentang formasi dan suksesi, varian lokal dan lain-lain. Sejak tahun
1925, ekologi tumbuhan terus berkembang dengan pesat, hal ini terjadi karena sumbangan yang
sangat besar dari para ekologiwan dari Eropa dan Amerika. Di antara ekologiwan tersebut adalah
Henry Gleason yang tahun 1926 dengan panjang lebar menulis tentang asosiasi dan komunitas
tumbuhan. Ekofisiologi telah dikembangkan sekitar tahun 1940 dan 1950 an.
Dari tahun 1940 an sampai 1970 an telah pula mengembangkan sinekologi. Di Eropa, Christen
Raunkier telah mengembangkan klasifikasi life form dan metode sampling vegetasi. Tokoh yang
juga besar andilnya dalam pengembangan ekologi tumbuhan adalah Josias Braunn-Blanquet
(1884-1980) yang mengembangkan metode sampling komunitas, reduksi data, dan nomenklatur
asosiasi.

2.3 Pendekatan Ekologi Tumbuhan

Pada saat berbicara tentang ekologi hutan maka perbincangannya tidak akan lepas dari
autekologi dan sinekologi.
1. Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme
secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap
lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan
lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan
adaptasi pohon merbau (Intsia palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.
2. Sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam
satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan
komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola
distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional,
dan lain sebagainya.
Ekologi tumbuhan berusaha untuk menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu,
populasi dan komunitas. Ketiga tingkat utama ini membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam
ekologi tumbuhan. Masing-masing tingkatan adalah bersifat nyata, tidak bersifat hipotetik seperti
spesies, jadi dapat diukur dan diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu dan populasi
tidak terpisah-pisah, mereka membentuk asosiasi dan terorganisasi dalam pemanfaatan energi
dan materi membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi dengan faktor
lingkungan di sekitarnya membentuk ekosistem.

2.3.1 Sinekologi (Ekologi komunitas)


Interaksi antara tanaman dan lingkungannyaSinekologi adalah tingkatan lebih besar dalam
ekologi tanaman, perluasan populasi berdasarkan perbanyakan dan persebaran. Sinekologi tidak
melihat individu secara sendiri, melainkan perilaku populasi baik secara spasial maupun
temporal, terdiri dari pertumbuhan populasi, homeostasis. Umumnya, vegetasi alami terdiri dari
keanekaragaman spesies yang memanfaatkan sumberdaya yang ada. Dalam sinekologi, spektrum
yang luas dari respon di tingkat selular dan seluruh tanaman tergantikan oleh keanekaragaman
yang besar pada spesies (350.000 spesies tanaman vaskular) yang menentukan komposisi
proporsi yang berbeda pada vegetasi permukaan bumi. Beberapa hal yang menjadi pokok
bahasan dalam sinekologi adalah:
Interaksi antara tanaman dengan hewan
Interaksi antar tanaman
Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu
komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan
struktur vegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem bisa juga dipelajari pengaruh
berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi
binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi tumbuhan, kajian
dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting.
Sinekologi berkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat komunitas.
Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani, Ilmu Vegetasi dan
Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan dalam hal:
1. Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan tipe vegetasi dan komunitas.
2. Komposisi dan struktur komunitas
3. Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup proses seperti transfer nutrien dan
energi antar anggota, hubungan antagonistis dan simbiotis antara anggota, dan proses,
dan suksesi (perubahan komunitas menurut waktu).
4. Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner yang menentukan bentuk komunitas secara
evolusioner.

2.3.2 Autekologi (Ekologi Spesies)


Subyek dari autekologi adalah hasil dari proses tersebut, yaitu untuk menemukan ciri yang
memungkinkan individu tanaman untuk berkembang di bawah kondisi tertentu. Tanggapan yang
mungkin terhadap lingkungan adalah reaksi biokimia sampai dengan perubahan morfologi.
Tanaman terdiri dari berbagai macam bentuk, dari tumbuhan raksasa yang berusia ratusan tahun
di hutan hujan tropis dengan siklus hidup yang dimulai dari perkecambahan untuk pembentukan
biji dalam hitungan abad, sampai pada spesies tahunan di daerah kering yang membentuk biji
hanya dalam waktu beberapa hari. Ciri yang dimilki oleh tanaman untuk menanggapi keadaan
lingkungan adalah pada struktur dan fisiologi.Autekologi memperhatikan kondisi dan tanggapan
individu spesies tanaman dalam habitat mereka. Selama evolusi, tumbuhan telah menempati
setiap habitat terestrial dengan kondisi mulai dari iklim tropis, es abadi, padang rumput, padang
gurun dan tempat dengan salinitas tinggi dimana kandungan nutrisinya yang sangat rendah.
Kondisi lingkungan yang berbeda ini mengharuskan tanaman untuk beradaptasi.
Keseluruhan ekologi tanaman dapat dibagi dalam beberapa cara. Individu tanaman akan
mengatur berbagai komponen dan menjaga keseimbangan mereka, antara lain:
Keseimbangan suhu, suhu yang diperlukan tidak berlebihan
Keseimbangan air, kondisi aktif dimungkinkan jika sel dalam kondisi air yang cukup
Keseimbangan nutrisi, pertumbuhan akan terjadi hanya dengan adanya elemen esensial
dalam nutrisi
Keseimbangan karbon, diperlukan untuk mensuplai organ yang ada untuk pertumbuhan
dan reproduksi.
Dari segi autekologi, maka bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan
tumbuhnya suatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga
dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang
liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis
binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon.

Sinekologi, berdasarkan falsafah dasar bahwa tumbuhan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya
unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup. Dalam sinekologi
komunitas tumbuhan atau vegetasi mempunyai perilaku sebagai suatu organisma utuh. Vegetasi
bisa lahir, tumbuh, matang dan akhirnya mati. Dua bidang kajian utama dalam sinekologi adalah
bidang kajian tentang klasifikasi komunitas tumbuhan dan bidang kajian tentang analisis
ekosistem.

Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah adaptasi dan tingkah laku spesies atau
populasi dalam kaitannya dengan lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi meliputi demekologi
(spesiasi), ekologi populasi dan demografi (pengaturan ukuran populasi), ekologi fisiologi atau
ekofisiologi, dan genekologi (genetika). Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu
spesies dapat terdistribusi. Bagaimana sifat fenologi, fisiologi, morfologi dan tingkah laku atau
genetik dari suatu spesies yang sukses terus pada suatu habitat. Mereka mencoba
menggambarkan bagaimana pengaruh lingkungan pada tingkat populasi, organismik dan sub
organismik. Autekologi dapat bergerak ke dalam spesialisasi lain di luar ekologi, seperti
fisiologi, genetika, evolusi dan biosistematik.Jadi autekologi adalah keseluruhan ekologi
tanaman, memperhatikan reaksi pada tingkatan organ individu (misalnya, tunas, ukuran daun,
kedalaman akar) atau hubungan antar organ (misalnya, penyebaran materi antara pucuk dan akar,
regulasi dari koordinasi akar dan pucuk). Ekologi individu tanaman menyajikan hubungan antara
stres fisiologi dengan kondisi lingkungan. Berdasarkan tingkat integrasinya maka secara ilmu,
kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi.

Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan memandang tumbuhan sebagai ukuran
yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Clements menyatakan bahwa setiap
tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini
paling sedikit yang dimaksud dengan alam lingkungannya adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini
lahir bidang kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator
lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi. Perbedaan dari kedua
bidang kajian ini adalah:

Sinekologi Autekologi
Bersifat filosifis Bersifat eksperimental
Deduktif Induktif
Deskriptif Kuantitatif
Sulit dengan pendekatan rancangan Dapat dilakukan berdasarkan rancangan
percobaan atau eksperimental design percobaan atau eksperimental design

2.4 Manfaat Terapan Dari Eekologi Tumbuhan


2.4.1 Ekologi Pertanian

Pada tahun 1230 sampai 1307 terbit buku yang berjudul OPUSRURALIUM COMMODORUM
oleh Pietro De Crecenzi, yang berisi tentang masalah-masalah lingkungan pertanian. Terbitnya
buku tersebut membuka sejarah baru di bidang pertanian, terutama yang bersangkutan dengan
masalah lingkungan tanaman, hingga menjelma menjadi ilmu lingkungan tanaman yang lazim
disebut dengan ekologi tanaman. Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan.
Berbicara ekologi pasti berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang
ada di dalamnya termasuk tanah, air, udara dan lain lain. Dimana lingkungan yang ditempati
berbagai jenis makhluk hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhannya tidak terlepas dari bantuan makhluk hidup lain,
contohnya makhluk hidup membutuhkan pelepas dahaga yaitu air, manusia membutuhkan
energy yaitu makanan baik sumber makanannya dari tumbuhan-tumbuhan maupun hewan, dan
sebagainya.

Adanya interaksi dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya disebut ekologi. Ilmu
lingkungan dapat juga dianggap sebagai titik pertemuan ilmu murni dan ilmu terapan. Ilmu
lingkungan sebenarnya ialah ekologi (ilmu murni yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan
terhadap jasad hidup), yang menerapkan berbagai asas dan konsepnya kepada masalah yang
lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia dengan lingkungannya. Dalam ilmu
lingkungan, seperti dalam halnya ekologi, jasad hidup pada dasarnya dipelajari dalam unit
populasi. Populasi dapat dikatakan sebagai kumpulan individu spesies organism hidup yang
sama. Menentukan populasi memang sukar, kalau anggotanya terpisah-pisah dalam sebuah
wilayah, dimana jarak menjadi sebagi penghalang antar individu, seperti halnya gajah atau
harimau di Asia, pohon cemara di Eropa, bahkan manusia di dunia.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu lingkungan. Berbicara ekologi pasti
berbicara mengenai semua makhluk hidup dan benda-benda mati yang ada di dalamnya termasuk
tanah, air, udara dan lain lain. Dimana lingkungan yang ditempati berbagai jenis makhluk
hidup tersebut saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Ekologi tanaman mengandung dua
pengertian, yaitu ekologi sebagai ilmu dan tanaman sebagai obyek. Ekologi berasal dari kata
eikos = rumah, dan logos = ilmu. Tanaman mengandung arti tumbuhan yang telah dibudidayakan
untuk maksud tertentu, sehingga hasilnya dijadikan sebagai alat pemenuhan kebutuhan yang
memiliki nilai ekonomi Secara etimologis, ekologi tanaman berarti ilmu tentang tanaman di
rumah (lingkungan) sendiri.

3.2 Saran
Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar bisa mengambil manfaat tentang
pentingnya mempelajari sejarah dan perkembangan ekologi tumbuhan. Sehingga, Para pendidik
dan peserta didik mampu mengetahui tentang hakekat ekologi tumbuhan secara diskriptif,
prospektif, dan berwawasan global.

DAFTAR PUSTAKA
Arief, A. 1994, Hutan Hakekat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia
Jakarta.
Dwidjoseputro, 1994. Ekologi manusia dengan lingkungannya. Penerbit erlangga, jakarta.
Hardi. 2009. Ekologi Tumbuhan. http://hardibio.blogspot.com/. [22 september
2010]
Hardjosuwarn, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi
UGM.
Indriyanto, 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Marlina, ani. 2010. Ekologi Lingkungan Hidup.
Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Sounders, Philadelphia.
Rasidi, Suswanto. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta; Universitas Terbuka
Resosoedarmo, Soedjiran. 1989. Pengantar Ekologi.Jakarta : Remadja Karya
Riyadi, Slamet. 1981. Ecology : Ilmu Lingkungan Dasar dan Pengertiannya.
Surabaya : Usaha Nasional
Suprianto, Bambang. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bandung:
Dzs UPI
Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
http://biologiasyek.blogspot.com/2010/12/pengertian-sejarah-dan-perkembangan.html
http://ekologi-hutan.blogspot.com/2010/10/ekologi-hutan.html
http://www.gudangmateri.com/2010/06/ekologi-lingkungan-hidup.html. [22 September 2010]

Anda mungkin juga menyukai