Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI

“URGENSI PRINSIP DAN FASE PERKEMBANGAN MANUSIA


DALAM HUBUNGANNYA DENGAN ILMU GIZI”

OLEH :
FITRI UTAMI P21118011

KELAS A

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
MEI, 2019
Setiap orang berkembang dengan karakteristiknya masing-masing. Sebagai manusia,
setiap individu berkembang melalui jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan
pada usia satu tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan fantasi pada usia
kanak-kanak dan belajar mandiri pada usia remaja. Perubahan pada perkembangan merupakan
produk dari proses-proses biologis, kognitif dan sosial. Proses-proses itu terjadi pada
perkembangan manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya. Untuk
memudahkan pemahaman tentang perkembangan, dilakukan pembagian berdasarkan waktu-
waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima
fase, yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak
akhir dan fase remaja. Perkiraan waktu ditentukan pada setiap fase untuk memperoleh gambaran
waktu kapan suatu fase itu dimulai dan berakhir (Rohmah, n.d.).
Adapun prinsip perkembangan adalah sebagai berikut :
Baltes, dkk. (dalam Papalia, dkk., 2009) mengidentifikasi tujuh prinsip kunci tentang
pendekatan perkembangan sepanjang hidup. Prinsip-prinsip tersebut menjadi kerangka
konseptual untuk mempelajari perkembangan sepanjang hidup (life-span development) (Nuha,
Amin, Lestari, Biologi, & Malang, 2016)(Hildayani, n.d.).
1. Development is Lifelong
2. Development is Multidimensional
3. Development is Multidirectional
4. Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life Span
5. Development Involves Changing Resource Allocations
6. Development Shows Plasticity
7. Development is Influenced by the Historical and Cultural Context
Menurut Santrock (1995), Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi
yang baik dan berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang
tumbuh kembang individu dan merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang
merupakan bagian paling penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu (Rita Eka et
al., 2008).
Walaupun perkembangan otak tidak sepesat masa bayi, namun otak terus tumbuh pada
masa awal individu-individu. Pada usia 3-4 tahun, ukuran otaknya adalah ¾ dari otak orang
dewasa. Pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai 9/10 otak orang dewasa atau sekitar 90 %
berat otak orang dewasa. Beberapa pertambahan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan
jumlah dan ukuran urat syaraf di daerah otak. Ujung-ujung urat syaraf akan terus tumbuh hingga
masa remaja. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan dengan pemberian kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik, akan menyumbang besar bagi perkembangan kognitif
individu (Rita Eka et al., 2008).
Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik tidak hanya ditentukan pada saat setelah
kelahiran saja, namun seperti yang sudah dijelaskan di atas, dimulai sejak janin tumbuh di dalam
kandungan. Pasca 13 kelahiran dimulai dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang sangat baik bagi
individu karena sesuai dengan keadaan tubuh bayi pada saat itu. Adapun kebutuhan gizi yang
diperlukan adalah masukan kalori dan protein, ditambah dengan perlunya masukan vitamin, zat
besi, yodium dan kalsium (Rita Eka et al., 2008)
Fungsi Zat-zat Gizi
Dalam garis besar fungsi gizi dibagi dalam 3 kelompok besar, menurut Asmuni
(1979:47) kelompok tersebut adalah:
1. Zat gizi sumber energi (tenaga): Hidrat Arang, Lemak, dan Protein.
2. Zat gizi pembangun tubuh: Protein.
3. Zat gizi pengatur: vitamin dan mineral.
Zat-zat gizi di atas dalam jumlah yang adekwat dibutuhkan oleh tubuh dan harus
didapatkan dalam makanan sehari-hari agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan
normal berupa:
- Pemeliharaan (maintenance),
- Pertumbuhan,
- Perbaikan bagian tubuh yang rusak, aus· atau hilang,
- Reproduksi,
- Kerja fisik,
- Specific Dynamic Action (S.D.A)
Sugeng W.(1994:28), berpendapat bahwa beberapa penelitian di Amerika, Guatemala,
Mesir dan Indonesia menunjukkan bahwa anemia gizi besi berpengaruh negatif terhadap perilaku
dan prestasi belajar anak. Webb dan Oski dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa yang
menderita anemia secara statistik memperoleh skor keberhasilan lebih rendah dari kelompok
non-anemik dan dalam uji kemampuan untuk menceritakan kembali hal-hal yang secara visual
pernah diperlihatkan membutuhkan waktu lebih lama (4.08 detik) dibanding kelompok non-
anemik (1.81 detik) untuk melaporkan kembali hal yang sarna. Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok anemia mengalami lebih banyak masalah perilaku dalam pemusatan perhatian dan
persepsi yang menyebabkan prestasi belajar rendah. Efisiensi anak-anak non-anemik lebih cepat
dan lebih akurat daripada anak-anak yang anemia (Nomor & Xlii, 1994).
Youdim dan kawan-kawan melalui penelitian pada tikus menduga bahwa perubahan
perilaku (anak) dengan anemia gizi besi merupakan manifestasi perubahan fungsi reseptor yang
berkaitan dengan metabolisme transmisi saraf dopamin. Melalui beberapa penelitian diatas dapat
disimpulkan bahwa menurunnya kemampuan kognitif yang terjadi pada anak-anak dengan
anemia gizi besi besar kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya enzim yang mengandung zat
besi (Nomor & Xlii, 1994).
Dengan terganggunya mekanisme ini, maka proses awal belajar sangat penting, yaitu
proses pemusatan perhatian dan pemilihan informasi akan terganggu yang dapat dilihat pada
kekurang pekaan anak terhadap stimulasi lingkungan dan kurangnya motivasi anak untuk
menghadapi hal-hal yang bersifat menantang (Nomor & Xlii, 1994).
Kesimpulan :
Gizi merupakan faktor penting dalam proses tumbuh kern bang fisik anak yang sedang
tumbuh dan berkembang. Gizi yang dibutuhkan meliputi air susu ibu (ASI), energi, prolein,
lemak, hidrat arang/karbohidral, vitamin dan mineral. Dalam pemberian zat gizi diharapkan
sesuai dengan pola menu seimbang dan besar porsi disesuaikan dengan daya terima anak. Dalam
memberi zat gizi anak, jumlah pemberian disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.
Karena, tumbuh kembang anak mengalami dua phase, yaitu phase growth spurl {pertumbuhan
melonjak) dan phase growth plateu (pertumbuhan mendatar). Pertumbuhan tinggi badan, berat
dan usia untuk anak laki-laki dan anak perempuan berbeda (Nomor & Xlii, 1994)
Reference
Hildayani, R. (n.d.). Perkembangan Manusia. 1–34.
Nomor, C. P., & Xlii, T. (1994). PERKEMBANGAN ANAK Oleh Endang Rini Sukamti Abstrak
Pendahuluan. (November), 139–153.
Nuha, U., Amin, M., Lestari, U., Biologi, P., & Malang, P. N. (2016). Pengembangan Buku Ajar
Berbasis. 1791–1796.
Rita Eka, R. E. I., Hiryanto, Siti Partini, S., Yulia, A., Purwandar, & Kusmaryani. (2008).
Perkembangan Peserta Didik. 193.
Rohmah, E. Y. (n.d.). PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK MI / SD : STUDI ATAS
DAMPAK KEPERGIAN IBU. 127–146.

Anda mungkin juga menyukai