Anda di halaman 1dari 19

sejarah perkembangan ekologi manusia di indonesia

SEJARAH PERKEMBANGAN EKOLOGI 1. Sejarah dan Pengertian Ekologi 1.1. Sejarah


Ekologi Meski sebelum masehi istilah ekologi belum populer, akan tetapi perhatian manusia
khususnya para filsuf pada masa itu tentang interaksi (hubungan timbal-balik) makhluk hidup
dengan lingkungannya telah ada. Hal ini bisa ditelusuri dalam sejunlah naskah karya beberapa
filsuf pada masa pra-masehi. Lewat penelusuran naskah-naskah itu, kita bisa mengetahui bahwa
Hipocrates, Aristoteles, dan filsuf lainnya telah mengupas dan memberikan perhatian khusus
terhadap interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut beberapa catatan,
ekologi sebagai sebuah ilmu sesungguhnya lahir sebagai akibat dari perkembangan ilmu Natural
History (ilmu sejarah alam) pada kurun abad 16-17. Pada waktu itu, seiring dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, salah satu fokus ilmu Natural History yang mengulas tentang
keterkaitan organisme dengan lingkungannya pun berkembang. Selanjutnya, karena ulasan
tentang keterkaitan organisme dengan lingkungannya ini dari waktu ke waktu kian sistematik,
kian analitik dan objektif maka lahirlah disiplin ilmu baru yang bernama ekologi. Dalam proses
perkembangan ilmu Natural History tersebut, muncullah Ernest Haeckel (1834-1919), seorang
ahli biologi asal Jerman, yang tercatat dalam sejarah sebagai orang yang pertamakali
menggunakan istilah ekologi pada pertengahan 1860-an. Darwin, dalam buku ditahun 1859, On
The Origin of Species, menyatakan bahwa "tumbuhan dan hewan, seringkali terpisah di alam,
terikat bersama dalam sebuah jaring hubungan kompleks." Kurang lebih 40 tahun setelah itu,
sekitar tahun 1900, legitimasi ekologi sebagai sebuah ilmu pun kian mantap. Kemantapan
tersebut timbul karena salah saktu faktornya adalah pesatnya gerakan yang bertujuan untuk
memelihara peradaban, yang salah satu unsur pentingnya adalah lingkungan hidup. Pada era
tersebut muncul kesadaran bahwa peradaban dimana pun berada tidak akan bisa bertahan jika
terus-menerus mengabaikan permasalahan lingkungan. Namun sayangnya, meski berkembang
pesat, gerakan-gerakan tersebut belumlah bisa mencapai hasil yang maksimal. Penyebabnya tak
lain karena hampir di seluruh penjuru dunia pada masa itu tengah berada dalam kecamuk perang
dunia. Selanjutnya Eugene Odum meneruskan dan memperjelas definisi dan konsep ekologi, dan
mengkompilasi na dalam daftar 20 prinsip ekologi dalam artikelnya: Great Ideas in Ecology for
the 1990s, (1992). termasuk thermodinamika, seleksi alam, perilaku siklis dan hubungannya. 5
hal terakhir dalam daftarnya Odum berbubungan dengan ekologi manusia dan interface ekologiekonomi, yang dia pertimbankan perlu menjadi fokus utama dalam lingkungan pendidikan dalam
memandang meningkatnya dampak global yang begitu serius sebagai hasil dari aktifitas
manusian (odum ,1992) Pada masa yang sama, ekologist lainnya seperti Aldo Leopold dan
Rachel Carson, mulai menyadari perlunya konserbasi ekosistem. dan untuk mengeksplorasi
hubungan antaran manusia n dan penggunaan lahan, sebagai hal yang penting seperti isu polusi.
Akhir dari abad 20 membawa perubahan cara ekologi dipandang. Pollan dan Orr mengeksplorasi
bidang ekologi di kehidupan kita sehari-hari. Pollan yang mengilustrasikan bagaimana manusian
dan tumbuhan berkoevolusi dan membentuk hubungan satu sama lain, mendiskusikan prinsip
ekologi dalam konteks perkebunan modern dalam bukuknya "Second Nature: A Gardener's
Education (Pollan, 1993). Orr, memfokuskan pada sistem pendidikan, mengatakan :tujuan
revolusi dari pendidikan adalah menghubungkan kembali generasi muda ke dalam habitat dan
komunitas mereka. ruangan kelas adalah ekolgi dari komunitas sekitarnya, bukan empat dinding
dari sebuah pendidikan tradisional (orr, 1991). Orr menawarkan tujuan pendidikan ekologi untuk
pelajar, dia merasa bahwa tidak ada pelajar yang lulus tanpa pemahaman dasar yang

komprehensif. Sebuah contoh proses pendidikan integral masuk ke dalam konsep ekologi
manusia, yang menggambarkan manusian sebagai bagian dari lingkungan. dan bukan hanya
sosok yang tidak mempengaruhinya. Green, et al., (1996) mendefiniskan ekologi manusian
sebagai hubungan antarai manusian dan lingkungan. Cultural ekologi mempelajari hubungan
alam, manusian dan kaitannya dengan dengan tanah. morris (1998) mengatakan bahwa tipe
ekologi ini, menekankan budaya dan telah memberikan dampak budaya dan aspek yang berbeda
dari seni, nilai, buaya, sistem kepercayaan dari berbagai grup entik yang berbeda. Kira-kira 23
tahun setelah Perang Dunia II usai, barulah gerakan-gerakan lingkungan hidup kembali
mengemuka. Pada April 1968, sejumlah 30 orang ahli dari pelbagai negara bertemu di Acadenua
dei Lincei, Roma, untuk membahas masalah lingkungan hidup. Satu dari sekian faktor
pendorong lahir pertemuan itu adalah merebaknya kekhawatiran para tokoh dunia terutama
ilmuwan terhadap teknologi yang memiliki daya rusak lingkungan yang sangat tinggi. Tentunya
aura traumatik atas dampak bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, Jepang, masihlah mengental
dan menjadi perangsang lahirnya sebuah gagasan tentang bagaimana mengelola kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) agar tak berdampak negatif terhadap lingkungan hidup, karena
pada hakekatnya merusak lingkungan hidup sama saja dengan merusak masa depan. Di satu sisi,
iptek hadir sebagai alat bagi manusia untuk meningkatkan kesejahteraannya dan memberikan
sekian kemudahan. Tetapi di sisi lain, jika iptek tersebut tak dikontrol maka alam yang menjadi
tempat tinggal dan sumber pemenuh kebutuhan manusia akan menjadi rusak. Sadar akan
pentingnya mengelola kemajuan iptek dan industri secara bijaksana, maka pada Juni 1972,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyelenggarakan United Nations Conference on Human
Environment (Konferensi PBB untuk Lingkungan Hidup). Dalam acara yang berlangsung di
Stockholm, Swedia, tersebut hadir 113 utusan negara-negara anggota PBB. Ratusan delegasi itu
berkumpul guna memperbincangkan serta mencari jalan keluar atas permasalahan lingkungan
hidup yang mengemuka. Dalam pertemuan yang monumental itulah disepakati bahwa tanggal 5
Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. 10 tahun setelah berlangsungnya
Konferensi Stockholm itu, Indonesia pun tampil di panggung utama gerakan pelestarian
lingkungan hidup skala internasional. Hal ini ditandai dengan terpilihnya Bali sebagai tempat
Konferensi Lingkungan Hidup se-Dunia pada bulan Oktober 1982. Selain menjadi penanda
eksisnya Indonesia dalam kancah gerakan pelestarian lingkungan hidup skala internasional,
ternyata konferensi di Bali tersebut dijadikan momentum sekaligus spirit bagi Indonesia dalam
mencanangkan Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH). 1.2. Pengertian Ekologi Akar dari
ilmu ekologi adalah biologi. Secara etimologis (menurut asal kata) istilah ekologi berasal dari 2
kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni oikos yang berarti rumah, dan logos yang berarti
ilmu. Jika ditilik dari 2 kata tersebut, maka secara harfiah ekologi bermakna sebagai ilmu tentang
rumah, atau ilmu tentang tempat tinggal. Atau bisa pula makna harfiahnya adalah ilmu tentang
makhluk hidup dengan rumahnya, dimana rumah yang dimaksud dalam hal ini adalah bumi.
Dalam mengkaji hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dengan
rumahnya/lingkungannya, ekologi membatasi diri hanya pada apa yang ada, dan apa yang
terjadi di alam, dengan tidak melakukan percobaan. Sebagian pakar menyatakan, ekologi adalah
ilmu yang mempelajari pengaruh lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mengatakan,
ekologi merupakan ilmu mempelajari hubungan antara tumbuhan, hewan dan manusia dengan
lingkungan tempat mereka hidup/tinggal, sehingga pertanyaan yang mendasar dalam ekologi
adalah bagaimana kehidupan para makhluk hidup yang dimaksud dan mengapa mereka ada di
situ. 2 Orang pakar lingkungan hidup, yakni Odum dan Cox, pada tahun 1971 berpendapat
bahwa ekologi merupakan sebuah studi tentang struktur dan fungsi ekosistem atau alam, dimana

manusia adalah juga bagian dari ekosistem itu sendiri. Dalam definisi Odum dan Cox, terdapat 2
kata kunci yang memegang peranan penting serta menjadi semacam penuntun bagi peminat
ekologi dan pemerhati lingkungan. 2 kata yang dimaksud adalah struktur dan fungsi.
Menurut Odum dan Cox, pengertian istilah struktur dalam ranah ilmu ekologi mengandung
pengertian tentang suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu. Adapun
pengertian suatu keadaan dalam definisi Odum dan Cox itu meliputi beberapa hal seperti;
kerapatan/kepadatan, biomasa, penyebaran potensi unsur-unsur hara (materi), energi, faktorfaktor fisik dan kimia lainnya yang mencirikan keadaan sistem tersebut. Sedangkan pengertian
fungsi, menurut Odum dan Cox adalah gambaran tentang hubungan sebab-akibat yang terjadi
dalam sistem. Jadi, menurut Odum dan Cox, inti sari bahasan ekologi adalah mencari tahu
sedalam-dalamnya tentang bagaimana fungsi organisme di alam. Sementara itu, dalam bukunya
yang berjudul Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, pakar lingkungan hidup Indonesia
Prof. Dr. Otto Soemarwoto, Phd., mendefinisikan ekologi sebagai ilmu tentang hubungan timbalbalik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya. Dari definisi yang dilontarkan oleh Otto
Soemarwoto tersebut, sebenarnya kita sudah bisa menentukan beberapa kata kunci bagi
pemahaman mendasar tentang apa itu Ekologi. Kata kunci yang dimaksud, yakni makhluk
hidup, hubungan timbal-balik (interaksi), dan lingkungan hidup. Jelaslah bahwa ekologi
adalah ilmu yang mempelajari mahluk hidup dalam rumah tangganya atau ilmu yang
mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara mahluk hidup sesamanya dan dengan
komponen di sekitarnya. Dengan demikian seorang ahli ekologi juga menaruh minat kepada
manusia, sebab manusia merupakan spesies lain (mahluk hidup) dalam kehidupan di Biosfer
secara keseluruhan. Selanjutnya dengan adanya gerakan kesadaran lingkungan di negara maju
sejak tahun 1968 sedangkan di Indonesia sejak tahun 1972, dimana setiap orang mulai
memikirkan masalah pencemaran, daerah -daerah alami, hutan, perkembangan penduduk,
masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan suhu bumi karena efek rumah kaca atau
pemanasan global, ozon berlubang dan lainnya telah memberikan efek yang mendalam atas teori
ekologi. Ekologi merupakan disiplin baru dari biologi yang merupakan mata rantai fisik dan
proses biologi serta bentuk-bentuk yang menjembatani antara ilmu alam dan ilmu sosial. 2.
Hubungan Ekologi dengan Ilmu Lainnya Ekologi adalah bagian dari biologi, namun ekologi
tidak dipisahkan dari ilmu-ilmu lainnya. 1.) Hubungan Ekologi dengan Ilmu Alam Lainnya a.
Ilmu Fisika berperan karena dalam ekologi faktor fisik seperti: sinar matahari, perubahan suhu,
daya serap tanah, hujan dan lain-lain terlibat. b. Ilmu Kimia berperan karena dalam ekologi
proses kimia seperti sintesis dan analisis kimiawi dalam tubuh dan di luar tubuh, makhluk hidup
merupakan bagian yang penting. c. Ilmu Bumi dan Antariksa juga berperan karena ekologi
berkaitan dengan berbagai proses yang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa siang-malam,
musim kemarau dan musim hujan, musim panas-gugur-salju-dan semi, gravitasi, endapan
aluvial, vulkanik, erosi, abrasi, sedimentasi, marin, dan lain-lain. 2.) Hubungan Ekologi dengan
Ilmu Sosial Ilmu sosial sangat penting bila komponen manusia dimasukkan dalam cakupan
ekosistem, atau bila kita mempelajari peran ekosistem terhadap kehidupan manusia. 3.
Pengelompokan Ekologi Jika kita melandaskan fokus ekologi kepada kata kunci makhluk
hidup, maka sebagai sebuah ilmu, ekologi akan terbagi dalam 3 cabang besar, yakni ekologi
manusia, ekologi tumbuhan, dan ekologi hewan. Sedangkan bila kata kunci lingkungan hidup
kita maknai sebagai rumah atau tempat tinggal makhluk hidup, dan selanjutnya kata kunci ini
kita jadikan sebagai pijakan mengkategorisasi ilmu ekologi, maka kita akan mendapatkan cabang
ilmu ekologi berdasarkan habitat (tempat hidup). Contoh cabang-cabang ekologi berdasarkan
habitat, antara lain; ekologi darat atau ekologi terestrial, ekologi bahari atau kelautan, ekologi

padang rumput, ekologi perairan tawar, ekologi estuaria (muara sungai) dan lain-lain. 4. Proses
Ekologi Salah satu kata kunci dalam definisi ekologi yang dilontarkan Otto Soemarwoto adalah
interaksi (hubungan timbal-balik). Jika direnungkan dengan dalam, maka akan kita sadari
bahwa apa yang terjadi di dunia ini sejatinya adalah hubungan timbal-balik atau interaksi. Begitu
pula jika mau merenung dengan penuh kejujuran dan kerendahan hati, maka kita akan sadar
bahwa kita tidak bisa hidup sendiri. Jika kita amati secara mendalam, kita pun akan memahami
bahwa kehidupan kita ini sesungguhnya disanggah oleh banyak pihak, seperti tumbuhan,
hewan, air, tanah, oksigen, dan lain-lain. Interaksi di antara semua unsur tersebut tidak hanya
akan menghasilkan sebuah harmoni dan keseimbangan, tetapi lebih daripada itu, sesungguhnya
interaksi tersebut adalah penopang kehidupan kita. Ini berarti, baik-buruknya interaksi tersebut
akan mempengaruhi baik-buruknya hidup kita. Atau bisa pula kita maknai, bahwa peran kita
sebagai manusia terhadap interaksi tersebut akan mempengaruhi kehidupan kita sendiri. Dalam
ekologi, interaksi semua pihak itu disebut sebut sebagai proses ekologi. Berangkat dari
pemahaman ini, maka bisa pula dikatakan bahwa baik-buruknya kualitas hidup kita sebagai
makhluk hidup sangatlah tergantung pada baik-buruknya proses ekologi. Jika kita tak segan
bertualang ke banyak tempat (terutama kawasan konservasi sumberdaya alam), maka kita akan
temukan sedemikian banyaknya interaksi (hubungan timbal-balik). Baik itu interaksi antar
makhluk hidup, maupun interaksi antara makhluk hidup dengan komponen tak hidup (abiotik).
Semua interaksi itu pada hakekatnya adalah proses ekologi. Dari sebegitu banyaknya proses
ekologi, terdapat beberapa proses ekologi yang dalam kacamata ilmu ekologi dipandang sebagai
proses ekologi yang penting. Adapun proses ekologi yang penting tersebut, antara lain adalah
fotosintesis, penambatan nitrogen, pengendalian populasi, penyerbukan, kemampuan
memperbaharui diri, dan fungsi hidro-orologis. Dari semua proses ekologi penting tersebut,
menurut Otto Soemarwoto, semuanya memiliki sumber energi yang sama, yakni matahari. 4.1.
Fotosintesis Fotosintesis adalah proses ekologi yang sangat penting, bahkan Otto Soemarwoto
menyebutnya sebagai proses yang sangat esensial (inti) untuk menjaga kelangsungan hidup di
bumi. Prosesi esensial ini dilakukan oleh tumbuhan hijau. Dalam prosesi ini, tumbuhan hijau
mengubah energi matahari menjadi energi kimia. Dalam mengubah energi matahari menjadi
energi kimia tersebut, tumbuhan hijau menggunakan zat-zat kimiawi yang terkandung dalam
bahan organik tumbuhan. Salah satu produk prosesi penting itu adalah oksigen (O2). Dari produk
ini, kita jadi sadar betapa pentingnya proses fotosintesis itu, karena dari fotosintesis inilah
dihasilkan oksigen yang menjadi kebutuhan penting bagi makhluk hidup. Tak hanya
menyumbangkan oksigen, fotosintesis pun berperanan penting terhadap pemenuhan kebutuhan
pangan manusia atas ikan. Dalam kehidupan air, ikan akan mati jika tidak mendapatkan oksigen
yang cukup. Pemenuhan kebutuhan oksigen di dalam kehidupan dalam air ini, ditopang oleh
proses fotosintesis yang dilakukan oleh plankton. Berhentinya proses fotosintesis juga akan
mengakibatkan punahnya manusia. Cobalah bayangkan! Jika proses fotosintesis berhenti maka
produksi oksigen akan terhenti. Terhentinya produksi oksigen ini akan mengganggu
pembentukan gas ozon (03)sebagai tameng bagi bumi terutama manusia dari radiasi sinar
ultraviolet (UV) matahari. Jika ozon tak lagi ada maka UV akan meradiasi bumi hingga keadaan
di bumi akan kembali pada pada kondisi yang pernah terjadi pada 4 milyar tahun lalu. Suatu
kondisi dimana kehidupan hanya ada di kawasan air dalam, karena kawasan itulah yang aman
dari radiasi UV. 4 milyar tahun yang lalu, bumi yang kita tempati ini adalah planet yang belum
memiliki mantel ozon. Hal itu terjadi karena belum ada proses fotosintesis yang berperanan
dalam menghasilkan oksigen sebagai bahan penting pembentuk ozon. Bumi 4 milyar tahun yang
lalu adalah sebuah planet yang tidak bisa ditempati manusia karena komponen serta interaksi

ekologis yang menopang kehidupan manusia belum ada. Dengan begitu, bisa dikatakan bahwa
merusak kawasan hijau berati pula merusak fotosintesis, merusak fotosintesis sama saja dengan
merusak ozon, merusak ozon sama saja dengan memusnahkan ras manusia di atas bumi! 4.2.
Penambatan Nitrogen Jika disimak dari bagan rantai makanan maupun piramida makanan, maka
sesungguhnya kita (manusia) dengan hewan adalah konsumen. Karena kita konsumen maka kita
membutuhkan produsen sebagai pemenuh kebutuhan kita. Keberadaan tumbuhan sebagai
produsen dan pemenuh kebutuhan kita tidaklah mungkin ada jika tanah tempat hidupnya tidak
ada. Sementara itu, tanah tidaklah bisa berperan sebagai tempat hidup tumbuhan jika tidak lagi
memiliki unsur Nitrogen. Dari uraian tersebut, terlihat jelas betapa pentingnya nitrogen bagi
keberlangsungan hidup berbagai jenis makhluk. Jika tanah yang memiliki unsur nitrogen adalah
pilar penting yang menyangga kehidupan, maka logikanya proses yang menyebabkan nitrogen
bisa sampai ke dalam tanah merupakan proses yang penting pula. Dalam ilmu ekologi proses
tersebut diistilahkan sebagai proses penambatan atau penangkapan nitrogen. Di alam, proses
penambatan nitrogen dilakukan secara alamiah oleh beberapa jenis bakteri dan ganggang. Salah
satu contoh makhluk hidup yang bertugas menambat nitrogen adalah bakteri azotobacter, bakteri
rhizobium dan ganggang anabaena. Bila ketahanan pangan kita sebagai bangsa Indonesia ditinjau
dari keberadaan beras sebagai bahan makanan pokok, lalu keberadaan beras tersebut kita kaitkan
dengan kualitas kesuburan sawah, maka akan tampak jelas betapa pentingnya prosesi
penambatan nitrogen terhadap ketahanan pangan kita. Dalam pengamatan Otto Soemarwoto, dari
proses penambatan nitrogen yang terjadi secara alamiah di sawah, akan diperoleh unsur nitrogen
penyubur tanah hingga 80 kg per hektar per musim. Bila dibandingkan dengan pupuk buatan
pabrik, maka nitrogen sebanyak itu setara dengan 175 kg urea. Namun, perlu diingat, meski
nitrogen sangat penting bagi kesuburan tanah, tidak lantas pemberian nitrogen secara berlebihan
bisa dikatakan baik. Pemberian pupuk yang mengandung nitrogen secara berlebihan justru akan
menimbulkan pencemaran, yang pada gilirannya nanti justru mematikan bagi makhluk penambat
nitrogen. 4.3. Penyerbukan Pengertian sederhana tentang penyerbukan, adalah proses
menempelnya tepung sari pada kepala putik bunga. Tepung sari merupakan alat kelamin jantan,
dan putik adalah alat kelamin betina. Setelah terjadi penyerbukan, tepung sari membuahi sel telur
yang ada dalam bakal buah. Lewat penyerbukan inilah kebutuhan konsumsi hewan dan manusia
terhadap buah maupun pangan nabati terpenuhi. Lewat penyerbukan pula kelestarian atau
keberlangsungan hidup beberapa jenis tumbuhansebagai produsenterjaga. Yang berarti pula
kesinambungan rantai makanan juga terjaga. Sebab itu, tidaklah berlebihan jika penyerbukan
disebut sebagai salah satu pilar penting penopang kehidupan. Dan, tidak berlebihan pula jika
dikatakan bahwa hewan (terutama serangga) yang berperan dalam penyerbukan merupakan
komponen penting dalam sebuah proses ekologi. Ini artinya, mengganggu hewan penyerbuk
sama saja dengan mengganggu pilar penopang kehidupan 4.4. Daur Hidrologi Pentingnya air
tidak perlu lagi diperdebatkan, karena memang kenyataannya secara kodrati semua makhluk
hidup tidak dapat hidup tanpa air. Tetapi air juga akan menjadi bencana jika daur hidrologinya
terganggu. Dengan begitu, mengganggu daur hidrologi air sama artinya dengan mengundang
datangnya bencana. Secara mudah daur dapat dipahami sebagai prosesi atau perjalanan yang
memiliki beberapa tahapan, dimana pada akhirnya tahap akhir akan kembali lagi ke tahap awal.
Kalaulah hujan dianggap sebagai tahap awal dari daur air, maka peristiwa jatuhnya air dari langit
dalam peristiwa hujan adalah titik awal perjalanan air. Selanjutnya, cerita perjalanan air ini pun
berkembang. Sebagian yang air jatuh dari langit, berkelana di atas tanah dan meresap ke
dalamnya, sebagian lagi mengalir lewat sungai menuju laut. Air yang meresap di dalam tanah,
sebagian keluar lagi melalui mata air menuju sungai, sebagian lagi terjebak di dalam tanah

menjadi cadangan air bagi manusia. Pada waktu tertentu sebagaian air tersebut menguap oleh
sinar matahari, berubah bentuk menjadi uap air, hingga kemudian terkumpul menjadi
sekelompok awan di langit yang menunggu giliran untuk jatuh lagi sebagai air hujan. Begitulah
siklus atau daur air. Pada batasan tertentu, hutan dan bentuk vegetasi lain, mempunyai peranan
penting dalam daur ini. Dengan adanya hutan, kekuatan air permukaan dapat diminimalisir
karena lantai hutan adalah penyerap air yang lebih baik daripada lantai-lantai beton buatan
manusia. Kemampuan hutan menyerap air ini bermanfaat untuk mengurangi resiko terjadinya
banjir. Selain itu, hutan juga memiliki kemampuan untuk menjebak atau menangkap air,
sehingga pasokan air terjamin. Oleh sebab itu, merusak hutan berarti merusakan kawasan
tangkapan air, yang nantinya berujung pada krisis air. 5. Habitat Habitat adalah tempat suatu
organisme hidup. Habitat suatu organisme dapat disebut alamat organisme itu. Semua
organisme mempunyai tempat hidup. Misalnya, ikan tuna hidup dalam air laut, ikan mas dalam
perairan tawar, durian di tanah darat dataran rendah, enau di tanah darat dataran rendah sampai
pegunungan, eceng gondok di perairan terbuka dan sebagainya.Makhluk hidup dapat memiliki
lebih dari satu habitat, Misalnya habitat kodok adalah di darat setelah dewasa, di air bila masih
menjadi berudu atau telurnya. Setiap makhluk hidup mempunyai habitat yang sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila terjadi gangguan atau perubahan yang cepat makhluk tersebut mungkin
akan mati atau pergi mencari habitat lain yang cocok. Misalnya jika terjadi arus terus-menerus di
pantai habitat bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan hidup. Akan tetapi jika
terjadi perubahan secara perlahan atau berevolusi, lama kelamaan makhluk yang ada di situ akan
berusaha melakukan penyesuaian diri, atau beradaptasi yang akhirnya mungkin akan terjadi jenis
baru. Istilah habitat dapat dipakai untuk menunjukkan tempat tumbuh sekelompok organisme
dari berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas. Misalnya, kita boleh mengunakan istilah
habitat padang rumput, habitat hutan mangrove, dan sebagainya. Dalam hal ini habitat
sekelompok organisme mencakup lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. 6. Relung (Niche)
Konsep relung (niche) dikembangkan oleh Charles Elton (1927) ilmuwan Inggris, dengan
pengertian status fungsional suatu organisme dalam komunitas tertentu. Dalam penelaahan
suatu organisme, kita harus mengetahui kegiatannya, terutama mengenai sumber nutrisi dan
energi, kecepatan metabolisme dan tumbuhnya, pengaruh terhadap organisme lain bila
berdampingan atau bersentuhan, dan sampai seberapa jauh organisme yang kita selidiki itu
mempengaruhi atau mampu mengubah berbagai proses dalam ekosistem. Relung (niche) adalah
posisi atau status suatu organisme dalam suatu komunitas dan ekosistem tertentu, yang
merupakan akibat adaptasi struktural, tanggap fisiologis serta perilaku spesifik organisme itu.
Jadi relung suatu organisme bukan hanya ditentukan oleh tempat organisme itu hidup, tetapi juga
oleh berbagai fungsi yang dimilikinya. Dapat dikatakan, bahwa secara biologis, relung adalah
profesi atau cara hidup organisme dalam lingkungan hidupnya. Pengetahuan tentang relung suatu
organisme sangat perlu sebagai landasan untuk memahami berfungsinya suatu komunitas dan
ekosistem dalam habitat utama. Untuk dapat membedakan relung suatu organisme, maka perlu
diketahui tentang kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif, pengaruh faktor abiotik
terhadap organisme, pengaruh organisme yang satu terhadap yang lainnya. Banyak, organisme,
khususnya hewan yang mempunyai tahap-tahap perkembangan hidup yang nyata, secara
beruntun menduduki relung yang berbeda. Umpamanya jentik-jentik nyamuk hidup dalam
habitat perairan dangkal, sedangkan yang sudah dewasa menempati habitat dan relung yang
samasekali berbeda. Relung atau niche burung adalah pemakan buah atau biji, pemakan ulat atau
semut, pemakan ikan atau kodok. Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam
termasuk mempunyai niche yang umum karena dapat memakan cacing, padi, daging, ikan,

rumput dan lainnya. Ayam merupakan polifag, yang berarti makan banyak jenis. Makan beberapa
jenis disebut oligofag, hanya makan satu jenis disebut monofag seperti wereng, hanya makan
padi. Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai niche yang sama dalam satu habitat
yang sama maka akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat, masing-masing jenis
mempertinggi efisiensi cara hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih spesialis yaitu
relungnya menyempit. Akan tetapi bila populasi semakin meningkat, maka persaingan antar
individu di dalam jenis tersebut akan terjadi pula. Dalam persaingan ini individu yang lemah
akan terdesak ke bagian niche yang marginal. Sebagai efeknya ialah melebarnya relung, dan
jenis tersebut akan menjadi lebih generalis. Ini berarti jenis tersebut semakin lemah atau kuat.
Makin spesialis suatu jenis semakin rentan makhluk tersebut. Referensi Prof. Dr. Otto
Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Penerbit Djambatan, Jakarta, 1997
Eko Teguh Paripurno dkk, Petunjuk Pengamatan Kawasan Bagi Pecinta Alam, Kappala
Indonesia, Yogyakarta, 1999 Anonim, Buku Materi Latgab Konservasi Pecinta Alam Jawa
Timur 2004, Mapensa Faperta Unej, Jember, 2004 Dani Wahyu Moenggoro dkk, Menjadi
Environmentalis itu Gampang!, Walhi, Jakarta, 2006 Anonim, Materi Kuliah 1 Pengantar
Ekologi, Webblog Unpad, 2008
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Sejarah Perkembangan Sains Biologi

Biologi adalah ilmu mengenai kehidupan. Istilah ini diambil dari bahasa Belanda
"biologie", yang juga diturunkan dari gabungan kata bahasa Yunani, , bios ("hidup") dan
,logos ("lambang", "ilmu").
Biologi adalah ilmu tertua bisa dibuktikan pada situs Assyiria dan Babilonia (3500 SM),
situs tersebut menunjukan bahwa bangsa Assyiria dan Babilonia sudah bercocok tanam dan dan
mengenal ilmu pengobatan.
Di Mesir, ilmu biologi diterapkan dalam pengobatan sejak 2000 tahun SM. Contoh yang
bisa kita temui diantaranya adalah mumi; mayat yang diawetkan. Bangsa mesir sudah mampu
membuat semacam balsem untuk mengawetkan mayat dari tumbuh-tumbuhan. Perkembangan
biologi di wilayah Arab sangat pesat berkat pengetahuan Al jahiz tentang binatang, dan Ibnu
Sina tentang ilmu kedokteran.
Bangsa China sudah mengenali tanaman obat sejak 2800 tahun SM. Reruntuhan di
Mohenjodaro (2500 SM) menunjukan bahwa penduduknya sudah memanfaatkan sekitar 960
jenis tanaman untuk pengobatan. Termasuk ilmu anatomi, fisiologi, patologi, da ilmu bedah.
Selanjutnya perkembangan biologi merambah ke berbagai bangsa dan melahirkan tokohtokoh baru, seperti Leonardo da Vinci, Otto Brunfels, Leonhard Fuchs, Pierre Belon, dan masih
banyak lagi.
Aristoteles pada pertegahan abad ke-4 SM, memperkenalkan dasar-dasar taksonomi,
mengelompokkan hewan berdarah dan tidak berdarah. Hewan berdarah merupakan hewanhewan besar, seperti ikan, mamalia, burung, reptil, dan amfibi. Hewan tidak berdarah merupakan
hewan-hewan kecil, seperti udang-udangan, Cephalopoda, serangga, dan Testacea. Selain itu,
Aristoteles juga menemukan bahwa hewan memiliki paru-paru, bernafas dengan udara, berdarah

panas, dan menghasilkan keturuanan. Selain itu, ia juga menemukan ilmu tentang reproduksi dan
hereditas, termasuk teori abiogenesis atau generatio spontanea.
Pada abad ke-17, mikroskop ditemukan oleh Leeuwenhoek. Penemuan ini menjadi awal
munculnya pengetahuan biologi yang bersifat mikroskopis seperti mikroorganisme. Penemuan
ini juga melahirkan cabang ilmu biologi baru yang bersifat mikroskopis, seperti embriologi dan
mikrobiologi. Tokoh-tokoh yang bejasa di pada saat itu diantaranya ialah Roobert Hooke,
Fransisco Redi, Lazzaro Sapallanzani, dan Louis Pasteur. Pada abad ke-17 dan 18, John Ryan
dan Corolus Linnaeus mengusulkan suatu sistem klasifikasi yang bersifat universal yang berlaku
untuk hewan dan tumbuhan. Sistem inilah yang menjadi rujukan sistem klasifikasi moderen.
Kata biologi diperkenalkan di Jerman pada tahun 1800, lalu dipopulerkan oleh JeanBaptis de Lamarck dari Perancis
Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan bahwa
organisme memiliki karakteristik pokok. Biologi kian merupakan subyek pelajaran sekolah dan
universitas dai seluruh dunia.
Perkembangan biologi sains sampai abad ke-20
A. Biologi Sel dan embriologi
Pada tahun 1895, Charles Overton menyatakan bahwa membran terdiri dari lipid.
Berdasarkan pengamatannya bahawa unsur yang larut dalam lemak memasuki sel lebih cepat
dari unsur yang tidak larut dalam lipid. Dua puluh tahun kemudian, membran sel diisolasi dari
sel darah merah dan dianalisis secara kimiawi dan ditemukan adanya unsur lipid dan protein.
Pada tahun 1917, Irving Langmuir membuat membran tiruan dengan menambahkan
fosfolipid yang dilarutkan dalam benzene ke dalam air. Hasilnya setelah benzene menguap,
fosfolipid tertinggal sebagai lapisan yang menutupi permukaan air dengan hanya bagian
hidrofilnya yang terbenam dalam air.
Tahun 1925, E Gorter dan F. Grendel menyatakan bahwa membran sel terdiri dari dua
lapis (bilayer). Tahun 1935, Hugh Davson dan James Danielli memperbaiki nya dengan
mengajukan model sandwich: fosfolipid bilayer diantara dua lapis protein globular.
Ketika ilmuwan pertama kalinya menggunakan mikroskop elektron tahun 1950-an
penggambaran model membran Davson dan Danielli menjadi lebih jelas. Tahun 1960-an
sandwichnya Davson-Danielli diterima secara mneyeluruh sebagai struktur yang bukan hanya
untuk plasma membran tetapi juga untuk seluruh membran internal dari sel. Tetapi di akhir abad
ke-20 banyak ahli biologi sel yang melihat dua kekeliruan dari model tersebut. Pertama
generalisasi bahwa seluruh membran sel identik dibantah. Tidak semua membran terlihat sama di
bawah mikroskop elektron. Sebagai contohnya, membran plasma berukuran 7-8 nm dan
memiliki struktur tiga lapisan, sedangkan membran dalam mitokondria tebalnya hanya 6 nm dan
dalam mikrograf elektron tampak seperti barisan manik-manik. Membran mitokondia juga
memiliki persentase protein yang lebih banyak dan ada perbedaan dalam jenis fosfolipinya.
Membran dengan fungsi yang berbeda, berbeda dalam struktur dan susunan kimianya. Masalah
kedua adalah penempatan protein. Membran bersifar amphipathic, jika protein ditempatkan pada
permukaan membran, maka bagian hidrofobiknya akan berada dilingkungan air.

Pada tahun 1972, S.J Singer dan G. Nicolson meninjau ulang model membran yang
menempatkan protein pada daerah yang sesuai dengan sifat amfifatik membran. Mereka
menyatakan bahwa protein membran tersebar dan secara terpisah tertanam ke dalam lapisan
fosfolipid, dengan hanya daerah hidrofilik yang menonjok keluar ke daerah yang ada air.
Susunan molekul seperti ini memaksimalkan kontak daerah hidrofilik dari protein dan fosfolipid
dengan air sedangkan bagian hirofobiknya dengan lingkungan air. Struktur seperti kemudian
disebut fluid mosaic model.
Pada tahun 1891, Driesch (1867-1941) meneliti tentang reproduksi sel, fertilisasi dan
multiplikasi sel menjadi organism baru. Ia menemukan bahwa telur urchin laut membelah
menjadi dua bagian, berkembang menjadi dua larva yang lengkap.
Pada tahun 1900, Loeb (1859-1924)menyatakan bahwa telur yang tidak dibuahi dapat
diinduksi dengan perlakuan kimia tertentu menjadi organisme sempurna.
Pada tahun 1931, Spemann (1869-1941), Holftreter dan Mangold mendemontrasikan
bahwa pemberian senyawa kimia atau stimulus kimia tertentu kepada telur yang tidak dibuahi
mampu menginduksi pembentukan organsime utuh; sedangkan untuk yang lainnya, perlakuan
hanya pada tahap lebih lanjut ketika ormanisme tumbuh mampu menghasilkan bagian-bagian
tubuh tertentu seperti mata atau anggota tubuh lainnya.
Pada tahun 1907 R.G Harrison (1870-1959) dan Fell pada tahun 1928 menemukan
teknik mengkultur jaringan dan organ pada organisme yang lebih tinggi. Penelitian ini
menunjukkan bahwa setelah terpisah dari tubuh, sel terus tumbuh dan membelah dan masih
memiliki karakter aslinya. Carrel (1873-1944) membuka peluang untuk trasnplantasi organ
secara steril pada hewan dan manusia.
Pelopor transplantasi inti pertama dilakukan oleh ahli embrilogi Amerika bernama
Robert Briggs dan Thomas King selama tahun 1950-an. Eksperimen ini dikembangkan oleh
John Gurdon (Inggris) dengan merusakkan atau menghilangkan inti sel dari sel telur katak
kemudian menanam inti dari embrio berudu dari species yangsama. Hasilnya inti yang
ditranplantasikan tersebut mendukung perkembangan normal donor.
Tahun 1997 Peneliti Scotlandia Ian Wilmut dan kawan-kawan berhasil mengklon domba
dewasa dengan inti sel kelenjar mamae ke dalam sel telur yang tidak dibuahi dari domba yang
lain. Domba dolly ini secara kromosomal identik dengan donor. Juli 1998 peneliti dari Hawaii
melaporkan pengkloningan lebih dari 50 tikus menggunakan inti dari sel ovarium
B. Mikrobiologi
Sejarah penemuan virus dimulai abad ke 19 dengan ditemukannya kelainan pada daun
tembakau berbintik kuning oleh Adolf Meyer seorang ilmuwan Jerman tahun 1883.
Pada abad ke-20 pengetahuan tentang virus yaitu bahwa virus bersifat patogen dan dapat
menular, virus pun tidak dapat ditumbuhkan dalam medium tumbuh bakteri. Dua orang ilmuwan
bernama Twort (1916) dan dHerelle (1917) menemukan virus yang menyerang bakteri dan
menyebabkan bakteri lisis (pecah). Virus ini kemudian disebut bakteriofag atau sering disebut
fag (phage) saja.

Pada tahun 1935 Wendell Stanley seorang ilmuwan Amerika berhasil mengkristalkan
mahluk hidup yang menyerang tanaman tembakau tersebut. Mahluk tersebut kemudian dibneri
nama TMV (Tobacco Mosaic Virus) Stanley menemukanan bahwa virus dapat mengkristal pada
saat bersamaan masih memiliki sifat-sifat organisme hidup. Partikel virus dapat berkembang biak
dalam inang yang baru. Gortner dan Laidlaw secara terpisah mengemukakan pandangannya
bahwa virus merupakan bentuk organisme paratisik yang lebih terspesialisasi. Sejak itulah
penelitian tentang virus berkembang. Tahun 1980-an muncul penemuan virus HIV dan AIDS.
Tahun 1993 Hantavirus dan sebagainya.
C. Genetika dan Hereditas
1. Genetika
Pada tahun 1944 Oswald Avery. Seorang kebangsaan Amerika, Avery memurnikan berbagai
senyawa kimia dari baketri patogen yang dipanaskan, kemudian memindahkan DNA nya saja ke
bakteri non patogen hidup. Avery dkk yaitu Maclyn McCarty dan Colin MacLeod
mengumumkan bahwa agen tranformasi adalah DNA. Temuan ini disambut dengan penuh
keragu-raguan. Sebab pengetahuan semula adalah protein lah sebagai pembawa materi genetik
dan pada waktu itu sedikit sekali pengetahuan tentang DNA.
Tahun 1952 Alfred Hershey dan Martha Chase menemukan bahwa DNA adalah materi genetik
baktriofag yang disebut sebagai T2. pada waktu tersebut para ilmuwan tahu bahwa virus
memiliki dua komponen kimia yaitu DNA dan protein. Untuk menjawab hal ini Hershey dan
Chase melakukan eksperimen dengan menggunakan kedua komponen T2 tersebut yaitu protein
dan DNA. Mereka menggunakan isotof radioaktif yang berbeda untuk menandai DNA dan
protein. (Cara kerjanya seperti dalam gambar pada lampiran). Hasilnya pada supernatan yang
mengadnung partikel virus hanya ditemukan radioaktif yang menandai protein sedangkan DNA
yang ditandai ditemukan pada pelletnya. Ketika bakteri ini dikembalikan ke medium kultur
terjadi infeksi dan E. coli melepaskan fag yang mengandung radioaktif. Jadi mereka
menyimulkan bahwa DNA lah yang memasuki inang sedangkan protein tetap tertinggal bersama
badan virus.
Pada tahun 1950-an susunan ikatan kovalen polimer asam nukleat mendapat perhatian ilmuwan.
Sebelumnya tahun 1932 Astbury menemukan struktur polimer fiber yang terdiri dari empat
nukleosida yaitu Purin, adenin, guanin dan pirimidin, sitisin dan tianin (Uridin dalam DNA).
Kemudian penelitian tentang struktur DNA berkembang. Ssalah satu yang terkenal yaitu James
Watson (Amerika) dan Francis Crick (Inggris). Watson dan Crick menggambarkan model DNA
dengan dobel helix dengan bantuan dari gambar melalui metode kristalografi sinar-X Maurice
Wilkins dan Rosalind Franklin. Temuan ini yang mendorong penelitian tentang replikasi
berkembang.
b. Hereditas

Pada tahun 1901 Hugo De Vries (Belanda), Carl Correns (Jerman) dan Erick Von Tschermak
(Austria) secara terpisah menemukan kembali hukum mendel yang diterbitkan 35 tahun yang
lalu. Penemuan ini medorong penelitian ilmuan tentang pewarisan sifat keturunan.
1902 Walter S. Sutton, Theodor Boveri secara terpisah mngemukakan tentang teori kromosom
dan pewarisan sifat. Menurut teori ini gen memiliki lokus tersendiri di dalam kromosom. Baru
pada tahun 1906 Johansen (Denmark) menamainya pembawa sifat keturunan ini sebagai gen.
Thomas Hunt Morgan seorang embriologist Colombia menemukan adanya gen terpaut sex
(sex-linked genes) pada awal abad ke-20. pada tahun 1909 seorang Fisikawan Inggris Archibald
Garrod menyatakan bahwa gen menentukan fenotif melalui enzim sebagai katalis proses
tertentu di dalam sel. Pengetahuan tentang pembelahan sel, mikroorganisme penyebab mutasi
menggugah ilmuwan untuk meneliti tentang kanker.
D. Teori Evolusi
Sejak ditemukannya artikel penelitian Mendel para ahli genetika percaya bahwa hukum
pewarisan bertentangan dengan seleksi alam Darwin. Darwin menekankan karakter kuantitatif
dalam populasi yang bervariasi. Dan kita sekarang mengetahui bahwa karakter kuntitatif
dipengaruhi oleh lokus gen ganda. Sedangkan Mendel dan ahli genetik lainnya di awal abad ke20, mengenalnya hanya sebagai ciri yang terpisah pada individu yang berbeda. Teori evolusi
yang komprehensif dikenal sebgai sintesis modern diliris tahun 1940-an disebut sintesis karena
merupakan integrasi dari penemuan dan pendapar berbagai bidang.
Diantara pencipta teori ini yaitu Theodosius Dobzhansky (ahli genetika), Ernst Mayr
(ahli taksonomi), George Gaylord Simpson (ahli palaontologi) dan G. Ledyard Stebbins (ahli
botani). Teori ini menekankan pentingnya populasi sebagai unit evolusi.
Tahun 1972 Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould mengemukakan teori keseimbangan
bersela (punctuated equilibrum) sebagai perluasan dari teori sintesis modern. Menurut teori ini
spesiasi terjadi pada populasi allopatrik yang kecil.
E. Fisiologi
Mulai berkembang pada abad ke 17 dan 18 : kemajuan dalam ilmu fisika dan kimia.
Pertengahan abad ke 19 : cabang ilmu yang berdiri sendiri dengan terbitnya "history of botany"
oleh Sachs (1860), disusul "Lecturers on the physiology of plants" oleh Sachs (1887) dan
"Physiology of Plants" oleh Pfeffer (1887). Pertengahan abad ke-20 : jurnal khusus yang memuat
hasil-hasil penelitian, seperti "Plant Physiology" (mulai 1925) dan "Annual Peview of Plant
Physiology" (1950).
Dokter tenar Inggris, William Harvey, penemu peredaran darah dan fungsi jantung,
dilahirkan tahun 1578 di kota Folkstone, Inggris. Bukunya yang masyhur An Anatomical Treatise
on the Movement of the Heart and Blood in Animals (Gerak otomatis anatomi jantung dan darah
binatang) terbit tahun 1628, tepat sekali jika disebut sebuah buku penting di sepanjang sejarah
fisiologi. Memang, nyatanya merupakan titik mula lahirnya ilmu fisiologi modern. Arti penting
utamanya tidaklah terletak pada penggunaan langsungnya melainkan pada peletakan pengertian

dasar yang menjelaskan bagaimana tubuh manusia bekerja. Sejarah perkembangan ilmu fisiologi
tumbuhan
Untuk kita sekarang yang dibesarkan dengan pengetahuan peredaran darah, akan
menganggap teori Harvey sebagai sesuatu yang sepenuhnya jelas. Tetapi, apa yang kini tampak
sederhana dan nyata, tidaklah begitu halnya bagi para biolog jaman lampau. Penulis-penulis
terkemuka di bidang biologi telah memaparkan berbagai pendapat, antara lain:
Galen, dokter besar di jaman dulu, orang yang secara pribadi meneliti dan merenungkan
dengan cermat tentang jantung dan saluran darah, tak pernah menduga bahwa darah bersirkulasi.
Juga hal ini lolos dari pengamatan Aristoteles kendati dia menaruh perhatian utama terhadap
biologi. Bahkan sesudah penerbitan buku Harvey pun banyak dokter yang ogah-ogahan
menerima pendapat bahwa darah dalam tubuh manusia secara tetap berputar dalam saluran pada
sistem yang tetap, dan jantung menyediakan tenaga untuk mengalirkan darah itu.
Harvey pertama-tama menyusun pendapat tentang sirkulasi darah itu dengan jalan
membuat perhitungan secara arithmatik yang sederhana. Dia memperkirakan bahwa jumlah
darah yang dipancarkan oleh tiap denyut jantung sekitar 2 ons. Karena jantung berdenyut 72 kali
per menit, penjumlahannya dapat disimpulkan sekitar 540 pon darah dipancarkan tiap jam ke
dalam aorta. Tetapi, jumlah yang 540 pon melebihi jumlah berat badan seorang manusia normal,
bahkan jauh melebihi jumlah berat badan itu sendiri. Karena itu jelas buat Harvey bahwa darah
yang sama secara tetap berputar lewat jantung.

F. Ekologi
Menurut beberapa catatan, ekologi sebagai sebuah ilmu sesungguhnya lahir sebagai
akibat dari perkembangan ilmu Natural History (ilmu sejarah alam).
Pada kurun abad 16-17. Pada waktu itu, seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, salah
satu fokus ilmu Natural History yang mengulas tentang keterkaitan organisme dengan
lingkungannya pun berkembang. Dalam proses perkembangan ilmu Natural History tersebut,
muncullah Ernest Haeckel (1834-1919), seorang ahli biologi asal Jerman, yang tercatat dalam
sejarah sebagai orang yang pertamakali menggunakan istilah ekologi pada pertengahan 1860-an.
Darwin, dalam buku ditahun 1859, On The Origin of Species, menyatakan bahwa "tumbuhan
dan hewan, seringkali terpisah di alam, terikat bersama dalam sebuah jaring hubungan
kompleks."
Kurang lebih 40 tahun setelah itu, sekitar tahun 1900, legitimasi ekologi sebagai sebuah ilmu
pun kian mantap. Pada era tersebut muncul kesadaran bahwa peradaban dimana pun berada
tidak akan bisa bertahan jika terus-menerus mengabaikan permasalahan lingkungan. Meski
berkembang pesat, gerakan-gerakan tersebut belumlah bisa mencapai hasil yang maksimal
karena hampir di seluruh penjuru dunia tengah berada dalam kecamuk perang dunia.
Eugene Odum meneruskan dan memperjelas definisi dan konsep ekologi, dan
mengkompilasinya dalam daftar 20 prinsip ekologi dalam artikelnya: Great Ideas in Ecology for
the 1990s, (1992). termasuk thermodinamika, seleksi alam, perilaku siklis dan hubungannya. 5
hal terakhir dalam daftarnya Odum berbubungan dengan ekologi manusia dan interface ekologi-

ekonomi, yang dia pertimbankan perlu menjadi fokus utama dalam lingkungan pendidikan dalam
memandang meningkatnya dampak global yang begitu serius sebagai hasil dari aktifitas
manusian (odum ,1992)
Pada masa yang sama, ekologist lainnya seperti Aldo Leopold dan Rachel Carson, mulai
menyadari perlunya konservasi ekosistem. dan untuk mengeksplorasi hubungan antaran manusia
n dan penggunaan lahan, sebagai hal yang penting seperti isu polusi.
Akhir dari abad 20, Pollan dan Orr mengeksplorasi bidang ekologi di kehidupan kita sehari-hari.
Pollan mengilustrasikan bagaimana manusia dan tumbuhan berkoevolusi dan membentuk
hubungan satu sama lain. Orr menawarkan tujuan pendidikan ekologi untuk pelajar, dia merasa
bahwa tidak ada pelajar yang lulus tanpa pemahaman dasar yang komprehensif.
Morris (1998) mengemukakan Cultural Ecology yang mempelajari hubungan alam,
manusia dan kaitannya dengan tanah. Ia mengatakan bahwa tipe ekologi ini, menekankan budaya
dan telah memberikan dampak budaya dan aspek yang berbeda dari seni, nilai, buaya, sistem
kepercayaan dari berbagai grup entik yang berbeda. Perkembangan ilmu sains Biologi ini
serentak jga dengan cabang cabang ilmu biologi lainnya.
http://daulatmharahap.blogspot.com/2013/10/sejarah-perkembangan-sainsbiologi.html

ekologi tumbuhan

Hubungan antara tumbuhan dan hewan dengan lingkungannya dikenal dengan istilah ekologi
(bahaya Yunani berarti oikos berarti rumah atau habitat dan logos berarti ilmu). Ekologi sebagai
ilmu dan merupakan bagian dari kajian biologi telah dikenal sejak 70 tahun yang lalu.
Perkembangan ekologi sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEK, khususnya kehidupan di
muka bumi (misalnya bidang transportasi, komunikasi, rekayasa genetika).
Konsekuensi dari perkembangan IPTEK menyebabkan perubahan kondisi bumi, deteriosasi

lingkungan dan peningkatan populasi manusia. Seperti halnya akibat limbah nitrogen dan posfor
dari lahan pertanian dan urban menyebabkan eutrofikasi pada sistem perairan. Alat-alat listrik
rumah tangga dan AC meningkatkan sulfur dioksida (SO2) dan partikulat di udara, serta NO di
atmosfie dari bungan transportasi (auotomobil) meningkatkan pembentukan smog di udara.
Perluasan jalan dan permukiman (urban) mengurangi kawasan hutan (masalah: kepunahan,
banjir, longsor dan sampah).
Permasalahan lingkungan seperti itu membangkitkan kesadaran umat manusia akan pentingnya
lingkungan (planet bumi dalam bahaya) situasi ini menimbulkan kesadaran ekologi.
1.1. Sejarah Perkembangan Ekologi
Ekologi berhubungan dengan sistem kehidupan sehingga dalam perkembangannya erat kaitannya
dengan perkembangan biologi. Sejak abad yang lalu biologi diperkenalkan melalui Natural
History atau sejarah alam (populer dengan istilah kajian alam) pada saat manusia sadar akan
pentingnya alam sekitarnya (hutan dieksploitasi dan padang dibuka menyebabkan banyak hewan
yang punah).
Gerakan konservasi mulai dibentuk pada tahun 1930-an, kajian tentang alam masuk dalam
kurikulum sekolah (meskipun hanya konsep sederhana misalnya mewarnai gambar burung dan
membuat paragraf singkat tentang alam). Pada saat itu ditulis buku-buku tentang kehidupan di
alam (The Reed Bird Guides dan The Camstock Handbook of Natural Study). Namun, ternyata
daerah urban lebih banyak dan daerah rural terbatas, demikian halnya dengan perhatian biologis
terhadap alam menurun dan lebih fokus pada fungsi dari organisme dari pada hubungannya
dengan alam sekitar.
Adanya kesalahan pola pikir seperti itu, sebagian dikarenakan oleh biologi itu sendiri. Pandangan
dalam biologi tradisional selalu memulai dan mengakhiri dengan penamaan organisme hidup
(bersifat deskriptif dan lemah dalam data kuantitatif sehingga tidak memiliki konsep dasar yang
kuat seperti pada fisika, kimia dan matematika). Misalnya, pencinta alam amatir, pengamat
burung atau insekta melakukan kegiatan tidak sampai pada tahapan identifikasi yang mendalam
(kurang memahami bagaimana organisme hidup dan apa fungsinya di alam). Pada saat itu pula
biologi kehilangan posisinya dalam kedudukannya sebagai ilmu.
Munculnya kesadaran akan lingkungan (1970-an) menyebabkan revolusi ekologi, dimana
perhatian terhadap kajian alam meningkat (penduduk sub urban sadar akan lingkungan). Kajian
lingkungan kembali dipelajari di sekolah-sekolah serta perhatian terhadap kehidupan liar (wild
life) dan hutan meningkat (muncul gerakan masyarakat menentang kegiatan atau pembangunan
yang merusak alam).
Kajian tentang alam berkembang menjadi ekologi dan keberadaannya menjadi ilmu yang
memasyarakat (pandangan lama fokus pada organisme dan pandangan baru fokus pada sistem
kehidupan alam). Ekologi berperan mengungkapkan rahasia kehidupan dalam tahapan
organisme/individu, populasi dan ekosistem.
Istilah ekologi pertamakali diperkenalkan oleh Ernst Haecckel (1866) dengan pengertian bahwa
ekologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian mengenai
hubungan anorganik serta lingkungan organik disekitarnya. Selanjutnya, pengertian itu diperluas
menjadi kajian mengenai hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya.
Berdasarkan pengertian itu, sebenarnya Theophrastus telah banyak menulis tentang hubungan
timbal balik antara organisme dengan lingkungannya. Namun, yang dianggap sebagai pemula
dan mengarah pana kajian yang bersifat moderen adalah para ahli geografi tumbuhan seperti
Humbolt de Candolle, Engler, Gray, dan Kerner yang menulis tentang distribusi tumbuh-

tumbuhan. Dasar-dasar dalam geografi tumbuhan ini merupakan pangkal dan kemudian
berkembang menjadi kajian komunitas tumbuhan atau ekologi komunitas.
Kajian ekologi komunitas berkembang dalam dua kutub, yaitu di Eropa dipolopori oleh BraunBlanquet (1932) yang tertarik dengan komposisi, struktur, dan distribusi dari komunitas, serta di
Amerika dipolopori oleh Cowles (1899), Clements (1916) dan Gleason (1926) yang mempelajari
perkembangan dan dinamika tumbuhan, Shelford (1913, 1937), Adam (1909) dan Dice (1943) di
Amerika serta Elton (1927) di Inggris mengungkapkan hubungan timbal balik antara tumbuhan
dengan hewan. Sejalan dengan itu, perhatian terhadap dinamika populasi juga banyak di
kembangkan para ahli, yaitu pendekatan secara teoritis dipolopori oleh Lotka (1925) dan
pendekatan secara eksperimental oleh Voltera (1926). Pada tahun 1935, Gause menemukan
interaksi antara hewan pemangsa dengan mangsanya dan hubungan kompetitif diantara spesis,
serta Nicholson mempelajari kompetisi intra-spesis. Selanjutnya, Andrewartha dan Birch (1954)
serta Lack (1954) menemukan dasar-dasar yang luas untuk kajian regulasi populasi. Berdasarkan
penemuan Darwin (1859), Mendel (1806) dan Wight (1931) berkembang bidang genetika
populasi, evolusi dan adaptasi. Selanjutnya, Leibig (1840) mengawali kajian lingkungan
nonbiotis dari organisme yang kemudian berkembang menjadi ekoklimatologi dan ekofisiologi.
Beberapa kajian di lingkungan perairan berkembang menjadi ekologi energetik, seperti oleh
Thienemann (1920) memperkenalkan tingkat tropik, Birge dan Juday tahun 1940-an
menguraikan budget energi dalam danau (produksi primer) yang berkembang sebagai konsep
ekologi tentang dinamika tingkat tropik. Konsep itu diperkenalkan sebagai konsep dasar dalam
ekologi modern oleh Lindemann (1942) serta diperluas oleh Hutchinson dan Odum (1950-an)
sebagai polopor dalam aliran budget energi. Studi awal mengenai siklus materi atau nutrisi
dilakukan oleh Ovington (1957) di Inggris dan Australia serta Basilevic dan Rodin (1967) di
Rusia.
1.2. Perkembangan Ekologi Tumbuhan
Ekologi berkembang melalui dua jalur, yaitu jalur hewan dan tumbuhan. Ekologi tumbuhan
memfokuskan pada hubungan antara tumbuhan dan lingkungannya. Kajian ekologi tumbuhan
sudah lama berkembang, tahun 1305 Petrus de Crescentius menulis karangan mengenai sifat
persaingan hidup pada tumbuhan. Selanjutnya, King (1685) pertamakali menguraikan konsep
tentang suksesi dalam komunitas tumbuhan serta Warming (1891) mengenai proses suksesi
tumbuhan di bukit pasir disepanjang pantai Denmark. Saat itu ekologi tumbuhan telah diakui
sebagai disiplin ilmu baru.
Adapun pakar yang menjadi polopor dalam mengembangkan ekologi tumbuhan antara lain
adalah Clements (1905) menulis buku ekologi tentang metode pengukuran dan pemasangan
kuadrat dalam kajian ekologi lapangan. Cowles (1899) melakukan kajian tentang suksesi
tumbuhan di bukit pasir sepanjang pesisir pesisir danau Michigan serta peranan iklim, fisiografi
dan biota lainnya dalam suksesi tersebut. Selanjutnya, Tansley menyusun karya ilmiah berjudul
The British Isles and their Vegetation.
1.3. Integrasi dan Pendekatan Ekologi Tumbuhan
Ekologi tumbuhan berusaha menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu, populasi
dan komunitas, ketiga tingkatan utama itu membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi
tumbuhan. Setiap tingkatan bersifat nyata dan tidak bersifat hipotetik seperti spesis, jadi dapat
diukur serta diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu dan populasi tidak terpisah-pisah
keduanya membentuk asosiasi dan organisasi dalam pemanfaatan energi dan materi membentuk

suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi dengan faktor lingkungan disekitarnya
membentuk ekosistem.
Berdasarkan tingkatan integrasinya, secara ilmu kajian ekologi tumbuhan dibagi dalam dua
pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi, falsafah dasarnya adalah tumbuhan
secara keseluruhan merupakan kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan dipengaruhi oleh
dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya berbagai variabel
lingkungan hidup. Komunitas tumbuhan (vegetasi) dianggap suatu organisme utuh yang bisa
lahir, tumbuh, matang dan akhirnya mati. Bidang kajian utamanya adalah klasifikasi komunitas
tumbuhan dan analisis ekosistem. Autekologi, falsafah dasar dasarnya adalah tumbuhan sebagai
ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Menurut Clements setiap tumbuhan
merupakan alat pengukur keadaan lingkungan hidup sekitarnya, khususnya iklim dan tanah.
Bidang tersebut melahirkan kajian tentang tumbuhan sebagai indikator alam atau lingkungan
hidup dan dikenal dengan ekologi fisiologi (ekofisiologi).
http://cheabiofkip.blogspot.com/2009/03/ekologi-tumbuhan.html

perkembangan ekologi dimulai dari tulisan


Clements (1916 - 1928) yang menyebutkan bahwa seorang ahli yang bernama Pebus de
Crecentius (1905) merupakan perintis pertama yang mengatakan adanya kompetisi pada
tanaman. Kemudian disusul oleh King (1685) merupakan ahli pertama yang menjelaskan konsep
suksesi pada tanaman. Dua pengertian tersebut merupakan pengertian dasar sebagai landasan
ekologi tanaman. Pada waktu itu Crecentius memaparkan adanya tanaman kuat yang bersaing
dengan tanaman-tanaman lain dalam praktek kehutanan. Kenyataan hidup menunjukkan bahwa
akan selalu ada eksploitasi atas organisme lemah oleh organisme kuat. Sedangkan King
menguraikan tentang suksesi yang terjadi pada suatu daerah sejak tanah masih tergenang air
sampai terbentuk daratan bergambut yang merupakan bahan organik terbentuk oleh pembusukan
bahan tanaman dalam kondisi reduktif. Sesuai dengan sifat tumbuhan tersebut maka timbul
kondisi lingkungan tertentu, misalnya terjadi gambut yang asam dan sebagainya.
Warning pada tahun 1891 sudah mengemukakan uraian klasik hubungan suksesi di bukit-bukit
pasir. Shumaker (Swedia) berdasarkan konsep Warning serta Cowles (1899) menerbitkan pula
tulisan tentang bukit pasir di Michigan AS, sehingga pemikiran Warning, Cowles dan Clements
merupakan bagian permulaan pemikiran ekologi pada abad ke-20.
Clements kemudian membuat pedoman tentang metode penelitian ekologi dan telah berhasil
meletakkan dasar pengukuran dalam ekologi, antara lain pengukuran menggunakan metode
kuadrat dengan alat-alat tertentu dalam menilai suatu habitat. Dengan jasa Clements ini metode
pengukuran kualitatif berkembang ke metode kuantitatif. Setelah itu Clements mengemukakan
konsep indikator, yaitu adanya hubungan yang khas antara lingkungan dan tumbuhan sehingga
tumbuhan dapat digunakan untuk menduga sifat suatu lingkungan dan sebaliknya. Suatu
tumbuhan dapat juga digunakan untuk menduga jenis tumbuhan lain yang mungkin dapat hidup
di lingkungan itu. Dengan demikian ada indikator fisik, kimia dan indikator vegetasi.
Pada tanah gambut dengan pH 2,5 maka dapat digunakan untuk menduga tumbuhan apa yang
dapat hidup di tempat itu atau sebaliknya. Seperti di Kalimantan bila ada pohon PURUN maka

diduga bahwa pH tanah disitu bersifat asam (pH 2,5). Hal-hal tersebut merupakan indikator fisik
atau kimiawi. Contoh lain di Sumatra bila tumbuh pohon Nibung maka di tempat itu dapat
tumbuh dengan baik pula tanaman padi. Di Jawa bila tumbuh pohon petai dengan baik, maka
pohon cengkeh juga dapat tumbuh dengan baik, yang kemudian ditampakkan sebagai indikator
vegetasi.

Dengan demikian suksesi, kompetisi dan indikator merupakan trilogi ekologi dalam
perkembangan ekologi tanaman selanjutnya. Berkembangnya cabang-cabang ilmu lain, seperti
fisiologi tumbuhan yang bersinggungan dengan ekologi tumbuhan, yaitu dibahasnya hubungan
antara struktur, fungsi dan distribusi vegetasi oleh Pfefer dan Sacs (1867) makin memperkuat
perkembangan ekologi modern. Demikian pula berkembangnya pengertian tanah di ilmu tanah
(pertama kali dikemukakan oleh Doknchagev, 1870), yaitu tanah sebagai bagian yang mandiri
sebagai hasil akhir kerjasama antara iklim, organisme, bahan induk, bentuk permukaan dan
waktu.
Ekologi, fisiologi, agronomi dan pedologi berkembang bersama-sama saling berinteraksi
sehingga melahirkan pandangan bahwa organisme dengan lingkungan merupakan sistem yang
kompleks. Akhirnya dari interaksi tersebut, kecuali ilmu itu berkembang sendiri-sendiri juga
melahirkan kelompok perkembangan seperti: kelompok klasifikasi yang membahas hubungan
tumbuhan dengan geografi dan taksonominya, kelompok ekofisiologi yang membahas proses
fisiologi hubungannya dengan ekologi dan kelompok pendekatan ekosistem yang membahas
tumbuhan/tanaman hubungannya dengan lingkungan secara holistik.

Pengertian Ekologi
Ekologi tanaman adalah penerapan teori ekologi di dalam budidaya tanaman pertanian. Tanaman
adalah tumbuhan yang dibudidayakan dan dalam ekologi terdapat prinsip-prinsip, hukum-hukum
serta kaidah-kaidah. Hukum, prinsip serta kaidah-kaidah inilah yang seharusnya diterapkan
dalam budidaya tanaman.
Dalam pembudidayaan tanaman kecuali faktor-faktor intern, maka faktor-faktor ekstern sangat
besar peranannya. Skema perbandingan pengertian ekologi dan hubungannya dengan tumbuhan
dan tanaman terdapat pada Gambar

Dengan demikian ekologi tanaman adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara manusia, tanaman dan lingkungan. Timbal balik itu mencakup tanaman terhadap
lingkungan dan sebaliknya, serta faktor-faktor yang terjadi akibat timbal balik antara keduanya.
Contoh: pengaruh suhu terhadap tanaman. Di sini tidak hanya mempelajari pengaruh suhu
terhadap tanaman, tetapi juga tanaman terhadap sekitarnya dan bagaimana terjadinya
keseimbangan.
http://globallavebookx.blogspot.com/2013/08/sejarah-perkembangan-ekologidimulai.html

Anda mungkin juga menyukai