file:///D|/E-
Learning/EKOLOGI%20%20TUMBUHAN/Textbook/BAHAN%20AJAR.htm (1
of 105)
ttps://www.academia.edu/22873451/Ekologi-tumbuhan?auto=download pdf
Odum, EP. 1983. Basic Ecology. Sounders, Philadelphia.
Rasidi, Suswanto. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta ; Universitas Terbuka
https://rianbio.wordpress.com/2012/07/23/pengertian-dasar-dalam-ekologi-tumbuhan/
https://www.academia.edu/37670191/makalah_sejarah_dan_pendekatan_ekologi_tumbuh
an_Dan_Populasi.docx
2. Bagaimana Tumbuhan Dalam Lingkungan Mikro Dan Makro Serta Faktor Pembatas
Dan Adaptasi
Jawaban :
LINGKUNGAN MAKRO
Lingkungan makro merupakan suatu satu lingkungan yang berpengaruh secara umum
atau regional.
Lingkungan makro mungkin sangat berbeda dengan lingkungan mikro sebagai contoh
adalah lingkungan dalam suatu kanopi hutan sangat berbeda dengan lingkungan luar kanopi
tersebut khususnya pada kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya dan temperatur
tentunya
LINGKUNGAN MIKRO
Lingkungan Mikro yaitu lingkungn yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
manajemen. selain itu juga lingkungan mikro merupakan lingkungan yang paling dekat dengan
tanaman yang secara potensial berpengaruh terhadap organ tersebut, jadi merupakan suatu
lingkungan dimana tumbuhan harus bertanggap. Misalnya, lingkungan mikro di bawah suatu
batuan di gurun tentu lebih dingin dibandingkan dengan diluar bebatuan tersebut. Kecepatan
angin pada lingkungan mikro pada satu mm dari permukaan daun tentu mempunyai kecepatan
angin yang berbeda dengan bagian organ lain.
Perbedaan iklim mikro ini dapat menghasilkan komunitas yang ada berbeda. Suatu faktor
lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah. Karena suatu
faktor lingkungan sering menentukan organisme yang akan ditemukan pada suatu daerah, maka
sebaliknya dapat ditentukan keadaan lingkungan fisik dari organisme yang ditemukan pada suatu
daerah. Organisme inilah yang disebut indikator ekologi (indikator biologi).
Faktor Pembatas
Faktor pembatas Suatu organisme di dalam perkembangan dan pertumbuhannya akan
ditentukan oleh bahan atau faktor penting yang dalam keadaan minimum, faktor inilah yang
disebut faktor pembatas. Menurut Samingan,T.(1994), untuk dapat bertahan dan hidup di dalam
keadaan tertentu suatu organisme harus memiliki bahan-bahan penting yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan. Dibawah keadaan mantap bahan penting yang tersedia
dalam jumlah yang mendekati minimum cenderung merupakan pembatas. Hukum ini pertama
kali dikemukakan oleh Justus Von Liebig pada tahun 1840. Liebig merupakan perintis dalam
pengkajian pengaruh berbagai faktor terhadap pertumbuhan tanaman. Liebig menemukan bahwa
hasil tanaman seringkali dibataSi bukan oleh hara yang diperlukan dalam jumlah banyak, seperti
misalnya karbondioksida dan air tetapi oleh beberapa bahan mentah seperti boron yang
diperlukan dalam jumlah sedikit dan sangat langka di dalam tanah. Pernyataan bahwa
"pertumbuhan suatu tanaman tergantung pada jumlah bahan makanan yang diSediakan baginya
dalam jumlah minimum " terkenal Sebagai Hukum Minimum Liebig
Asas-asas mengenai faktor-faktor pembatas
“HUKUM” MINIMUM LIEBIG
Menyatakan bahwa untuk bertahan hidup di dalam keadaan tertentu, suatu organisme
harus memiliki bahan-bahan yang penting yang diperlukan untuk pertumbuhan dan berkembang
biak. Keperluan-keperluan dasar ini bervariasi antara jenis dengan keadaan. Di bawah keadaan-
keadaan mantap bahan yang penting tersedia dalam jumlah paling dekat mendekati minimum
yang genting yang diperlukan akan cenderung merupakan pembatas. Hukum minimum ini
kurang dapat diterapkan di bawah” keadaan sementara” apabila jumlah, dan karenanya
pengaruhnya dari banyak bahan sangat cepat berubah.
Gagasan bahwa sesuatu organisme tidak lebih kuat daripada rangkaian terlemah dari
rantai kebutuhan ekologinya pertama dinyatakan oleh Justus Leibig pada tahun 1840. Leibig
merupakan perintis dalam pengkajian pengaruh berbagai faktor terhadap pertumbuhan tumbuh-
tumbuhan. Dia menemukan, seperti yang ditemukan pada pertanian masa saat ini, bahwa hasil
tanaman sering kali dibatasi dengan tidak tersedianya zat hara dalam jumlah banyaak, seperti
karbondioksida dan air karena merekabaginya dalam jumlah ini sering kali berlimpah-limpah
dalam lingkungan, tetapi oleh beberapa bahan mentah, seperti boron, misalnya diperlukan dalam
jumlah sedikit tetapi sangat langka dalam tanah. Pernyataannya bahwa “pertumbuhan sesuatu
tanaman tergantung pada jumlah bahan makanan yang disediakan baginya dalam jumlah
minimum”terkenal sebagai”hukum” minimum Leibig. Jadi, hukum minimum ini hanya
merupakan satu aspek dari faktor-faktor yang membataasi yang pada gilirannya hanya meupakan
satu aspek pengendali lingkungan dari organisme.
D.M., F.J. JORISSEN., S. PUSKARIC and G.J. VAN DER ZWAAN 1992. Mikrohabitat
selection by benthic foraminifera in the northern adriatic sea. Jour. For am. Res. 22 (4):
297-317.
http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxii(4)31-42.pdf
Cambell, A. Neil. Biologi (Edisi Delapan Jilid 3). Jakarta: erlangga.
3. bagaimana lingkungan vegetasi dengan lingkungan abiotik dan perannya
jawaban :
1. Lingkungan Abiotik dan biotik
Lingkungan Abiotik
Lingkungan abiotik adalah semua benda mati di permukaan bumi yang bermanfaat dan
berpengaruh dalam kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya.contoh lingkungan
abiotik, misalnya tanah, air, udara, dan sinar matahari.
1. Air
Air merupakan sumber kehidupan. Air sangat dibutuhkan mahluk hidup untuk
melangsungkan kehidupan, air digunakan manusia dan mahluk hidup lainnya untuk
berbagai keperluan. Air digunakan manusia untuk minum, mandi, dan mencuci. Bagi
hewan, air juga digunaka untuk memenuhi kebutuhan air minum. Bagi tumbuhan air,
berperan untuk melarutkan unsur-unsur hara yang diserap oleh akar.
2) Tanah
Tanah merupakan bagian dari lapisan atas permukaan bumi. Tanah terbentuk dari proses
pelapukan batuan. Tanah dalam kehidupan berfungsi sebagai tempat tinggal mahluk hidup
dan menyediakan beragam bahan tambang yang dibutuhkan manusia. Tanah juga
menyediakan beragam mineral atau unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk
proses fotosintesis.
3) Udara
Kehidupan dipermukaan bumi dapat berjalan dengan baik, salah satunya karena adanya
udara. Udara menyelimuti permukaan bumi. Lapisan udara yang menyelimuti permukaan
bumi disebut atmosfer.
4) Sinar matahari
Matahari merupakan pusat dari tata surya. Matahari termasuk bintang terdekat dengan
bumi. Oleh karena itu, pancaran sinar matahari dapat sampai ke permukaan bumi.
Sinar matahari berperan bagi kehidupan di permukaan bumi. Bagi tumbuhan, sinar
matahari berperan untuk membantu proses fotosintesis. Bagi manusia, sinar matahari
dalam kehidupan sehari-hari dimanfaatkan untuk mengeringkan jemuran dan membantu
proses pembuatan garam. Saat ini sinar matahari telah digunakan sebagai sumber energi
untuk bahan bakar mobil.
Faktor-faktor abiotik lainnya termasuk diantaranya adalah luasnya daerah untuk hidup dan
banyaknya nutrien-nutrien tertentu yang tersedia bagi organisme. Semua organisme
membutuhkan luas wilayah tertentu untuk dapat hidup dan bergerak di dalam hubungan
komunitas. Mereka juga membutuhkan nutrien yang berasal dari bukan mahkluk hidup
seperti fospor, untuk menjaga aktifitas tubuh seperti peredaran darah dan pencernaan.
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara organisme dan lingkungannya.
Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik adalah semua lingkungan yang terdiri dari komponen-komponen
mahluk hidup di permukaan bumi. Komponen lingkungan biotik, misalnya tumbuhan,
hewan dan manusia.
Komponen lingkungan biotik menurut fungsinya dapat dibedakan dalam tiga kategori,
yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.
1) Produsen. Produsen adalah mahluk hidup yang dapat menghasilkan makanan
sendiri melalui proses fotosintesis, dengan demikian kelompok produsen ditempati
tumbuhan yang berklorofil.
2) Konsumen. Kelompok konsumen merupakan mahluk hidup yang mampu
memanfaatkan hasil pengolahan makanan dari kelompok produsen.Kelompok konsumen
tidak memiliki kemampuan untuk membuat makanan sendiri. Kelompok konsumen terdiri
dari manusia dan hewan.Kelompok hewan dibedakan menjadi herbivora, karnivora, dan
omnivora. Herbivora merupakan kelompok hewan pemakan tumbuhan. Karnivora
merupakan kelompok hewan pemakan daging.Omnivora adalah kelompok hewan pemakan
tumbuhan dan daging. Dalam rantai makanan kelompok herbivora, karnivora, dan
omnivora menempati tingkatan konsumen yang berbeda. Hewan yang memakan tumbuhan
menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat pertama. Kelompok karnivora
menempati kedudukan sebagai konsumen tingkat kedua. Kelompok omnivora menempati
konsumen tingkat tiga.
3) Pengurai. Kelompok pengurai merupakan golongan organisme yang berperan
dalam menguraikan sisa-sisa jasad mati dari organisme lain. Kelompok pengurai, misalnya
bakteri dan jamur. Hasil penguraian organisme ini akan kembali menjadi unsur hara yang
menyuburkan tanah.
Hubungan dan Variasi Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang berhubungan erat dengan tumbuhan karena
tumbuhan selalu hidup pada lingkungan yang bahanya bisa mendukung pertumbuhannya.
Faktor lingkungan mempunyai banyak variasi yang nantinya variasi tersebut
mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Ada beberapa variasi faktor lingkungan,
diantaranya:
CAHAYA
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi utama
bagi ekosistem, struktur dan fungsi dari ekosistem utamanya sangat ditentukan oleh radiasi
matahari yang sampai di sistem ekologi tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula
menjadi faktor pembatas, menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting
yang perlu dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu
:
a. Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan pan-jang gelombang 0,39
- 7,60 mikron. Ultraviolet dan infrared tidak dimanfaat-kan dalam pro-ses fotosintesis.
Klorofil yang berwarna hijau mengabsorbsi cahaya merah dan biru, dengan demikian
panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spektrum cahaya yang bermanfaat
bagi fotosintesis. Dalam ekosistem perairan cahaya merah dan biru di serap fitoplankton
yang hidup di permukaan, sehingga cahaya hijau akan di penetrasikan ke lapisan lebih
bawah dan sulit untuk di serap oleh fitoplankton. Ganggang merah dengan pigmen
tambahan phycoerythrin atau pigmen merah coklat mampu mengabsorbsi cahaya hijau ini
untuk fotosintesisnya, dengan demikian gang-gang merah ini mampu hidup pada
kedalaman laut.
b. Intesitas cahaya atau kandungan energi cahaya.
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya yang terpenting sebagai
faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari ekosistem.
Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/spasial maupun dalam
waktu/temporal. Intensitas cahaya yang tersebar terjadi didaerah tropika, terutama daerah
kering (zona arid), sedikit cahaya direfleksikan oleh awan.
Perbedaan musim mempengaruhi intensitas cahaya didaerah dengan latituda tinggi ini,
intensitas pada musim panas jauh berbeda dengan intensitas pada musim dingin. Variasi
intensitas cahaya dalam skala besar akan dimodifiksikan lagi oleh faktor topografi. Sudut
dan arah kemiringgan akan sangat berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang sampai di
permukaan bumi atau ekosistem, hal ini akan lebih terasa untuk daerah-daerah di garis
lintang tinggi, sehinga dapat menghasilkan perbedaan struktur ekosis-tem.
c. Lama penyinaran, seperti panjang hari jumlah jam cahaya yang bersinar setiap hari.
Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam 24 jam akan mempengaruhi fungsi
dari tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme hidup tehadap lamanya si-ang hari
dikenal dengan fotoperiodisma. Dalam pertumbuhan jawaban/respon ini meliputi
perbungaan, jatuhnya daun dalam dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya
siang hari atau fotoperioda akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam pada musim
panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam
pada musim dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan malam akan ter-jadi di
daerah dengan garis lintang tinggi. Berdasarkan respon ini, tumbuhan berbunga dapat
dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Tumbuhan berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih dari
12 jam untuk terjadinya proses perbungaan. Berbagai tumbuhan tem-perate termasuk
kelompok ini, seperti macam-macam gandum (Wheat dan Barley) dan bayam.
b. Tumbuhan berkala pendek, kelompok tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih
pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, dalam ke-lompok ini termasuk
tembakau dan bunga krisan.
c. Tumbuhan berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak memerlukan perioda pan-jang hari
tertentu untuk proses perbungaan, misal tomat dan dandelion.
Reaksi tumbuhan berskala panjang dan berskala pendek membatasi penye-baran secara
longitudinal sesuai dengan kondisi fotoperiodenya. Apabila beberapa tumbuhan terpaksa
hidup di tempat yang kondisi fotoperiodenya tidak optimal, maka pertumbuhannya akan
bergeser pada pertumbuhan vegetatif. Misalnya bawang merah (tumbuhan berkala pendek),
akan menghasilkan bulbus/ umbi lapisnya yang besar apabila ditumbuhkan di daerah
dengan fotoperiode yang panjang, hal ini memberikan arti ekonomi tertentu dan banyak
dilakukan oleh pakar holtikultura. Di daerah khatulistiwa tingkah laku tumbuhan
sehubungan dengan fotoperiode ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang
mencolok. Tumbuhan akan tetapi aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor-faktor
lainnya, dalam hal ini suhu, air, dan nutrisi, tidak merupakan faktor pembatas.
Variasi dari ketiga parameter tadi akan menentukan berbagai proses fisiologi dan
morfologi dari tumbuhan. Memang pada dasarnya pengaruh dari penyinaran sering
berkaitan erat dengan faktor-faktor lainnya seperti suhu dan suplai air, tetapi pe-ngaruh
yang khusus sering merupakan pengen-dali yang sangat penting dalam lingkunganya.
http://materi.rizkibio.com/2016/09/hubungan-vegetasi-dengan-lingkungan.html
4. Bagaimana Hubungan Fegetasi Dengan Dinamika Masyarakat Tumbuhan
Jawaban :
1. Batasan
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Hubungan ini sangat erat dan kompleks sehingga Odum (1959,1971)
menyatakan bahwa ekologi adalah biologi lingkungan (Environmental biology)
Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai
keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hubungan antara masyarakat
tumbuh-tumbuhan hutan, margasatwa dan alam lingkungannya begitu erat sehingga hutan dapat
dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem. Menurut Odum (op cit) Ekosistem
adalah suatu sistem di daalam alam yang mengandung makhluk hidup (organisme) dan
lingkungan yang terdiri dari zat-zat tak hidup yang saling mempengaruhi, dan di antara keduanya
terjadi pertukaran zat yang perlu untuk mempertahankan kehidupan.
Ekologi hutan adalah cabang ekologi yang khusus mempelajari masayarakat atau
ekosistem hutan. Hutan dapat dipelajari dari segi Autekologi dan Synekologi.
Autekologi mempelajari ekologi sesuatu jenis pohon, atau pengaruh suatu faktor
lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya satu atau lebih jeni-jenis pohon. Sifat
penyelidikannya mendekati fisiologi tumbuh-tumbuhan, seperti penelitian tentang pertumbuhan
pohon atau fisio ekologi.
d. Klimatologi
Iklim adalah faktor terpenting yang mempengaruhi penyebaran tumbuh-tumbuhan. Iklim
mikro suatu tempat dipengaruhi keadaan topografi dapat mempengaruhi penyebaran dan
oertunbuhan pohon.
e. Geografi Tumbuhan
Digunakan untuk mempelajari pola penyebaran berbagai jenis pohon dalam hubungan
dengan keadaan fiik bumi, susunan dan penyebaran formasi-formasi hutan.
g. Genetika Tumbuhan
Suatu masyarakat hutan adalah sekelompok tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon yang
menempati suatu tempat tumbuh atau habitat, di mana terdapat hubungan timbal-balik antara
tumbuh-tumbuhan itu satu sama lain dan dengan lingkungannya. Satuan masyarakat hutan
disebut tegakan.
1. Persaingan
Di dalam suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan, seperti hutan, terjadi persaingan antara
individu-individu dari suatu jenis (spesies) atau dari berbagai jenis, jika mereka mempunyai
kebutuhan yang sama, misalnya kebutuhan akan hara mineral tanah, air, cahaya dan ruang.
Persaingan ini menyebabkan terbentuknya susunan masyarakat tumbuhan yang tertentu
bentuknya (Life form-nya), macam dan banyaknya jenis dan jumlah individunya, sesuai dengan
keadaan tempat tumbuhnya.
Jenis-jenis pohon tertentu mempunyai suatu zat yang dapat menghambat pertumbuhan
dari anakannya sendiri. Zat penghambat tersebut disebut “Allelopathy”
Allelopathy dapat berupa :
a. Keluarnya zat dari akar untuk menghambat pertumbuhan dari tanaman sejenis
atau tanaman lain.
b. Tanaman mengeluarkan zat pada daun yang kemudian tercuci air hujan, zat ini
dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain.
c. Tanaman mengandunng suatu zat yang pada waktu hidup tidak bereaksi apa-apa,
tetapi kalau tanaman mati, zat akan terlepas dan terurai di dalam tanah secara kimiawi atau oleh
mikroorganisme. Zat yang lepas dapat mempengaruhi kehidupan tanaman sejenis dan tanaman
lain.
Pada daerah tropis yang curah hujan hujannya tinggi, pengaruh zat-zat ini kemungkinan
tidak nyata karena pencucian oleh air hujan.
Contoh jenis yang mengeluarkan zat allelopathy ;
– Pinus merkussi, guguran-guguran daunnya dapat menghambat pertumbuhan jenis-
jenis lain, hanya jenis tertentu yang dapat bertahan, misalnya : kerinyuh (Eupatorium odoratum)
– Alang-alang, kalau suatu daerah diinvasi alang-alang. Kecendrungan alang-alang
untuk berkuasa sangat besar, sehingga daerah tersebut kemungkinan ditumbuhi oleh alang-alang
seluruhnya.
Di padang alang-alang Pleihari, Kalimantan Selatan yang dapat tumbuh hanya jenis laban
(Vitex pubescens). Jenis Vitex ini selain tahan bersaing dengan alang-alang juga tahan terhadap
api.
– Pohon pisang (Musa spp.); rumpun pisang akan melebar kew tepi karena pangkal
pisang yang membusuk mengeluarkan zat yang meracun bagi jenisnya sendiri
Di dalam masyarakat hutan, sebagai akibat persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa
(dominan) dari pada yang lain. Pohon-pohon tinggi dari stratum (lapisan) teratas mengalahkan
atau menguasai pohon-pohon yang lebih rendah, dan merupakan jenis-jenis pohon yang
mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan. Misalnya, hutan hujan (rain forest) di Way
kambas (Lampung) didominasi oleh jenis-jenis Shorea leprosula dan S. Ovalis. Kedua jenis ini
bukan hanya terdapat pada stratum A (teratas) tetapi volume kayunyapun terbesar (Soerianegara,
1967)
• Stratum B
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20 – 30 m, tajuknya pada umumnya kontinyu,
batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak begitu tinggi. Jenis-jenis
pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
• Stratum C
Terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuknya kontinyu. Pohon-pohon
dalam stratum ini rendah, kecil, banyak cabang.
Di hutan Way Kambas (Soerianegara, 1967) stratum A yang tingginya 30 m ke atas
antara lain terdiri dari jenis pohon Shorea ovalis, S. Leprosula, Dipterocarpus gracilis, Canarium
littorale, C.denticulatum, Horsfieldia glabra dan Albizia lebbeckioides. Stratum B (15 – 30 m)
diisi oleh jenis-jenis Glochidion borneense, Tricalysia sp., Eugenia spp., Gluta renghas, Toona
sureni, Irvingia malayana dan Terminalia citrina. Stratum C ( 5 -15 m) terdiri dari jenis-jenis
Mallotus subpeltattus, Eurycoma longifolia, Baccaurea racemosa dan Antidesma spp.
Batas-batas tinggi stratifikasi pohon itu akan berbeda pada keadaan tempat tumbuh dan
komposisi hutan yang berlainan. Richards (1952) yang telah menyelidiki hutan-hutan hujan di
Guyana, Nigeria dan Kalimantan Utara, menyatakan bahwa dalam hutan campuran (mixed rain
forest) tinggi rata-rata stratum A dapat bervariasi antara 30 – 42 m, stratum B antara 18 – 27 m,
dan stratum C antara 8 – 14 m.
Antara stratum A dan B perbedaannya jelas karena terdapat diskontinyu tajuk yang
vertikal, tetapi antara stratum B dan C biasanya kurang jelas, hanya dapat dibedakan berdasarkan
tinggi dan bentuk pohon *)
Di samping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-
tumbuhan penutup tanah, yaitu :
• Stratum D
Lapisan perdu dan semak, tingginya 1 – 4 meter
• Stratum E
Lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover), tinggi 0 – 1 meter.
Tidak semua hutan memiliki ketiga strata pohon tersebut di atas. Jadi ada hutan-hutan
yang memiliki strata A – B atau A – C saja. Yang penting pula ialah peranan liana (tumbuhan
memanjat) berkayu yang dapat merupakan bagian dari tajuik hutan.
*) Karena pohon-pohon dari lapisan A tumbuh menjulang tinggi dari tajuk hutan
seringkali disebut emergents. Sedangkan lapisan B yang merupakan tajuk yang paling tebal
seringkali disebut tajuk hutan utama (main canopy atau main storey)
a. Epifit
Dalam hutan hujan tropis tumbuhan epifit banyak terdapat, yaitu anggrek, paku-pakuan.
Umumnya lebih dari 19% dari pohon-pohon dalam hutan hujan tropis ditumbuhi epifit
(Richards, 1952).
b. Parasit
Ada dua golongan parasit, yaitu parasit akar dan semi parasit yang tumbuh seperti epifit
pada cabang-cabang pohon. Di Indonesia parasit akar yang terkenal ialah Rafflesia, sedangkan
parasit cabang ialah jenis-jenis Loranthaceae (benalu).
c. Mikoriza
Mikoriza (mycorrhiza) adalah hubungan symbiosa antara pohon dengan jamur pada akar
pohon. Karena tanah hutan di Indonesia pada umumnya relatif miskin akan hara mineral, maka
tidak mengherankan bahwa banyak pohon hutan yang akarnya mengandung mikoriza. Di hutan
pegunungan Cibodas 8 2 % dari jenis pohon yang terdapat mengandung mikoriza pada akarnya
(Janse, 1897).
d. Nodul Akar
Selain mikoriza, pada akar beberapa jenis-jenis pohon didapati nodul-nodul (bintil-bintil)
akar yang mengandung bakteria pengikat N (Nitrogen), misalnya pohon-pohon Podocarpus,
Casuarina dan terutama jenis-jenis Leguminosae.
e. Pencekik (strangler)
Strangler adalah jenis tumbuh-tumbuhan yang mulai hidup sebagai epifit pada suatu
pohon, kemudian sesudah akar-akarnya sendiri mencapai tanah dan dapat hidup sendiri,
tumbuhan ini mencekik dan membunuh pohon tempatnya bertumpu. Yang terkenal adalah jenis-
jenis Ficus, misalnya di hutan Way Kambas adalah Ficus rigida (bunuk).
f. Liana
Terdapat liana di hutan hujan tropis adalah salah salah satu ciri khas. Yang terpenting
adalah liana berkayu yang dapat merupakan bagian dari hutan dan dapat mendesak tajuk hutan
dan dapat mendesak tajuk pohon tempatnya bertumpu atau mengisi lubang-lubang tajuk hutan di
antara beberapa pohon. Karena itu dalam sistem silvikultur “Tropical Shelterwood System”,
pada tahun pertama dilakukan pemotongan liana sebagai salah satu tindakan tindakan penting
dalam rangka pembukaan tajuk hutan untuk menstimulir pertumbuhan anakan pohon.
g. Hewan Hutan
Beberapa jenis pohon dalam hal pembuahan dan penyebaran biji atau benih tergantung
pada hewan-jewan tertentu, seperti serangga, burung, dan kelelewar.
Masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang
dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap : invasi
oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, dan penguasaan, reaksi terhadap tempat
tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut SUKSESI atau SERO.
Dalam masyarakat masyarakat yang sudah stabil pun selalu terjadi perubahan, misalnya
karena pohon-pohon yang tua tumbang dan mati, timbullah anakan pohon atau pohon-pohon
yang yang selama itu hidup tertekan. Demikian, setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau
proses yang mengembalikan keadaan kepada keseimbanngan
Suksesi primer adalah perkembangan vegetasi mulai dari habitat yang tak bervegetasi
hingga mencapai masyarakat yang stabil atau klimaks.
Tempat-tempat yang telanjang seperti air, perbatuan dan sebagainya, mula-mula diinvasi
oleh tumbuhan pionir (pelopor). Pada habitat air terjadi suksesi hydrarkh (habitat basah) atau
hidrosere yang dimulai oleh tumbuh-tumbuhan air (hidrofit). Pada habitat batu-batuan, terjadi
suksesi xerarkh (habitat kering) atau xerosere, yang pionor-pionirnya berupa lumut kerak
(lichnes), bakteri dan ganggang (algae).
Di daratan suksesi yang ideal berkembang mulai dengan masyarakat tumbuh-tumbuhan
Cryptogamae (tingkat rendah), tumbuh-tumbuhan herba (terna), semak, perdu dan pohon hingga
tercapai hutan klimaks. Tempat tumbuh permulaan yang tidak baik bagi kebanyakan tumbuhan
berangsur-angsur menjadi lebih baik selama suksesi berlangsung.
Habitat hydrarkh lambat-laun menjadi lebih kering, sedangkan habitat xerarkh menjadi
lebih lembab.
p
r
i
s
e
r
e
S
u
b
s
e
r
e
Gangguan
Vegetasi
Perdu Pohon
↑
Vegetasi
Semak – Belukar
↑
Vegetasi
Rumput – Herba Semak kecil
↑
Vegetasi Cryptogamae
↑
Permukaan tanah telanjang Vegetasi Terganggu
c. Paham-paham Klimaks
(1) Monoklimaks
Paham monoklimaks beranggapan bahwa pada suatu daerah iklim hanya ada satu macam
klimaks, yaitu suatu formasi klimaks yang paling mesophytik (terdapat pada tempat tumbuh
yang berkualita pertengahan dalam hal perimbangan keadaan air). Jadi dapat dikatakan bahwa
klimaks adalah suatu pencerminan keadaan iklim. Di samping iklim sebagai faktor yang paling
stabil dan berpengaruh, terdapat pula faktor-faktor lain atau profaktor-profaktor, seperti faktor
tanah , fisiografi dan biotik. Profaktor- profaktor ini menyebabkan terbentuknya proklimaks-
proklimaks sebagai berikut :
• Subklimaks
Terjadi apabila perkembangan vegetasi terhenti di bawah tingkat terakhir di bawah
klimaks, sebagai akibat faktor-faktor bukan iklim, misalnya karena keadaan geografi seperti
keadaan di Pulau Krakatau.
• Proklimaks dan Posklimaks
Apabila pembentukan klimaks menyimpang dari tipe yang sewajarnya, misalnya, akibat
dari keadaan fisiografi. Keadaan yang lebih lembab dan lebih baik menghasilkan posklimaks,
sedangkan keadaan yang lebih kering dan kurang baik menghasilkan proklimaks.
• Disklimaks
Terjadi sebagai akibat beberapa gangguan sekunder tak dapat berkembang lagi ke arah
klimaks karena keadaan tempat tumbuh amat berubah menjadi buruk, misalnya terhenti pada
tingkat semak-belukar.
(2) Polyklimaks
Paham ini beranggapan bahwa t5idak hanya iklmi yang dapat menumbuhkan kilmaks.
Menurut paham ini ada beberapa macam klimaks yaitu : Klimaks iklim, klimaks edafis, klimaks
fisiografi, klikmaks kebakaran dan sebagainya.
Jadi suatu subklimaks yang disebabkan oleh keadaan tanah mungkin merupakan klimaks
edafis menurut paham ini.
KLIMAKS
Hutan Hujan Tanah Rendah
Hutan payau
Bruguiera – Xylocarpus
↑ Hutan
Neonauclea-Ficus
↑
Hutan payau
Rhizophora – Bruguiera
↑ Hutan
Ficus – Macaranga
↑
Hutan payau
Avicennia Vegetasi rumput
Neyaraudia-Saccharum
↑
Vegetasi Cryptogamae
Tetapi untuk golongan polyklimaks, hutan payau adalah suatu klimaks tersendiri, yaitu
klimaks edafis, karena keadaan tanah yang khusus. Untuk Indonesia yang terdapat banyak variasi
tanah, fisiografi, geografi dan iklim, paham polyklimaks lebih sesuai.
d. Klasifikasi hutan menurut cara terjadinya
Meijer Dress (1950) menganggap perlu adanya klasifikasi hutan berdasarkan cara
terjadinya.
(1) Hutan Alam
(a) Hutan Alam Primer
• Hutan Asli (cerwood)
• Hutan Alam Primer Tua
• Hutan Alam Primer Muda
A. Satuan-Satuan Klasifikasi
Masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam arti luas disebut vegetasi. Satuan vegetasi hutan
yang terbesar (major vegetation unit) adalah formasi hutan. Untuk daerah tropika pembedaan
antara formasi-formasi hutan dapat bertolak dari perbedaan iklim, fisiognomi (struktur) hutan,
perbedaan habitat terutama tanah dan letak tinggi, dan sejarah perkembangannya (suksesi)
Assosiasi hutan adalah satuan-satuan di dalam formasi hutan yang diberi nama menurut
jenis-jenis pohon yang dominan. Dalam klasifikasi vegetasi hutan, asosiasi adalah satuan dasar
(basic unit) dari klasifikasi, sebagaimana halnya kedudukan spesies (jenis) di dalam sistematik
atau taksonomi tumbuh-tumbuhan.
Apabila yang dihadapi adalah suatu hutan yang sedang mengalami suksesi sekunder
(subsere), maka satuannya disebut asosies.
Biasanya suatu asosiasi hutan menempati wilayah yang luas. Bagiaan dari asosiasi hutan
yang betul-betul diselidiki dan diketahui komposisi jenis-jenis pohonnya disebut Asosiasi
Konkrit. Asosiasi-asosiasi hutan yang berlainan komposisinya tetapi memiliki fisiognomi yang
bersamaan, digolongkan ke dalam satu formasi hutan.
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan dikenal variasi di dalam spesies, yaitu disebut
subspesies, varietas atau ekotype. Di dalam asosiasi hutan variasi tersebut disebut varian-varian.
Pada hutan campuran, varian-varian disebabkan oleh adanya jenis-jenis pohon yang lebih
http://forester-untad.wordpress.com/2013/11/dinamika-masyarakat-tunbuhan pdf.html
https://www.academia.edu/24246846/Ekologi_tumbuhan_
Cambell, A. Neil. Biologi (Edisi Delapan Jilid 3). Jakarta: erlangga.
taffnew.uny.ac.id/upload/131124064/pendidikan/geo-tumbuhan.pdf
https://slideplayer.info/slide/3783252/
HUBUNGAN MASYARAKAT TUMBUHAN DENGAN LINGKUNGANNYA.PPT
Banyak aktivitas tumbuhan ditentukan oleh sifat air dan bahan yang larut dalam air. Jadi,
telaah singkat mengenai sifat air merupakan cara yang baik untuk memulai kajian tentang
fisiologi tumbuhan.
A. Sifat-sifat Air dan Pentingnya Air Bagi Tumbuhan
1) Air Sebagai Pelarut
Air mampu melarutkan banyak bahan daripada zat cair lainnya. Hal itu karena air
memiliki sifat tetapan dielektrik yang paling tinggi, yaitu suatu ukuran kemampuan untuk
menetralkan tarik menarik antar muatan listrik. Sisi positif molekul air ditarik oleh ion atau
permukaan molekul polar yang negatif, dan sisi negatifnya oleh ion atau permukaan positif.
Jadi molekul air membentuk sangkar, menegelilingi ion atau molekul polar, sehingga ion
atau molekul tersebut tidak dapat bergabung dengan yang lain, dan tidak mengkristal
membentuk endapan (Salisbury dan Ross 1995).
2) Gaya Adesi dan Kohesi Air
Tarik menarik antar molekul tak sejenis disebut adesi. Sedangkan tarik menarik antara
molekul sejenis dinamakan kohesi. Kohesi memberikan sifat pada air suatu kekuatan regang
yang besar yakni kemampuan menahan regangan tanpa putus. Didalam kolom air yang kecil
seperti dalam elemen xilem batang kekeuatan regang sangat tinggi sehingga memungkinkan
air tertarik ke puncak pohon yang tinggi tanpa terputus.
Kohesi antar molekul air menimbulkan tegangan permukaan. Tegangan permukaaan
berperan dalam fisiologi tumbuhan misalnya, pada tekanan normal lalu lalangnya gelembung
udara melalui pori dan ceruk di dinding sel dihambat oleh tegangan permukaan (Salisbury
dan Ross 1995).
3) Kalor (panas) Laten Vaporisasi dan Fusi yang Tinggi
Kalor laten vaporisasi molekul air merupakan energi yang dibutuhkan untuk menguapkan
1g air pada suhu 20oCdan besar kalor laten vaporasi air adalah 586 Cal, sedangkan kalor
laten fusi merupakan energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1g es pada suhu 0oC dan
besarnya kalor laten fusi adalah 80 Cal. Bagi tumbuhan tingginya kalor laten vaporisasi ini
penting untuk menjaga stabilitas suhu daun melalui proses transpirasi.
Setiap molekul air padat (es) dikelilingi oleh empat molekul air lainnya membentuk
struktur tetrahedral dan struktur tersebut tertata sedemikian rupa sehingga kristal es berbetuk
heksagonal seperti pada butiran salju. Selama proses konversi dari bentuk padat ke bentuk
cair molekul air bergerak saling menjauh, tetapi volume total air tersebut berkurang selama
proses pencairan. Hal tersebut karena molekul air tersusun lebih efisisen dalam bentuk cair
dibanding dalam bentuk padat. Air mengembang jika membeku karena kerapatan es lebih
rendah dibanding air, oleh sebab itu es mengapung di permukaan air (Lakitan, 1993).
4) Viskositas Rendah (kekentalan)
Air dalam keadaan cair memiliki ikatan hidrogen bersama-sama oleh dua molekul air
lainnya, sehingga ikatan hidrogen menjadi lemah dan mudah putus. Air dapat mengalir
dengan mudah dalam jaringan tumbuhan. Pada kondisi padat, setiap atom O memiliki lebih
sedikit ikatan hidrogen, sehingga masing-masing ikatan akan lebih kuat. Viskositas air akan
menurun jika suhunya meningkat (Lakitan, 1993).
5) Ionisasi Air dan Skala pH
Beberapa molekul air di pecah menjadi ion hidrogen (H+) dan ion hidroksil (OH-). Secara
alamiah, air sangat jarang mengandung (H+) dan (OH-) dalam konsentrasi yang sama.
Berdasarkan konsentrasi (H+) dalam larutan, dikembangkan sekala pH yang mencerminkan
tingkat keasaman larutan dan bermanfaat dalam studi fisiologi tumbuhan maupun bidang
ilmu lainnya (Lakitan, 1993).
Hubungan Tanah dengan Tumbuhan
1) Peranan Tanah Sebagai Sumber Nutrisi
Tanah merupakan bagian yang tidak dapat terpisah dari kehidupan tumbuhan karena
tanah merupakan media bagi tumbuhan yang hidup diatasnya, Tanah diperlukan tumbuhan
sebagai tempat hidup (habitat) dimana tumbuhan tersebut ditanam.Namun yang tak kalah
penting adalah unsur hara yang terkandung dalam tanah yang diperlukan tumbuhan sebagai
nutrisi untuk pertumbuhannya.Untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, tumbuhan menyerap
unsur hara yang terkandung di dalam tanah.
Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi untuk tumbuh,
berkembang, dan bereproduksi.Ketika tumbuhan mengalami malnutrisi, tumbuhan
menunjukkan gejala-gejala tidak sehat.Nutrisi yang terlalu sedikit atau yang terlalu banyak
dapat menimbulkan masalah.
Nutrisi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari
pertumbuhan suatu pohon.Nutrisi didapatkan dari makanan dan cairan yang selanjutnya
diasimilasi oleh tubuh tumbuhan contoh nutrisi di dalam tanah adalah berupa air dan mineral.
Berikut merupakan sifat-sifat tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah dan koloid tanah.
a. Tekstur tanah
Tekstur tanah bergantung pada ukuran partikel-partikelnya. Partikel tanah dapat berkisar
dari pasir yang kasar ( diameter 0,02-2 mm), lempung (0,002-0,02 mm), hingga partikel
tanah liat mikroskopis ( kurang dari 0,002 mm). partikel-partikel yang berukuran berbeda ini
akhirnya muncul dari pengikisan bebatuan. Pembekuan air di dalam retakan bebatuan
menyebabkan bebatuan pecah secara mekanis, dan asam lemak di dalam tanah
menghancurkan bebatuan secara kimiawi. Ketika organisme-organisme menembus batu,
mereka memepercepat penghancuran melalui agen-agen kimiawi dan mekanik. Akar
tumbuhan, misalnya menyekrasikan asam yang melarutkan bebatuan, dan pertumbuhannya di
celah-celah bebatuan menyebabkan pemecahan secara mekanis. Partikel-partikel mineral
yang dilepaskan oleh pengikisan menjadi tercampur dengan organisme-organisme hidup dan
humus, sisa-sisa organisme mati dan zat-zat organik lainnya membentuk top soil. Top soil
dan lapisan-lapisan tanah yang berbeda atau horizon tanah (soil horizon) sering kali terlihat
jika ada retakan jalan atau lubang yang cukup dalam. Kedalaman top soil atau horizon A,
dapat berkisar dari beberapa millimeter hingga beberapa meter.(Campbell,et al. 2008:369)
Di dalam top soil, tumbuhan memperoleh nutrisi dari larutan tanah, yaitu air dan mineral-
mineral terlarut di dalam pori-pori di antara partikel-partikel tanah. Pori-pori tersebut juga
mengandung kantong udara setelah hujan lebat, air mengalir dari rongga-rongga yang besar
di dalam tanah, namun rongga-rongga yang lebih kecil mempertahankan air karena molekul-
molekul air tertarik ke permukaan tanah liat dan partikel tanah lain yang bermuatan negatif.
(Campbell,et al. 2008:369)
b. Struktur Tanah
Top soil yang paling fertil mengandung sebagian besar pertumbuhan adalah loam, yang
tersusun atas pasir, lempung dan tanah liat dalam jumlah yang kira-kira setara. Tanah loam
memiliki cukup banyak partikel lempung dan tanah liat yasng berukuran kecil untuk
menyediakan area permukaan yang cukup besar bagi adhesi dan retensi mineral serta air.
Biasanya top soil yang paling subur memiliki pori-pori yang berisi sekitar separuh air dan
separuh udara, sehingga menyediakan keseimbangan yang baik antara airasi, drainase dan
kapasitas penyimpanan air. (Campbell,et al. 2008:369). Komposisi top soil meliputi
komponen kimiawi anorganik (mineral) dan organik.
Komponen Anorganik
Sebagian besar tanah bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan positif (positif) – seperti kalium
(K+), kalsium (Ca2+), Dan Magnesium (Mg2+) – melekat ke partikel-partikel ini sehingga
tidak mudah hilang akibat leaching yaitu perembesan air melalui tanah. Akan tetapi akar
tidak menyerap kation mineral secara langsung dari partikel tanah. Sebagai gantinya, kation
tersedia di dalam larutan tanah, melalui pertukaran kation (cation exchange). Dalam proses
ini, kation mineral digantikan dari partikel tanah oleh kation lain, terutama H+, dan memasuki
larutan tanah, yang kemudian diserap oleh rambut-rambut akar.
Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology.Volume 9. Oxford:
Blackwell Scientific Publications
Husamah., dkk. 2013. Modul Ekologi Tumbuhan. Malang: UMM Press
Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi.IPB Press. Bogor
Mueller-Dombois, D. and H.Ellenberg. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology.
New York: John Wiley & Sons
Odum, P. E. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Ir. ThahjonoSamingan, M.Sc. Cet. 2.
Yogyakarta: GadjahMada University Press
KESIMPULAN
Jadi Sejarah Perkembangan Ekologi diciptakan oleh sarjana jerman ernst
haeckel, seorang Biologiawan jerman, pada tahun 1869. Istilah ini terdiri atas dua suku
kata yunani oikos yang pertama kali berasal dari seorang biologi Jerman Ernest Haeckel,
1869. Berasal dari bahasa Yunani “Oikos” (rumah tangga) dan “logos” (ilmu), secara
harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Yang merupakan
makhluk hidup adalah lingkungan hidupnya. Hubungan antara faktor-faktor lingkungan
dengan masyarakat tumbuhan akan menentukan keberadaan, kesuburan atau kegagalan
masyarakat tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang. Ciri-ciri habitat dan
lingkungannya kadang-kadang dapat menentukan Untuk memperdalam pemahaman
Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! adanya variasi dan
diferensiasi masyarakat tumbuhannya dalam bentuk tipe-tipe vegetasinya