Anda di halaman 1dari 65

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya semata,
sehingga Panduan Asuhan Gizi RSUD Mokopido Tolitoli untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan gizi yang berkualitas bagi masyarakat rumah sakit dapat
diselesaikan.
Pelayanan gizi merupakan pelayanan yang kompleks, sangat
membutuhkan pengorganisasian yang memadai untuk dapat menghasilkan
pelayanan yang berkualitas, efektif, efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu perlu disusun suatu Panduan Asuhan Gizi yang ditetapkan oleh pihak
manajemen RSUD Mokopido Tolitoli, seperti yang tertulis dalam Panduan ini.
Semoga hadirnya Panduan Asuhan Gizi RSUD Mokopido Tolitoli dapat
digunakan sebagai acuan oleh para pengelola pelayanan Gizi untuk mencapai
peningkatan kualitas pelayanan gizi secara optimal, khususnya di RSUD
Mokopido Tolitoli.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak, stake holder
dan profesi yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan panduan ini.

Tolitoli, Januari 2023


Penyusun

Tim Ahli Gizi RSUD Mokopido Tolitoli

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i

DAFTAR ISI. ......................................................................................................ii

DAFTAR TABEL................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................iii

BAB I DEFINISI..............................................................................................1

BAB II RUANG LINGKUP...............................................................................2


A. Standar ruang lingkup....................................................................2
B. Kebijakan.......................................................................................4

BAB III TATALAKSANA...................................................................................5


A. Terapi gizi......................................................................................5
B. Terapi gizi medik...........................................................................16
C. Dokumentasi asuhan gizi...............................................................52
D. Indikator asuhan gizi dan kriteria asuhan gizi................................54

LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Terminologi Diagnosis Gizi (NI).....................................................10


Tabel 3.2 Terminologi Diagnosis Gizi (NC)...................................................11
Tabel 3.3 Terminologi Diagnosis Gizi (NB)...................................................12
Tabel 3.4 Terminologi Intervensi Gizi............................................................14
Tabel 3.5 RDA Untuk Bayi Dan Anak............................................................17
Tabel 3.6 Rumus Malnutrisi..........................................................................18
Tabel 3.7 Klasifikasi Persen Luka Bakar Anak..............................................18
Tabel 3.8 Rumus Kebutuhan Cairan.............................................................19
Tabel 3.9 Komposisi Larutan Mineral Mix.....................................................20
Tabel 3.10 Faktor Aktivitas Dan Faktor Stres (Haris Benedict).......................27
Tabel 3.11 Faktor Aktivitas Dan Faktor Stres (Mifflin).....................................28
Tabel 3.12 Faktor Aktivitas Dan Faktor Usia Menurut Konsensus Perkeni.....29
Tabel 3.13 Klasifikasi Persen Luka Bakar.......................................................29
Tabel 3.14 Sumber Makanan Dan Kandungan Purin......................................37
Tabel 3.15 Faktor Aktivitas Dan Faktor Stres Pada Ibu Hamil........................47
Tabel 3.16 Langkah Penulisan PAGT Pada Rekam Catatan Medik................53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Inap.................6
Gambar 3.2 Alur Dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Jalan...............7
Gambar 3.3 Alur Singkat Pelayanan Gizi Pasien...............................................55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Daftar Permintaan Makanan Pasien Rawat Inap...................56


Lampiran 2 Form Daftar Permintaan Diet Pasien...............................................57
Lampiran 3 Form Asuhan Gizi Pasien Dewasa Dan Anak.................................58
Lampiran 4 Lembar Etiket Makan Pasien...........................................................60

iii
BAB I
DEFINISI

Asuhan gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang


memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, kegiatan ini biasa dilakukan dengan Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Proses Asuhan Gizi Terstandar adalah
pendekatan sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas
melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Terapi gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada pasien berdasarkan
pengkajian gizi yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau pemberian
makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit. Terapi gizi dilakukan oleh
profesional pemberi asuhan yang terdiri dari ahli gizi, dokter, perawat, bidan dan
tenaga profesional lainnya.
Tim terapi gizi merupakan tim kesehatan yang dimulai sejak pasien masuk
ruang perawatan dengan masing-masing tugasnya sesuai profesi. Dokter dalam
waktu 1x24 jam menilai subjektif, objektif, asesmen berkaitan dengan penyakit
pasien, selain itu juga membuat rencana yang didalamnya berisi pengobatan
termasuk preskripsi diet/ordet diet awal yang direkomendasikan. Pertama kali
pasien masuk, dilakukan skrining gizi awal oleh perawat yang berisi data
antropometri pasien, setelah di ruang perawatan, perawat 1x24 jam menilai
asuhan keperawatan awal rawat inap yang komponen didalamnya juga berisi
skrining gizi awal dalam bentuk pengisian MST (Malnutrition Screening Tools)
untuk pasien dewasa dan geriatri, dan Strong Kids untuk pasien anak-anak.
Tahapan langkah proses asuhan gizi dimulai dari skrining/penapisan gizi,
assessment gizi, diagnosis gizi (penentuan masalah gizi), intervensi gizi,
monitoring dan evaluasi gizi, penyusunan rencana ulang terapi atau penghentian
terapi. Rangkaian langkah tersebut bertujuan untuk memberi dampak terapi gizi
yang optimal bagi pasien dan memperpendek hari rawatan.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Asuhan Gizi Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Mokopido
Tolitoli meliputi:

A. Standar Ruang Lingkup


1. Standar Pelayanan
a. Pelayanan gizi yaitu suatu upaya memperbaiki, meningkatkan gizi,
makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan
evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status
kesehatan optimal dalam kondisi sehat ataupun sakit
b. Asuhan Gizi yaitu serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur yang memungkinkan untuk identifikasi
kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut.
c. Terapi gizi yaitu pelayanan gizi yang diberikan kepada klien
berdasarkan pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling
gizi dan atau pemberian makanan khusus dalam rangka
penyembuhan penyakit pasien.
d. Rujukan gizi adalah sistem dalam pelayanan gizi rumah sakit yang
memberikan pelimpahan wewenang yang timbal balik atas pasien
dengan masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal.

2. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Jalan, meliputi:


a. Pasien Anak
b. Pasien Dewasa
c. Pasien Ibu Hamil
d. Pasien Lansia

3. Pelayanan Asuhan Gizi Rawat Inap, meliputi:


a. Pasien Anak
b. Pasien Dewasa
c. Pasien Ibu Hamil
d. Pasien Lansia

2
4. Standar input, meliputi:
a. Dietetik yaitu integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip-prinsip
keilmuan makanan, gizi, sosial, dan keilmuan dasar untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara
individual melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan
pelayanan gizi dan makanan diberbagai area/lingkungan/latar
belakang praktek pelayanan.
b. Konseling Gizi yaitu serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Tenaga Gizi untuk
menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku
pasien dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga
pasien dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.
c. Kolaborasi yaitu proses dimana individu dan kelompok dengan
kepentingan yang sama bergabung untuk menangani masalah
yang teridentifikasi. Pada pelaksanaan PAGT dietisien
mengkomunikasikan rencana, proses, dan hasil monitoring
evaluasi kegiatan asuhan gizi kepada pasien dan petugas
kesehatan lain yang menangani masalah gizi tersebut.
d. Tenaga Gizi meliputi, Nutritionis Registered (NR), Registered
Dietitian (RD), dan Technical Registered Dietitian (TRD).

5. Standar proses, meliputi:


a. Membuat keputusan yaitu proses kritis dalam memilih tindakan
yang terbaik dalam proses asuhan gizi untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
b. Memecahkan masalah yaitu proses yang terdiri dari indentifikasi
masalah gizi, formulasi pemecahan masalah, implementasi dan
evaluasi hasil
c. Monitoring dan evaluasi gizi adalah kegiatan untuk mengetahui
respon pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat
keberhasilannya.
d. Pendekatan pada Proses Asuhan Gizi adalah identifikasi dan
pengaturan berbagai kegiatan secara sistematis, serta interaksi
antara berbagai kegiatan yang menekankan pada pemahaman dan
pemenuhan kebutuhan gizi, nilai tambah dari proses yang
dilakukan, efektivitas dan unjuk kerja serta penggunaan ukuran
yang objektif untuk perbaikan berkelanjutan.
e. Preskripsi Diet adalah rekomendasi kebutuhan zat gizi pasien
secara individual mulai dari menetapkan kebutuhan energi,

3
komposisi zat gizi yang mencakup zat gizi makro dan mikro, jenis
diet, bentuk makanan, frekuensi makan dan rute pemberian
makanan. Preskripsi diet dirancang berdasarkan pengkajian gizi,
komponen diagnosis gizi, rujukan, rekomendasi, kebijakan dan
prosedur serta kesukaan dan nilai-nilai yang dianut oleh
pasien/klien.
f. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) adalah pendekatan
sistematik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi yang
berkualitas yang dilakukan oleh tenaga gizi, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir yang meliputi identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.

6. Standar Output, meliputi:


a. Kualitas dan kuantitas Pelayanan Asuhan Gizi Terstandar
b. Kepuasaan pasien/klien

B. Kebijakan
1. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

2. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

5. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi


Nasional Indonesia
6. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
23/KEP/M.PAN/4/2001 tanggal 4 April 2001 tentang Jabatan Fungsional
Nutrisionis dan Angka Kreditnya
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1306/Menkes/SK/XII/2001 tentang
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/PER/VII/2011 tentan
Registrasi Tenaga Kesehatan.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 78 tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)

4
BAB III
TATA LAKSANA

Pada pelaksanaan kegiatan ini, instalasi gizi mengelola kegiatan asuhan gizi
sesuai dan mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2013. Pedoman sebagai rumah
sakit pemerintah, panduan dan standar yang digunakan, ditetapkan oleh rumah
sakit sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit tanpa meninggalkan peraturan
atau hukum (regulasi) yang telah ditetapkan Pemerintah RI.

A. Terapi Gizi
Tahapan langkah proses terapi gizi dari skrining/penapisan, kajian,
diagnosis medis dan diagnosis gizi (penentuan masalah gizi), formulasi
terapi (intervensi gizi), pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi
terapi, penyusunan rencana ulang terapi atau penghentian terapi.
Rangkaian langkah tersebut bertujuan untuk memberi dampak terapi
yang optimal bagi pasien dan mempunyai keefektifan biaya.

1. Skrining Gizi
Tahapan pelayanan gizi rawat inap diawali dengan
skrining/penapisan gizi oleh perawat ruangan dan penetapan
diet awal oleh dokter. Skrining gizi bertujuan untuk
mengidentifikasi pasien yang beresiko dan tidak beresiko
malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang dimaksud
adalah pasien dengan kelainan metabolik, hemodialisis, anak,
geriatri, kanker dengan kemoterapi/radiasi, luka bakar, pasien
dengan imunitas menurun, sakit kritis dan sebagainya.
Idealnya skrining awal dilakukan pada pasien baru 1 x 24 jam
setelah pasien masuk rumah sakit. Metode skrining sebaiknya
singkat, cepat dan disesuaikan dengan kondisi rumah sakit.
Contoh metode skrining antar lain Malnutrition Universal
Screening Tools (MUST), Malnutrition Screening Tools (MST),
Nutrition Risk Screening (NRS) dan sebagainya.
Bila hasil skrining gizi menunjukkan pasien berisiko
malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesmen gizi dan
dilakukan dengan langkah-langkah Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) oleh dietisien. Pasien dengan status gizi baik

5
atau tidak berisiko malnutrisi, dianjurkan dilakukan skrining ulang
setelah 1 minggu. Jika hasil skrining ulang berisiko malnutrisi
maka dilakukan Proses Asuhan Gizi Terstandar.

2. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)


Proses Asuhan Gizi Terstandar dilakukan pada pasien yang
berisiko kurang gizi, mengalami kurang gizi atau kondisi khusus
dengan penyakit tertentu, proses ini merupakan serangkaian
kegiatan yang berulang (siklus) sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur dan Proses Asuhan Gizi pada Pasien Rawat Inap

Pasien
masuk
Tidak
beresiko
1. Skrining dan Asesmen Malnutrisi

Beresiko
Malnutrisi

Riwayat Gizi 2. Diagnosis Gizi 3. Intervensi Gizi


Antropometri
Laboratorium Problem
Perencanaan
Pemeriksaan fisik Etiologi
Implementasi
Riwayat pasien Sign/Symptom

4. Monitoring & Evaluasi

Monitoring
Mengukur hasil Pasien
Target
Evaluasi hasil tercapai Stop pulang

Target tidak Target


tercapai tercapai, ada
masalah gizi
baru

6
Gambar 3.2 Alur dan Proses Asuhan Gizi Pada Pasien Rawat Jalan

Pasien
rujukan

Pasien
masuk

1. Asesmen Gizi

Riwayat Gizi 2. Diagnosis Gizi 3. Intervensi Gizi


Antropometri
Laboratorium Problem
Pemeriksaan fisik Etiologi Edukasi
Riwayat pasien Sign/Symptom Konsultasi

Monitoring
Target tidak Mengukur hasil Target
tercapai Evaluasi hasil tercapai

Target
Asuhan gizi
tercapai, ada
tidak
masalah gizi
dilanjutkan
baru

a. Assesmen/Pengkajian Gizi
Assesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
1) Anamnesis riwayat gizi adalah data meliputi asupan
makanan termasuk komposisi, pola makan, diet saat
ini dan data lain yang terkait. Selain itu diperlukan
pula data kepedulian pasien terhadap gizi dan
kesehatan, aktivitas fisik dan olahraga dan
ketersediaan makanan di lingkungan klien.
2) Biokimia meliputi pemeriksaan laboratorium,
pemeriksaan yang berkaitan dengan status gizi, status
metabolik dan gambaran fungsi organ yang
berpengaruh terhadap timbulnya masalah gizi,
meliputi: glukosa, hemoglobin, albumin, asam urat,

7
kolestrol, trigliserida, kreatinin dan sebagainya.
3) Antropometri merupakan pengukuran fisik individu
yang dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
pengukuran Tinggi Badan (TB), pengukuran Berat
Badan (BB). Pada kondisi tinggi badan tidak dapat
diukur dapat digunakan Panjang Badan (PB), Tinggi
Lutut (TL), Rentang Lengan atau separuh rentang
lengan. Pengukuran lain seperti Lingkar Lengan Atas
(LLA), tebal lipat kulit, lingkar kepala, dan lain
sebagainya dapat dilakukan..
4) Pemeriksaan fisik/klinis dilakukan untuk mengetahui
adanya kelainan klinis yang berkaitan dengan
gangguan gizi atau dapat menimbulkan masalah gizi.
Contoh beberapa data pemeriksaan fisik/klinis terkait
gizi antara lain: kondisi umum pasien, penurunan
nafsu makan, kesulitan menelan, edema, asites,
kondisi gigi geligi, massa otot yang hilang, lemak
tubuh yang menumpuk, suhu tubuh, tekanan darah,
nadi, respiratory rate.
5) Riwayat personal meliputi:
a) Riwayat obat-obatan yang digunakan dan
suplemen yang dikonsumsi.
b) Sosial budaya, meliputi sosial ekonomi, budaya,
kepercayaan/agama, situasi rumah, dukungan
pelayanan kesehatan dan sosial.
c) Riwayat penyakit, meliputi keluhan utama terkait
masalah gizi, riwayat penyakit dahulu dan
sekarang, riwayat pembedahan penyakit kronik
atau resiko komplikasi, riwayat penyakit keluarga,
stastus kesehatan mental serta kemampuan
kognitif.
d) Data umum pasien antara lain: umur, pekerjaan
dan tingkat pendidikan.
Penjelasan lebih lengkap terkait Pengkajian/Asesmen
Gizi dapat dilihat pada panduan Asesmen/Pengkajian Gizi
Rumah Sakit Umum Daerah Mokopido Tolitoli.

8
b. Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi merupakan kegiatan mengidentifikasi
dan memberi nama masalah gizi yang aktual atau
beresiko menyebabkan masalah gizi yang merupakan
tanggung jawab dietisien untuk menanganinya secara
mandiri.
Diagnosis gizi berdasarkan Nutrition Care Proces
(NCP), terdiri dari 3 kalimat utama P.E.S yaitu:
P : Problem (Masalah Gizi)
E : Ethiology (Penyebab masalah)
S : Sign and Symptoms (Tanda dan Gejala)
Pada langkah ini dicari pola hubungan antara data
yang terkumpul dan kemungkinan penyebabnya.
Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas
menggunakan terminologi yang ada. Penulisan diagnosa
gizi terstuktur dengan konsep PES atau Problem, Etiology
dan Signs/Symptoms.

Kalimat diagnosis gizi bila digabungkan:


Kode P berkaitan dengan E ditandai dengan S

Contoh kalimat:
NI 2.1 Asupan oral inadekuat (P) berkaitan dengan
penurunan nafsu makan, adanya mual (E) ditandai
dengan hasil recall 2x24 jam 30% dari 1500 kkal (kurang)
(S)
Terdapat tiga kelompok masalah yang dinamakan
domain yaitu, Domain Intake/Asupan (NI), Domain Klinis
(NC) dan Domain Behaviour/Perilaku (NB).

1) Domain Intake/Asupan (NI)


Domain intake/asupan adalah masalah aktual
yang berhubungan dengan asupan energi, zat
gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik
yang melalui oral maupun parenteral dan enteral.

9
Tabel 3.1 Terminologi Diagnosis Gizi (NI)
Domain Intake (NI)
Kode Kelas
NI 1.1 Peningkatan Energi Expenditure
NI 1.2 Asupan energi inadekuat
NI 1.3 Kelebihan asupan energi
NI 1.4 Perkiraan asupan energi sub optimal
NI 1.5 Perkiraan kelebihan asupan energi
NI 2.1 Asupan oral inadekuat
NI 2.2 Kelebihan asupan oral
NI 2.3 Infusi enteral inadekuat
NI 2.4 Kelebihan infusi enteral
NI 2.5 Komposisi enteral tidak tepat
NI 2.6 Pemberian enteral tidak tepat
NI 2.7 Infusi parenteral inadekuat
NI 2.8 Kelebihan infusi parenteral
NI 2.9 Komposisi parenteral tidak tepat
NI 2.10 Pemberian parenteral tidak tepat
NI 2.11 Daya terima makanan terbatas
NI 3.1 Asupan cairan inadekuat
NI 3.2 Kelebihan asupan cairan
NI 4.1 Asupan subtansi bioaktif inadekuat
NI 4.2 Kelebihan asupan subtansi bioaktif
NI 4.3 Kelebihan asupan alkohol
NI 5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi
NI 5.2 Malnutrisi
NI 5.3 Asupan energi protein inadekuat
NI 5.4 Penurunan kebutuhan zat gizi
NI 5.5 Ketidakseimbangan zat gizi
NI 5.6.1 Asupan lemak inadekuat
NI 5.6.2 Kelebihan asupan lemak
NI 5.6.3 Asupan lemak yang tidak tepat
NI 5.7.1 Asupan protein tidak adekuat
NI 5.7.2 Kelebihan asupan protein
NI 5.7.3 Asupan asam amino tidak tepat

10
NI 5.8.1 Asupan Karbohidrat inadekuat
NI 5.8.2 Kelebihan asupan Karbohidrat
NI 5.8.3 Asupan jenis Karbohidrat tidak sesuai
NI 5.8.4 Asupan karbohidrat tidak konsisten
NI 5.8.5 Asupan serat inadekuat
NI 5.8.6 Kelebihan asupan serat
NI 5.9.1 Asupan vitamin inadekuat
NI 5.10.1 Asupan mineral inadekuat
NI 5.10.2 Kelebihan asupan mineral

2) Domain Klinis (NC)


Domain klinis adalah masalah gizi yang
berkaitan dengan kondisi medis atau fisik/fungsi
organ.

Tabel 3.2 Terminologi Diagnosis Gizi (NC)


Domain Klinis (NC)
Kode Kelas
NC 1.1 Kesulitan menelan
NC 1.2 Kesulitan mengunyah
NC 1.3 Kesulitan menyusui
NC 1.4 Perubahan fungsi gastrointestinal
NC 1.5 Prediksi kesulitan menyusui
NC 2.1 Utilisasi zat gizi terganggu
NC 2.2 Perubahan nilai lab terkait gizi
NC 2.3 Interaksi makanan dan obat
NC 2.4 Prediksi interaksi makanan dan obat
NC 3.1 Underweight
NC 3.2 Penurunan berat badan yang tidak
diharapkan
NC 3.3 Kelebihan berat
badan/overweight/obesitas
NC 3.4 Kenaikan berat badan yang tidak
diinginkan
NC 3.5 Pertumbuhan dibawah rata-rata

11
NC 3.6 Rata-rata pertumbuhan cepat
NC 4.1 Malnutrisi

3) Domain Perilaku/Lingkungan (NB)


Domain perilaku/lingkungan adalah masalah
gizi yang berkaitan dengan pengetahuan,
perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses
keamanan makanan.

Tabel 3.3 Terminologi Diagnosis Gizi (NB)


Domain Behaviour (NB)
Kode Kelas
NB 1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan
zat gizi
NB 1.2 Perilaku dan kepercayaan yang salah
terkait dengan makanan dan zat gizi
NB 1.3 Tidak siap untuk diet/merubah perilaku
NB 1.4 Kurang dapat menjaga/memonitoring diri
NB 1.5 Gangguan pola makan
NB 1.6 Tidak patuh mengikuti rekomendasi
gizi/diet
NB 1.7 Pemilihan makanan yang salah
NB 2.1 Aktivitas fisik kurang
NB 2.2 Aktivitas fisik yang berlebihan
NB 2.3 Tidak mampu/mau mengurus diri sendiri
NB 2.4 Kemampuan menyiapkan makanan
terganggu
NB 2.5 Kualitas hidup yang buruk
NB 2.6 Kesulitan makan secara mandiri
NB 3.1 Konsumsi makanan tidak aman
NB 3.2 Akses makanan/air terbatas
NB 3.3 Akses suplai makanan terbatas
NB 3.4 Akses minum terbatas

12
c. Intervensi Gizi
Terdapat dua (2) komponen intervensi gizi yaitu :
1) Perencanaan Intervensi, meliputi penetapan tujuan
intervensi (penetapan tujuan harus dapat diukur,
dicapai dan ditentukan waktunya), preskripsi diet yang
menggambarkan rekomendasi mengenai kebutuhan
energi, zat gizi individual, jenis diet, bentuk makanan,
komposisi zat gizi dan frekuensi makanan.
Perencanaan intervensi meliputi :
a) Perhitungan kebutuhan gizi
Penentuan kebutuhan zat gizi yang diberikan
kepada pasien atas dasar diagnosis gizi, kondisi
pasien dan jenis penyakitnya
b) Jenis diet
Dokter penanggung jawab pasien akan
membuatkan preskripsi diet pasien. Ahli gizi akan
menetapkan jenis diet berdasarkan diagnosis gizi.
Bila jenis diet yang ditentukan sudah sesuai
dengan preskripsi diet dari dokter maka diet
tersebut diteruskan dan dilengkapi dengan
rancangan diet. Bila jenis diet tidak sesuai, akan
dilakukan usulan perubahan jenis diet dengan
mendiskusikan kepada dokter penanggung jawab
pasien.
c) Modifikasi diet, merupakan perubahan/modifikasi
dari diet yang diberikan oleh dokter. Perubahan
dapat berupa perubahan dalam konsistensi,
meningkatkan atau menurunkan energi dan zat
gizi, ataupun jenis makanan yang diberikan
kepada pasien sesuai dietnya. Ahli gizi mempunyai
wewenang untuk melakukan modifikasi diet
dengan melakukan konsultasi kepada dokter
penanggung jawab pasien, misalnya saat awal
masuk, dokter memberikan diet lunak tetapi
ternyata pasien masih kesulitan bubur, maka
dilakukan modifikasi bentuk dan konsistensi

13
makanan sesuai dengan kondisi pasien. Modifikasi
diet tersebut dikonfirmasi oleh ahli gizi ke dokter
penanggung jawab pasien.
d) Jalur/Rute pemberian makanan yang diberikan
dapat melalui oral, enteral atau parenteral.
2) Implementasi Intervensi
Dietisien melaksanakan dan mengkomunikasikan
rencana asuhan kepada pasien dan tenagakesehatan
atau tenaga lain yang terkait. Kegiatan ini juga
termasuk pengumpulan data kembali, dimana data
tersebut dapat menunjukkan respon pasien dan perlu
atau tidaknya modifikasi intervensi gizi.

Tabel 3.4 Terminologi Intervensi Gizi


ND
(Nutrition Domain Pemberian Makanan
Dietary)
ND 1.1 Makanan biasa/Makanan sehat
ND 1.2 Modifikasi komposisi makananan atau snack
ND 1.3 Modifikasi/pemberian jadwal makanan/cairan
ND 1.4.1 Modifikasi/pemberian buah-buahan
ND 1.4.2 Modifikasi/pemberian sayur-sayuran
ND 2.1.1 Modifikasi/pemberian komposisi enteral
ND 2.1.6 Modifikasi/pemberian rute enteral
ND 3.1.4 Modifikasi makanan
E (Education) Domain Edukasi
E 1.1 Tujuan edukasi
E 1.2 Prioritas modifikasi
E 1.3 Informasi dasar
E 1.4 Kaitan gizi dengan kesehatan penyakit
E 1.5 Rekomendasi modifikasi
E 1.6 Topik lain yang terkait
E 2.1 Interpretasi hasil
E 2.2 Pengembangan keterampilan

14
C
Domain konseling gizi
(Counselling)
C 1.1 Pendekatan dasar teoritis
C 1.2 Strategi
RC Domain koordinasi asuhan
Koordinasi kegiatan dengan asuhan lain yang
RC 1 berkaitan dengan asuhan gizi yang sedang
dilakukan
Pemulangan pasien dan merujuk/transfer
RC 2
pasien ke unit/institusi baru atau dietitian lain
RC 1.6 Topik lain yang terkait
RC 2.1 Interpretasi hasil
RC 2.2 Pengembangan keterampilan

d. Monitoring dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi terapi gizi bertujuan untuk
menilai proses dan keberhasilan implementasi terapi gizi
serta rencana tindak lanjut terapi. Berikut beberapa
langkah kegiatan monitoring dan evaluasi yaitu :
1) Monitor perkembangan, antara lain : mengecek
pemahaman dan ketaatan diet pasien, mengecek
asupan makan, menetukan apakah intervensi
dilaksanakan sesuai dengan rencana,
menentukan status gizi pasien tetap/berubah,
toleransi saluran cerna dan status
hemodinamik serta kondisi metabolik pasien,
mengidentifikasi hasil pemeriksaan lain, serta
memberikan informasi terkait ketentuan makanan
yang dibawa dari luar area rumah sakit kepada
pasien beserta keluarga pasien.
2) Mengukur hasil
3) Evaluasi hasil
4) Pencatatan dan pelaporan. Terdapat beberapa
cara dokumentasi antara lain Subjektive Objektive
Assesment Planning (SOAP) dan Assesment

15
Diagnosis Intervensi Monitoring Evaluasi (ADIME).
Format ADIME merupakan model yang sesuai
dengan langkah PAGT. Pasien beresiko yang
diberikan diet khusus akan dibuatkan lembar form
asuhan gizi baik pasien dewasa maupun anak
(terlampir).
5) Konseling memiliki tujuan yaitu memberikan
edukasi untuk memahami dan mampu mengubah
perilaku diet pasien sesuai dengan yang
dianjurkan. Konseling diberikan kepada pasien
dan/atau keluarganya yang membutuhkan untuk
mendapatkan penjelasan tentang diet yang harus
dilaksanakan oleh pasien sesuai dengan penyakit
dan kondisinya. Konseling dilakukan oleh anggota
tim sesuai dengan kompetensinya.

B. Terapi Gizi Medik


Terapi gizi medik dahulunya dikenal dengan istilah terapi diet
(dietary treatment) yaitu pengaturan jumlah serta jenis makanan dan
jadwal makan setiap hari yang bertujuan membantu penyembuhan
pasien. Terapi gizi medis adalah terapi gizi khusus untu penyembuhan
penyakit baik akut maupun kronis, serta merupakan suatu penilaian
terhadap kondisi pasien sesuai dengan intervensi yang telah diberikan,
agar pasien serta keluarganya dapat menerapkan rencana diet yang
telah disusun.
Terapi gizi medik merupakan alur proses kegiatan perencanaan
makan sampai makanan disajikan kepada pasien yang melibatkan
beberapa orang yang memiliki profesi yang berbeda seperti dokter
spesialis gizi klinik, ahli gizi dan pramusaji dengan menghasilkan suatu
makanan yang sesuai dengan standar perencanaan sampai makanan
disajikan harus sesuai dengan jumlah, jenis, dan jadwal makan pasien.
Proses tahapan dari terapi gizi medik dimulai dari preskripsi diet,
daftar makanan, pemorsian makanan dan makanan disajikan untuk
pasien.
Terapi gizi medis merupakan integrasi antara ilmu gizi, medis dan
ilmu perilaku yang memungkinkan tenaga kesehatan membuat

16
perubahan yang bermakna pada kehidupan pasien.
Penatalaksanaan serta jenis diet dibedakan sesuai dengan kondisi
penyakit dan kebutuhan zat gizi seseorang. Berikut beberapa
tatalaksana dan jenis diet sesuai dengan kondisi penyakitnya.

1. Terapi Gizi Medik Pasien Anak


Untuk menetapkan terapi gizi medik pada pasien anak,
terlebih dahulu diketahui diagnosis penyakit dan hasil asesmen
serta diagnosis gizi pasien agar bisa diberikan terapi gizi (diet)
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien. Selanjutnya akan
dihitung kebutuhan energi dan zat gizi serta cairan harian pasien
sesuai dengan kondisi pasien. Rute asupan pada pasien anak
dapat melalui oral, enteral dan parenteral. Bentuk makanan
berupa makanan biasa, lunak dan cair.

a. Perhitungan Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Serta


Cairan Harian
Perhitungan kebutuhan energi menggunakan tabel
RDA (Recommended Dietary Allowances), untuk pasien
anak dengan status gizi kurang/buruk, yaitu:

BB-Ideal x RDA menurut Usia x 50%

Tabel 3.5 RDA untuk bayi dan anak


Kelompok Umur (tahun) Kalori (kkal/kg)
0 - 0,5 108
Bayi
0,5 - 1 98
1-3 102
Anak 4-6 90
7 - 10 70
11 - 14 55
Pria
15 - 18 45
11 - 14 47
Wanita
15 - 18 40

Perhitungan lain dapat menggunakan rumus


malnutrisi untuk pasien anak yang mengalami gizi buruk,
yaitu:

17
Tabel 3.6 Rumus Malnutrisi

Rumus Shuterland yang digunakan untuk pasien anak


< 17 tahun yang mengalami luka bakar, yaitu:

60 x BB-Ideal + 35 x %total luas luka bakar

Tabel 3.7 Klasifikasi Persen Luas Luka Bakar Anak


Usia 0 - 5 tahun Usia < 5 tahun
Kepala < 1 tahun 18% Kepala, muka, leher 9%
1 - 5 tahun 14% Dada 9%
Badan 36% Perut & Pinggang 9%
Tangan kanan & kiri 9% Bokong 9%
Kaki kanan & kiri < 1 tahun 14% Lengan kanan & kiri 9%
1 - 5 tahun 16% Paha kanan & kiri 9%
Telapak tangan 1% Betis kanan & kiri 9%
Kemaluan 1% Kemaluan 1%

Rumus kebutuhan cairan Holliday-segar digunakan


untuk menghitung kebutuhan cairan pada pasien sakit
atau pada pasien yang memerlukan pembatasan cairan,
yaitu:

18
Tabel 3.8 Rumus Kebutuhan Cairan

b. Jenis Diet Dan Tata Laksana Asuhan Gizi Pasien Anak

1) Diet Tatalaksana Gizi Buruk


Pasien dengan status gizi buruk atau
penatalaksanaan gizi buruk, melalui 3 fase yaitu fase
stabilisasi, transisi dan rehabilitasi:
a) Fase stabilisasi
- ASI tetap diberikan setelah formula bagi
BADUTA
- Makan utama sebanyak 3x dan selingan 2x
- Berikan secara oral/enteral/parenteral
- Energi dan zat gizi sesuai perhitungan
kebutuhan sehari
- Cairan sesuai perhitungan kebutuhan sehari
(100 ml/kg BB/hari, bila ada oedema)
- Diberikan Formula 75 selama 3 hari bertahap
b) Fase transisi
- Merubah formula 75 ke formula 100
- Modifikasi bentuk makanan dapat digunakan
c) Fase rehabilitasi
- Bila anak masih mendapat ASI teruskan dan
ditambah formula karena energi dan protein
ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
- Diberikan formula 100

Berikut kebutuhan larutan mineral mix untuk membuat


formula 75 dan formula 100:

19
Tabel 3.9 Komposisi Larutan Mineral Mix

2) Diet Obesitas

a) Tujuan
Memperlambat peningkatan, mempertahankan
atau menurunkan berat badan sampai BB sesuai
TB actual dengan tetap memperhatikan factor
pertumbuhan anak.

b) Syarat Diet
- Energi diperhitungkan dengan menghitung
kebutuhan berdasarkan BB ideal sesuai TB
actual
- Anak usia 0-3 tahun = tidak perlu dilakukan
pengurangan kalori
- Anak usia 4-5 tahun, jika dalam keadaan
terpaksa seperti gangguan pernapasan, susah
bergerak = kalori dikurangi 200-300 kkal
secara bertahap
- Anak usia 7-19 tahun = pengurangan kalori
secara bertahap 300-500 kkal
- Protein 15-20% dari total kebutuhan energi
- Lemak kurang dari 25-30% dari kebutuhan
energi total
- Karbohidrat 50-60% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral sesuai AKG
- Cairan cukup

20
- Pola makan 3x makan utama 2x makan
selingan
- Pada anak diatas 3 tahun dianjurkan
pemberian serat dengan (umur >5 tahun)
gr/hari
- Diet yang bervariasi, sesuai dengan pola
makan anak

3) Diet Pasien Autisme/Hiperaktif (Diet GFCF)


a) Diet GFCF (Gluten Free - Casein Free),
hindarkan semua jenis makanan yang
mengandung: tepung terigu, produk susu sapi,
dan beras ketan karena kandungan gluten yang
cukup tinggi
b) Diet bebas gula, jangan gunakan hula buatan
seperti saccharine, aspartam (misal:
tropicanalism, dsb.), sebagai gantinya bisa
gunakan stevia, glycerin atau sarbitol
c) Hindarkan makanan yang dibuat dengan
peragian, misal: tempe, roti dll
d) Kebutuhan karbohidrat harus dipenuhi dengan
makan nasi yang cukup, perbanyak makan
protein (daging, telur, kedelai, biji-bijian dan
kacang-kacangan)
e) Sebisa mungkin hindarkan makan ikan karena
kandungan logam beratnnya yang tinggi akibat
pencemaran lingkungan terutama pada ikan laut.
Ikan yang relatif aman dikonsumsi yaitu : ikan
salmon, tuna, makarel/tenggiri.
f) Perbanyak makan sayura dan buah segar
sebagai sumber vitamin, mineral dan serat
g) Buatlah anak mau minum air yang banyak (± 2
liter sehari)
h) Jangan berikan makanan yang mengandung
campuran bahan kimia (additives), misalnya:
pengawet, pewarna, penyedap dan jangan

21
tambahkan msg atau micin pada tiap masakan
i) Dianjurkan melakukan rotasi makanan dengan
menggunakan bahan makanan yang bervariasi
j) Pemberian suplemen sebagai pelengkap
kebutuhan zat gizi (misal: kalsium, magnesium,
zink dan vitamin c)

4) Diet Pasien Diare Akut & Kronis (Rendah


Serat/Sisa)
a) Tujuan
Tujuan diet rendah sisa adalah untuk memberikan
makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat
membatasi volume feses, dan tidak merangsang
saluran cerna

b) Syarat Diet
- Sebelum memberikan terapi rehidrasi pada
pasien, perlu dinilai dulu derajat dehidrasinya.
Derajat dehidrasi terdiri dari: ringan bila pasien
mengalami kehilangan cairan 2-5% dari berat
badan, sedang bila pasien mengalami
kehilangan cairan 5-8% dari berat badan, berat
bila pasien mengalami kehilangan cairan 8 -
10 dari berat badan
- Bila keadaan umum pasien baik dan tidak
dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat
dicapai dengan minuman ringan, sari buah dan
sup.
- Bila pasien kehilangan cairan yang banyak
dan dehidrasi, pemberian cairan intravena dan
rehidrasi oral dengan cairan isotonic
mengandung elektrolit dan gulz harus
diberikan
- Energi cukup sesuai dengan umur, gender dan
aktivitas
- Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan

22
energi total
- Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan
energi total
- Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi
total
- Menghindari makanan berserat tinggi dan
sedang sehingga asupan serat maksimal 8
gr/hari
- Menghindari susu, produk susu dan daging
berserat kasar
- Menghindari makanan yang terlalu berlemak,
terlalu manis, terlalu asam dan berbau tajam
- Makanan dimasak hingga lunak dan
dihidangkan pada suhu tidak terlalu panas dan
dingin
- Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
- Bila diberikan dalam jangka waktu lama atau
dalam keadaan khusus, diet perlu disertai
suplemen vitamin dan mineral, makanan
formula atau makanan parenteral

c) Jenis diet yang diindikasikan untuk pasien dengan


diare berat adalah Diet Rendah Sisa/Rendah
Serat. Diet rendah sisa adalah makanan yang
terdiri dari bahan makanan rendah serat dan
hanya sedikit meninggalkan sisa, yang dimaksud
dengan sisa adalah bagian-bagian makanan yang
tidak diserap seperti yang terdapat di dalam susu
dan produk susu serta daging yang berserat kasar

5) Diet Sindrom Nefrotik (Diet Tinggi Protein Rendah


Garam)

a) Tujuan
- Memberikan makanan secukupnya tanpa
memberatkan faal ginjal
- Mencegah atau mengurangi retensi natrium/air
- Mengganti protein yang keluar bersama urin

23
- Mengupayakan agar anak tetap tumbuh dan
berkembang secara normal

b) Syarat Diet

- Energi sesuai dengan kebutuhan menurut


berat badan ideal sesuai tinggi badan actual
- Protein diberikan 2 gr/kg BB, yang bernilai
biologic tinggi
- Lemak cukup <30% dari total energi,
diutamakan lemak tidak jenuh, rendah
kolesterol <200 mg
- Natrium dibatasi sesuai dengan beratnya
retensi air (0,5-2 gr)
- Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan
AKG terutama kalsium dan vitamin D

6) Diet Penyakit Diabetes Mellitus (Diet DM)

a) Tujuan diet
- Menyediakan makanan cukup untuk menjaga
tumbuh kembang normal
- Menjaga kadar gula darah dan profil lipid agar
tetap mendekati normal
- Pengaturan jadwal, jenis dan jumlah makanan
disesuaikan dengan pemberian insulin dan
aktivitas fisik
- Meningkatkan kesehatan umum melalui
pemilihan makanan sehat dan olahraga
- Memberikan edukasi agar mampu mengelola
diabetes secara mandiri

b) Syarat diet
- Energi diberikan sesuai kebutuhan
- Karbohidrat 50-60% dari total kalori sehari
- Protein diberikan 10-15%
- Lemak diberikan 25-35%
- Dianjurkan konsumsi garam (NaCl) < 6 gr/hari
- Serat diberikan sesuai usia: 1-3 tahun = 19 gr,
4-8 tahun = 25 gr, 9-13 tahun = 31 gr (laki-laki)
dan 26 gr (perempuan), > 14 tahun = 38 gr
(laki-laki) dan 26 gr (perempuan)

24
7) Diet Pra-Bedah

a) Tujuan
- Mencapai status gizi normal
- Menjaga tumbuh kembang optimal

- Mempersiapkan kondisi prima pasien untuk


menjalani operasi dan mencegah
morbiditas/komplikasi operasi

b) Syarat Diet
- Pada bayi dan anak dengan malnutrisi perlu
diberikan dukungan gizi sebelum operasi
selama 10-14 hari dalam bentuk suplementasi
oral/NGT/OGT
- Anak diperbolehkan minum makanan cair
jernih 2 jam sebelum permbedahan tanpa
peningkatan resiko aspirasi
- Energi diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Protein sesuai AKG
- Lemak diberikan cukup untuk memenuhi
kebutuhan energi dan asam lemak essensial
- Karbohidrat sisa kebutuhan energi

8) Diet Pasca Bedah

a) Tujuan
- Mencapai status gizi normal
- Mempercepat proses penyembuhan
- Meningkatkan daya tahan tubuh untuk
mencegah komplikasi

- Memenuhi kebutuhan gizi untuk mengganti


kehilangan protein, glikogen, zat besi, serta
memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan
cairan

b) Syarat Diet

25
- Makanan enteral diberikan setelah fungsi usus
pulih
- Pemberian makanan secara bertahap mulai
dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa
- Penetapan diet tergantung jenis pembedahan
dan keadaan klinis pasien
- Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan
- Protein diberikan tinggi dengan
memperhitungkan rasio energi non protein
terhadap nitrogen 100:1 kkal/gr N, selanjutkan
dipertahankan dengan rasio 150-200:1 kkal/ gr
N
- Kebutuhan cairan dihitung berdasarkan
balance cairan yaitu : IFL + CFL + jumlah urin
24 jam

2. Terapi Gizi Medik Pasien Dewasa


Untuk menetapkan terapi gizi medik pada pasien dewasa,
terlebih dahulu diketahui diagnosis penyakit dan hasil asesmen
serta diagnosis gizi pasien agar bisa diberikan terapi gizi (diet)
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien. Selanjutnya akan
dihitung kebutuhan energi dan zat gizi serta cairan harian pasien
sesuai dengan kondisi pasien. Rute asupan pada pasien dapat
melalui oral, enteral dan parenteral. Bentuk makanan berupa
makanan biasa, lunak dan cair.

a. Perhitungan Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Serta


Cairan Harian
Rumus Haris Benedict, rumus ini idealnya digunakan
untuk menghitung kebutuhan gizi orang sehat tatpi bisa
juga digunakan untuk pasien sakit. Rumusnya:

26
Tabel 3.10 Faktor Aktivitas Dan Faktor Stres (Haris
benedict)
Faktor Aktivitas
Istirahat Bed Rest 1,1
Bes rest, tapi bisa bergerak terbatas 1,2
Tidak bed rest, bisa jalan 1,3
Faktor Stress
Operasi 1 - 1,2
Trauma 1,2 - 1,6
Infeksi berat 1,2 - 1,6
Peradangan/inflamasi saluran
cerna/selaput rongga perut 1,05-1,25
(Peritonitis)
Patah tulang 1,1 - 1,3
Infeksi dengan trauma 1,3 - 1,5
Sepsis 1,2 - 1,5
Cedera kepala 1,3
Kanker/Tumor 1,1 - 1,45
Luka bakar berdasarkan luasnya:
0% - 20% 1 - 1,5
20% - 40% 1,5 - 1,85
40% - 100% 1,85 - 2,05
Demam 1,2 per 1 - 37°C

Rumus Mifflin, rumus yang sering digunakan oleh


dietitian di rumah sakit, untuk menghitung kebutuhan
orang sakit. Rumusnya:

27
Tabel 3.11 Faktor Aktivitas Dan Faktor Stres (mifflin)
Faktor Aktivitas
Istirahat Bed Rest 1,1
Bes rest, tapi bisa bergerak terbatas 1,2
Tidak bed rest, bisa jalan 1,3
Faktor Stress
Operasi 1 - 1,2
Trauma 1,2 - 1,6
Infeksi berat 1,2 - 1,6
Peradangan/inflamasi saluran
cerna/selaput rongga perut 1,05-1,25
(Peritonitis)
Patah tulang 1,1 - 1,3
Infeksi dengan trauma 1,3 - 1,5
Sepsis 1,2 - 1,5
Cedera kepala 1,3
Kanker/Tumor 1,1 - 1,45
Luka bakar berdasarkan luasnya:
0% - 20% 1 - 1,5
20% - 40% 1,5 - 1,85
40% - 100% 1,85 - 2,05
Demam 1,2 per 1 - 37°C

Rumus konsensus PERKENI 2015, rumus ini


digunakan untuk menghitung kebutuhan gizi pasien
penderita Diabetes melitus. Rumusnya:

28
Tabel 3.12 Faktor Aktivitas Dan Faktor Usia Menurut
Konsensus PERKENI

Rumus GGK/CKD/CRF, rumus ini digunakan untuk


pasien dengan masalah pada ginjal, rumusnya:

Rumus Curreri, rumus ini digunakan untuk pasien >17


tahun yang mengalami luka bakar. Rumusnya:

25 x BB-Ideal + 40 x %total luas luka bakar

Tabel 3.13 Klasifikasi Persen Luka Bakar


Dewasa
Kepala, Muka, Leher 9%
Dada, Perut, Pinggang, Bokong 9%
Lengan kanan & kiri 9%

29
Paha kanan & kiri 9%
Betis kanan & kiri 9%
Kemaluan 1%

b. Jenis Diet Dan Tata Laksana Asuhan Gizi Pasien


Dewasa

1) Diet Diabetes Melitus (Diet DM)

a) Tujuan
Membantu penderita DM dalam memperbaiki
kebiasaan hidup dan olahraga untuk mendapatkan
kontrol metabolik yang lebih baik

b) Syarat diet
- Energi yang diberikan cukup untuk mencapai
dan mempertahankan berat badan normal
- Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari
kebutuhan energi total
- Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari
kebutuhan energi total, dalam bentuk <10%
dari kebutuhan energi total berasal dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda,
sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi
yaitu ≤ 300 mg per hari
- Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari
kebutuhan energi total, yaiatu 60-70%
- Penggunaan gula murni dalam minuman dan
makanan tidak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan
mengkonsumsi gula murni 5% dari kebutuhan
energi total. Penggunaan gula alternatif dalam
jumlah terbatas
- Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari dengan
mengutamakan serat larut air. Apabila

30
mengalami hipertensi, asupan garam harus
dikurangi
- Cukup vitamin dan mineral

2) Diet Penyakit Jantung (Diet Rendah Garam +


Rendah Lemak)

a) Tujuan
- Memberikan makanan secukupnya tanpa
memberatkan kerja jantung
- Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk
- Mencegah dan menghilangkan penimbunan
garam maupun air

b) Syarat diet
- Energi cukup, untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan normal
- Protein cukup yaitu 0,8 g/kg BB
- Lemak sedang, yaitu 25-30% dari kebutuhan
energi total, 10% berasal dari lemak jenuh,
dan 10-15% lemak tidak jenuh
- Kolesterol rendah terutama jika disertai
dengan dislipidemia
- Vitamin dan mineral cukup
- Garam rendah 2-3 gr/hari, jika disertai dengan
dislipidemia
- Makanan mudah dicerna dan tidak
menimbulkan gas
- Serat cukup untuk menghindari konstipasi
- Cairan cukup ± 2 liter/hari sesuai dengan
kebutuhan
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan
penyakit
- Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi
melalui makanan, dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parenteral atau
suplemen gizi

31
c) Jenis diet
- Diet jantung I
Diberikan kepada pasien penyakit jantung akut
seperti Myocard Infarct (MCI). Diet berupa 1-
1,5 liter cairan/hari. Sebaiknya hanya diberikan
1-2 hari
- Diet jantung II
Diberikan dalam bentuk makanan saring atau
lunak. Diet ini dapat diberikan sebagai
perpindahan dari diet jantung I atau setelah
fase akut dapat diatasi
- Diet jantung III
Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet
jantung II atau kepada pasien jantung dengan
kondisi yang tidak terlalu berat
- Diet jantung IV
Diberikan dalam bentuk makanan biasa. Diet
diberikan sebagai perpindahan dari diet
jantung III atau kepada pasien dengan jantung
dengan keadaan ringan

3) Diet Penyakit Dislipidemia (Diet Rendah Lemak)

a) Tujuan
- Menurunkan berat badan bila kegemukan
- Mengubah jenis dan asupan lemak makanan
- Menurunkan asupan kolesterol makanan
- Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks
dan menurunkan asupan karbohidrat
sederhana

b) Syarat diet
- Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut
berat badan dan aktivitas fisik
- Lemak sedang < 30% dari kebutuhan energi
total

32
Dislipidemia tahap I, < 10% dari kebutuhan
energi total, kolesterol < 300 mg
Dislipidemia tahap II, < 7% dari kebutuhan
energi total, kolesterol < 200 mg
- Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan
energi total
- Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari
kebutuhan energi total
- Serat tinggi, terutama serat larut air
- Vitamin dan mineral cukup

4) Diet Penyakit Stroke (Rendah Garam)

a) Tujuan
- Memberikan makanan secukupnya untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien
- Memperbaiki keadaan stroke, seperti disfagia,
pneumonia, kelainan ginjal dan dekubitus
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit

b) Syarat diet
- Energi cukup
- Protein 0,8 - 1 gr/kg BB. Apabila pasien
berada dalam keadaan gizi kurang, protein 1,2
- 1,5 gr/kg BB. Apabila penyakit disertai
komplikasi gagal ginjal kronik (GGK), protein
diberikan rendah yaitu 0,6 gr/kg BB
- Lemak cukup, yaitu 20-25% dari kebutuhan
energi total. Utamakan sumber lemak tidak
jenuh ganda, batasi sumber lemak jenuh yaitu
< 10% dari kebutuhan energi total. Kolesterol
dibatasi < 300 mg
- Karbohidrat cukup, yaitu 60-70% dari
kebutuhan energi total
- Vitamin cukup, terutama vitamin A, riboflavin,
B6, asam folat, B12, C dan E

33
- Mineral cukup, terutama kalsium, magnesium
dan kalium
- Serat cukup untuk membantu menurunkan
kadar kolesterol darah dan mencegah
konstipasi
- Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas/hari, kecuali
pada keadaan edema dan asites, cairan
dibatasi
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan
pasien
- Makanan diberikan dalam porsi kecil dan
sering

c) Jenis diet
- Fase akut (24-48 jam). Keadaan tidak
sadarkan diri atau kesadaran menurun. Pada
tahap ini diberikan makanan parenteral
(Nothing Per Oral/NPO) dan dilanjutkan
dengan makanan enteral (Naso Gastric
Tube/NGT)
- Fase pemulihan. Keadaan pasien sudah sadar
dan tidak mengalami gangguan fungsi
menelan (disfagia)

5) Diet Penyakit Sindrom Nefrotik (Diet Rendah


Garam)

a) Tujuan
- Mengganti kehilangan protein terutama
albumin
- Mengurangi edema dan menjaga
keseimbangan cairan tubuh
- Memonitoring hiperkolesterolemia dan
penumpukan trigliserida
- Mengontrol hipertensi
- Mengatasi anoreksia

34
b) Syarat diet
- Energi cukup untuk mempertahankan
keseimbangan nitrogen positif
- Protein sedang, yaitu 1,0 gr/kg BB atau 0,8
gr/kg BB ditambah protein yang dikeluarkan
melalui urin. Utamakan protein bernilai biologik
tinggi
- Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan
energi total
- Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi
- Natrium dibatasi, yaitu 1-4 gr sehari,
tergantung berat ringannya edema
- Kolesterol dibatasi < 300 mg, begitu pula gula
murni bila ada peningkatan trigliserida darah
- Cairan = cairan yang dikeluarkan melalui urin +
500 ml (pengganti cairan yang dikeluarkan
melalui kulit dan pernapasan)

6) Diet Penyakit Gagal Ginjal Akut (Diet Rendah


Garam, Protein, Kalium)

a) Tujuan
- Memberikan makanan secukupnya tanpa
memberatkan fungsi ginjal
- Menurunkan kadar ureum darah
- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- Memperbaiki dan mempertahankan status gizi
optimal dan mempercepat penyembuhan

b) Syarat diet
- Energi cukup untuk mencegah katabolisme
- Protein disesuaikan dengan katabolisme
protein yaitu, 0,6-1,5 gr/kg BB. Pada katabolik
ringan, kebutuhan protein 0,6-1 gr/kg BB,
katabolik sedang 0,8-1,2 gr/kg BB, dan
katabolik berat 1-1,5 gr/kg BB
- Lemak sedang yaitu 20-30% dari kebutuhan

35
energi total
- Karbohidrat sisa dari kebutuhan protein dan
lemak
- Natrium dan kalium dibatasi bila ada anuria
- Cairan = jumlah urin sehari + 500 ml

7) Diet Penyakit Ginjal Kronik (Diet Rendah Garam,


Protein, Kalium)

a) Tujuan
- Mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi
ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal
- Mencegah dan menurunkan kadar ureum
darah yang tinggi (uremia)
- Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
- Mencegah atau mengurangi progresifitas
gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya
laju filtrasi glomerulus

b) Syarat diet
- Energi cukup
- Protein rendah yaitu 0,6-0,75 gr/kg BB
- Lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energi
total (utamakan lemak tidak jenuh ganda)
- Karbohidrat cukup
- Natrium dibatasi, apabila ada hipertensi,
edema, asites, oliguria atau anuria
- Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada
hiperkalemia
- Cairan = jumlah urin sehari + 500 ml
- Vitamin sesuai AKG

c) Jenis diet
- Diet protein rendah I
30 gr protein. Diberikan kepada pasien dengan
BB = 50 kg

36
- Diet protein rendah II
35 gr protein. Diberikan kepada pasien dengan
BB = 60 kg
- Diet protein rendah III
40 gr protein. Diberikan kepada pasien dengan
BB = 65 kg

8) Diet Penyakit Gout Artritis (Diet Rendah Purin)

a) Tujuan
Mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal serta menurunkan kadar asam urat dalam
darah dan urin

b) Syarat diet
- Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan
- Protein sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan
energi total
- Hindari bahan makanan sumber protein yang
mempunyai kandungan purin > 150 mg/100 gr
- Lemak sedang, yaitu 10-20% dari kebutuhan
energi total
- Karbohidrat diberikan 65-75% dari kebutuhan
energi total
- Cairan disesuaikan dengan urin yang
dikeluarkan setiap hari
- Vitamin dan mineral cukup

c) Jenis diet
- Diet rendah purin I (1500 kkal)
- Diet rendah purin II (1700 kkal)

Tabel 3.14 Sumber Makanan dan Kandungan Purin

37
Kandungan purin
Otak, hati, jantung, ginjal, jeroan,
tinggi (100-1000 mg
ekstrak daging/kaldu, ikan
purin/100 gr bahan
sarden, makarel, remis dan
makanan) sebaiknya
kerang
DIHINDARI
50-75 gr daging, ikan atau
Kandungan purin
unggas, udang, kacang kering
sedang (9-100 mg
dan hasil olah seperti tahu dan
purin/100 gr bahan
tempe, asparagus, bayam, daun
makanan) sebaiknya
singkong, kangkung dan biji
DIBATASI
melinjo
Nasi, ubi, singkong, jagung, roti,
Kandungan purin mie, bihun, tepung veras, kue
rendah (dapat kering, puding, susu, keju, telur,
diabaikan) lemak dan minyak, gula, sayuran
dan buah-buahan.

9) Diet Dispepsia (Diet Rendah Lemak)

a) Tujuan
Mengatasi keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman
pada perut bagian atas atau dada (nyeri
epigastrum), gas (perut kembung), perasaan
penuh (cepat kenyang) atau rasa terbakar di perut

b) Syarat diet
- Pemberian makan dapat melalui oral maupun
enteral, akan tetapi jika pasien dalam keadaan
akut (muntah-muntah hebat) maka diberikan
melalui parenteral
- Dianjurkan untuk makan perlahan-lahan,
dikunyah halus, dan tidak minum saat makan
- Mengatur jarak jam-jam makan, dengan
memberikan porsi makan kecil tapi sering
dengan interval waktu yang pendek
- Menghindari makanan/minuman yang
menyebabkan/ memperberat gejala (gas dan

38
flatulensi: hindari minuman bersoda, sawi, kol,
nangka) serta makanan yang dapat
menstimulir sekresi asam lambung (kopi, teh,
susu) dan kurangi makanan berlemak
- Perbanyak konsumsi serat, tapi yang tidak
menimbulkan gas
- Menghindari bumbu-bumbu tajam dan
merangsang seperti cabai
- Menghindari konsumsi minuman beralkohol

10) Diet Hipertensi (Diet Rendah Garam)

a) Tujuan
Membantu menghilangkan retensi garam atau air
dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi

b) Syarat Diet
- Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin
- Bentuk makanan sesuai dengan keadaan
penyakit
- Jumlah natrium disesuaikan dengan berat
tidaknya retensi garam atau air dan atau
hipertensi

- Makanan yang harus dihindari atau dibatasi


adalah makanan berkadar lemak jenuh tinggi
(jeroan, minyak kelapa, gajih), makanan
olahan yang menggunakan garam natrium
(biscuit, crakers, keripik, dan makanan kering
yang asin), makanan dan minuman kaleng,
makanan yang diawetkan dan bumbu-bumbu
makanan yang mengandung garam natrium
tinggi

c) Jenis diet
- Diet rendah garam 1 (200-400 mg Na) :
Diberikan kepada pasien dengan edema,

39
asites, dan atau hipertensi berat. Dalam
klasifikasi hipertensi menurut WHO dikatakan
hipertensi berat jika systole (mmHg) ≥ 180 dan
diastole ≥ 110)
- Diet rendah garam 2 (600-800 mg Na) :
Diberikan kepada pasien dengan edema,
asites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat.
Dalam klasifikasi menurut WHO dikatakan
hipertensi sedang jika systole (mmHg) 160-179
dan diastole 100-109
- Diet rendah garam 3 (1000-1200 mg Na) :
Diberikan kepada pasien dengan edema dan
atau hipertensi ringan dalam klasifikasi
menurut WHO dikatakan hipertensi ringan jika
systole (mmHg) 140-159 dan diastole 90-99

11) Diet Lambung

a) Tujuan
Memberikan makanan dan cairan secukupnya
yang tidak memberatkan lambung serta mencegah
dan menetralkan sekresi asam lambung yang
berlebihan

b) Syarat Diet
- Mudah cerna, porsi kecil, dan sering diberikan
- Energi dan protein cukup, sesuai kemampuan
pasien untuk menerimanya
- Lemak rendah, yaitu 10-15% dari kebutuhan
energi total yang ditingkatkan secara bertahap
hingga sesuai dengan kebutuhan
- Rendah serat, terutama serat tidak larut air
yang ditingkatkan secara bertahap
- Cairan cukup, terutama bila ada muntah
- Tidak mengandung bahan makanan atau
bumbu yang tajam, baik secara teris, mekanis,

40
maupun kimia (disesuaikan dengan daya
terima perorangan)
- Laktosa rendah bila ada gejala intoleransi
laktosa umumnya tidak dianjurkan minum susu
terlalu banyak
- Makan secara perlahan di lingkungan yang
tenang

- Pada fase akut dapat diberikan makanan


parenteral 24-48 jam untuk memberi istirahat
pada lambung

c) Jenis Diet
- Lambung I : Diberikan kepada pasien
gastritis akut, ulkus peptikum, pasca
pendarahan, dan tifus abdominalis berat.
Makanan diberikan dalam bentuk saring dan
merupakan perpindahan dari diet pasca
hematesis melena, atau setelah fase akut
teratasi. Makanan diberikan setiap 3 jam
selama 1-2 hari saja karena kurang energi, zat
besi, tiamin, dan vit C
- Lambung II : Diberikan sebagai makanan
perpindahan dari diet lambung I atau kepada
pasien ulkus peptikum atau gastritis kronis dan
tifus abdominalis ringan, makanan berbentuk
lunak, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali
makan lengkap dan 2-3 kali makanan selingan.
Makanan ini cukup energi, protein, vitamin C,
tetapi kurang tiamin
- Lambung III : Diberikan sebagai makanan
perpindahan dari diet lambung II atau kepada
pasien ulkus peptikum atau gastritis kronis dan
tifus abdominalis yang hampir sembuh.
Makanan berbentuk lunak atau biasa
bergantung pada keadaan pasien. Makanan ini
cukup energy dan zat gizi lainnya

41
12) Diet HIV / AIDS (Diet Tinngi Energi Tinggi Protein)

a) Tujuan
- Memberikan intervensi gizi secara cepat
dengan mempertimbangkan seluruh aspek
dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit
infeksi HIV
- Mencapai dan mempertahankan berat badan
serta komposisi tubuh yang diharapkan,
terutama jaringan otot
- Memenuhi kebutuhan energi dan semua zat
gizi

- Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan


diet, olahraga, dan relaksasi

b) Syarat Diet
- Energi diberikan sesuai dengan perkembangan
penyakit
- Stadium 1 : Kebutuhan energi normal
dengan memperhatikan gizi seimbang
- Stadium 2 : Kebutuhan energi meningkat
10% dari kebutuhan
- Stadium 3 dan 4 : Kebutuhan energi meningkat
20-30% dari kebutuhan
- Tambahan energi sebanyak 13% dari
kebutuhan untuk setiap kenaikan 1°C
- Protein diberikan 12-15% dari total energi
- Lemak cukup yaitu 20-25% dari kebutuhan
energi total. Jenis lemak disesuaikan dengan
toleransi pasien. Apabila ada malabsorbsi
lemak maka gunakan lemak dengan ikatan
rantai sedang. Minyak ikan diberikan bersama
minyak dengan ikatan rantai sedang dapat
memperbaiki fungsi kekebalan
- Vitamin dan mineral diberikan 150% dari AKG

42
- Serat cukup dan disesuaikan dengan kondisi
pasien
- Makanan diberikan dalam porsi kecil tapi
sering
- Hindari makanan yang merangsang
perncernaan baik secara mekanik, termik,
maupun kimia

13) Diet Pra-Bedah (Diet Rendah Sisa/Rendah Serat)

a) Tujuan
Mengusahakan agar status gizi pasien dalam
keadaan optimal pada saat pembedahan,
sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi
stress dan penyembuhan luka

b) Syarat Diet
- Energi diberikan sesuai dengan status gizi
pasien
- Protein diberikan 1,502,0 gr/kg BB dari total
energi bila pasien dengan status gizi kurang,
anemia, albumin rendah. Sedangkan pasien
dengan status gizi baik atau kegemukan
diberikan protein 0,8-1 gr/kg BB
- Lemak cukup yaitu 15-25% dari kebutuhan
energi total. Bagi pasien dengan penyakit
tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya
- Karbohidrat cukup, sebagai sisa dari
kebutuhan energi total
- Vitamin cukup terutama vitamin B, C dan K
- Mineral cukup
- Rendah sisa agar mudah dilakukan
pembersihan saluran cerna atau klisma,
sehingga tidak menganggu proses
pembedahan

c) Jenis Diet

43
- Pra bedah minor atau kecil elektif, seperti
tonsilektomi tidak dibutuhkan diet khusus.
Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum
pembedahan. Sedangkan pada pasien yang
akan menjalani apendiktomi, herniatomi,
hemoroidektomi, dan sebagainya diberikan diet
rendah sisa sehari sebelumnya
- Pra bedah mayor atau besar seperti: Pra
bedah saluran cerna diberikan diet rendah sisa
selama 4-5 hari dengan tahapan: hari ke-4
sebelum pembedahan diberikan makanan
lunak. Hari ke-3 sebelumnya diberikan
makanan saring. Hari ke-2 dan 1 hari sebelum
pembedahan diberikan formula enteral rendah
sisa. Pra bedah besar diluar saluran cerna
diberi formula enteral rendah sisa selama 2-3
hari. Pemberian terakhir pada pra bedah besar
dilakukan 12-18 jam sebelum pembedahan,
sedangkan minum 8 jam sebelumnya

14) Diet Pasca Bedah

a) Tujuan
Mengupayakan agar status gizi pasien segera
kembali normal untuk mempercepat proses
penyembuhan dan meningkatkan daya tahan
tubuh pasien

b) Syarat Diet
- Memberikan makanan secara bertahap mulai
dari bentuk cair, saring, lunak dan biasa

- Pemberian makanan dari tahap ke tahap


tergantung pada macam pembedahan dan
keadaan pasien seperti: Pasca bedah kecil,
makanan secepat mungkin kembali biasa atau

44
normal. Pasca bedah besar, diberikan secara
berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan
pasien untuk menerimanya

c) Jenis Diet
Pasca bedah 1
- Pasca bedah kecil: Setelah sadar atau rasa
mual hilang
- Pasca bedah besar: Setelah sadar dan rasa
mual hilang serta tanda-tanda usus sudah
mulai bekerja
- Diberikan berupa air putih, teh manis atau
cairan lain seperti pada makanan cair jernih

Pasca bedah 2
Diberikan kepada pasien pasca bedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari diet
pasca bedah 1. Diberikan dalam bentuk makanan
cair kental

Pasca bedah 3
Diberikan kepada pasien pasca bedah bedah
besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari
diet pasca bedah 2. Berupa makanan saring
ditambah susu dan biscuit. Dapat diberikan
makanan parenteral bila perlu

Pasca bedah 4
- Pasca bedah kecil, setelah diet pasca bedah 1
- Pasien pasca bedah besar setelah diet pasca
bedah 3
- Berupa makanan lunak yang dibagi kedalam 3
kali makan lengkap dan 1 kali makan selingan

15) Diet Luka Bakar

45
a) Tujuan
Mempercepat penyembuhan dan mencegah
terjadinya gangguan metabolik serta
mempertahankan status gizi secara optimal
selama proses penyembuhan

b) Syarat diet
- Memberikan makanan dalam bentuk cair
sedini mungkin
- Kebutuhan energi sesuai dengan rumus
kebutuhan energi pasien luka bakar yang telah
tercantum
- Protein tinggi 20-25% dari kebutuhan total
- Lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan
energi total
- Karbohidrat sedang yaitu 50-60% dari
kebutuhan energi total. Bila pasien mengalami
trauma jalan nafas (trauma inhalasi),
karbohidrat diberikan 45-55% dari kebutuhan
energi total
- Vitamin A, B, C diberikan 2xAKG, sedangkan
vitamin E 200 SI
- Mineral tinggi terutama: Fe, seng, natrium,
kalium, kalsium, fosfor dan magnesium
- Cairan tinggi

c) Jenis diet
- Diet luka bakar I
Diberikan berupa cairan air gula garam soda
(AGGS) dan makanan cair penuh
- Diet luka bakar II
Diberikan setelah pasien mampu menerima
AGGS dan makanan cair penuh dengan energi
1 kkal/ml

3. Terapi Gizi Medik Pasien Ibu Hamil


Pasien ibu hamil memiliki terapi gizi medik khusus apabila

46
mengalami hiperemesis dan preeklampsia selama kehamilan.
Berikut tatalaksana diet hiperemesis dan preeklampsia ibu hamil.

a. Diet Hiperemesis (Diet Tinggi KH)

1. Tujuan
- Mengganti persediaan glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis
- Secara berangsur memberikan makanan
berenergi dan zat gizi yang cukup
2. Rumus perhitungan kebutuhan energi
Dapat menggunakan rumus Harist Benedict:

BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x usia)

Energi = BMR x Faktor aktivitas x Faktor stres

Tabel 3.15 Faktor Aktivitas dan Faktor Stres Ibu Hamil


Faktor aktivitas Faktor stres
Bedrest = 1,2 Ringan = 1,2
Ringan = 1,3 Sedang = 1,3
Sedang = 1,4 Berat = 1,5
Berat = 1,5

Ditambah kebutuhan energi sesuai dengan tri


semester kehamilan sesuai AKG

3. Syarat diet
- Karbohidrat tinggi yaitu 75-80% dari kebutuhan
energi total
- Lemak rendah yaitu ≤ 10% dari kebutuhan energi
total
- Protein sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan
energi total
- Makanan diberikan dalam bentuk kering

47
- Pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien, yaitu 7-10 gelas/hari
- Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran
cernadan diberikan sering dalam porsi kecil
- Bila makan pagi dan siang suilt diterima,
dioptimalkan makan malam dan selingan malam
- Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam
porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan gizi pasien

4. Jenis diet
- Hiperemesis I
Diberikan kepada pasien dengan hiperemsis berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong
bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus dan buah-
buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan,
tetapi 1-2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada
makanan ini kurang kecuali vitamin C, sehingga
hanya diberikan selama beberapa hari

- Hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah
berkurang. Secara berangsur mulai diberikan
bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan. Pemilihan
makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi, kecuali kebutuhan
energi

- Hiperemesis III
Diberikan kepada pasien hiperemesis ringan,
disesuaikan dengan kesanggupan pasien, minum
boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini
cukup energi dan semua zat gizi

b. Diet Preeklampsia (Diet Rendah Garam)

1. Tujuan

48
- Mencapai dan mempertahankan status gizi
optimal
- Mencapai dan mempertahankan tekanan darah
normal
- Mencegah atau ,engurangi retensi garam atau air
- Mencapai keseimbangan nitrogen
- Menjaga agar penambahan berat badan tidak
melebihi normal
- Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor
resiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan
atau setelah melahirkan

2. Rumus perhitungan kebutuhan energi

Dapat menggunakan rumus Harist Benedict:

BMR = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x usia)

Energi = BMR x Faktor aktivitas x Faktor stres


(Klasifikasi tingkat faktor aktivitas dan faktor stres
pada ibu hamil dapat dilihat pada tabel 3.14)

Ditambah kebutuhan energi sesuai dengan tri


semester kehamilan sesuai AKG

3. Syarat diet
- Energi dan semua zat gizi cukup
- Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara
berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien
menerima makanan, penambahan energi tidak
lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet
sebelum hamil
- Garam diberikan rendah sesuai dengan berat-
ringannya retensi garam air
- Protein tinggi (1 ½ - 2 gr/kg BB)
- Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak
tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda

49
- Vitamin cukup terutama kalsium dan kalium
- Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan
pasien
- Cairan diberikan 2500 ml sehari. Jika pada
keadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan
dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah,
keringat dan pernapasan

4. Jenis diet
- Preeklampsia I
Diberikan kapada pasien dengan preeklampsia
berat. Makanan diberikan dalam bentuk cair, yang
terdiri dari susu dan sari buah. Jumlah caoran
diberikan paling sedikit 1500 ml/hari per oral, dan
kurangnya diberikan secara parenteral. Makanan
ini hanya diberikan selama 1-2 hari karena
kurangnya energi dan zat gizi
- Preeklampsia II
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet
preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia
yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan
bentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai
diet rendah garam I, makanan ini cukup energi
dan zat gizi lainnya
- Preeklampsia III
Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet
preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia
ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi
dan rendah garam, diberikan dalam bentuk lunak
atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi.
Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan
berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.

4. Alur Proses Kegiatan Perencanaan Makan Sampai Makanan


Disajikan Kepada Pasien

a. Pasien Tidak Beresiko (Diet Normal)

50
1) Pasien datang di ruang perawatan
2) Perawat ruangan melakukan pemesanan makanan
dengan menuliskan ke lembar daftar permintaan
makanan pasien rawat inap, yang terdiri dari nomor
rekam medik, nama, jenis kelamin dan umur pasien,
diagnosa medis, dan kelas perawatan (terlampir).
3) Lembar permintaan makanan pasien rawat inap akan
diambil petugas pramusaji pada saat distribusi makanan
4) Pramusaji memberikan lembar permintaan makanan
kepada petugas penyelenggara makanan untuk dihitung
dan disesuaikan dengan bahan makanan yang akan
digunakan untuk satu hari
5) Petugas penyelenggara makanan menyerahkan lembar
permintaan makanan pasien ke ahli gizi untuk diberikan
diet sesuai dengan diagnosa medis pasien yang tertera
6) Menuliskan etiket makanan pasien, dalam etiket
tercantum nama, nomor rekam medik, ruang perawatan,
kelas perawatan, bentuk makanan, tanggal distribusi dan
batas konsumsi (terlampir). Etiket juga dibedakan warna
untuk setiap kelas perawatan:
Biru : Kelas VIP
Hijau : Kelas I
Merah Muda : Kelas II
Kuning : Kelas III
7) Petugas penyelenggara makanan melakukan pemorsian
sesuai dengan jenis makanan yang tertulis di etiket
makanan
8) Pramusaji melakukan distribusi makanan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan:
Makan pagi : 06.00 - 07.00 WITA
Makan siang: 11.00 - 12-00 WITA
Makan sore : 17.00 - 18.00 WITA
9) Makanan disajikan ke pasien sesuai dengan diet pasien

b. Pasien Beresiko (Diet Khusus)


1) Pasien datang di ruang perawatan

51
2) Perawat ruangan melakukan pemesanan makanan
dengan menuliskan ke lembar daftar permintaan
makanan pasien rawat inap, yang terdiri dari nomor
rekam medik, nama, jenis kelamin dan umur pasien,
diagnosa medis, dan kelas perawatan (terlampir).
3) Lembar permintaan makanan pasien rawat inap akan
diambil petugas pramusaji pada saat distribusi makanan
4) Pramusaji memberikan lembar permintaan makanan
kepada petugas penyelenggara makanan untuk dihitung
dan disesuaikan dengan bahan makanan yang akan
digunakan untuk satu hari
5) Petugas penyelenggara makanan menyerahkan lembar
permintaan makanan pasien ke ahli gizi untuk diberikan
diet sesuai dengan diagnosa medis pasien yang tertera
6) Pasien dengan diet khusus akan dimasukkan ke lembar
daftar permintaan diet pasien sesuai dengan jenis
makanan dan ketentuan diet yang diberikan. Pasien anak
dengan diagnosa gizi buruk juga dituliskan ke dalam
lembar permintaan diet namun dengan kolom tabel yang
berbeda (terlampir)
7) Menuliskan etiket makanan pasien, dalam etiket
tercantum nama, nomor rekam medik, ruang perawatan,
kelas perawatan, bentuk makanan, tanggal distribusi dan
batas konsumsi (terlampir). Etiket juga dibedakan warna
untuk setiap kelas perawatan:
Biru : Kelas VIP
Hijau : Kelas I
Merah Muda : Kelas II
Kuning : Kelas III
8) Petugas penyelenggara makanan melakukan pemorsian
sesuai dengan jenis makanan yang tertulis di etiket
makanan
9) Pramusaji melakukan distribusi makanan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan:
Makan pagi : 06.00 - 07.00 WITA
Makan siang: 11.00 - 12-00 WITA

52
Makan sore : 17.00 - 18.00 WITA
10) Makanan disajikan ke pasien sesuai dengan diet pasien

C. Dokumentasi Asuhan Gizi


Dokumentasi pada rekam medik merupakan proses yang
berkesinambungan yang dilakukan selama PAGT berlangsung.
Pencatatan yang baik harus relevan, akurat dan terjadwal.

1. Tujuan
Untuk komunikasi dan informasi yang berkelanjutan dalam tim
kesehatan serta menjamin keamanan dan kualitas pemberian
asuhan gizi yang dilakukan

2. Format dokumen
Format khusus untuk proses asuhan gizi adalah ADIME
(asesmen, Diagnosis, Intervensi, Monitoring-Evaluasi), namun
dapat dilakukan juga dengan metode SOAP (Subjective,
Objective, Assesment & Plan), sepanjang kesinambung langkah-
langkah PAGT dapat tercatat dengan baik

3. Tata cara
a. Tuliskan tanggal dan waktu
b. Tuliskan data-data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
c. Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali
menulis pada rekam catatan medik

Hal yang dicatat dalam rekam medis pada setiap langkah PAGT
dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 3.16 Langkah Penulisan PAGT pada Rekam Catatan Medik


Langkah Data yang dicatat
Asesmen gizi 1. Data yang digali dan perbandingannya dengan rujukan
standar/kriteria asuhan gizi
2. Persepsi, nilai dan motivasi klien/pasien/kelompok
pada saat menyampaikan masalahnya
3. Perubahan pemahaman, perilaku makanan dan hasil
laboratorium dari pasien/klien/kelompok (pada saat re-
asesmen)

53
4. Alasan penghentian asesmen gizi (pada saat re-
asesmen)
Diagnosis gizi Pernyataan diagnosis gizi format PES
1. Tujuan dan target intervensi
2. Rekomendasi gizi yang spesifik bersifat individual
Intervensi gizi 3. Penyesuaian dan justifikasi rencana terapi gizi
4. Rencana rujukan, bila ada
5. Rencana follow up, frekuensi asuhan
1. Indikator spesifik yang diukur dan hasilnya
2. Perkembangan terhadap target/tujuan
3. Faktor pendorong maupun penghambat dalam
Monitoring dan
pencapaian tujuan
evaluasi gizi
4. Hasil/dampak positif atau negatif
5. Rencana tindak lanjut intervensi gizi, monitoring, terapi
dilanjutkan atau dihentikan

D. Indikator Asuhan Gizi dan Kriteria Asuhan Gizi

Indikator asuhan gizi adalah data asesmen gizi yang mempunyai


batasan yang jelas dan dapat diobservasi atau diukur. Indikator asuhan
gizi merupakan tanda dan gejala yang menggambarkan keberadaan dan
tingkat keparahan problem gizi yang spesifik, dan dapat juga digunakan
untuk menunjukkan keberhasilan intervensi gizi. Untuk melakukan
interpretasi dari indikator asuhan gizi ini, perlu dilakukan perbandingan
terhadap kriteria asuhan gizi yang sesuai. Kriteria asuhan gizi yang akan
dijadikan pembanding terhadap indikator asuhan gizi ada beberapa jenis
yaitu:

1. Preskripsi diet
Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan
atau zat gizi secara individual yang sesuai dengan pedoman yang
dijadikan acuan. Misalnya asupan energi hasil recall 24 jam
dibandingkan dengan kebutuhan energi dari preskripsi diet untuk
individu berdasarkan pedoman acuannya.
2. Target

54
Sebagai contoh: target perubahan perilaku (kebiasaan gemar
mengkonsumsi makanan camilan menjadi tidak melakukan
kebiasaan tersebut).
3. Rujukan standar
Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional
maupun nasional. Misalnya untuk pembanding data
antropometrik (WHO) atau laboratorium (standard kadar gula
darah mengikuti Konsensus Diabetes Mellitus).

55
Gambar 3.3 Alur singkat pelayanan gizi pasien

56
LAMPIRAN

Lampiran 1 Form Daftar Permintaan Makanan Pasien Rawat Inap

57
Lampiran 2 Form Daftar Permintaan Diet Pasien

58
Lampiran 3 Form Asuhan Gizi Dewasa & Anak

59
60
61
Lampiran 4 Lembar Etiket Makan Pasien

62

Anda mungkin juga menyukai