KECUKUPAN GIZI
Disusun Oleh :
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan puji syukur atas kehadirat - Nya atas karunia yang
telah dilimpahkan kepada kami selaku penyusun, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah Gizi Kesehatan Masyarakat yang berjudul Kecukupan Gizi .
Makalah ini bertujuan untuk melatih mahasiswa agar dapat menerapkan ilmu yang didapat
pada waktu kuliah dengan kondisi yang sesungguhnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat kami harapkan. Atas tersusunnya makalah ini tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih.
Akhirnya kami selaku penyusun mohon maaf kepada semua pihak apabila ada kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Tak ada gading yang tak retak .
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................
DAFTAR IS .............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
KECUKUPAN GIZI
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul sebagai akibat
kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan
yang melebihi kecukupan gizi menimbulkan masalah gizi lebih yang terutama terjadi di kalangan
masyarakat perkotaan. Dilain pihak empat masalah gizi kurang seperti gangguan akibat kekurangan
yodium ( GAKY ), anemia gizi besi ( AGB ), kurang viatmin A ( KVA ), kurang energi protein (
KEP ) masih tetap merupakan gangguan khususnya di pedesaan.
Dengan meningkatnya taraf hidup sebagian masyarakat yang tinggal baik di perkotaan
maupun di pedesaan akan memberikan perubahan pada gaya hidup. Pemilihan makanan yang
cenderung menyukai makanan siap santap dimana kandungan gizinya tidak seimbang. Rata -rata
makanan jenis ini mengandung lemak dan garam tinggi, tetapi kandungan serat yang rendah.
Disamping itu masih banyak masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan dimana pemenuhan
kebutuhan makanan kurang sehingga timbul masalah gizi kurang. Jadi masalah gizi yang
timbul, baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih sebenarnya disebabkan oleh perilaku
makan seseorang yang salah yaitu tidak adanya keseimbangan antara konsumsi gizi dengan
kecukupan gizinya.
Ada pergeseran konsep standar gizi yang digunakan pada masa lalu dan masa kini. Pada
masa lalu hanya dibuat satu standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi yang dianjurkan
( recommended dietary allowances, RDA ) untuk keperluan berbagai tujuan. Pada masa kini standar
gizi dibuat tidak tunggal lagi, tergantung tujuan penggunaannya, yaitu :
- kebutuhan rata-rata ( estimated average requirement, EAR )
- asupan gizi yang cukup ( Adequate Intake, AI )
- kecukupan gizi ( recommended dietary allowances, RDA ), dan
- batas atas asupan ( Tolerable Upper Intake Level, UL ).
Untuk keperluan di Indonesia hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004
menetapkan tiga standar gizi, yaitu angka kecukupan gizi ( AKG ), batas atas asupan ( UL ), dan
acuan label gizi ( ALG ).
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2.1 Definisi
2. Aktivitas
Kebutuhan zat gizi seseorang ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan sehari hari. Makin
berat aktifitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi makin tinggi.
Contoh :
Seorang pria dewasa dengan pekerjaaan ringan, membutuhkan energi 2800 kilokalori, bila
bekerja berat, ia membutuhkan energi 3600 kilokalori.
3. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki - laki dan perempuan, terutama pada usia
dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan jenis aktivitasnya.
Contoh :
Laki-laki dewasa dengan aktivitas ringan membutuhkan energi dan protein masing - masing
2800 kilokalori dan 55 gram protein, sedangkan pada wanita dewasa dengan aktivitas ringan
membutuhkan 2050 kilokalori dan 48 gram protien. Kebutuhan zat besi pada wanita 2 kali ke
butuhan zat besi laki-laki. Perbedaan kebutuhan zat besi ini karena fungsi kodrat yaitu haid.
5. Pengertian menu seimbang adalah susunan hidangan beberapa macam makanan yang me
ngandung energi dan zat gizi secara cukup, baik jenis maupun jumlahnya.
6. Manfaat yang diperoleh dari menyusun menu seimbang adalah kebutuhan zat gizi dapat ter
penuhi; dapat memilih bahan makanan yang baik, dan sesuai dengan keadaan sosial, ekono
mi / penghasilan dan budaya; mengurangi kehilangan zat gizi selama penyiapan makanan ;
serta mengurangi kebosanan akan menu makanan.
7. Dalam merencanakan menu seimbang perlu memperhatikn berbagai faktor, yaitu : kecukup
an zat gizi, pemilihan bahan makanan yang baik dan sesuai , pengolahan, serta penyajian
makanan.
8. Proses yang harus dilakukan dalam menyusun menu adalah menentukan kecukupan gizi,
menentukan hidangan, penentuan pemilihan bahan makanan serta pengolahan bahan ma
kanan yang baik
14 13 15 th 48 153 2350 57
15 16 18 th 50 154 2200 50
16 19 29 th 52 156 1900 50
17 30 49 th 55 156 1800 50
18 50 64 th 55 156 1750 50
19 64 + th 55 156 1600 50
Hamil ( +an )
20 Trimester 1 + 180 + 17
21 Trimester 2 + 300 + 17
22 Trimester 3 + 300 + 17
Menyusui ( +an )
Prinsip untuk menentukan Angka Kecukupan Energi didasarkan pada pengeluaran energi
dimana komponen Basal Metabolic Rate ( BMR ) merupakan komponen utama. Nilai BMR
ditentukan oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara sederhana nilai
BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai, berikut :
Sumber : FAO/WHO/UNU, 1985 ( dengan penyesuaian ) ( dikutip dari Widyakarya Pangan dan
Gizi VI, 1998 )
Keterangan :
BB = Berat Badan ( dapat digunakan actual weight atau BB ideal / normal tergantung tujuan )
Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari protein dan 20%
dari lemak. Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram/kgBB / hari. Konsumsi protein
yang berlebih dapat membebani fungsi ginjal. Pada kondisi tertentu, seperti gizi buruk atau masa
penyembuhan konsumsi protein dapat ditingkatkan antara 1,2 - 1,8 gram / kgBB / hari.
Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein dari protein nabati dan hewani dengan perbandingan
3:1. Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG bagi orang dewasa secara
nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai berikut:
( 9 gram protein ikan, 6 gram protein hewani lain dan 40 gram protein nabati ).
AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa
umur 20 - 59 tahun, yaitu: nasi / pengganti 4 - 5 piring, lauk hewani 3 - 4 potong, lauk nabati 2 -
3 potong, sayuran 1,5 - 2 mangkok dan buah-buahan 2 - 3 potong. Dengan catatan dalam keada
an berat badan ideal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angka kecukupan gizi merupakan terjemahan bebas dari Recommended Dietary Allowance
( RDA ), diartikan sebagai suatu kecukupan rata - rata zat gizi setiap hari bagi hampir semua
orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Karena AKG dimaksudkan hanya untuk golongan orang yang sehat,
maka penyimpangan-penyimpangan khusus kebutuhan gizi sebagai akibat kelainan metabolisme
( termasuk malnutrisi ), perawatan khusus dan lainnya tidak diperhitungkan dalam Angka
Kecukupan Gizi.
3.2 Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini pembaca dapat memperbaiki jumlah kecukupan
gizinya minimal sesuai dengan kebutuhannya agar dapat hidup sehat, diantaranya :
1. Untuk mempertahankan hidup,
2. Melakukan kegiatan internal/eksternal,
3. Menunjang pertumbuhan,
4. Melakukan aktivitas fisik, pemeliharaan tubuh, pernapasan, serta pencernaan dan
ekskresi.
DAFTAR PUSTAKA