Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH GIZI DAUR HIDUP 2

ANGKA KECUKUPAN GIZI ‘REMAJA’

OLEH :
FITRI UTAMI
P21118011
KELAS A

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
MARET, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua limpahan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Angka Kecukupan Gizi pada Remaja
ini meskipun dangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun
pedoman bagi para pembaca, dapat menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya
saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Sebagai penulis, saya mengakui bahwasannya masih banyak kekurangan yang terkandung di
dalamnya. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati saya berharap kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.

Minggu, 29 Maret 2020


Penulis

FITRI UTAMI
P 211 18 011

ii
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...1
BAB II PERMASALAHAN
2.1 Tujuan…………………………………………………………………………………3
2.2 Rumusan Masalah…………………………………….……………………………….3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Angka Kecukupan Gizi….………………………………………………..4
3.2 Kegunaan Angka Kecukupan Gizi……………………………………………………5
3.3 Angka Kecukupan Gizi Kelompok Khusus…………………………………………..6
3.4 Angka Kecukupan Gizi Kelompok Lain……………………………………………...7
3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Gizi………………………………………..7
3.6 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Orang Indonesia……………………………………7
3.7 Cara Mengukur Angka Kecukupan Gizi……………………………………………...9
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..11
4.2 Saran…………………………………………………………………………………11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecukupan gizi adalah rata-rata asupan gizi harian yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi bagi hampir semua (97,5%) orang sehat dalam kelompok umur, jenis
kelamin, dan fisiologis tertentu. Nilai asupan zat gizi harian yang diperkirakan dapat
memenuhi kebutuhan gizi mencakup 50% orang sehat dalam kelompok umur, jenis kelamin,
dan fisiologis tertentu disebut dengan kebutuhan gizi (Muchtadi 1989).
Standar kecukupan gizi di Indonesia pada umumnya masih menggunakan standar
makro, yaitu kecukupan kalori (energi) dan kecukupan protein, sedangkan standar
kecukupan gizi secara mikro seperti kecukupan vitamin dan mineral belum banyak
diterapkan di Indonesia. Kecukupan energi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur,
jenis kelamin, ukuran tubuh, status fisiologis, kegiatan, efek termik, iklim, dan adaptasi.
Untuk kecukupan protein dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
status fisiologi, kualitas protein, tingkat konsumsi energi dan adaptasi (Muchtadi 1989).
Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan pada masing-masing orang per hari
bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan fisiologis individu tersebut.
Pada anak usia 0-6 bulan, kecukupan energi dan proteinnya masing-masing sebesar 550
Kalori dan 10 gram. Semakin bertambah umur, kecukupan gizi makro berupa energi dan
protein serta zat gizi mikro juga bertambah.
Pada anak usia 7-9 tahun, kecukupan energinya meningkat menjadi 1800 Kalori dan
kecukupan proteinnya sebesar 45 gram. Remaja dan dewasa pria memiliki angka kecukupan
gizi yang lebih besar dibandingkan dengan wanita. Selain itu, keadaan fisologis juga sangat
berpengaruh terhadap angka kecukupan gizi individu. Pada wanita hamil, kecukupan
energinya bertambah 180 Kalori pada saat trimester 1, dan pada trimester 2 serta 3
bertambah 300 Kalori dari kecukupan energi wanita yang tidak hamil pada usia yang sama.
Kecukupan protein pada wanita hamil juga mengalami kenaikan, yakni sebesar 17 gram dari
kecukupan protein wanita normal (Atmarita & Tatang 2004). 
Perencanaan pemenuhan kebutuhan dan kecukupan zat gizi perlu untuk dilakukan agar
kecukupan dan kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi secara optimal. Perencanaan pemenuhan
kecukupan zat gizi dapat dilakukan melalui beberapa langkah, di antaranya adalah dengan

1
menentukan kebutuhan zat-zat gizi masing-masing individu, memperhatikan zat gizi pada
bahan pangan yang akan dikonsumsi, serta upaya pemenuhan menu sesuai dengan pedoman
umum gizi seimbang (Azwar 2004). 

2
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Rumusan Masalah
2.1.1 Apakah yang dimaksud dengan Angka Kecukupan Gizi ?
2.1.2 Apakah kegunaan Angka Kecukupan Gizi ?
2.1.3 Apa sajakah faktor yang mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi?
2.1.4 Bagaimana Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan di Indonesia?
2.1.5 Bagaimana cara mengukur Angka Kecukupan Gizi Individu?
2.2 Tujuan Masalah
2.2.1 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Angka Kecukupan Gizi ?
2.2.2 Mengetahui kegunaan Angka Kecukupan Gizi ?
2.2.3 Mengetahui faktor yang mempengaruhi Angka Kecukupan Gizi?
2.2.4 Mengetahui Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan di Indonesia?
2.2.5 Mengetahui cara mengukur Angka Kecukupan Gizi Individu?

3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkaan (AKG) atau Recommended Dietary
Allowances  (RDA) adalah taraf konsumsi zat-zat gizi esensial, yang berdasarkan
pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat.
Angka kecukupan gizi adalah banyaknya zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang
untuk mempertahankan status gizi adekuat (Almatsier 2009).
Upaya perbaikan gizi sangat erat kaitannya dengan pemenuhan kualitas dan kuantitas
konsumsi pangan masyarakat. Acuan untuk merencanakan dan menilai pemenuhan
konsumsi gizi seseorang disebut kebutuhan gizi (nutrient requirement), sedangkan acuan
untuk merencanakan dan menilai konsumsi pangan kelompok orang atau masyarakat di
suatu daerah/wilayah disebut kecukupan gizi (nutrient allowances atau Recommended
Dietary Allowances/RDA).
Di Indonesia, recommended dietary allowances disebut juga dengan Angka Kecukupan
Gizi (AKG). AKG pertama kali ditetapkan pada tahun 1968, selanjutnya diperbaharui
melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG). AKG yang pertama terdiri dari
energi, protein, 5 vitamin dan 2 mineral. AKG tahun 2018 mencakup energi, semua zat gizi
makro - 16 - (protein, lemak dan karbohidrat serta air), 14 vitamin, dan 14 mineral termasuk
elektrolit.
Pada dasarnya penggunaan AKG dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu untuk
penilaian asupan zat gizi dari konsumsi pangan dan untuk perencanaan konsumsi pangan
(Gambar1).

4
Gambar 1. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Penilaian Asupan Gizi dan
Perencanaan Konsumsi Pangan
Sumber : Institue of Medicine, 2005

3.2 Kegunaan Angka Kecukupan Gizi (AKG)


Angka kecukupan gizi yang dianjurkan digunakan untuk maksud-maksud sebagai
berikut:
1. Merencanakan dan menyediakan suplai pangan untuk penduduk atau kelompok
penduduk.
2. Menginterpretasikan data konsumsi makanan perorangan ataupun kelompok.
3. Perencanaan pemberian makanan di institusi, seperti rumah sakit, sekolah,
industri/perkantoran, asrama, panti asuhan, panti jompo dan lembaga
permasyarakatan.
4. Menetapkan standar bantuan pangan, misalnya untuk keadaan darurat; membantu
para gtransmigrasin dan penduduk yang ditimpa bencana alam serta memberi
makanan tambahan untuk balita, anak sekolah, dan ibu hamil.
5. Menilai kecukupan persediaan pangan nasional.
6. Merencanakan program penyuluhan gizi.
7. Mengembangkan produk pangan baru di industri.

5
8. Menetapkan pedoman untuk keperluan labeling gizi pangan.

3.3 Angka Kecukupan Gizi Kelompok Khusus


Angka kecukupan gizi untuk kelompok khusus meliputi umur, pekerjaan kondisi hamil
dan menyusui. Adapun prinsip dasar AKG untuk masing-masing kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Umur
Pada usia balita terjadi pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat. Karena itu
kebutuhan zat gizi tiap satuan berat badan relatif lebih tinggi dari kelompok
umur lain.
Contoh :
Kebutuhan energi bayi/balita 100-120 kilo kalori per kilogram berat
badan,sedangkan pada orang dewasa 40-50 kilokalori per kilogram berat
badan. Kebutuhan protein bayi/balita : 2-2.5 gram/kilogram berat badan. Dari
contoh ini terlihat, bahwa makin bertambah umur, kebutuhan zat gizi
seseorang relatif lebih rendah untuk tiap kilogram berat badannya.
2. Aktivitas
Kebutuhan zat gizi seseorang ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan sehari-
hari.Makin berat aktivitas yang dilakukan, kebutuhan zat gizi makin tinggi pula,
terutama energi.
Contoh:
Seorang pria dewasa dengan pekerjaaan ringan, membutuhkan energi 2800
kilokalori. bila bekerja berat, ia membutuhkan energi 3600 kilokalori.
3. Jenis Kelamin
Kebutuhan zat gizi juga berbeda antara laki-laki dan perempuan, terutama pada
usia dewasa. Perbedaan ini terutama disebabkan oleh komposisi tubuh dan
jenis aktivitasnya.
Contoh :
Laki-laki dewasa dengan aktivitas ringan membutuhkan energi dan
protein masing-masing 2800 kilokalori dan 55 gram protein, sedangkan pada
wanita dewasa dengan aktvitas ringan membutuhkan 2050 kilokalori dan 48 gram
protien. Kebutuhan zat besi pada wanita 2 kali kebutuhan zat besi laki-laki.
Perbedaan kebutuhan zat besi ini karena fungsi kodrati yaitu haid.
4. Kondisi Khusus (hamil dan menyusui)
Pada masa hamil dan menyusui, kebutuhan zat gizi pada wanita meningkat karena
disebabkan beberapa hal, antara lain metabolisme meningkat Konsumsi makanan
juga meningkat untuk kebutuhan diri sendiri, bayi yang dikandung dan persiapan
produksi ASI.

6
3.4 Angka Kecukupan Gizi Kelompok Lain
Angka kecukupan gizi yang disusun belum mempertimbangkan faktor geografi dan
ekologi, sehingga perlu ada penyesuaian untuk keadaan demikian. Terutama yang
menyangkut kebutuhan zat gizi mikro. Contoh :
 Penduduk di daerah perkotaan dengan tingkat polusi tinggi perlu mengkonsumsi lebih
banyak makanan sumber vitamin dan mineral.
 Seseorang yang sehari-hari bekerja di lingkungan radiasi, kebutuhan semua zat gizi
tentu lebih tinggi daripada seseorang yang bekerja di lingkungan tanpa radiasi.
 Penduduk di daerah pegunungan yang dingin, kecukupan energi, vitamin dan mineral
tentu lebih tinggi dari penduduk di daerah pesisir yang panas.

3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kecukupan Gizi


Di samping kegunaan kecukupan gizi tersebut yang mempunyai beberapa keterbatasan.
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
 Tahap pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
 Ukuran dan komposisi tubuh.
 Jenis kelamin.
 Keadaan kesehatan tubuh.
 Keadaan fisiologis tubuh.
 Kegiatan fisik.
 Lingkungan.
 Mutu makanan.
 Gaya hidup.

3.6 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Orang Indonesia


KelompokUmu BeratBadan Tinggi Badan Energi Protein
NO
r ( Kg ) ( cm ) ( Kkal ) ( gr )
Bayi / Anak
1 0 – 5 bulan 6 60 550 9
2 6 – 11 bulan 9 72 800 15
3 1 – 3 tahun 13 92 1350 20
4 4 – 6 tahun 19 113 1400 25

7
5 7 – 9 tahun 27 130 1650 40
Laki – Laki
6 10 – 12 tahun 36 145 2000 50
7 13 – 15 tahun 50 163 2400 70
8 16 – 18 tahun 60 168 2650 75
9 19 – 29 tahun 60 168 2650 65
10 30 – 49 tahun 60 166 2550 65
11 50 – 64 tahun 60 166 2150 64
12 65 – 80 tahun 58 164 1800 64
13 80+ tahun 58 164 1600 64

Wanita
14 10 – 12 tahun 38 147 1900 55
15 13 – 15 tahun 48 156 2050 65
16 16 – 18 tahun 52 159 2100 65
17 19 – 29 tahun 55 159 2250 60
18 30 – 49 tahun 56 158 2150 60
19 50 – 64 tahun 56 158 1800 60
20 65 – 80 tahun 53 157 1400 58
21 80+ tahun 53 157 1400 58

Hamil ( +an )
22 Trimester 1 + 180 +1
23 Trimester 2 + 300 + 10
24 Trimester 3 + 300 + 30
Menyusui ( +an )
23 6 bln pertama +330 + 20
24 6 bln kedua +400 + 15
1. Pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-5 bulan bersumber dari pemberian ASI eksklusif
2. Energy untuk aktifitas fisik dihitung menggunakan faktor aktifitas fisik masing-masing
kelompok umur yaitu 1.1 bagi anak hingga umur 1 tahun, 1.14 bagi anak 1-3 tahun dan
1.26 bagi anak dan dewasa 4-64 tahun, serta 1,12 bagi usia lanjut
Sumber tabel: PMK No.28 Thn 2019 ttg AKG
3.7 Cara Mengukur Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi
masing-masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat, kebutuhan
kalori/energi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

8
Angka Kecukupan Gizi ( AKG )
Jenis Kelamin
Ringan Sedang Berat
Laki – Laki 1,56 x BMR 1,76 x BMR 2,10 x BMR
Perempuan 1,55 x BMR 1,70 x BMR 2,00 x BMR

Prinsip untuk menentukan Angka Kecukupan Energi didasarkan pada pengeluaran


energi dimana komponen Basal Metabolic Rate (BMR) merupakan komponen utama. Nilai
BMR ditentukan oleh berat dan susunan tubuh serta umur dan jenis kelamin. Secara
sederhana nilai BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai
berikut :
Rumus untuk menaksir nilai BMR
Kelompok BMR ( kkal/hari )
Umur ( Tahun ) Laki – laki Wanita
0–3 60,9 BB + 54 61,0 B + 51
3 – 10 22,7 BB + 495 22,5 B + 499
10 – 18 17,5 BB + 651 12,2 B + 746
18 – 30 15,3 BB + 679 14,7 B + 496
30 – 60 11,6 BB + 879 8,7 B + 829
> 60 13,5 BB + 487 10,5 B + 596
Sumber : FAO/WHO/UNU, 1985 (dengan penyesuaian) (dikutip dari Widyakarya Pangan dan
Gizi VI, 1998)
Keterangan :
BB = Berat Badan (dapat digunakan actual weight atau BB ideal/norma tergantung
tujuan)

Dengan komposisi makanan sehari 60% dari sumber karbohidrat, 20% dari protein dan
20% dari lemak. Kecukupan protein yang dianjurkan adalah 0,8 gram/kgBB/hari. Konsumsi
protein yang berlebih dapat membebani fungsi ginjal. Pada kondisi tertentu, seperti gizi
buruk atau masa penyembuhan konsumsi protein dapat ditingkatkan antara 1,2 - 1,8
gram/kgBB/hari. Dianjurkan memenuhi kebutuhan protein dari protein nabati dan hewani
dengan perbandingan 3:1. Widya Karya Pangan dan Gizi VI tahun 1998, menetapkan AKG
bagi orang dewasa secara nasional berdasarkan kebutuhan energi/kalori dari protein, sebagai
berikut:

9
prote
Indikator Konsumsi Persediaan
in ikan,
Tingkat Tingkat
6 Energi 2.150 K Kalori 2.500 K Kalori gram
protein hewani lain dan 40 gram protein nabati)
AKG diatas bila kita jabarkan menurut takaran konsumsi makanan sehari pada orang dewasa
umur 20-59 tahun, yaitu: nasi/pengganti 4-5 piring, lauk hewani 3-4 potong, lauk nabati 2-4
potong, sayuran 1 ½ - 2 mangkok dan buah-buahan 2-3 potong. Dengan catatan dalam keadaan
berat badan ideal.

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa :
AKG adalah suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang
harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu yang
meliputi umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis, untuk hidup
sehat.
AKG digunakan pada tingkat konsumsi yang meliputi kecukupan energi, protein,
lemak, karbohidrat, serat, air, vitamin, dan mineral. Juga untuk melakukan evaluasi,
perencanaan konsumsi dan ketersediaan pangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
penduduk rata-rata secara makro nasional dan berbagai kebutuhan lainnya, dalam AKG telah
ditetapkan estimasi rata-rata angka kecukupan energi dan rata-rata angka kecukupan protein
bagi masyarakat Indonesia.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi AKG antara lain : Tahap pertumbuhan dan
perkembangan tubuh, ukuran dan komposisi tubuh, jenis kelamin, keadaan kesehatan tubuh,
keadaan fisiologis tubuh, kegiatan fisik, lingkungan, mutu makanan dan gaya hidup.
Untuk AKG yang dianjurkan di Indonesia menggunakan tabel pada Peraturan Menteri
Kesehatan nomor 28. Tahun 2019 tentang AKG sebagai acuan.
Untuk menghitung nilai AKG pada individu, dapat ditentukan dengan rumus AKG yang
dibedakan atas jenis kelamin serta tingkat aktifitas (ringan,sedang, berat).

4.2 Saran
Agar setiap remaja di Indonesia dapat memerhatikan nilai AKG masing-masing
sehingga dapat mencegah timbulnya resiko atau penyakit defisiensi yang tidak diinginkan
yang disebabkan oleh AKG individu yang tidak tercukupi.

11
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat dalam
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta.

Azwar, S. 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi. Cetakan Kelima. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

FAO/WHO/UNU, 1985 (dengan penyesuaian) (dikutip dari Widyakarya Pangan dan Gizi VI,
1998)

[IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber,
Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on
Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and
Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on
the Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies Press,
Washington, DC.

Muchtadi D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 28. Tahun 2019 tentang AKG

12

Anda mungkin juga menyukai