Anda di halaman 1dari 13

A.

Analisis Swot terhadap pengelolaan lahan

Sumber daya lahan merupakan suatu sumber daya alam yang sangat penting
bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang
tersusun dari batuan induk dan menjadi tempat berlangsungnya kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan. Lahan dapat dimanfaatkan untuk persawahan, pertanian lahan
kering, perkebunan, permukiman dan hutan.

Pertambahan jumlah penduduk pada suatu sumberdaya lahan tidak akan


terlepas akan kebutuhan lahan yang layak permukiman membuat lahan mengalami
perubahan penggunaan lahan. Hal ini menyebabkan lahan yang awalnya pertanian
yang produktif mengalami alih fungsi menjadi permukiman penduduk, dengan
meningkatnya kebutuhan lahan untuk bermukim membuat lahan pertanian yang layak
dan produktif menjadi berkurang sehingga pertanian banyak dilakukan pada lahan-
lahan yang tidak sesuai dengan kemampuanya. Sehingga menurunkan produktifitas
pertanian dan bahkan mempercepat potensi kerusakan lahan. Dalam permasalahan
tersebut kebnijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk pemecahannya adalah
Landreform. Landreform dianggap mampu memecahkan masalah agraria yang ada.

Landreform berasal dari bahasa Inggris yaitu “land” dan “reform”. Land artinya tanah,
sedang reform artinya perombakan atau perubahan untuk membangun atau
membentuk atau menata kembali struktur pertanian baru. Sedangkan landreform dalam
arti sempit adalah penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah,
merupakan bagian pokok dalam konsep reform agraria (agraria reform).

B. Pengertian landreform

Landreform berasal dari bahasa Inggris yaitu “land” dan “reform”. Land artinya
tanah, sedang reform artinya perombakan atau perubahan untuk membangun atau
membentuk atau menata kembali struktur pertanian baru. Sedangkan landreform dalam
arti sempit adalah penataan ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah,
merupakan bagian pokok dalam konsep reform agraria (agraria reform). Pengertian
landreform menurut UUPA No.5 tahun 1960 maupun UU No 56 PRP/1960 adalah
pengertian dalam arti luas sesuai dengan perumusan FAO. Landreform dianggap
meliputi suatu program tindakan yang saling berhubungan yang bertujuan untuk
menghilangkan penghalang-penghalang dibidang ekonomi, social yang timbul dari
kekurangan-kekurangan struktur pertanahan.

C. Dasar hukum landreform

Secara Konstitusional pengaturan masalah perekonomian didalamnya termasuk


ekonomi sumber daya alam di Indonesia telah diatur dalam UUD 1945. Hal tersebut
dapat kita lihat dalam pasal 33 UUD 1945 yang selengkapnya berbunyi :

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas


kekeluargaan.
b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
c. Bumi,air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
d. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan,efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.

Berdasarkan ketentuan pasal 33 tersebut Nampak jelas bahwa dalam rangka


meningkatkan kemakmuran rakyat peranan negara sangat diperlukan. Ikut campurnnya
negara dalam urusan kesejahteraan rakyat sebagaimana ketentuan yang dimaksud
mengindikasikan bahwa dalam konstitusi kita dianut sistem negara welfarestate. Hal ini
sekaligus menunjukan bahwa masalah ekonomi bukan hanya monopoli ekonomi yang
didasarkan pada mekanisme pasar semata-mata tetapi juga diperlukan peranan
negara, terutama yang berkaitan dengan bidang-bidang yang menguasai hajat hidup
orang banyak.

D. Fungsi atau kekuatan landreform

Diharapkan Fungsi Landreform untuk mewujudkan penguasaan dan pemilikan


tanah secara adil dan merata guna meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya
petani. Secara terperinci fungsi landreform di Indonesia adalah :
1. Untuk mengadakan pembagian yang adil atas sumber penghidupan
rakyat tani yang berupa tanah agar terdapat pembagian hasil secara adil
2. Untuk melaksanakan prinsip tanah untuk tani, agar tidak terjadi lagi tanah
sebagai obyek spekulasi dan alat pemerasan.
3. memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap warga
negara Indonesia yang berfungsi sosial.
4. mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapuskan pemilikan dan
penguasaan tanah secara besar-besaran dengan tak terbatas, dengan
menyelenggarakan batas maksimum dan batas minimum untuk tiap
keluarga. Dengan demikian dapat mengikis sistem liberalisme dan
kapitalime atas tanah dan memberikan perlindungan terhadap golongan
ekonomis yang lemah
5. mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya
pertanian yang intensif secara gotong-royong dalam bentuk koperasi
maupun bentuk gotong-royong lainnya.
E. Analisis SWOT dalam kebijakan pengelolaan lahan Land Reform

Kekuatan landreform (Strength)

Kekuatan dalam kebijakan land reform adalah ketersediaan pemasukan bahan


dan alat- alat pertanian dengan jarak yang terjangkau, banyaknya lahan luas yang
dapat digunakan untuk pertanian dan memiliki hubungan Baik dengan Berbagai Pihak
yang Terkait Kegiatan Reforma Agraria

Kelemahan landreform (weakness)

Adapun kelemahan dalam kebijakan landreform tersebut yaitu sebagai berikut


Implementansi kesadaran masyarakat dinilai masih lemah, ini dapat menimbulkan
konflik antara tuan tanah dengan penyewa formal dikarnakan Keengganan pemilik
tanah untuk menjual tanahnya dengan harga yang tinggi sehingga membutuhkan cost
atau Biaya tinggi untuk layanan dukungan pertanian maupun transportasi komersial.
Dalam landreform kurangnya keterampilan dalam segi teknis maupun manajemen
dapat menjadi kelemahan landreform karena Akses informasi yang buruk sehingga
memungkinkan petani sulit mendapatkan keuntungan dari program dukungan
pemerintah.

Kesempatan atau peluang landreform (OPPORTUNITY)

Adapun juga yang dapat dijadikan peluang dalam kebijakan land reform ini adalah
sebagai berikut

1. memiliki dukungan penuh dari pemerintah


2. penambahan tenaga kerja manusia
3. Antusiasme masyarakat dalam program reforma agrarian

Ancaman dari kebijakan land reform adalah sebagai berikut (THREAT)

1. penyempitan pengelolaan lahan


2. perkembangan yang terlalu cepat sehingga menyebabkan beberapa masyarakat
sulit mengikuti
3. Bencana alam
4. Jenis tanah lokasi reforma agraria yang kurang subur

Strength Weakness
1. Kekuatan dalam kebijakan land 1. Implementansi dalam kesadaran
reform adalah ketersediaan masyarakat yang dinilai masih
pemasukan bahan dan alat- alat lemah
pertanian dengan jarak yang 2. Dapat menimbulkan konflik antara
terjangkau tuan tanah dengan penyewa formal
2. Banyaknya lahan luas yang dapat dikarnakan Keengganan pemilik
digunakan untuk reformasi argaria tanah
3. Memiliki hubungan Baik dengan 3. Membutuhkan cost atau Biaya
Berbagai Pihak yang Terkait tinggi untuk layanan dukungan
Kegiatan Reforma Agraria 4. kurangnya keterampilan dalam segi
teknis maupun manajemen
5. Akses informasi yang buruk
memungkinkan petani sulit
mendapatkan keuntungan dari
program dukungan pemerintah.

Opportunity Threats
1. memiliki dukungan penuh dari 1. penyempitan pengelolaan lahan
pemerintah 2. perkembangan yang terlalu cepat
2. penambahan tenaga kerja manusia sehingga menyebabkan beberapa
3. antusiasme masyarakat dalam masyarakat sulit mengikuti
program reforma agraria 3. Bencana alam
4. Jenis tanah lokasi reforma agraria
yang kurang subur

Analisis SWOT terhadap pengelolaan pertambangan


Indonesia sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat
melimpah, seperti kekayaan sumber daya alam hayati maupun hewani yang terdapat di
dalam hutan disamping itu terdapat pula batubara, emas, perak tembaga, pasir besi,
minyak dan gas bumi dan lainlain. Kekayaan alam tersebut tersebar di berbagai
wilayah, dari Sabang hingga Merauke. Kekayaan ini menjadi salah satu hal yang bisa
dibanggakan kepada dunia, akan tetapi tidak semua kekayaan sumber daya alam
tersebut sepenuhnya dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, selain itu
diantaranya terdapat sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti bahan
galian tambang batubara, apabila terus di eksploitasi secara besar-besaran, lambat
laun akan habis.

Dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menyebutkan bahwa: “bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” Konsepsi “dikuasai oleh negara” dapat
dimaknai sebagai “dimiliki oleh negara”, yaitu kepemilikan dalam arti yang luas,
kepemilikan dalam pengertian hukum publik yang tentunya berfungsi sebagai sumber
bagi pengertian kepemilikan perdata (private ownership). Bumi, air, dan seluruh
kekayaan yang terkandung dalam perut bumi dan air tidak hanya dipahami dalam
pengertian penguasaan melalui kontrol dan fungsi regulasi semata. Dengan dikuasai
oleh Negara, maka kekayaan sumber daya alam yang kita miliki, seluruhnya adalah
untuk kepentingan seluruh rakyat.10 Hal tersebut memberikan kewenangan bahwa
penguasaan sumber daya alam di Indonesia oleh Negara diselenggarakan oleh
pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Kekayaan sumber daya alam di Indonesia mempunyai peranan penting dalam


memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh
Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam
usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan.
Pengelolaan sumber daya alam dilakukan dan dikelola dengan berasaskan
keberpihakan pada kepentingan bangsa dan keseimbangan (kesatuan ekonomi), selain
dengan asas manfaat, efisiensi berkeadilan, partisipatif, transparansi, akuntabilitas,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Selain itu penafsiran kata dikuasai negara menjadi berbeda dengan dimiliki
negara maka apabila negara tidak dapat menguasai pemanfaatan sumber daya alam
maka bisa dikuasai para investor dalam negeri maupun investor asing seperti saat ini
terjadi dalam pengelolaan sumber daya alam khususnya pengelolaan pertambangan
batubara. Negara Indonesia hanya dapat keuntungan sedikit dibandingkan dengan
investor asing maka pemanfaatan dan ekploitasi sumber daya alam bahan galian
batubara dengan justifikasi untuk mencapai kesejahteraan rakyat, aspek perlindungan
terhadap keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam jangan sampai terabaikan
karena batubara sebagai bahan galian tambang yang tidak dapat diperbaharui akan
habis apabila pengelolaan dan pemanfaatannya dieksploitasi secara besar-besaran.

Pengelolaan Pertambangan sebelum Kemerdekaan

Pengelolaan pertambangan saat ini tidak terlepas dari sejarah pengelolaan


pertambangan di masa lalu, yang dimulai sejak sebelum kemerdekaan. Sejarah
pengusahaan pertambangan sejak jaman Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang
meletakkan dasar-dasar pengelolaan pertambangan di Indonesia.Pengelolaan
pertambangan di Indonesia telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang
sejak era Pemerintahan Hindia Belanda hingga saat ini. Pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda dikenal adanya “konsesi” sebagai bentuk perizinan yang diberikan
kepada pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan penambangan. Dasar hukum
pengelolaan pertambangan saat itu adalah Indische Mijnwet 1899, yang merupakan
produk Pemerintah Hindia Belanda, sehingga tampak kebijakan yang dibentuk saat itu
memihak pada Pemerintah Hindia Belanda dan menomor dua kan penduduk asli
Bangsa Indonesia. Pemberian kesempatan pengelolaan pertambangan diutamakan
untuk pelaku usaha yang bangsa Belanda, baru kemudian bangsa Timur Asing dan
terakhir barulah bangsa pribumi. Hal ini tentunya memberi dampak yang merugikan
bagi bangsa Indonesia selama bertahun-tahun.

Proyek Tambang Pasir Besi di Kulon Progo


Kabupaten Kulon Progo memiliki banyak potensi kekayaansumber daya alam.
Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Kulon Progomelakukan konsep Pengembangan
Ekonomi Lokal (PEL) sebagai usahamemajukan perekonomiannya dengan
mengembangkan potensi yang adadi Kulon Progo, yaitu pertambangan pasir besi.
Pertambangan danpengolahan pasir besi ditujukan untuk meningkatkan ekonomi
lokalKabupaten Kulon Progo. Lokasi penambangan akan dilakukan di wilayahpesisir
pantai yang selama ini merupakan lahan pertanian masyarakat dantelah menjadi
penyokong hidup mereka selama puluhan tahun.

Rencana proyek penambangan pasir besi sampai kedalaman 14,5meter dengan


bentang atau sepanjang 22 kilometer serta lebar 1,8kilometer. Potensi pasir besi di
pesisir selatan Kulon Progo cukup besardan diperkirakan memiliki deposit sekitar 300
juta ton. Pasir besi yangterdapat di sepanjang pesisir pantai Kulon Progo bukan hanya
pasir besibiasa yang hanya mengandung titanium, tetapi juga mengandungvanadium.
Di dunia ini, pasir besi yang memiliki kandungan vanadiumdengan kualitas baik hanya
di Meksiko dan Indonesia yaitu di DaerahIstimewa Yogyakarta (DIY).

Penambangan akan dilakukan oleh PT. JogjaMagasa Iron (JMI). Oleh


pemerintah dalam perjanjian kontrak, PT. JMIhanya diberi izin untuk melakukan
penambangan dan menghasilkan bahanbaku besi berupa pig iron atau lonjoran besi.
Rencananya, kawasan yangakan ditambang melintasi empat wilayah kecamatan yaitu
Galur, Panjatan,Temon dan Wates, di sepuluh desa yakni Banaran,
Karangasem,Garongan, Pleret, Bugel, Glagah, Palian, Sindutan, Jangkaran dan
Karangwuni.

Analisa SWOT

STRENGTH

Beberapa kekuatan yang mendukung pertambangan pasir besi di Kulon Progo


adalah adanya fakta bahwa cadangan pasir besi yang sangat melimpah, sehingga
cadangan ini menjadi prospek dan sangat bermanfaat jika dieksploitasi guna
kemaslahatan masyarakat Kulon Progo. Beberapa sisi kelebihan dari adanya tambang
besi ini adalah dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dan
dijadikan sebagai suatu wadah yang mengatur dan menjamin kehidupan masyaratak
sekitar

WEAKNESS

Kelemahan dari pertambangan pasir besi ini adalah masih terdapat adanya
sengketa dan ketidaksepahaman antara warga masyarakat pesisir Kulon Progo dengan
perusahaan tambang yang berdiri dan juga dengan pemerintah daerah yang
menerbitkan peraturan tambang di pesisir Kulon Progo. Kecemasan warga beralasan
karena takut akan terjadi ketidakseimbangan dengan alam yang akan berdampak pada
bencana yang mungkin saja terjadi. Kesalahfahaman ini tentu saja harus segera
dibenahi karena pemerintah dan perusahaan terkait tentu sudah memikirkan semua
dampak yang akan terjadi selama eksploitasi pasir besi dan sudah menentukan langkah
mitigasi jika terjadi suatu bahaya.

OPPORTUNITYS

Kesempatan akan mendapat pekerjaan bagi warga sekitar berbanding lurus


dengan cadangan pasir besi yang melimpah sehingga akan membuat perusahaan
melakukan eksploitasi dengan jangka waktu yang cukup panjang.

THREAT

Ancaman bagi pertambangan besi ini adalah adanya kesalahfahaman yang


berkelarutan antara pemerintah dan warga sekitar, jadi lebih baik jika dilakukan
sosialisasi dan pendekatan tentunya diharapkan terjadi satu kata mufakat bagi kebaikan
bersama kedepannya.

STRENGTH WEAKNESS
1. Memiliki cadangan pasir besi yang 1. terdapat adanya sengketa dan
sangat melimpah ketidaksepahaman antara warga
2. sangat bermanfaat jika dieksploitasi masyarakat pesisir Kulon Progo
guna kemaslahatan masyarakat dengan perusahaan tambang
Kulon Progo 2. Kecemasan warga beralasan
3. Dapat membuka lapangan karena takut akan terjadi
pekerjaan bagi masyarakat sekitar ketidakseimbangan dengan alam
4. dapat mengatur dan menjamin yang akan berdampak pada
kehidupan masyaratak sekitar bencana

OPPORTUNITY THREAT
Kesempatan akan mendapat pekerjaan Jika terjadi adanya kesalahfahaman yang
bagi warga sekitar berbanding lurus berkaitan dengann tanggungjawab antara
dengan cadangan pasir besi yang pemerintah dengan warga sekitar
melimpah

Analisa Kebijakan Pemerintah untuk Pengelolaan Hutan Lestari


Hutan dalam pengertian fisik adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan
lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

Ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam (natural resource) telah


dimulai sejak kehadiran manusia pertama di bumi. Ketergantungan tersebut dalam
upaya mempertahankan eksistensinya dan selanjutnya guna peningkatan
kesejahteraannya. Akibat peningkatan populasi dan konsekwensi pemenuhan
kebutuhannya (primer, sekunder, dan tersier), manusia dalam hal ini masyarakat lokal
tradisional mulai mencoba memelihara dan membuat aturan main pemanfaatan
sumberdaya agar tidak punah. Meskipun demikian pengalaman perusakan
sumberdaya, misalnya hutan, tidak pernah terdengar akibat eksploitasi berlebihan dari
masyarakat lokal, khususnya masyarakat adat

Produk hukum pengelolaan hutan di Indonesia dimulai setelah proklamasi


kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yaitu Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia. Maka dengan mengacu pada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
pemerintah mulai menata pengaturan hukum pengelolaan hutan yang sesuai dengan
kondisi Indonesia sebagai suatu negara yang merdeka dan berdaulat penuh.

Masyarakat Lokal Dalam Pengelolaan Hutan

Masyarakat Lokal (tradisional atau pedesaan) secara umum mempunyai pola


pikir immanen(Subyektif), dimana mereka memandang sumberdaya alam termasuk
hutan di dalamnya tidak terpisahkan dari sistem sosial karena keduanya merupakan
komponen ekosistem. Pemanfaatan yang berlebihan apalagi merusak akan
memusnahkan kehidupan mereka sendiri. Misalnya dalam kasus masyarakat Dayak di
Kalimantan, sumberdaya alam berfungsi sangat penting bagi tata kehidupan mereka,
karena fungsi ekonomis dari tanah dan sumberdaya alam terkait dengan nilai-nilai
sosial, budaya, kepercayaan, dan bahkan politik. Oleh karenanya pemerusakan daya
dukung (carrying capacity) dan daya lenting (resilience) lingkungan tidak dikenal dalam
konsepsi pemanfaatan sumber daya pada kelompok masyarakat tersebut.
Bentuk-bentuk pengelolaan sumber daya hutan oleh masyarakat lokal beserta
norma-norma yang menyertainya masih dijumpai dan dipraktekkan hingga kini, tidak
hanya di Kalimantan tetapi juga hampir di seluruh pelosok Nusantara.

Fungsi Hutan

Hutan memiliki tiga fungsi yaitu adalah sebagai berikut

1. Fungsi Produksi
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
hutan
2. fungsi lindung
adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air,
mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi (penerobosan)
air laut dan memelihara kesuburan tanah
3. fungsi konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri tertentu yang
memiliki fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa
beserta ekosistemnya.

Secara makro bahwa pengelolaan hutan yang berkelanjutan harus dilakukan


dengan pendekatan tiga prinsip kelestarian yaitu kelestarian ekologi, kelestarian
ekonomi dan kelestarian sosial. Ketiga prinsip kelestarian merupakan satu kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya

Taman wisata alam di Kabupaten Bangli

Taman Wisata Alam (1WA) Penelokan merupakan salah satu hutan konservasi
yang termasuk hutan pegunungan, ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian No.:
655/Kpts/Um/10/1978 Tanggal 29 Oktober 1978 dengan luas 574,275 hektar. Secara
administratif 1W A Penelokan terletak di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli,
memiliki fungsi sebagai kawasan system penyangga kehidupan, kawasan pengawetan
keragaman jenis tumbuhan satwa dan keunikan alam, daerah resapan air dan terutama
juga berfungsi sebagai kawasan yang dimanfaatkan pula untuk kepentingan wisata
alam.
Saat ini kondisi kawasan 1WA Penelokan sudah sangat memprihatinkan, telah
terjadi kerusakan sumber daya alam akibat adanya perambahan kawasan, penebangan
kayu, pengambilan material non kayu (pasir, batu). Pihak pengelola secara bertahap
telah melakukan rehabilitasi, reboisasi kawasan dan pembinaan serta pemberdayaan
terhadap masyarakat sekitar kawasan tersebut, namun tekanan masyarakat terhadap
kawasan ini relatif masih tinggi, terutama masyarakat yang berada di dalam kawasan.

Analisis SWOT

STRENGTH WEAKNESS
1. Sumber daya manusia kehutanan 1. Pemberian akses terhadap
tersedia kebijakan dan informasi kehutanan
2. Sumber daya hutan tersedia masih rendah
3. Mendapatkan dukungan yang besar 2. Pemanfaatan sumber daya
untuk pengelolaan lestari kehutanan tidak optimal
4. Adanya potensi masyarakat dalam 3. Terbatasnya sarana dan prasarana
mendukung pembangunan pendukung
kehutanan melalui keterlibatanya 4. Kapasitas dan pelayanan usaha
dalam perencanaan, pelaksanaan dibidang kehutanan masih rendah
dan pengawasan 5. Kemampuan pengelolaan sumber
daya hutan yang masih lemah
OPPORTUNITY THRAT
1. Peraturan perundang-undangan 1. Luasnya hutan yang rusak dan laju
dibidang kehutanan mendukung kerusakan yang tinggi
pengelolaan sumber daya alam 2. Kebutuhan lahan yang tinggi
hutan 3. Terjadinya kebakaran hutan yang
2. Memilii potensi pemanfaatan masih belum dapat diatasi
sumber daya alam yang besar
3. Memiliki peluan investasi semberd
daya hutan yang tinggi

Anda mungkin juga menyukai