Anda di halaman 1dari 46

EKOLOGI TUMBUHAN

Disusun Oleh : Riska Pangemanan


Nim : 16507091

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
1. Jelaskan Sejarah Penemuan Ekologi Tumbuhan ?
Jawaban :
Sejarah Perkembangan Ekologi diciptakan oleh sarjana jerman ernst
haeckel, seorang Biologiawan jerman, pada tahun 1869. Istilah ini terdiri atas dua suku
kata yunani oikos yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel,
1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara
harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Yang merupakan
makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya.
Sesuatu kajian mengenai hubungan anorganik serta lingkungan organic di
Sekitarnya yang kemudian pengertian ini diperluas, yang umumnya tertera dalam
berbagai kamus dan ensiklopedia, menjadi kajian mengenai hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ernest Haecckel
ttps://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/81/Ernst_Haeckel_5.jpg

Berdasarkan pengertian tadi, sebenarnya Theophrastus seorang sahabat dan rekan


kerja dari Aristoteles telah banyak menulis tentang hubungan timbal balik antara
organisma hidup dengan lingkungannya. Tetapi yang dianggap sebagai pemula dan
mengarah pada kajian yang bersifat modern adalah para ahli geografi tumbuhan seperti
Humboldt, de Condolle, Engler, Gray dan Kerner. Mereka menulis tentang distribusi
tumbuh-tumbuhan, meskipun banyak hal-hal yang masih belum terjawab dengan
sempurna sampai sekarang. Dasar-dasar dalam geografi tumbuhan ini merupakan pangkal
dan kemudian berkembang menjadi kajian komunitas tumbuhan atau ekologi komunitas.
Braun-Blanquet
Kajian ekologi komunitas ini kemudian berkembang ke dalam dua kutub, yaitu di
Eropa yangdipelopori oleh Braun-Blanquet (1932) yang kemudian dikembangkan oleh
para ahli lainnya. Mereka tertarik dengan komposisi, struktur, dandistribusi dari
komunitas. Kutub lainnya di Amerika, seperti para pakarekologi tumbuhan Cowles
(1899): Clements (1916) dan Gleason (1926) yang mempelajari perkembangan dan
dinamika komunitas tumbuhan. Sedangkan Shelford (1913, 1937), Adams (1909), dan
Dice (1943) diAmerika, serta Elton (1927) di Inggris mengungkapkan hubungan
timbal balik antara tumbuhan dengan hewan.
Pada saat yang bersaman perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak
dikembangkan para ahli. Pendekatan secara teoritis dipelopori oleh Lotka (1925),
sedangkan Voltera (1926) menstimulasi pendekatan-pendekatan secara eksperimental.
Pada tahun 1935 Gause menemukan interaksi antara hewan pemangsa dengan hewan
mangsanya dan hubungan kompetitif di antara species, dan pada saat yang sama pula
Nicholson mempelajari kompetisiintra-species. Kemudian Anrewtha dan Birch (1954)
serta studi lapangan oleh Lack (1954) menemukan dasar-dasar yang luas untuk kajian
regulasi populasi. Penemuan daerah edar dari burung oleh Howard (1920) yang
kemudian dikembangkan oleh Nice (1930 dan 1940) berkembang menjadi ekologi
tingkah laku. Pada tahun 1940-an dan1950-an Lorenz dan Tinbergen mengembangkan
konsep-konsep tingkah laku yang bersifatinstink dan bersifat agresif. Sedangkan peranan
tingkah laku sosial dalam regulasi populasi dikembangkan oleh Wynne dan Edwards
(1960) secara lebih mendalam di Inggris. Didasarkan pada hasil-hasil penemuan-
penemuan dari Darwin (1859), Mendel (1806) dan Wight (1931) berkembang menjadi bi
dang-bidang genetika populasi, kajian evolusi dan adaptasi.
Pekerjaan Leibig (1840) merupakan pekerjaan awal dari kajian lingkungan
nonbiotis dari organisma yang kemudian berkembang menjadi eko-klimatologi dan eko-
fisiologi. Beberapa kajian di lingkungan perairan yang kemudian berkembang menjadi
ekologi energetik didasari oleh penelitian dari seorang pakar limnologi Jerman (1920)
yang memperkenalkan konsep tingkat trofik dalam pengertian konsumen dan produsen.
Kemudian Birge dan Juday tahun 1940-an, pakar limnologi Amerika, dengan
peralatannya
menguraikan budget energi dari suatu danau, dan kemudian berkembang dengan pemikir
annya mengenai produksi primer dan mengelaurkan konsep-
konsep ekologi mengenai dinamika tingkat trofik. Konsep-konsep ini kemudian oleh
Lidenmann (1942) diperkenalkan sebagai konsep dasar dalamekologi modern, yang
kemudian oleh Hutchinson dan Odum (1950-an) diperluas sehingga menjadi pelopor
dalam aliran budget energi. Studi awal mengenai siklus materi atau nutrisi dilakukan oleh
Ovington (1957) di Inggris dan Australia, sedangkan di Rusia dipelopori oleh Basilevic
dan Rodin pada tahun 1967. Sekitar abad ke 20, ekologi diakui sebagai ilmu dan
berkembang terus dengan cepat.
Apalagi disaat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan dalam mengadakan
dan memelihara mutu peradaban manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang
mendasarinya danselalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tidak satu cabang
ilmupun yang dapat mengabaikan ekologi.
Apalagi sejak timbulnya gerakan kesadaran lingkungan di seluruh duniamulai tahun
1968, dituntut kesadaran lingkungan bagi setiap orang antara lain
tentang penghematan sumberdaya, penghematan energi, masalah pencemaran udara, pencem
aran air, pencemaran tanah dan lain sebagainya. Jelasnya adanya masalah globalisasi lingkun
gan akanmengakibatkan perhatian makin mendalam kepada ekologi.Munculnya kesadaran
akan lingkungan (1970-an) menyebabkan revolusi ekologi, dimana perhatian
terhadap kajian alam meningkat (penduduk sub urban sadar akan lingkungan).
Kajianlingkungan kembali dipelajari di sekolah-sekolah serta perhatian terhadap
kehidupan liar (wildlife) dan hutan meningkat. Kajian tentang alam berkembang menjadi
ekologi dan keberadaannya menjadi ilmu yang memasyarakat (pandangan lama fokus pada
organisme dan pandangan barufokus pada sistem kehidupan alam). Ekologi berperan
mengungkapkan rahasia kehidupan dalamtahapan organisme/individu, populasi dan
ekosistem

 file:///D|/E-
Learning/EKOLOGI%20%20TUMBUHAN/Textbook/BAHAN%20AJAR.htm (1
of 105)
 ttps://www.academia.edu/22873451/Ekologi-tumbuhan?auto=download pdf
 Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Sounders, Philadelphia.
Rasidi, Suswanto. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta ; Universitas Terbuka
https://rianbio.wordpress.com/2012/07/23/pengertian-dasar-dalam-ekologi-tumbuhan/
 https://www.academia.edu/37670191/makalah_sejarah_dan_pendekatan_ekologi_tumbuh
an_Dan_Populasi.docx
2. Bagaimana Tumbuhan Dalam Lingkungan Mikro Dan Makro Serta Faktor Pembatas
Dan Adaptasi
Jawaban :

LINGKUNGAN MAKRO
Lingkungan makro merupakan suatu satu lingkungan yang berpengaruh secara umum
atau regional.
Lingkungan makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan mikro sebagai contoh
adalah lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat berbeda dengan lingkungan luar kanopi
tersebut khususnya pada kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya dan temperatur
tentunya
LINGKUNGAN MIKRO
Lingkungan Mikro yaitu lingkungn yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
manajemen. selain itu juga lingkungan mikro merupakan lingkungan yang paling dekat dengan
tanaman yang secara potensial berpengaruh terhadap organ tersebut, jadi merupakan suatu
lingkungan dimana tumbuhan harus bertanggap. Misalnya, lingkungan mikro di bawah suatu
batuan di gurun tentu lebih dingin dibandingkan dengan diluar bebatuan tersebut. Kecepatan
angin pada lingkungan mikro pada satu mm dari permukaan daun tentu mempunyai kecepatan
angin yang berbeda dengan bagian organ lain.
Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor
lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu
faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka
sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu
daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi).
Faktor Pembatas
Faktor pembatas Suatu organisme di dalam perkembangan dan pertumbuhannya akan
ditentukan oleh bahan atau faktor penting yang dalam keadaan minimum, faktor inilah yang
disebut faktor pembatas. Menurut Samingan,T.(1994), untuk dapat bertahan dan hidup di dalam
keadaan tertentu suatu organisme harus memiliki bahan-bahan penting yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Dibawah keadaan mantap bahan penting yang tersedia
dalam jumlah yang mendekati minimum cenderung merupakan pembatas. Hukum ini pertama
kali dikemukakan oleh Justus Von Liebig pada tahun 1840. Liebig merupakan perintis dalam
pengkajian pengaruh berbagai faktor terhadap pertumbuhan tanaman. Liebig menemukan bahwa
hasil tanaman seringkali dibataSi bukan oleh hara yang diperlukan dalam jumlah banyak, seperti
misalnya karbondioksida dan air tetapi oleh beberapa bahan mentah seperti boron yang
diperlukan dalam jumlah sedikit dan sangat langka di dalam tanah. Pernyataan bahwa
"pertumbuhan suatu tanaman tergantung pada jumlah bahan makanan yang diSediakan baginya
dalam jumlah minimum " terkenal Sebagai Hukum Minimum Liebig
Asas-asas mengenai faktor-faktor pembatas
“HUKUM” MINIMUM LIEBIG
Menyatakan bahwa untuk bertahan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme
harus memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan berkembang
biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dengan keadaan. Di bawah keadaan-
keadaan mantap bahan yang penting tersedia dalam jumlah paling dekat mendekati minimum
yang genting yang diperlukan akan cenderung merupakan pembatas. Hukum minimum ini
kurang dapat diterapkan di bawah” keadaan sementara” apabila jumlah, dan karenanya
pengaruhnya dari banyak bahan sangat cepat berubah.
Gagasan bahwa sesuatu organisme tidak lebih kuat daripada rangkaian terlemah dari
rantai kebutuhan ekologinya pertama dinyatakan oleh Justus Leibig pada tahun 1840. Leibig
merupakan perintis dalam pengkajian pengaruh berbagai faktor terhadap pertumbuhan tumbuh-
tumbuhan. Dia menemukan, seperti yang ditemukan pada pertanian masa saat ini, bahwa hasil
tanaman sering kali dibatasi dengan tidak tersedianya zat hara dalam jumlah banyaak, seperti
karbondioksida dan air karena merekabaginya dalam jumlah ini sering kali berlimpah-limpah
dalam lingkungan, tetapi oleh beberapa bahan mentah, seperti boron, misalnya diperlukan dalam
jumlah sedikit tetapi sangat langka dalam tanah. Pernyataannya bahwa “pertumbuhan sesuatu
tanaman tergantung pada jumlah bahan makanan yang disediakan baginya dalam jumlah
minimum”terkenal sebagai”hukum” minimum Leibig. Jadi, hukum minimum ini hanya
merupakan satu aspek dari faktor-faktor yang membataasi yang pada gilirannya hanya meupakan
satu aspek pengendali lingkungan dari organisme.

“HUKUM” TOLERANSI SHELFORD


Menyatakan bahwa kehadiran dan keberhasilan sesuatu organisme tergantung kepada
lengkapnya kompleks-kompleks keadaan. Ketiadaan atau kegagalan suatu organisme dapat
dikendalikan oleh kekurangan atau kelebihan secara kualitatif atau kuantitatif dari salah satu dari
bbeberaapa faktor yang mungkin mendekati batas-batas toleransi organisme tersebut.
Beberapa asas tambahan terhadap “hukum” toleransi dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Organisme-organisme dapat memiliki kisaran toleransi yang lebar bagi satu faktor dan
kisaran yang sempit untuk lainnya.
2. Organisme –organisme dengan kisaran-kisaran toleransi yang luas untuk semua faktor
wajar memiliki penyebaran paling luas.
3. Apabila keadaan-keadaan tidak optimal bagi suatu jenis mengenai satu faktor ekologi,
batas-batas toleransi terhadap faktor-faktor ekologi lainnya dapat dikurangi berkenaan
dengan faktor-faktor ekologi lainnya. Misalnya, Penman (1956) melaporkan bahwa
apabila nitrogen tanah merupakan pembatas, ketahanan rumput terhadap kekeringan
dikurangi. Dengan kata lain, dia menemukan bahwa lebih banyak air yang diperlukan
untuk menjaga kelayuan pada tingkat nitrogenyang rendah daripada tingkat yang tinggi.
4. Sering kali ditemukan bahwa organisme-organismedi alam sebenarnya tidak hidup pada
kisaran optimum berkenaan dengan faktor fisik tertentu.
5. Periode reproduksi biasanya merupakan periode yang gawat apabila faktor-faktor
lingkungan bersifat membatasi.
 Konsep gabungan mengenai faktor-faktor pembatas
Menyatakan bahwa kehadiran dan keberhasilan suatu organisme atau golongan- golongan
organismetergantung kepada kompleks keadaan. Keadaan yang mana pun yang mendekati atau
melampaui batas –batas toleransi dinamakan sebagai yang membatasi atau faktor pembatas. Jadi,
organisme-organisme dikendalikan di alam oleh: jumlah dan keragaman material dimana
terdapat suatu kebutuhan minimum dan faktor-faktor fisik yang gawat serta batas – batas
toleransi organismenya sendiri terhadap keadaan tersebut dan komponen-komponen lingkungan
lainnya.

 Syarat-syarat kehadiran sebagai faktor-faktor pengatur


Sinar, temperatur, dan air (hujan) secara ekologimerupakan faktor lingkungan yang
penting di darat, sinar, temperatur dan kadar garam (salinitas) merupakan tiga komponen utama
yang ada di laut. Di dalam air tawar faktor-faktor lain seperti oksigen mungkin merupakan arti
yang utama. Di dalam semua lingkungan sifat kimia dan laju pendauran hara-hara mineral pokok
merupakan perhatian utama. Semua keadaan atau syarat fisik untuk kehadiran atau hidup dapat
tidak saja merupakan faktor-faktor pembatas dalam arti yang merusak tetapi juga faktor-faktor
yang mengatur dalam arti yang menguntungkan bahwa organisme-organisme yang telah
menyesuaikan diri menanggapi faktor-faktor tersebut dalam cara sedemikian sehingga komunitas
dari organisme itu mencapai homeostatis semaksimum mungkin dibawah keadaan atau syarat itu.
 Faktor-faktor fisik mengenai kepetingannya sebagai faktor pembatas
1. Temperatur
Kehidupan hanya dapat dijumpai dapat dalam kisaran kecil sekitar 3000C mulai dari
sekitar -2000 hingga 1000 C. Sebenarnya kebanyakan jenis dan kebanyakan kegiatan terbatas
pada daerah temperatur yang bahkan lebih sempit lagi. Beberapa organisme, terutama dalam
tahap istirahat, dapat dijumpai pada temperatur yang sangat rendah, paling tidak untuk periode
singkat, sedangkan sedikit mikroorganisme, terutama bakteri dan ganggang mampu hidup dan
berkembang biak di sumber air panas di mana temperatur dekat dengan titik didih . Umumnya
batas atas lebih bersifat gawat daripada batas bawah, walaupun kenyataannya bahwa banyak
organisme tampak bergawai lebih efisien ke arah batas atas daripada kisaran toleransinya.
Kisaran variasi temperatur cenderung menjadi kurang di dalam air daripada di darat, dan
organisme perairan umumnya mempunyai batas toleransi terhadap temperatur lebih sempit
daripada ekuivalennya yaitu binatang darat. Temperatur oleh karenanya secara universal sangat
penting dan sangat sering merupakan faktor pembatas.
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara
langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir
pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan
tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya
terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja
keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme. sebenarnya sangat sulit untuk
memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya
mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu
sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari
organisme. Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk
menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum
atau keadaan harga rata- ratanya yang penting.
Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada
dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya
mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan
garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi local berdasarkan topografi dan jarak
dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem
perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian
dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman
air. Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ), bersama- sama
dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi suhu di alam tempat
tumbuhan hidup. jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung
pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi. Begitu
matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas dibandingkan
dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan demikian suhu akan naik dengan cepat.
Setelah beberapa jam tercapailah suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang
mulailah terjadi penurunan suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan
dengan radiasi yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi,
panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi berjalan terus,
akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah dari suhu udara disekitarnya.
Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan
terjadi di daerah antara ombak di tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang
dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap.
Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon pada
pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan
kadar air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan bebas maka
tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau
angin tidak menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu
mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara
dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan
uap air, akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali
oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering
jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh terhadap
iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel
debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air
inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50dapat mereduksi suhu
sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub. Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal
terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan
fungsi tumbuhan.
Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara 00 C sampai dengan
500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum dan
optimum yang diperlukan untuk aktifitas metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan
organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama
dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan
dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman
di tropika, semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 – 180 C, sedangkan untuk biji-
bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 20 C – minus 50C. Sebaliknya konifer di
daerah temperata masih bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 300 C. Tumbuhan air
umumnya mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan
tumbuhan di daratan. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap
suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim.

b. Radiasi sinar dan intensitas cahaya


Pearse (1939), menyatakan bahwa organisme berada di ujung tanduk dari suatu dilema
berkenaan dengan sinar. Penempatan protoplasma secara langsung terhadap sinar berakibat
kematian, tetapi sinar merupakan sumber energi pokok, tanpa itu tak ada kehidupan. Akibatnya,
banyak sifat struktural dan perilaku dari organisme disebabkan oleh masalah ini. Dalam
kenyataannya, organisme membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis menghasilkan zat
hijau daun (klorofil), yang nantinya berguna bagi mahkluk hidup di permukaan bumi. Klorofil
dihasilkan tanaman yang dalam trofik disebut produsen. Sinar matahari biasa dapat membatasi
apabila pada intensitas penuh, demikian juga pada intensitas rendah. Pada intensitas tinggi, foto-
oksidasi dari enzim-enzim nyata mengurangi sintesis, dan respirasi yang cepat menghabiskan
fotosintat. Sintesis protein terutamadikurangi sehingga persentase tinggi dari karbohidrat
dihasilkan pada intensitas tinggi, yang merupakan satu alasan untuk sukar memperoleh hasil
yang baik dari tanaman berprotein tinggi di daerah tropis. Intensitas cahaya atau kandungan
energi merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai
tenaga pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam
ruang/ spasial maupun dalam waktu/temporal.
Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima sejumlah
cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam mengimbangi
kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor- faktor mempengaruhi
laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan
tercapai pada sejumlah intensitas cahaya tertentu.
Harga intensitas lainnya cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat
mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik kompensasi. Harga
titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.
Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat –tempat dengan intensitas cahaya yang
tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik dalam situasi jumlah
cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang rendah pula disebut tumbuhan yang senang
teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan tumbuhan
heliofita dengan siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam
membentuk klorofil.
Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi titik
kompensasinya.
Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya dalam
mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal. Dedaunan yang
mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya
sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin
berperan sebagai pemantul cahaya sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya
ke jaringan yang lebih dalam.
c. Air
Kebutuhan fisiologi untuk semua protoplasma, air, dari ssegi ekologi merupakan faktor
pembatas utama pada lingkungan darat atau di lingkungan perairan dimanamlahnya merupakan
sasaran dari fluktuasi besar embutan, atau dalam salinitas tinggi membantu hilangnya air dari
organisme oleh osmosis. Curah hujan, kelembapan, kelas penguapan dari udara, dan suplai air
permukaan yang tersedia merupakan faktor-faktor pokok yang diukur. Hujan ditentukan
sebagian besar oleh geografi dan pola-pola gerakan-gerakan udara yang besar atau sistem-sistem
cuaca. Curah hujan menentukan kelembapan pada lingkungan di sekitarnya.
d. Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan mempengaruhi
fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu organisme terhadap lamanya
penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan
dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan
konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari
12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin. Berdasarkan
responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu:
Tumbuhan berkala panjang
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk terjadinya proses
perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
Tumbuhan berkala pendek
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses
perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.
Tumbuhan berhari netral
Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk proses perbungaannya,
misalnya tomat.
Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang tidak optimal,
maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di daerah khatulistiwa, tingkah
laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh
yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor
lainnya dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.
e. Temperatur dan Kelembapan bertindak bersama
Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada kasus interaksi kebanyakan faktor,
tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Jadi, temperatur memberikan efek
membatasinya lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim,
yakni apakah keadaan tadi sangat rendah, daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang-
sedang saja. Demikian juga, kelembapan memainkan peranan yang lebih gawat dalam keadaan
temperatur ekstrim. Dalam arti kata, hal ini adalah aspek lain dari asas mengenai faktor interaksi.
Cuaca yang panas dan lembab kurang baik untuk kumbang-kumbang, tetapi tidak baik
juga untuk tanaman kapas. Tubuh perairan yang besar sangat meredakan iklim darat dapat
disebabkan oleh panas laten yang tinggi dari penguapan dan sifat mencair dari air. Ada dua tipe
dasar dari iklim, misalnya iklim laut yang ditandai oleh embutan kurang ekstrim yang
disebabkan oleh pengaruh meredakan tubuh perairan yang besar dan iklim darat, yang ditandai
dengan keadaan ekstrim dari temperatur dan kelembapan.
f. Garam-garam biogenik: Haramakro dan Haramikro
Garam-garam yang larut yang sangat diperlukan untuk kehidupan dapat disebut sebagai
garam-garam biogenik. Sedangkan haramakro adalah unsur-unsur yang diperlukan oleh
tumbuhan dalam jumlah banyak untuk menunjang kehidupannya. Contohnya adalah unsur
C,H,O,N, S,dan Mg. Misalnya saja apabila tumbuhan kekurangan Mg dapat mengakibatkan
klorosis, yaitu daun tumbuhan tampak menguning karena kekurangan klorofil. Selain itu, batang
tanaman kelihatan layu dan kurus. Unsur mikohara adalah unsur- unsur tanaman yang
dibutuhkan dalam jumlah sedikit karena hanya sebagai komponen enzim yang penting untuk
menunjang kehidupannya. Karena keperluan yang sangat sedikit itu tampaknya dihubungkan
dengan kesedikitannya dalam kehadirannya di lingkungan. Sehingga haramakro dan haramikro
disebut sebagai faktor pembatas pada tumbuhan.
g. Arus dan Tekanan
Media atmosferik dan hidrosferik dimana organisme hidup sering kali tiddak benar-benar
diam untuk suatu periode waktu. Arus dalam air tidak hanya sebagian besar mempengaruhi
konsentrasi gas-gas dan hara, tetapi bertindak juga secara langsung sebagai faktor-faktor
pembatas. Jadi, perbedaan-perbedaan di antara komunitas suatu sungai kecil dan kolam kecil
dapat disebabkan sebagian besar oleh perbedaan besar dalam faktor arus. Banyak binatang dan
tumbuhan sungai kecil menyesuaikan secara khas secara morfologis dan fisiologis untuk
mempertahankan kedudukan dalam arus dan diketahui mempunyai batas toleransi yang pasti
terhadap faktor yang khas ini. Di darat, angin melakukan pengaruh membatasinya terhadap
kegiatan-kegiatan dan bahkan penyebaran organisme dalam cara yang sama. Burung-burung,
misalnya tetap diam dalam tempat-tempat yang terlindungi pada hari-hari yang berangin.
h. Tanah
Komponen biotik dan abiotik sangat erat berhubungan dalam tanah, yang berdasarkan
batasannya terdiri dari lapisan kulit bumi yang dilapukkan denga organisme hidup dan hasil
pembusukannya bercampur aduk. Tanpa kehidupan, bumi akan memiliki kulit bumi dan air.
Namun, tanah akan sangat berbeda sama sekali dari komponen-komponen yang kita ketahui
sekarang. Jadi, tanah tidak hanya merupakan faktor lingkungan organisme tetapi juga dihasilkan
oleh mereka (organisme tanah dan metabolisme). Tanah sebagai hasil bersih dari kegiatan iklim
dan organisme terutama vegetasi. Tanah terdiri dari bahan induk, substrat geologi atau mineral
yang mendasari di bawahnya, dan riap organik dimana organisme dan hasilnya bercampur baur
dengan butiran-butiran halus dari bahan induk yang berubah. Ruang-ruang antara butiran-
butiran di isi gas dan air. Tekstur dan kesarangan tanah merupakan sifat sangat penting dan
sebagian besar menentukan ketersediaan hara bagi tumbuhan dan binatang tanah.
i. Api
Api telah menjadi faktor pembatas lama sebelum manusia mulai mengubah secara drastis
lingkungannya dalam usahanya memperbaiki kedudukannya. Dengan kurang hati-hati yakni
dengan sifat atau kebiasaan yang sembrono manusia modern sering kali memperbesar pengaruh
api sehingga segala sesuatu yang ia cari lingkungan yang produktif di musnahkan atau dilukai.
Di lain pihak, perlindungan yaitu sempurna dari api atau kebakaran tidak selalu menghasilkan
apa yang diharapkan, misalnya, lingkungan yang lebih produktif untuk kebutuhan manusia. Jadi,
telah jelas bahwa api harus dianggap faktor ekologi bersama faktor faktor lain seperti temperatur,
hujan dan tanah. Ada beberapa tipe kebakaran di alam yang berlainan pengaruhnya. Dua tipe
yang ekstrim yang perlu di perhatikan misalnya”crown fire” (kebakaran tajuk), kebakaran tipe
ini sering kali menghancurkan vegetasi, sedangkan “surface fire”(kebakaran permukaan)
mempunyai pengaruh yang sama sekali berbeda. Yang terdahulu membatasi terhadap
kebanyakan organisme, komunitas biotik harus mulai mengembangkan semuanya kembali,
kurang lebih mulai dari permulaan lagi, dan kemungkinan diperlukan banyak tahun sebelum
daerah itu produktif lagi dari segi pandangan manusia. Kebakaran-kebakaran permukaan, di lain
pihak, melakukan pengaruh selektif, mereka lebih membatasi terhadap beberapa organisme
daripada yang lainnya, jadi membantu atau menguntungkan perkembangan organisme yang
mempunyai toleransi tinggi terhadap faktor api. Juga kebakaran permukaan yang ringan
membantu bakteri dan memecahkan tubuh-tubuh tumbuhan dan di dalam membuat hara mineral
lebih cepat tersedia bagi pertumbuhan tumbuhan baru (Odum Eugene P, 1994).
2.3 Lingkungan Abiotik dan biotik
2.3.1 Lingkungan Abiotik
Environment atau lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar suatu mahkluk hidup.
Lingkungan bagi seorang manusia diantaranya adalah faktor-faktor suhu, makanan dan manusia
lainnya. Suatu lingkungan tanaman bisa terdiri dari tanah, sinar matahari dan binatang yang akan
memakan tanaman. Lingkungan abiotik diantaranya adalah suhu, air, udara dan sinar matahari.
Lingkungan biotik diantaranya ganggang dan makanan. Keduanya biotik dan abiotik membentuk
keseluruhan lingkungan dari mahkluk hidup maupun non hidup. Lingkungan abiotik terdiri dari
faktor-faktor seperti tanah, air, udara dan radiasi. Lingkungan abiotik membentuk banyak objek
dan memberi kekuatan yang mempengaruhi satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi
komunitas di sekitar mahkluk hidup. Misalnya jenis-jenis tanaman dan binatang yang hidup dan
bagaimana cara mereka hidup di ekosistem suatu sungai sangat dipengaruhi oleh arus sungai,
suhu, kejernihan, dan komposisi kimianya (Anonymous, 2010)
Satu kelompok penting dari faktor-faktor lingkungan abiotik membentuk cuaca. Benda hidup dan
mati dipengaruhi oleh hujan, salju, suhu yang panas atau dingin, penguapan air, kelembapan,
angin, dan sejumlah kondisi-kondisi cuaca lainnya.
Setiap tahun banyak tumbuhan dan tanaman yang mati yang disebabkan oleh kondisi cuaca.
Manusia membangun rumah dan menggunakan pakaian untuk melindungi tubuh mereka dari
iklim yang keras. Mereka mempelajari cuaca dengan tujuan untuk mengetahui cara mengaturnya.
Faktor-faktor abiotik lainnya termasuk diantaranya adalah luasnya daerah untuk hidup dan
banyaknya nutrien-nutrien tertentu yang tersedia bagi organisme. Semua organisme
membutuhkan luas wilayah tertentu untuk dapat hidup dan bergerak di dalam hubungan
komunitas. Mereka juga membutuhkan nutrien yang berasal dari bukan mahkluk hidup seperti
fospor, untuk menjaga aktifitas tubuh seperti peredaran darah dan pencernaan. Ekologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dan lingkungannya (Anonymous, 2008).
2.3.2 Lingkungan Biotik
Yang termasuk lingkungan biotik diantaranya makanan, tanaman, binatang dan interaksi satu
sama lainnya juga terhadap lingkungan abiotik. Kelestarian dan kesejahteraan manusia secara
luas tergantung pada makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging. Begitu juga
dengan hubungan antara manusia dengan mahkluk hidup lainnya. Sebagai contoh beberapa
bakteri di dalam lambung membantu orang untuk dapat mencerna makanan-makanan tertentu.
Sosial dan budaya disekelilingnya juga merupakan bagian penting dari lingkungan biotik
manusia. Perkembangan sistem syaraf yang pesat meningkatkan daya ingat, daya pikir, dan
komunikasi. Manusia mengajarkan satu sama lainnya tentang hal-hal yang telah mereka pelajari.
Dengan bertambahnya pengetahuan manusia mengembangkan agama, seni, musik, sastra,
tehnologi dan ilmu pengetahuan. Kekayaan budaya dan kekayaan biologis manusia telah
menjadikan manusia melebihi binatang dan mampu mengatur lingkungannya (Spemarwoto Otto,
2001).
2.4 Relung Ekologi atau Niche
Habitat suatu organisme adalah tempat organisme itu hidup, atau tempat kemana seseorang
pergi untuk menemukannya. Sedangkan niche (relung) ekologi, merupakan istilah yang lebih
luas lagi artinya termasuk tidak ruang fisik yang diduduki organisme itu, tetapi juga peranan
fungsionalnya di dalam masyarakatnya (misalnya, posisi trofiknya) serta posisinya di dalam
gradien suhu, kelembaban, Ph, tanah dan keadaan lain dari keberadaannya itu. Ketiga aspek
relung ekologi itu dapat dikatakan sebagai relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung
multidimensi atau hypervolume. karenanya relung ekologi sesutu mahkluk tergantung tidak
hanya ada di mana dia itu hidup tetapi juga pada apa yang dia perbuat (baagaimana mereka
mengubah energi, bersikap atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah lingkungan fisik
serta biotiknya),dan bagaimana jenis lain menjadi kendala baginya (Anonymous, 2009).
Dengan kata lain, deskripsi relung ekologi secara lenggkap untuk sesuatu jenis akan mencakup
seperangkat sifat-sifat biologi dan parameter-parameter fisik yang tidak terbatas. Dalam ekologi
tumbuhan, setiap jenis tumbuhan akan mempunyai relung ekologi yang menentukan struktur
komunitas dan menunjukkan pola adaptasi di habitatnya. Relung ekologi merupakan milik yang
mewakili anggota komunitas tumbuhan di habitat tersebut.
Dalam pengertian yang lebih luas, relung ekologi tumbuhan tidak saja berkaitan dengan fungsi
ekologi tumbuhan dalam ruang fisik (habitat) tempat tumbuh-tumbuhan tumbuh dan
berkembang, tetapi juga berkaitan dengan peranannya dalam komunitas, apakah peran dalam
habitatnya, dalam jenjang makanannya atau dalam multi dimensi yang berhubungan dengan pH
tanah atau iklim. Menurut aspek-aspek tersebut, dikenal relung habitat, relung jenjang makanan,
dan relung multidimensi atau relung geografi. Dalam ekosistem, berbagai jenis tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya dalam habitat dan relung ekologi masing-masing hidup bersama dan
berinteraksi. Interaksi yang terjadi antara tumbuhan dan makhluk hidup tersebut, merupakan
interaksi yang terjadi antara tumbuh-tumbuhan dengan tumbuhan, antara tumbuhan dan
hewan/manusia atau antara tumbuhan dengan mikrobiota. Hubungan atau asosiasi yang terjadi
antara tumbuhan dengan makhluk hidup yang lain dapat bersifat netral (tidak saling merugikan),
bersifat positif menguntungkan satu atau kedua individu yang beriteraksi atau bersifat negatif
yang merugikan antara kedua individu yang berinteraksi.
2.5 Strategi Tumbuhan Terhadap Stres.
Stres merupakan suatu kondisi lingkungan yang dapat memberi pengaruh buruk pada
pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan hidup tumbuhan. Pada umumnya stres lingkungan
pada tumbuhan dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1. Stres biotik
Terdiri dari kompetisi intra spesies dan antar spesies, infeksi oleh hama dan penyakit.
a. Strategi tumbuhan terhadap herbivora
Herbivora adalah suatu ancaman yang dihadapi tumbuhan dalam setiap ekosistem. Tumbuhan
menghadapi herbivora yang begitu banyak baik dengan pertahanan fisik, seperti duri, maupun
pertahanan kimia, seperti produksi senyawa yang bersifat toksik. Sebagai contoh beberapa
tumbuhan menghasilkan suatu asam amino yang tidak umum yang disebut kanavanin yang
dinamai berdasarkan salah satu sumbernya, jackbean (Cannavalia ensiformis). Kanavanin mirip
arginin. Jika suatu serangga memakan tumbuhan yang mengandung kanavanin, molekul itu
bergabung dengan protein serangga di tempat yang biasanya ditempati oleh arginin, yang dapat
menyebabkan matinya serangga tersebut.
2. Stres abiotik
Terdiri dari Suhu (tinggi dan rendah), air (kelebihan dan kekurangan), radiasi (ultraviolet, infra
merah, dan radiasi mengionisasi), kimiawi (garam, gas, dan pestisida), angin, dan suara.
a. Strategi tumbuhan terhadap kelebihan air.
Dampak genangan air adalah menurunkan pertukaran gas antara tanah dan udara yang
mengakibatkan menurunnya ketersediaan O2 bagi akar, menghambat pasokan O2 bagi akar dan
mikroorganisme (mendorong udara keluar dari pori tanah maupun menghambat laju difusi).
Genangan berpengaruh terhadap proses fisiologis dan biokimiawi antara lain respirasi,
permeabilitas akar, penyerapan air dan hara, penyematan N. Genangan menyebabkan kematian
akar di kedalaman tertentu dan hal ini akan memacu pembentukan akar adventif pada bagian di
dekat permukaan tanah pada tanaman yang tahan genangan.
b. Strategi tumbuhan terhadap kekurangan air.
Kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan
permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju transpirasi melebihi laju absorbsi
air oleh akar tanaman. Serapan air oleh akar tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi, sistem
perakaran, dan ketersediaan air tanah. Secara umum tanaman akan menunjukkan respon tertentu
bila mengalami kekurangan air. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun
morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus menerus
akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan
mati. Respon tanaman terhadap stres air sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan
fase pertumbuhan tanaman saat mengalami stress. Respon tanaman yang mengalami stres
kekeringan mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada
pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun menjadi tebal,
adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk, sensitivitas stomata, penurunan laju
fotosintesis, perubahan metabolisme karbon dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim
dan hormon, serta perubahan ekspresi.
Senyawa biokimia yang dihasilkan tanaman sebagai respon terhadap kekeringan dan berperan
dalam penyesuaian osmotik bervariasi, antara lain gula-gula, asam amino, dan senyawa terlarut
yang kompatibel. Senyawa osmotik yang banyak dipelajari pada toleransi tanaman terhadap
kekeringan antara lain prolin, asam absisik, protein dehidrin, total gula, pati, sorbitol, vitamin C,
asam organik, aspargin, glisin-betain, serta superoksida dismutase dan K+ yang bertujuan untuk
menurunkan potensial osmotik sel tanpa membatasi fungsi enzim (Anonymous, 2009).

 D.M., F.J. JORISSEN., S. PUSKARIC and G.J. VAN DER ZWAAN 1992. Mikrohabitat
selection by benthic foraminifera in the northern adriatic sea. Jour. For am. Res. 22 (4):
297-317.
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxii(4)31-42.pdf
 Cambell, A. Neil. Biologi (Edisi Delapan Jilid 3). Jakarta: erlangga.

3. bagaimana lingkungan vegetasi dengan lingkungan abiotik dan perannya
jawaban :
1. Lingkungan Abiotik dan biotik

Lingkungan Abiotik
Lingkungan abiotik adalah semua benda mati di permukaan bumi yang bermanfaat dan
berpengaruh dalam kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya.contoh lingkungan
abiotik, misalnya tanah, air, udara, dan sinar matahari.
1. Air
Air merupakan sumber kehidupan. Air sangat dibutuhkan mahluk hidup untuk
melangsungkan kehidupan, air digunakan manusia dan mahluk hidup lainnya untuk
berbagai keperluan. Air digunakan manusia untuk minum, mandi, dan mencuci. Bagi
hewan, air juga digunaka untuk memenuhi kebutuhan air minum. Bagi tumbuhan air,
berperan untuk melarutkan unsur-unsur hara yang diserap oleh akar.

2) Tanah
Tanah merupakan bagian dari lapisan atas permukaan bumi. Tanah terbentuk dari proses
pelapukan batuan. Tanah dalam kehidupan berfungsi sebagai tempat tinggal mahluk hidup
dan menyediakan beragam bahan tambang yang dibutuhkan manusia. Tanah juga
menyediakan beragam mineral atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
proses fotosintesis.
3) Udara
Kehidupan dipermukaan bumi dapat berjalan dengan baik, salah satunya karena adanya
udara. Udara menyelimuti permukaan bumi. Lapisan udara yang menyelimuti permukaan
bumi disebut atmosfer.
4) Sinar matahari
Matahari merupakan pusat dari tata surya. Matahari termasuk bintang terdekat dengan
bumi. Oleh karena itu, pancaran sinar matahari dapat sampai ke permukaan bumi.
Sinar matahari berperan bagi kehidupan di permukaan bumi. Bagi tumbuhan, sinar
matahari berperan untuk membantu proses fotosintesis. Bagi manusia, sinar matahari
dalam kehidupan sehari-hari dimanfaatkan untuk mengeringkan jemuran dan membantu
proses pembuatan garam. Saat ini sinar matahari telah digunakan sebagai sumber energi
untuk bahan bakar mobil.
Faktor-faktor abiotik lainnya termasuk diantaranya adalah luasnya daerah untuk hidup dan
banyaknya nutrien-nutrien tertentu yang tersedia bagi organisme. Semua organisme
membutuhkan luas wilayah tertentu untuk dapat hidup dan bergerak di dalam hubungan
komunitas. Mereka juga membutuhkan nutrien yang berasal dari bukan mahkluk hidup
seperti fospor, untuk menjaga aktifitas tubuh seperti peredaran darah dan pencernaan.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dan lingkungannya.
Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik adalah semua lingkungan yang terdiri dari komponen-komponen
mahluk hidup di permukaan bumi. Komponen lingkungan biotik, misalnya tumbuhan,
hewan dan manusia.
Komponen lingkungan biotik menurut fungsinya dapat dibedakan dalam tiga kategori,
yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.
1) Produsen. Produsen adalah mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan
sendiri melalui proses fotosintesis, dengan demikian kelompok produsen ditempati
tumbuhan yang berklorofil.
2) Konsumen. Kelompok konsumen merupakan mahluk hidup yang mampu
memanfaatkan hasil pengolahan makanan dari kelompok produsen.Kelompok konsumen
tidak memiliki kemampuan untuk membuat makanan sendiri. Kelompok konsumen terdiri
dari manusia dan hewan.Kelompok hewan dibedakan menjadi herbivora, karnivora, dan
omnivora. Herbivora merupakan kelompok hewan pemakan tumbuhan. Karnivora
merupakan kelompok hewan pemakan daging.Omnivora adalah kelompok hewan pemakan
tumbuhan dan daging. Dalam rantai makanan kelompok herbivora, karnivora, dan
omnivora menempati tingkatan konsumen yang berbeda. Hewan yang memakan tumbuhan
menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat pertama. Kelompok karnivora
menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat kedua. Kelompok omnivora menempati
konsumen tingkat tiga.
3) Pengurai. Kelompok pengurai merupakan golongan organisme yang berperan
dalam menguraikan sisa-sisa jasad mati dari organisme lain. Kelompok pengurai, misalnya
bakteri dan jamur. Hasil penguraian organisme ini akan kembali menjadi unsur hara yang
menyuburkan tanah.
Hubungan dan Variasi Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang berhubungan erat dengan tumbuhan karena
tumbuhan selalu hidup pada lingkungan yang bahanya bisa mendukung pertumbuhannya.
Faktor lingkungan mempunyai banyak variasi yang nantinya variasi tersebut
mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Ada beberapa variasi faktor lingkungan,
diantaranya:
CAHAYA
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama
bagi ekosistem, struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi
matahari yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula
menjadi faktor pembatas, menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting
yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu
:
a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan pan-jang gelombang 0,39
- 7,60 mikron. Ultraviolet dan infrared tidak dimanfaat-kan dalam pro-ses fotosintesis.
Klorofil yang berwarna hijau mengabsorbsi cahaya merah dan biru, dengan demikian
panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spektrum cahaya yang bermanfaat
bagi fotosintesis. Dalam ekosistem perairan cahaya merah dan biru di serap fitoplankton
yang hidup di permukaan, sehingga cahaya hijau akan di penetrasikan ke lapisan lebih
bawah dan sulit untuk di serap oleh fitoplankton. Ganggang merah dengan pigmen
tambahan phycoerythrin atau pigmen merah coklat mampu mengabsorbsi cahaya hijau ini
untuk fotosintesisnya, dengan demikian gang-gang merah ini mampu hidup pada
kedalaman laut.
b. Intesitas cahaya atau kandungan energi cahaya.
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya yang terpenting sebagai
faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem.
Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/spasial maupun dalam
waktu/temporal. Intensitas cahaya yang tersebar terjadi didaerah tropika, terutama daerah
kering (zona arid), sedikit cahaya direfleksikan oleh awan.
Perbedaan musim mempengaruhi intensitas cahaya didaerah dengan latituda tinggi ini,
intensitas pada musim panas jauh berbeda dengan intensitas pada musim dingin. Variasi
intensitas cahaya dalam skala besar akan dimodifiksikan lagi oleh faktor topografi. Sudut
dan arah kemiringgan akan sangat berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang sampai di
permukaan bumi atau ekosistem, hal ini akan lebih terasa untuk daerah-daerah di garis
lintang tinggi, sehinga dapat menghasilkan perbedaan struktur ekosis-tem.
c. Lama penyinaran, seperti panjang hari jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam 24 jam akan mempengaruhi fungsi
dari tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme hidup tehadap lamanya si-ang hari
dikenal dengan fotoperiodisma. Dalam pertumbuhan jawaban/respon ini meliputi
perbungaan, jatuhnya daun dalam dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya
siang hari atau fotoperioda akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam pada musim
panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam
pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan malam akan ter-jadi di
daerah dengan garis lintang tinggi. Berdasarkan respon ini, tumbuhan berbunga dapat
dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Tumbuhan berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih dari
12 jam untuk terjadinya proses perbungaan. Berbagai tumbuhan tem-perate termasuk
kelompok ini, seperti macam-macam gandum (Wheat dan Barley) dan bayam.
b. Tumbuhan berkala pendek, kelompok tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih
pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, dalam ke-lompok ini termasuk
tembakau dan bunga krisan.
c. Tumbuhan berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak memerlukan perioda pan-jang hari
tertentu untuk proses perbungaan, misal tomat dan dandelion.
Reaksi tumbuhan berskala panjang dan berskala pendek membatasi penye-baran secara
longitudinal sesuai dengan kondisi fotoperiodenya. Apabila beberapa tumbuhan terpaksa
hidup di tempat yang kondisi fotoperiodenya tidak optimal, maka pertumbuhannya akan
bergeser pada pertumbuhan vegetatif. Misalnya bawang merah (tumbuhan berkala pendek),
akan menghasilkan bulbus/ umbi lapisnya yang besar apabila ditumbuhkan di daerah
dengan fotoperiode yang panjang, hal ini memberikan arti ekonomi tertentu dan banyak
dilakukan oleh pakar holtikultura. Di daerah khatulistiwa tingkah laku tumbuhan
sehubungan dengan fotoperiode ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang
mencolok. Tumbuhan akan tetapi aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor-faktor
lainnya, dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi, tidak merupakan faktor pembatas.
Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan
morfologi dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering
berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pe-ngaruh
yang khusus sering merupakan pengen-dali yang sangat penting dalam lingkunganya.

Soemarwoto Otto.2001.Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Djambatan: Jakarta

Anonymous.2008. Lingkungan Biotikdan Abiotik .http//:darkscienceimages.blogspot.co


m/2008/11/lingkungan-biotik-dan-abiotik29.html. Diakses tanggal 16 Mei 2019

Anonymous.2008. Lingkungan Biotikdan Abiotik .http//:t2.gstatic.com/?q=tbn:And9GcQ


8kulnvBSUex5ahZM9za7K6aojhacRBKLgBF-trVUXabeZNyRkiQ.Diakses tanggal 16 Mei 2019

Anonymous.2009.Relung Ekologi . http://biologi-hardiansyah.blogspot.com/p/niche- relung-ekologi-


strategi-tumbuhan.html . Diakses tanggal 16 Mei 2019

http://materi.rizkibio.com/2016/09/hubungan-vegetasi-dengan-lingkungan.html
4. Bagaimana Hubungan Fegetasi Dengan Dinamika Masyarakat Tumbuhan
Jawaban :
1. Batasan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Hubungan ini sangat erat dan kompleks sehingga Odum (1959,1971)
menyatakan bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (Environmental biology)
Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai
keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hubungan antara masyarakat
tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa dan alam lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat
dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem. Menurut Odum (op cit) Ekosistem
adalah suatu sistem di daalam alam yang mengandung makhluk hidup (organisme) dan
lingkungan yang terdiri dari zat-zat tak hidup yang saling mempengaruhi, dan di antara keduanya
terjadi pertukaran zat yang perlu untuk mempertahankan kehidupan.

Ekologi hutan adalah cabang ekologi yang khusus mempelajari masayarakat atau
ekosistem hutan. Hutan dapat dipelajari dari segi Autekologi dan Synekologi.
Autekologi mempelajari ekologi sesuatu jenis pohon, atau pengaruh suatu faktor
lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya satu atau lebih jeni-jenis pohon. Sifat
penyelidikannya mendekati fisiologi tumbuh-tumbuhan, seperti penelitian tentang pertumbuhan
pohon atau fisio ekologi.

Synekologi mempelajari huatan sebagai masyarakat atau ekosistem, misalnya pengaruh


keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan produksi hutan.

2. Sangkut Paut Ekologi dengan Ilmu Lain


Bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan ekologi hutan :
a. Taksonomi tumbuhan (floristik dan dendrologi)
Diperlukan untuk mengenal jenis-jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya di dalam
hutan.
b. Geologi dan Geomorfologi
Keadaan geologi dan feomorfologi mempengaruhi pembentukan dan sifat-sifat tanah dan
penyebaran serta hidup tumbuhan.
Tofografi atau relief mempengaruhi komposisi dan kesuburan tegakan hutan, melalui
perbedaan kesuburan dan keadaan air tanah.
Letak tinggi menyebabkan perbedaan iklim dan mempengaruhi penyebaran tumbuhan.

c. Ilmu Tanah (Pedologi)


Tanah disebut faktor tempat tumbuh (edafologi). Jenis tanah, sifat dan keadaannya
mempengaruhi penyebaran tumbuhan, tipe vegetasi, kesuburan dan produktivitas hutan.

d. Klimatologi
Iklim adalah faktor terpenting yang mempengaruhi penyebaran tumbuh-tumbuhan. Iklim
mikro suatu tempat dipengaruhi keadaan topografi dapat mempengaruhi penyebaran dan
oertunbuhan pohon.

e. Geografi Tumbuhan
Digunakan untuk mempelajari pola penyebaran berbagai jenis pohon dalam hubungan
dengan keadaan fiik bumi, susunan dan penyebaran formasi-formasi hutan.

f. Fisiologi dan Biokimia


Mempelajari proses-proses hidup tumbuhan, menyangkut proses biokimia yang terjadi
pada tumbuhan dan lingkungannya.

g. Genetika Tumbuhan

3. Status Ekologi Hutan dalam ilmu pengetahuan kehutanan


Ekologi hutan merupakan ilmu dasar terpenting dari pengetahuan silvikultur. Ekologi
hutan mempelajari hutan sebagai masayarakat atau ekosistem. Sedangkan Silviks lebih terarah
pada silvikultur (mendekati autekologi).
Aspek-aspek ekologi hutan yang penting untuk kehutanan adalah :
a. Mempelajari komposisi dan struktur hutan-hutan alam.
b. Mempelajari hubungan keadaan tempat tumbuh dengan :
(1) Komposisi dan struktur hutan
(2) Penyebaran suatu jenis pohon
(3) Permudaan hutan atau permudaan pohon
(4) Tumbuh dan riap hutan /pohon
(5) Fenologi pohon.

c. Mempelajari syarat-syarat keadaan tempat tumbuh untuk penanaman atau


permudaan alam jenis-jenis pohon kehutanan.
d. Mempelajari siklus hara mineral, siklus air dan metabolisme.
e. Mempelajari hubungan antara kesuburan tanah, iklim dan faktor-faktor lain
dengan produktivitas hutan.

II. HUTAN SEBAGAI MASYARAKAT TUMBUH-TUMBUHAN

A. Hubungan Tumbuh-tumbuhan dalam Masyarakat Hutan

Suatu masyarakat hutan adalah sekelompok tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon yang
menempati suatu tempat tumbuh atau habitat, di mana terdapat hubungan timbal-balik antara
tumbuh-tumbuhan itu satu sama lain dan dengan lingkungannya. Satuan masyarakat hutan
disebut tegakan.

1. Persaingan
Di dalam suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan, seperti hutan, terjadi persaingan antara
individu-individu dari suatu jenis (spesies) atau dari berbagai jenis, jika mereka mempunyai
kebutuhan yang sama, misalnya kebutuhan akan hara mineral tanah, air, cahaya dan ruang.
Persaingan ini menyebabkan terbentuknya susunan masyarakat tumbuhan yang tertentu
bentuknya (Life form-nya), macam dan banyaknya jenis dan jumlah individunya, sesuai dengan
keadaan tempat tumbuhnya.
Jenis-jenis pohon tertentu mempunyai suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan
dari anakannya sendiri. Zat penghambat tersebut disebut “Allelopathy”
Allelopathy dapat berupa :
a. Keluarnya zat dari akar untuk menghambat pertumbuhan dari tanaman sejenis
atau tanaman lain.
b. Tanaman mengeluarkan zat pada daun yang kemudian tercuci air hujan, zat ini
dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain.
c. Tanaman mengandunng suatu zat yang pada waktu hidup tidak bereaksi apa-apa,
tetapi kalau tanaman mati, zat akan terlepas dan terurai di dalam tanah secara kimiawi atau oleh
mikroorganisme. Zat yang lepas dapat mempengaruhi kehidupan tanaman sejenis dan tanaman
lain.
Pada daerah tropis yang curah hujan hujannya tinggi, pengaruh zat-zat ini kemungkinan
tidak nyata karena pencucian oleh air hujan.
Contoh jenis yang mengeluarkan zat allelopathy ;
– Pinus merkussi, guguran-guguran daunnya dapat menghambat pertumbuhan jenis-
jenis lain, hanya jenis tertentu yang dapat bertahan, misalnya : kerinyuh (Eupatorium odoratum)
– Alang-alang, kalau suatu daerah diinvasi alang-alang. Kecendrungan alang-alang
untuk berkuasa sangat besar, sehingga daerah tersebut kemungkinan ditumbuhi oleh alang-alang
seluruhnya.

Di padang alang-alang Pleihari, Kalimantan Selatan yang dapat tumbuh hanya jenis laban
(Vitex pubescens). Jenis Vitex ini selain tahan bersaing dengan alang-alang juga tahan terhadap
api.
– Pohon pisang (Musa spp.); rumpun pisang akan melebar kew tepi karena pangkal
pisang yang membusuk mengeluarkan zat yang meracun bagi jenisnya sendiri

2. Stratifikasi (lapisan tajuk/estase)

Di dalam masyarakat hutan, sebagai akibat persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa
(dominan) dari pada yang lain. Pohon-pohon tinggi dari stratum (lapisan) teratas mengalahkan
atau menguasai pohon-pohon yang lebih rendah, dan merupakan jenis-jenis pohon yang
mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan. Misalnya, hutan hujan (rain forest) di Way
kambas (Lampung) didominasi oleh jenis-jenis Shorea leprosula dan S. Ovalis. Kedua jenis ini
bukan hanya terdapat pada stratum A (teratas) tetapi volume kayunyapun terbesar (Soerianegara,
1967)

Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan tropis adalah sewbagai berikut :


• Stratum A
Lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 meter up. Biasanya
tajuknya diskontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang (clear bole) tinggi.
Jenis-jenis pohon dari stratum ini pada waktu mudanya, tingkat semai (seedling) hingga
sapihan (sapling), perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya
yang cukup banyak.

• Stratum B
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20 – 30 m, tajuknya pada umumnya kontinyu,
batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak begitu tinggi. Jenis-jenis
pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).

• Stratum C
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuknya kontinyu. Pohon-pohon
dalam stratum ini rendah, kecil, banyak cabang.
Di hutan Way Kambas (Soerianegara, 1967) stratum A yang tingginya 30 m ke atas
antara lain terdiri dari jenis pohon Shorea ovalis, S. Leprosula, Dipterocarpus gracilis, Canarium
littorale, C.denticulatum, Horsfieldia glabra dan Albizia lebbeckioides. Stratum B (15 – 30 m)
diisi oleh jenis-jenis Glochidion borneense, Tricalysia sp., Eugenia spp., Gluta renghas, Toona
sureni, Irvingia malayana dan Terminalia citrina. Stratum C ( 5 -15 m) terdiri dari jenis-jenis
Mallotus subpeltattus, Eurycoma longifolia, Baccaurea racemosa dan Antidesma spp.

Batas-batas tinggi stratifikasi pohon itu akan berbeda pada keadaan tempat tumbuh dan
komposisi hutan yang berlainan. Richards (1952) yang telah menyelidiki hutan-hutan hujan di
Guyana, Nigeria dan Kalimantan Utara, menyatakan bahwa dalam hutan campuran (mixed rain
forest) tinggi rata-rata stratum A dapat bervariasi antara 30 – 42 m, stratum B antara 18 – 27 m,
dan stratum C antara 8 – 14 m.
Antara stratum A dan B perbedaannya jelas karena terdapat diskontinyu tajuk yang
vertikal, tetapi antara stratum B dan C biasanya kurang jelas, hanya dapat dibedakan berdasarkan
tinggi dan bentuk pohon *)
Di samping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-
tumbuhan penutup tanah, yaitu :

• Stratum D
Lapisan perdu dan semak, tingginya 1 – 4 meter

• Stratum E
Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover), tinggi 0 – 1 meter.
Tidak semua hutan memiliki ketiga strata pohon tersebut di atas. Jadi ada hutan-hutan
yang memiliki strata A – B atau A – C saja. Yang penting pula ialah peranan liana (tumbuhan
memanjat) berkayu yang dapat merupakan bagian dari tajuik hutan.
*) Karena pohon-pohon dari lapisan A tumbuh menjulang tinggi dari tajuk hutan
seringkali disebut emergents. Sedangkan lapisan B yang merupakan tajuk yang paling tebal
seringkali disebut tajuk hutan utama (main canopy atau main storey)

3. Hubungan Ketergantungan (Dependence)


Beberapa jenis tumbu-tumbuhan hutan hidupnya tergantung pada yang lain dalam hal
naungan, air, hara mineral dan substratum hidup atau niehe.

a. Epifit
Dalam hutan hujan tropis tumbuhan epifit banyak terdapat, yaitu anggrek, paku-pakuan.
Umumnya lebih dari 19% dari pohon-pohon dalam hutan hujan tropis ditumbuhi epifit
(Richards, 1952).

b. Parasit
Ada dua golongan parasit, yaitu parasit akar dan semi parasit yang tumbuh seperti epifit
pada cabang-cabang pohon. Di Indonesia parasit akar yang terkenal ialah Rafflesia, sedangkan
parasit cabang ialah jenis-jenis Loranthaceae (benalu).

c. Mikoriza
Mikoriza (mycorrhiza) adalah hubungan symbiosa antara pohon dengan jamur pada akar
pohon. Karena tanah hutan di Indonesia pada umumnya relatif miskin akan hara mineral, maka
tidak mengherankan bahwa banyak pohon hutan yang akarnya mengandung mikoriza. Di hutan
pegunungan Cibodas 8 2 % dari jenis pohon yang terdapat mengandung mikoriza pada akarnya
(Janse, 1897).

d. Nodul Akar
Selain mikoriza, pada akar beberapa jenis-jenis pohon didapati nodul-nodul (bintil-bintil)
akar yang mengandung bakteria pengikat N (Nitrogen), misalnya pohon-pohon Podocarpus,
Casuarina dan terutama jenis-jenis Leguminosae.

e. Pencekik (strangler)
Strangler adalah jenis tumbuh-tumbuhan yang mulai hidup sebagai epifit pada suatu
pohon, kemudian sesudah akar-akarnya sendiri mencapai tanah dan dapat hidup sendiri,
tumbuhan ini mencekik dan membunuh pohon tempatnya bertumpu. Yang terkenal adalah jenis-
jenis Ficus, misalnya di hutan Way Kambas adalah Ficus rigida (bunuk).

f. Liana
Terdapat liana di hutan hujan tropis adalah salah salah satu ciri khas. Yang terpenting
adalah liana berkayu yang dapat merupakan bagian dari hutan dan dapat mendesak tajuk hutan
dan dapat mendesak tajuk pohon tempatnya bertumpu atau mengisi lubang-lubang tajuk hutan di
antara beberapa pohon. Karena itu dalam sistem silvikultur “Tropical Shelterwood System”,
pada tahun pertama dilakukan pemotongan liana sebagai salah satu tindakan tindakan penting
dalam rangka pembukaan tajuk hutan untuk menstimulir pertumbuhan anakan pohon.

g. Hewan Hutan
Beberapa jenis pohon dalam hal pembuahan dan penyebaran biji atau benih tergantung
pada hewan-jewan tertentu, seperti serangga, burung, dan kelelewar.

B. Dinamika Masyarakat Tumbuhan

Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang
dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap : invasi
oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, dan penguasaan, reaksi terhadap tempat
tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut SUKSESI atau SERO.

Selama suksesi berlangsung hingga tercapai stabilisasi atau keseimbangan dinamis


dengan lingkungan, terjadi pergantian-pergantian masyarakat tumbuh-tumbuhan hingga
terbentuk masyarakat yang vegetasi klimaks.

Dalam masyarakat masyarakat yang sudah stabil pun selalu terjadi perubahan, misalnya
karena pohon-pohon yang tua tumbang dan mati, timbullah anakan pohon atau pohon-pohon
yang yang selama itu hidup tertekan. Demikian, setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau
proses yang mengembalikan keadaan kepada keseimbanngan

a. Suksesi Primer (prisere)

Suksesi primer adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat yang tak bervegetasi
hingga mencapai masyarakat yang stabil atau klimaks.
Tempat-tempat yang telanjang seperti air, perbatuan dan sebagainya, mula-mula diinvasi
oleh tumbuhan pionir (pelopor). Pada habitat air terjadi suksesi hydrarkh (habitat basah) atau
hidrosere yang dimulai oleh tumbuh-tumbuhan air (hidrofit). Pada habitat batu-batuan, terjadi
suksesi xerarkh (habitat kering) atau xerosere, yang pionor-pionirnya berupa lumut kerak
(lichnes), bakteri dan ganggang (algae).
Di daratan suksesi yang ideal berkembang mulai dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan
Cryptogamae (tingkat rendah), tumbuh-tumbuhan herba (terna), semak, perdu dan pohon hingga
tercapai hutan klimaks. Tempat tumbuh permulaan yang tidak baik bagi kebanyakan tumbuhan
berangsur-angsur menjadi lebih baik selama suksesi berlangsung.
Habitat hydrarkh lambat-laun menjadi lebih kering, sedangkan habitat xerarkh menjadi
lebih lembab.

b. Suksesi Sekunder (subsere)


Suksesi sekunder terjadi apabila klimaks atau suksesi yanmg normal terganggu atau
dirusak, misalnya oleh kebakaran, perladangan, penebangan, penggembalaan dan kerusakan
lainnya. Jika gangguan atau kerusakan itu tidak hebat maka suksesi sekunder ini dapat mencapai
klimaks semula. Tetapi sering kali kerusakan yang terjadi adalah berat, keadaan tanah dan air
terganggu sekali, sehingga klimaks yang asal tak mungkin dapat dicapai lagi. Maka tercapailah
apa yang disebut Disklimaks.
Jika hutan hujan tropis mengalami kerusakan oleh alam atau manusia (perladangan atau
penebangan) maka suksesi sekunder yang terjadi biasanya dimulai dengan vegetasi rumput dan
semak. Kalau keadaan tanahnya tak banyak menderita kerusakan oleh erosi, maka setelah 15 –
20 tahun akan terjadi hutan sekunder muda, dan sesudah 50 tahun terjadi hutan sekunder tua
yang secara berangsur-angsur akan mencapai klimaks.
VEGETASI KLIMAKS
HUTAN

p
r
i
s
e
r
e

S
u
b
s
e
r
e
Gangguan

Vegetasi
Perdu Pohon

Vegetasi
Semak – Belukar

Vegetasi
Rumput – Herba Semak kecil

Vegetasi Cryptogamae

Permukaan tanah telanjang Vegetasi Terganggu

c. Paham-paham Klimaks
(1) Monoklimaks
Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam
klimaks, yaitu suatu formasi klimaks yang paling mesophytik (terdapat pada tempat tumbuh
yang berkualita pertengahan dalam hal perimbangan keadaan air). Jadi dapat dikatakan bahwa
klimaks adalah suatu pencerminan keadaan iklim. Di samping iklim sebagai faktor yang paling
stabil dan berpengaruh, terdapat pula faktor-faktor lain atau profaktor-profaktor, seperti faktor
tanah , fisiografi dan biotik. Profaktor- profaktor ini menyebabkan terbentuknya proklimaks-
proklimaks sebagai berikut :
• Subklimaks
Terjadi apabila perkembangan vegetasi terhenti di bawah tingkat terakhir di bawah
klimaks, sebagai akibat faktor-faktor bukan iklim, misalnya karena keadaan geografi seperti
keadaan di Pulau Krakatau.
• Proklimaks dan Posklimaks
Apabila pembentukan klimaks menyimpang dari tipe yang sewajarnya, misalnya, akibat
dari keadaan fisiografi. Keadaan yang lebih lembab dan lebih baik menghasilkan posklimaks,
sedangkan keadaan yang lebih kering dan kurang baik menghasilkan proklimaks.
• Disklimaks
Terjadi sebagai akibat beberapa gangguan sekunder tak dapat berkembang lagi ke arah
klimaks karena keadaan tempat tumbuh amat berubah menjadi buruk, misalnya terhenti pada
tingkat semak-belukar.

(2) Polyklimaks
Paham ini beranggapan bahwa t5idak hanya iklmi yang dapat menumbuhkan kilmaks.
Menurut paham ini ada beberapa macam klimaks yaitu : Klimaks iklim, klimaks edafis, klimaks
fisiografi, klikmaks kebakaran dan sebagainya.
Jadi suatu subklimaks yang disebabkan oleh keadaan tanah mungkin merupakan klimaks
edafis menurut paham ini.

Bagan Suksesi primer menurut paham Monoklimaks :

KLIMAKS
Hutan Hujan Tanah Rendah

Hutan payau
Bruguiera – Xylocarpus
↑ Hutan
Neonauclea-Ficus

Hutan payau
Rhizophora – Bruguiera
↑ Hutan
Ficus – Macaranga

Hutan payau
Avicennia Vegetasi rumput
Neyaraudia-Saccharum

Vegetasi Cryptogamae

HIDROSERE pada LUMPUR PAYAU XEROSERE pada TUF BATU KERING

Tetapi untuk golongan polyklimaks, hutan payau adalah suatu klimaks tersendiri, yaitu
klimaks edafis, karena keadaan tanah yang khusus. Untuk Indonesia yang terdapat banyak variasi
tanah, fisiografi, geografi dan iklim, paham polyklimaks lebih sesuai.
d. Klasifikasi hutan menurut cara terjadinya
Meijer Dress (1950) menganggap perlu adanya klasifikasi hutan berdasarkan cara
terjadinya.
(1) Hutan Alam
(a) Hutan Alam Primer
• Hutan Asli (cerwood)
• Hutan Alam Primer Tua
• Hutan Alam Primer Muda

(b) Hutan Alam Sekunder


• Hutan banjir (overstromingsbos)
• Hutan vulkanogen
• Hutan erosi
• Hutan kebakaran alam
• Hutan penggembalaan alam

(2) Hutan Anthropogmi (hutan buatan)


(c) Hutan Anthropogen primer (Permudaan hutan alam)
• Hutan seleksi primer
• Hutan trubusan (opslag) primer
(d) Hutan Anthropogen sekunder
• Hutan penggembalaan anthropogen
• Hutan kebakaran anthropogen
• Hutan ladang
• Hutan tanaman
• Hutan trubusan sekunder

III. KLASIFIKASI VEGETASI HUTAN

A. Satuan-Satuan Klasifikasi
Masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam arti luas disebut vegetasi. Satuan vegetasi hutan
yang terbesar (major vegetation unit) adalah formasi hutan. Untuk daerah tropika pembedaan
antara formasi-formasi hutan dapat bertolak dari perbedaan iklim, fisiognomi (struktur) hutan,
perbedaan habitat terutama tanah dan letak tinggi, dan sejarah perkembangannya (suksesi)
Assosiasi hutan adalah satuan-satuan di dalam formasi hutan yang diberi nama menurut
jenis-jenis pohon yang dominan. Dalam klasifikasi vegetasi hutan, asosiasi adalah satuan dasar
(basic unit) dari klasifikasi, sebagaimana halnya kedudukan spesies (jenis) di dalam sistematik
atau taksonomi tumbuh-tumbuhan.
Apabila yang dihadapi adalah suatu hutan yang sedang mengalami suksesi sekunder
(subsere), maka satuannya disebut asosies.
Biasanya suatu asosiasi hutan menempati wilayah yang luas. Bagiaan dari asosiasi hutan
yang betul-betul diselidiki dan diketahui komposisi jenis-jenis pohonnya disebut Asosiasi
Konkrit. Asosiasi-asosiasi hutan yang berlainan komposisinya tetapi memiliki fisiognomi yang
bersamaan, digolongkan ke dalam satu formasi hutan.
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan dikenal variasi di dalam spesies, yaitu disebut
subspesies, varietas atau ekotype. Di dalam asosiasi hutan variasi tersebut disebut varian-varian.
Pada hutan campuran, varian-varian disebabkan oleh adanya jenis-jenis pohon yang lebih
 http://forester-untad.wordpress.com/2013/11/dinamika-masyarakat-tunbuhan pdf.html
 https://www.academia.edu/24246846/Ekologi_tumbuhan_
 Cambell, A. Neil. Biologi (Edisi Delapan Jilid 3). Jakarta: erlangga.
 taffnew.uny.ac.id/upload/131124064/pendidikan/geo-tumbuhan.pdf
 https://slideplayer.info/slide/3783252/
HUBUNGAN MASYARAKAT TUMBUHAN DENGAN LINGKUNGANNYA.PPT

5. Jelaskan hubungan vegetasi air tanah dan iklim


Jawaban :
Hubungan Air dengan Tumbuhan

Banyak aktivitas tumbuhan ditentukan oleh sifat air dan bahan yang larut dalam air. Jadi,
telaah singkat mengenai sifat air merupakan cara yang baik untuk memulai kajian tentang
fisiologi tumbuhan.
A. Sifat-sifat Air dan Pentingnya Air Bagi Tumbuhan
1) Air Sebagai Pelarut
Air mampu melarutkan banyak bahan daripada zat cair lainnya. Hal itu karena air
memiliki sifat tetapan dielektrik yang paling tinggi, yaitu suatu ukuran kemampuan untuk
menetralkan tarik menarik antar muatan listrik. Sisi positif molekul air ditarik oleh ion atau
permukaan molekul polar yang negatif, dan sisi negatifnya oleh ion atau permukaan positif.
Jadi molekul air membentuk sangkar, menegelilingi ion atau molekul polar, sehingga ion
atau molekul tersebut tidak dapat bergabung dengan yang lain, dan tidak mengkristal
membentuk endapan (Salisbury dan Ross 1995).
2) Gaya Adesi dan Kohesi Air
Tarik menarik antar molekul tak sejenis disebut adesi. Sedangkan tarik menarik antara
molekul sejenis dinamakan kohesi. Kohesi memberikan sifat pada air suatu kekuatan regang
yang besar yakni kemampuan menahan regangan tanpa putus. Didalam kolom air yang kecil
seperti dalam elemen xilem batang kekeuatan regang sangat tinggi sehingga memungkinkan
air tertarik ke puncak pohon yang tinggi tanpa terputus.
Kohesi antar molekul air menimbulkan tegangan permukaan. Tegangan permukaaan
berperan dalam fisiologi tumbuhan misalnya, pada tekanan normal lalu lalangnya gelembung
udara melalui pori dan ceruk di dinding sel dihambat oleh tegangan permukaan (Salisbury
dan Ross 1995).
3) Kalor (panas) Laten Vaporisasi dan Fusi yang Tinggi
Kalor laten vaporisasi molekul air merupakan energi yang dibutuhkan untuk menguapkan
1g air pada suhu 20oCdan besar kalor laten vaporasi air adalah 586 Cal, sedangkan kalor
laten fusi merupakan energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1g es pada suhu 0oC dan
besarnya kalor laten fusi adalah 80 Cal. Bagi tumbuhan tingginya kalor laten vaporisasi ini
penting untuk menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
Setiap molekul air padat (es) dikelilingi oleh empat molekul air lainnya membentuk
struktur tetrahedral dan struktur tersebut tertata sedemikian rupa sehingga kristal es berbetuk
heksagonal seperti pada butiran salju. Selama proses konversi dari bentuk padat ke bentuk
cair molekul air bergerak saling menjauh, tetapi volume total air tersebut berkurang selama
proses pencairan. Hal tersebut karena molekul air tersusun lebih efisisen dalam bentuk cair
dibanding dalam bentuk padat. Air mengembang jika membeku karena kerapatan es lebih
rendah dibanding air, oleh sebab itu es mengapung di permukaan air (Lakitan, 1993).
4) Viskositas Rendah (kekentalan)
Air dalam keadaan cair memiliki ikatan hidrogen bersama-sama oleh dua molekul air
lainnya, sehingga ikatan hidrogen menjadi lemah dan mudah putus. Air dapat mengalir
dengan mudah dalam jaringan tumbuhan. Pada kondisi padat, setiap atom O memiliki lebih
sedikit ikatan hidrogen, sehingga masing-masing ikatan akan lebih kuat. Viskositas air akan
menurun jika suhunya meningkat (Lakitan, 1993).
5) Ionisasi Air dan Skala pH
Beberapa molekul air di pecah menjadi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-). Secara
alamiah, air sangat jarang mengandung (H+) dan (OH-) dalam konsentrasi yang sama.
Berdasarkan konsentrasi (H+) dalam larutan, dikembangkan sekala pH yang mencerminkan
tingkat keasaman larutan dan bermanfaat dalam studi fisiologi tumbuhan maupun bidang
ilmu lainnya (Lakitan, 1993).
Hubungan Tanah dengan Tumbuhan
1) Peranan Tanah Sebagai Sumber Nutrisi
Tanah merupakan bagian yang tidak dapat terpisah dari kehidupan tumbuhan karena
tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup diatasnya, Tanah diperlukan tumbuhan
sebagai tempat hidup (habitat) dimana tumbuhan tersebut ditanam.Namun yang tak kalah
penting adalah unsur hara yang terkandung dalam tanah yang diperlukan tumbuhan sebagai
nutrisi untuk pertumbuhannya.Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, tumbuhan menyerap
unsur hara yang terkandung di dalam tanah.
Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk tumbuh,
berkembang, dan bereproduksi.Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi, tumbuhan
menunjukkan gejala-gejala tidak sehat.Nutrisi yang terlalu sedikit atau yang terlalu banyak
dapat menimbulkan masalah.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
pertumbuhan suatu pohon.Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasi oleh tubuh tumbuhan contoh nutrisi di dalam tanah adalah berupa air dan mineral.
Berikut merupakan sifat-sifat tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah dan koloid tanah.
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah bergantung pada ukuran partikel-partikelnya. Partikel tanah dapat berkisar
dari pasir yang kasar ( diameter 0,02-2 mm), lempung (0,002-0,02 mm), hingga partikel
tanah liat mikroskopis ( kurang dari 0,002 mm). partikel-partikel yang berukuran berbeda ini
akhirnya muncul dari pengikisan bebatuan. Pembekuan air di dalam retakan bebatuan
menyebabkan bebatuan pecah secara mekanis, dan asam lemak di dalam tanah
menghancurkan bebatuan secara kimiawi. Ketika organisme-organisme menembus batu,
mereka memepercepat penghancuran melalui agen-agen kimiawi dan mekanik. Akar
tumbuhan, misalnya menyekrasikan asam yang melarutkan bebatuan, dan pertumbuhannya di
celah-celah bebatuan menyebabkan pemecahan secara mekanis. Partikel-partikel mineral
yang dilepaskan oleh pengikisan menjadi tercampur dengan organisme-organisme hidup dan
humus, sisa-sisa organisme mati dan zat-zat organik lainnya membentuk top soil. Top soil
dan lapisan-lapisan tanah yang berbeda atau horizon tanah (soil horizon) sering kali terlihat
jika ada retakan jalan atau lubang yang cukup dalam. Kedalaman top soil atau horizon A,
dapat berkisar dari beberapa millimeter hingga beberapa meter.(Campbell,et al. 2008:369)
Di dalam top soil, tumbuhan memperoleh nutrisi dari larutan tanah, yaitu air dan mineral-
mineral terlarut di dalam pori-pori di antara partikel-partikel tanah. Pori-pori tersebut juga
mengandung kantong udara setelah hujan lebat, air mengalir dari rongga-rongga yang besar
di dalam tanah, namun rongga-rongga yang lebih kecil mempertahankan air karena molekul-
molekul air tertarik ke permukaan tanah liat dan partikel tanah lain yang bermuatan negatif.
(Campbell,et al. 2008:369)
b. Struktur Tanah
Top soil yang paling fertil mengandung sebagian besar pertumbuhan adalah loam, yang
tersusun atas pasir, lempung dan tanah liat dalam jumlah yang kira-kira setara. Tanah loam
memiliki cukup banyak partikel lempung dan tanah liat yasng berukuran kecil untuk
menyediakan area permukaan yang cukup besar bagi adhesi dan retensi mineral serta air.
Biasanya top soil yang paling subur memiliki pori-pori yang berisi sekitar separuh air dan
separuh udara, sehingga menyediakan keseimbangan yang baik antara airasi, drainase dan
kapasitas penyimpanan air. (Campbell,et al. 2008:369). Komposisi top soil meliputi
komponen kimiawi anorganik (mineral) dan organik.
Komponen Anorganik
Sebagian besar tanah bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan positif (positif) – seperti kalium
(K+), kalsium (Ca2+), Dan Magnesium (Mg2+) – melekat ke partikel-partikel ini sehingga
tidak mudah hilang akibat leaching yaitu perembesan air melalui tanah. Akan tetapi akar
tidak menyerap kation mineral secara langsung dari partikel tanah. Sebagai gantinya, kation
tersedia di dalam larutan tanah, melalui pertukaran kation (cation exchange). Dalam proses
ini, kation mineral digantikan dari partikel tanah oleh kation lain, terutama H+, dan memasuki
larutan tanah, yang kemudian diserap oleh rambut-rambut akar.
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology.Volume 9. Oxford:
Blackwell Scientific Publications
Husamah., dkk. 2013. Modul Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM Press
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi.IPB Press. Bogor
Mueller-Dombois, D. and H.Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology.
New York: John Wiley & Sons
Odum, P. E. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Ir. ThahjonoSamingan, M.Sc. Cet. 2.
Yogyakarta: GadjahMada University Press

KESIMPULAN
Jadi Sejarah Perkembangan Ekologi diciptakan oleh sarjana jerman ernst
haeckel, seorang Biologiawan jerman, pada tahun 1869. Istilah ini terdiri atas dua suku
kata yunani oikos yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel,
1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara
harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Yang merupakan
makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya. Hubungan antara faktor-faktor lingkungan
dengan masyarakat tumbuhan akan menentukan keberadaan, kesuburan atau kegagalan
masyarakat tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Ciri-ciri habitat dan
lingkungannya kadang-kadang dapat menentukan Untuk memperdalam pemahaman
Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! adanya variasi dan
diferensiasi masyarakat tumbuhannya dalam bentuk tipe-tipe vegetasinya

Anda mungkin juga menyukai