Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL OBSERVASI PENYAKIT AKIBAT KERJA

PADA PEKERJA LAS DI BENGKEL LAS

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyakit Akibat Kerja

Dosen Pengampu :
Drs. Herry Koesyanto, M.S.

Disusun oleh :
Firda Habibatun Nuzula (6411416092)

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2018

i
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Laporan Hasil Observasi
Penyakit Akibat Kerja pada Pekerja di Bengkel Las”. Laporan ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Penyakit Akibat Kerja.

Penulis sadar bahwa selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu Penyakit
Akibat Kerja, Drs. Herry Koesyanto, M.S.

Laporan ini disusun berdasarkan pada hasil penelitian dari jurnal mengenai Penyakit
Akibat Kerja pada Pekerja di Bengkel Las. Berbagai upaya telah penulis lakukan untuk
mendapatkan hasil terbaik dalam laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini tak lepas
dari kesalahan dan kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Penulis
berharap laporan ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi pembaca.

Semarang, 27 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di Indonesia masih
sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja.
Pada tahun 2014, terdapat 40.694 kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Indonesia.
Sebanyak 418 kasus terjadi di Kalimantan Selatan.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan masyarakat
di Indonesia belum tercatat dengan baik. Jika dilihat angka kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena
kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang
memadai. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan
alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia. Penjelasan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja
harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada
pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu lingkungan kerja dan
hubungan kerja. Penyakit akibat kerja atau berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja.

Industri pengelasan merupakan tempat kerja dengan aktivitas yang berisiko tinggi
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kelelahan kerja yang berdampak pada
kecelakaan kerja. Di Indonesia, bengkel las mudah dijumpai di pinggir jalan. Beberapa
bengkel las berada pada jalan raya yang ramai dilewati oleh masyarakat umum seperti
yang terdapat di sepanjang jalan Gunungpati. Aktivitas jalan raya dapat menimbulkan
kebisingan lalu lintas di jalan raya yang tinggi yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan yang mengganggu konsentrasi kerja sehingga pekerja dapat mengalami
kelelahan dan menyebabkan penyakit akibat kerja. Hasil penelitian Zulfina menyebutkan
bahwa sebanyak 63% pekerja las mengalami kelelahan kerja berat sehingga dapat
berakibat pada kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah pada observasi ini adalah Penyakit Akibat Kerja pada pekerja di Bengkel Las.

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui Penyakit Akibat Kerja pada pekerja di Bengkel Las
1.3.2 Untuk mengetahui faktor risiko penyebab Penyakit Akibat Kerja pada pekerja di
Bengkel Las
1.3.3 Untuk mengetahui upaya pencegahan Penyakit Akibat Kerja pada pekerja di Bengkel
Las

1.4 Manfaat

Laporan hasil observasi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan


informasi dan tersedianya data bagi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya
pada peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Unuversitas Negeri Semarang
tentang Penyakit Akibat Kerja pada Pekerja di Bengkel Las

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Akibat Kerja

2.1.1 Pengertian Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat
kerja merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Sejalan dengan hal
tersebut terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa Penyakit Akibat Kerja (PAK)
ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun
diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan (
Hebbie Ilma Adzim, 2013)

2.1.2 Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Tedapat beberapa penyebab PAK yang umum terjadi di tempat kerja, berikut
beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di
tempat kerja.

a. Golongan fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, penerangan

Efek pencahayaan pada mata, kekuatan pencahayaan beraneka ragam,


yaitu berkisar 2.000-100.000 lux di tempat terbuka sepanjang hari dan pada
malam hari dengan pencahayaan buatan 50-500 lux. Kelelahan pada mata
ditandai oleh :

 Iritasi pada mata / conjunctiva


 Penglihatan ganda
 Sakit kepala
 Daya akomodasi dan konvergensi turun
 Ketajaman penglihatan

Upaya perbaikan penggunaan pencahayaan di tempat kerja. Grandjean


(1980) menyarankan sistem desain pencahayaan di tempat kerja sebagai
berikut:

6
 Hindari sumber pencahayaan lokal langsung dalam penglihatan
pekerja
 Hindari penggunaan cat mengkilap terhadap mesin-mesin, meja,
kursi, dan tempat kerja
 Hindari pemasangan lampu FL yang tegak lurus dalam garis
penglihatan

b. Golongan kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut

c. Golongan biologik: bakteri, virus, jamur, dll

d. Golongan fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.

e. Golongan psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan

2.2 Pengelasan

2.2.1 Pengertian Pengelasan


Mengelas adalah menyambung dua bagian logam secara permanen dengan
menggunakan tenaga panas. Tenaga panas diperlukan untuk memanaskan bahan dasar
yang akan disambung dan kawat sebagai pengisi.

2.2.2 Macam – Macam Proses Pengelasan


Proses pengelasan digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Las Lumer (Cair)
Proses las cair dasar dan kawat las dipanaskan hingga keduanya mencair dan terpadu
satu sama lain, cara pengelasan yang termasuk las cair adalah sebagai berikut :
 Las Gas.
Las gas adalah cara pengelasan dimana panas yang digunakan untuk pengelasan
diperoleh dari nyala api hasil pembakaran gas oksigen (Zat Asam). Bahan bakar
yang digunakan adalah gas astelin (Gas Karbit).
b. Las Tahanan Listrik.
Las Tahan Listrik adalah cara pengelasan dengan menggunakan tahanan (hambatan)
listrik yang terjadi antara dua bagian logam yang akan disambungkan. Cara
pengelasan ini dipergunakan pada las listrik, las tekan, atau las rol.
c. Solder atau Brazing

7
Penyolderan adalah penyambungan logam dibawah pengaruh penyeluruhan panas
dengan bantuan logam Penyambung (solder) yang mempunyai titik lebur logam yang
akan disambungkan.

Anda mungkin juga menyukai