FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TADULAKO MEI, 2019 Setiap orang berkembang dengan karakteristiknya masing-masing. Sebagai manusia, setiap individu berkembang melalui jalan yang umum. Setiap diri kita mulai belajar berjalan pada usia satu tahun, berjalan pada usia dua tahun, tenggelam pada permainan fantasi pada usia kanak-kanak dan belajar mandiri pada usia remaja. Perubahan pada perkembangan merupakan produk dari proses-proses biologis, kognitif dan sosial. Proses-proses itu terjadi pada perkembangan manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya. Untuk memudahkan pemahaman tentang perkembangan, dilakukan pembagian berdasarkan waktu- waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase. Santrok dan Yussen membaginya atas lima fase, yaitu: fase pranatal (saat dalam kandungan), fase bayi, fase kanak-kanak awal, fase anak akhir dan fase remaja. Perkiraan waktu ditentukan pada setiap fase untuk memperoleh gambaran waktu kapan suatu fase itu dimulai dan berakhir (Rohmah, n.d.). Adapun prinsip perkembangan adalah sebagai berikut : Baltes, dkk. (dalam Papalia, dkk., 2009) mengidentifikasi tujuh prinsip kunci tentang pendekatan perkembangan sepanjang hidup. Prinsip-prinsip tersebut menjadi kerangka konseptual untuk mempelajari perkembangan sepanjang hidup (life-span development) (Nuha, Amin, Lestari, Biologi, & Malang, 2016)(Hildayani, n.d.). 1. Development is Lifelong 2. Development is Multidimensional 3. Development is Multidirectional 4. Relative Influences of Biology and Culture Shift Over the Life Span 5. Development Involves Changing Resource Allocations 6. Development Shows Plasticity 7. Development is Influenced by the Historical and Cultural Context Menurut Santrock (1995), Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang tumbuh kembang individu dan merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu (Rita Eka et al., 2008). Walaupun perkembangan otak tidak sepesat masa bayi, namun otak terus tumbuh pada masa awal individu-individu. Pada usia 3-4 tahun, ukuran otaknya adalah ¾ dari otak orang dewasa. Pada usia 5 tahun, ukuran otaknya mencapai 9/10 otak orang dewasa atau sekitar 90 % berat otak orang dewasa. Beberapa pertambahan ukuran otak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat syaraf di daerah otak. Ujung-ujung urat syaraf akan terus tumbuh hingga masa remaja. Bertambah matangnya otak, dikombinasikan dengan pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, akan menyumbang besar bagi perkembangan kognitif individu (Rita Eka et al., 2008). Oleh karena itu, pemberian gizi yang baik tidak hanya ditentukan pada saat setelah kelahiran saja, namun seperti yang sudah dijelaskan di atas, dimulai sejak janin tumbuh di dalam kandungan. Pasca 13 kelahiran dimulai dari pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang sangat baik bagi individu karena sesuai dengan keadaan tubuh bayi pada saat itu. Adapun kebutuhan gizi yang diperlukan adalah masukan kalori dan protein, ditambah dengan perlunya masukan vitamin, zat besi, yodium dan kalsium (Rita Eka et al., 2008) Fungsi Zat-zat Gizi Dalam garis besar fungsi gizi dibagi dalam 3 kelompok besar, menurut Asmuni (1979:47) kelompok tersebut adalah: 1. Zat gizi sumber energi (tenaga): Hidrat Arang, Lemak, dan Protein. 2. Zat gizi pembangun tubuh: Protein. 3. Zat gizi pengatur: vitamin dan mineral. Zat-zat gizi di atas dalam jumlah yang adekwat dibutuhkan oleh tubuh dan harus didapatkan dalam makanan sehari-hari agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan normal berupa: - Pemeliharaan (maintenance), - Pertumbuhan, - Perbaikan bagian tubuh yang rusak, aus· atau hilang, - Reproduksi, - Kerja fisik, - Specific Dynamic Action (S.D.A) Sugeng W.(1994:28), berpendapat bahwa beberapa penelitian di Amerika, Guatemala, Mesir dan Indonesia menunjukkan bahwa anemia gizi besi berpengaruh negatif terhadap perilaku dan prestasi belajar anak. Webb dan Oski dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa siswa yang menderita anemia secara statistik memperoleh skor keberhasilan lebih rendah dari kelompok non-anemik dan dalam uji kemampuan untuk menceritakan kembali hal-hal yang secara visual pernah diperlihatkan membutuhkan waktu lebih lama (4.08 detik) dibanding kelompok non- anemik (1.81 detik) untuk melaporkan kembali hal yang sarna. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok anemia mengalami lebih banyak masalah perilaku dalam pemusatan perhatian dan persepsi yang menyebabkan prestasi belajar rendah. Efisiensi anak-anak non-anemik lebih cepat dan lebih akurat daripada anak-anak yang anemia (Nomor & Xlii, 1994). Youdim dan kawan-kawan melalui penelitian pada tikus menduga bahwa perubahan perilaku (anak) dengan anemia gizi besi merupakan manifestasi perubahan fungsi reseptor yang berkaitan dengan metabolisme transmisi saraf dopamin. Melalui beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa menurunnya kemampuan kognitif yang terjadi pada anak-anak dengan anemia gizi besi besar kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya enzim yang mengandung zat besi (Nomor & Xlii, 1994). Dengan terganggunya mekanisme ini, maka proses awal belajar sangat penting, yaitu proses pemusatan perhatian dan pemilihan informasi akan terganggu yang dapat dilihat pada kekurang pekaan anak terhadap stimulasi lingkungan dan kurangnya motivasi anak untuk menghadapi hal-hal yang bersifat menantang (Nomor & Xlii, 1994). Kesimpulan : Gizi merupakan faktor penting dalam proses tumbuh kern bang fisik anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Gizi yang dibutuhkan meliputi air susu ibu (ASI), energi, prolein, lemak, hidrat arang/karbohidral, vitamin dan mineral. Dalam pemberian zat gizi diharapkan sesuai dengan pola menu seimbang dan besar porsi disesuaikan dengan daya terima anak. Dalam memberi zat gizi anak, jumlah pemberian disesuaikan dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Karena, tumbuh kembang anak mengalami dua phase, yaitu phase growth spurl {pertumbuhan melonjak) dan phase growth plateu (pertumbuhan mendatar). Pertumbuhan tinggi badan, berat dan usia untuk anak laki-laki dan anak perempuan berbeda (Nomor & Xlii, 1994) Reference Hildayani, R. (n.d.). Perkembangan Manusia. 1–34. Nomor, C. P., & Xlii, T. (1994). PERKEMBANGAN ANAK Oleh Endang Rini Sukamti Abstrak Pendahuluan. (November), 139–153. Nuha, U., Amin, M., Lestari, U., Biologi, P., & Malang, P. N. (2016). Pengembangan Buku Ajar Berbasis. 1791–1796. Rita Eka, R. E. I., Hiryanto, Siti Partini, S., Yulia, A., Purwandar, & Kusmaryani. (2008). Perkembangan Peserta Didik. 193. Rohmah, E. Y. (n.d.). PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK MI / SD : STUDI ATAS DAMPAK KEPERGIAN IBU. 127–146.