Anda di halaman 1dari 72

i

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH SURABAYA


RUMAH SAKIT BANTUAN 05.08.05 SURABAYA
ii

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Allah SWT, kami mengucapkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah
memberikan kekuatan dan bimbingan serta hidayah dalam menyelesaikan Panduan Asuhan
Gizi Terstandart (PAGT) Rumah Sakit Bantuan 05.08.05 Surabaya sehingga dapat
dipergunakan sebagai panduan dalam melakukan asuhan gizi kepada pasien.
Pedoman ini disusun agar tersedia acuan bagi tenaga kesehatan dan khususnya
tenaga gizi dalam melakukan Proses asuhan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan sehingga
terlaksana pelayanan gizi yang berkualitas.
Dengan ini saya juga berterimakasih atas bantuan para pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan Pedoman Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) ini.

Penyusun
iii

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... I


Kata Pengantar..................................................................................................... ii
Daftar Isi iii
Daftar Singkatan ................................................................................................... iv
PENDAHULUAN ............................................................................. .................... 1
Panduan Asuhan Gizi Demam Berdarah (DHF) ................................................. 2
Panduan Asuhan Gizi Diare .................................................................................. 5
Panduan Asuhan Gizi Post Partum……………………………………………….. 9
Panduan Asuhan Gizi Hemorrhagic Post Partum (HPP)………………………. 12
Panduan Asuhan Gizi Hiperemesis Gravidarum………………………………… 15
Panduan Asuhan Gizi Abortus Inkomplit………………………………………….. 19
Panduan Asuhan Gizi Gagal Janin………………………………………………… 22
Panduan Asuhan Gizi Secsio Caesar dengan CPD............................................... 25
Panduan Asuhan Gizi Secsio Caesar dengan KPP ............................................ 28
Panduan Asuhan Gizi Secsio Caesar dengan Distosis......................................... 31
Panduan Asuhan Gizi Mioma Uteri………………………………………………….. 34
Panduan Asuhan Gizi Pre Eklampsia Berat / Eklampsia....................................... 37
Panduan Asuhan Gizi Hemaroid........................................................................... 40
Panduan Asuhan Gizi Diabetes Mellitus............................................................... 44
Panduan Asuhan Gizi Diabetes Gestasional......................................................... 49
Panduan Asuhan Gizi Typoid / Paratypoid.......................................................... 53
Panduan Asuhan Gizi Gastritis........................................................................... 57
Panduan Asuhan Gizi Pneumonia.................................................................... 61
Panduan Asuhan Gizi Infeksi Saluran Kemih (ISK).............................................. 64
PENUTUP.......................................................................................................... 67
iv

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

DAFTAR SINGKATAN

IDNT : Internasional Dietetics & Nutrition Terminology


PAGT : Proses Gizi Terstandart
NI : Domain Intake
NC : Domain Klinis
NB : Domain Behavior
Asuhan Gizi : Serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstuktur untuk
mengidentifikasi kebutuhan diet pasien yang terdiri dari kegiatan
assesment, diagnosa gizi, intervensi, serta monitoring dan
evaluasi
Asessment Gizi : Pengkajian gizi dengan riwayat personal yang terdiri dari lima
aspek yaitu Anamnesis antropometri, biokimia, klinis/fisik, dan
asupan makan
Diagnosa Gizi : Masalah gizi pasien/klien dimana Nutritionist/Dietisien
bertanggung jawab untuk memecahkan masalah secara
mandiri, penulisan diagnosa gizi terstuktur dengan konsep PES
yaitu Problem, Etiologi, dan Sign/Symptom
Domain Intake : Masalah yang paling aktual dikaitkan dengan intake energi, zat
zat gizi, bioaktif, untuk diet oral atau dukungan gizi, terdiri dari 5
kelas yaitu keseimbangan energi, intake oral atau Nutrition
Support, intake cairan, Subtansi Bioaktive dan zat gizi.
Domain Klinis : Status gizi/masalah gizi yang terintegrasi dikaitkan dengan
kondisi kesehatan/fisik. Berisi 3 kelas yaitu fungsional, biokimia,
dan berat badan.
Domain Behavior : Masalah gozo yang diidentifikasi dikaitkan dengan
pengetahuan, sikap/kepercayaan, lingkungan fisik/supply
keamanan pangan. Berisi 3 kelas yaitu pengetahuan dan
kepercayaan, aktifitas fisik dan fungsi, keamanan pangan dan
akses.
v

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Intervensi Gizi : Perencanaan dan implementasi untuk mengatasi masalah gizi


perencanaan terdiri dadri tujuan intervensi dan perskripsi diet.
Implementasi terdiri dari pelaksanaan pemberian makanan,
edukasi, konseling, dan koordinasi pelayanan asuhan gizi
dengan tenaga kesehatan lain.
Konseling Gizi : Serangkaian kegiatan proses komunikasi dua arah yang
dilaksanakan oleh tenaga gizi untuk menanamkan dan
meningkatkan pengertian, sikap, dan perilaku pasien dalam
mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga pasien dapat
memutuskan apa yang akan dilakukan.
Monitoring Evaluasi : Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui respon pasien
terhadap intervensi yang diberikan dan tingkat keberhasilannya.
Multidisiplin : Semua pihak yang terlibat dalam pelaynana seperti Dokter,
Perawat, Nutritionis/Dietisien, Apoteker, dan Profesional
Pemberi Asuhan lainnya.
Proses Asuhan Gizi : Suatu metode pemecahan masalah yang sistematis, dimana
Nutritionist/Dietisien menggunakan cara berpikir kritis dalam
membuat keputusan untuk menangani berbagai masalah yang
berkaitan dengan gizi sehingga memberikan asuhan gizi yang
aan, efektif, dan berkualitas tinggi.
Tenaga Gizi : Setiap orang yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang biasa disebut
Nutritionist/Dietisien.
1

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PENDAHULUAN

Gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas
Sumber Daya Manusia, oleh karena itu diperlukan pelayanan gizi yang berkualitas pada
individu dan masyarkat.

Pelayanan gizi merupakan salah satu sub-sistem dalam pelayanan kesehatan


paripurna, yang berfkus pada keselamatan pasien. Dengan demikian pelayanan gizi wajib
mengacu pada standart yang berlaku. Mengingat masih sering dijumpai kejadian malnutrisi
di rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya, maka diperlukan upaya pendekatan strategis.

Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat erkaitan dengan peningkatan
risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapa kecenderungan peningkatan kasus
yang terkait gizi, baik individu maupun kelompok. Hal ini memerlukan asuhan gizi yang
bermutu guna mempertahankan status gizi yang optimal dan untuk mempercepat
penyembuhan.

Sebagai upaya untuk menstandartkan kualitas asuhan gizi maka disusun Pedoman
Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) sebagai asuhan bagi tenaga gizi di Rumah Sakit Bantuan
05.08.05 Surabaya.
2

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
DEMAM BERDARAH (DHF)
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien demam berdarah yang
sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data Berat
Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan
Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit,


Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi (bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4.Riwayat Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan


Makan makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat penyakit


Personal saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan mental serta
status kognitif.

Diagnosa Gizi - Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan peningkatan suhu


tubuh ditandai suhu tubuh diatas 37,5²C (INI – 1.2)
- Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah ditandai
asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
3

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kekurangan intake cairan per oral berkaitan dengan peningkatan


kebutuhan cairan, demam, muntah ditandai dengan asupan cairan
≤60% dari kebutuhan (NI – 3.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan penyakit metabolik yang
diderita pasien yaitu DHF ditandai dengan nilai lab trombosit yang
kurang (NC – 2.2)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Mempertahankan status gizi optimal
- Memberikan asupan sesuai dengan kebutuhan pasien hingga
mencapai ≥80% dari kebutuhan sebenarnya

Prinsip Diet : TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat diet
4

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada hari
(Kontrol ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan intervensi
Kembali) sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


/ Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan menurut
Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan menurut Umur
(BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Indeks Massa
Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien


Indonesia (AsDI). Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI). Persatuan
Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Pocket Guide For Internasional
Dietetic & Nutrition.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional Dietetics
& Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize Language
for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy of Nutrition
and Dietetics 2013.
5

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
SURABAYA GASTROENTERITIS / DIARE

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien gastroenteritis/diare


yang sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
6

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kekurangan intake cairan per oral berkaitan dengan peningkatan


kebutuhan cairan pasien mual dan muntah ditandai dengan
pasien terlihat lemas(NI – 3.1)
- Malnutrisi protein yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Kekurangan asupan kalium berkaitan dengan muntah, diare
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kalium ditandai dengan
kalium ≤ 3 mg (NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan penyakit
gastroenteritis/diare yang diderita pasien ditandai dengan nilai
lab trombosit yang kurang (NC – 2.2)
- Mengonsumsi makanan yang tidak aman/ berbahaya berkaitan
dengan kurangnya pengetahuan tentang makanan yang aman
ditandai pasien mengonsumsi makanan yang tidak hygenis (NB
– 3.1)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Mempertahankan status gizi optimal
- Memberikan kebutuhan gizi tanpa memperberat saluran cerna
- Mencegah dan mengurangi risiko dehidrasi

Prinsip Diet : Rendah Serat

Syarat Diet :

- Energi sesuai kebutuhan berat badan


- Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
7

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Karbohidrat cukup yaitu 50-65% dari kebutuhan energi total


- Vitamin, mineral, dan cairan cukup
- Menghindari makanan berserat tinggi (maksimal 8g/hari)
- Menghindari susu/produk susu
- ASI tetap diberikan (pada bayi)
- Menghindari makanan yang berlemak, teralalu manis, terlalu
asam, dan makanan berbumbu tajam yang dapat menyebabkan
nyeri abdomen
- Bila hipokalemia diberikan makanan tinggi kalium suplemen Zn
diberikan minimal 14 hari
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan dalam porsi
kecil tapi sering
- Bentuk makanan diberikan sesuai tolerasnsi per oral dan sesuai
dengan kondisi pasien serta kemampuan mengonsumsi
makanan

2. Implementasi Pemesanan Diet : Rendah (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) mengenai asupan cairan dan elektrolit,
bentuk makanan baik jumlah, jenis, dan jadwal makanan yang
dianjurkan dan pantangan makan bagi pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan
8

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).
- Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal.
- Tidak ada mual dan muntah
- Terdapat peningkatan nafsu makan.

Kepustakaan - Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien


Indonesia (AsDI). Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Pocket Guide For
Internasional Dietetic & Nutrition.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
9

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
POST PARTUM
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien post partum yang
sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan
luka ditandai pasien post partum (NI – 5.1)
10

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik


yang lama ditandai status gizi kurang (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan ketidakseimbangan
asupan mineral (fe) ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat
diet
11

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
12

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
HEMORRHAGIC POST PARTUM (HPP)
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien Hemorrhagic Post


Partum (HPP) yang sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart
sehingga dapat menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan
berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
13

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan


ditandai pasien mengalami pendarahan pasca melahirkan(NI –
5.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kurang (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan pendarahan post partum
pada pasien ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC – 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memberikan energy sesuai kebutuhan pasien
- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
14

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat


diet

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
15

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien hiperemesis


gravidarum yang sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart
sehingga dapat menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan
berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
16

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan pemenuhan


kebutuhan pasien dalam kedaan hamil ditandai pasien
hiperemesi gravidarum (NI – 5.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kurang (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memberikan energy sesuai kebutuhan pasien
- Membantu mengganti persediaan glikogen tubuh dan
mengontrol asidosis
- Secara bertahap porsi makan dan nilai gizi ditingkatkan sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan pasien

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Kebutuhan energi : Memenuhi kebutuhan energy sehari selama


kehamilan sesuai dengan aktivitas dan Trimester I +180 kkal dari
kebutuhan energy pra-hamil per hari.
- Kebutuhan zat gizi makro : Memenuhi kebutuhan protein, lemak,
KH sehari selama kehamilan, khusus pada Trimester I protein
cukup dengan penambahan 1 gram/hari dari8 kebutuhan normal
(0,8 – 1,1 g/kg BB normal pra hamil/hari), sedangkan kebutuhan
protein pada Trimester II dan III, yaitu penambahan 25 gram dari
17

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

kebutuhan normal pra hamil/hari. Kebutuhan lemak 25-35% dari


total kebutuhan sehari. KH 55-60% dari total kebutuhan sehari.
- Kebutuhan zat gizi mikro : Jika asupan makanan tidak adekuat
maka dianjurkan suplementasi vitamin B6 (peridoksin) dan
vitamin B1 (tiamin), serta cukup kalium dan kalsium, vitamin b12,
asam folat, vitamin D, zat besi, dan yodium.
- Kebutuhan cairan 35-490 ml/kg BB pra hamil/hamil, diberikan
tidak bersamaan dengan waktu makan(berjarak dan perlahan),
jika air putih tidak dapat diterima, dapat dimodifikasi dengan
mengonsumsi makanan yang mengandung air tinggi, seperti
buah-buahan, sayur bening, dan sebagainya.
- Tata laksana yang dianjurkan dalam penanganan hyperemesis
gravidarum adalah diutamakan terlebih dahulu dengan
pemberian konseling diet dan perubahan makan via oral, melalui
perencanaan pola makan sehari sesuai anjuran ahli gizi dengan
porsi kecil tapi sering sesuai dengan kondisi pasien
- Hindari penggunaan bumbu yang berbau tajam serta ber gas
yang dapat menyebabkan nyeri abdomen serta makanan yang
mengandung tinggi alcohol, kafein, tannin, dan makanan yang
mengandung bahan tambahan pangan (pengawet, pewarna,
dan penyedap) yang dapat meningkatkan produksi asam
lambung dan mual.

2. Implementasi Pemesanan Diet : Diet Hiperemesis/ Diet TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien.

Pemberian motivasi kepada pasien untuk meningkatkan konsumsi


makan dan menjalankan diet sesuai yang dianjurkan ahli gizi
18

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
Asosiasi Dietesien Indonesia, edisi 4. EGC, 2019
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
19

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
ABORTUS INKOMPLIT
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien abortus inkomplit yang
sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan
ditandai pasien post abortus inkomplit (NI – 5.1)
20

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik


yang lama ditandai status gizi kurang (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan ketidakseimbangan
asupan mineral (fe) ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat
diet
21

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
22

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
GAGAL JANIN
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien gagal janin yang
sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Asesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
23

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan


ditandai pasien gagal janin (NI – 5.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kurang (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan ketidakseimbangan
asupan mineral (fe) ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat
diet
24

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
25

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
SECTIO CAESAR DENGAN CPD
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien sectio caesar dengan
Cephalopelvic Disproportion (CPD) atau panggul sempit yang
sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
26

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan


luka ditandai pasien post sc dg CPD (NI – 5.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan ketidakseimbangan
asupan mineral (fe) ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat
diet
27

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
28

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
SECTIO CAESAR DENGAN KPP
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien sectio caesar dengan
Ketuban Pecah Premature (KPP) yang sistematis dengan asuhan
gizi yang terstandart sehingga dapat menangani masalah gizi
dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
29

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan


luka ditandai pasien post sc dg CPD (NI – 5.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan ketidakseimbangan
asupan mineral (fe) ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
30

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat


diet

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
31

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
SECTIO CAESAR DENGAN DISTOSIA
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien sectio caesar dengan
Distosia yang sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart
sehingga dapat menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan
berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dam Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
32

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan


luka ditandai pasien post sc dg CPD (NI – 5.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan ketidakseimbangan
asupan mineral (fe) ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat
diet
33

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konsultasi Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
34

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
MIOMA UTERI
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien mioma uteri yang
sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
- Peningkatan kebutuhan gizi berkaitan dengan proses pemulihan
ditandai pasien post operasi mioma (NI – 5.1)
35

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik


yang lama ditandai status gizi kurang (NI – 5.2)
- Kekurangan intake mineral (Fe) berkaitan dengan adanya
anemia ditandai dengan nilai lab hb dan henatokrit yang kurang
(NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan ketidakseimbangan
asupan mineral (fe) ditandai nilai lab hb kurang dari normal (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan tubuh

Prinsip Diet : Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat
diet
36

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
37

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
PRE EKLAMPSIA BERAT / EKLAMPSIA
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien pre eklampsia berat
(PEB) / eklampsia yang sistematis dengan asuhan gizi yang
terstandart sehingga dapat menangani masalah gizi dengan aman,
efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Lengan Atas
(LILA).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, tekanan darah

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kelebihan asupan mineral (Na) berkaitan kurangnya


pengetahuan mengenai informasi manajemen status penyakit
yang membutuhkan pembatasan Na ditandai hasil tekanan
darah pasien tinggi (NI – 5.10.2)
38

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai


IMT pasien obesitas (NC – 3.3)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
- Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
- Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air
- Mencapai keseimbangan nitrogen
- Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor risiko lain atau
penyulit baru pada kehamilan atau setelah melahirkan

Prinsip Diet : Rendah Garam

Syarat Diet :

- Energi cukup sesuai kebutuhan


- Protein tinggi yaitu 1-1,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi
garam atau air dan atau hipertensi
- Makanan tinggi natrium dibatasi
- Cairan diberikan 2500 ml/hari. Pada keadaan oliguria, cairan
dibatasi dan disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin,
muntah, keringat, dan pernafasan.
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
39

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : Rendah Garam (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukas / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).
- Tekanan darah normal

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
40

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
HEMOROID
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien hemoroid yang


sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, Eritrosit, MCV, MCH, MCHC, Eosinofil, Basofil,
Limfosit, Monosit, dan hasil labolatorim lain terkait gizi (bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Personal Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status
kesehatan mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan peningkatan


suhu tubuh ditandai dengan suhu diatas 37,5°C (NI – 2.1)
- Kekurangan intake asupan per oral berkaitan dengan kesulitan
makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah, sakit perut
ditandai intake asupan ≤50% dari kebutuhan (NI - 2.1)
41

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kekurangan intake cairan per oral berkaitan dengan


peningkatan kebutuhan cairan pasien mual dan muntah
ditandai dengan asupan cairan ≤60% kebutuhan (NI – 3.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan pendarahan yang
disebabkan oleh hemoroid ditandai dengan nilai lab hb dan hct
yang kurang (NC – 2.2)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Mempertahankan status gizi optimal
- Memberikan kebutuhan gizi tanpa memperberat saluran cerna
- Mencegah dan mengurangi risiko dehidrasi

Prinsip Diet : Rendah Serat

Syarat Diet :

- Energi sesuai kebutuhan berat badan


- Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 50-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin, mineral, dan cairan cukup
- Menghindari makanan berserat tinggi (maksimal 8g/hari)
- Menghindari susu/produk susu, daging berserat kasar sesuai
dengan toleransi perorangan
- ASI tetap diberikan (pada bayi)
42

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Menghindari makanan yang berlemak, teralalu manis, terlalu


asam, dan makanan berbumbu tajam yang dapat
menyebabkan nyeri abdomen
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan dalam porsi
kecil tapi sering
- Bentuk makanan diberikan sesuai tolerasnsi per oral dan
sesuai dengan kondisi pasien serta kemampuan mengonsumsi
makanan

2. Implementasi Pemesanan Diet : Rendah (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konseling Gizi penunggu pasien (care giver) mengenai asupan cairan dan
elektrolit, bentuk makanan baik jumlah, jenis, dan jadwal makanan
yang dianjurkan dan pantangan makan bagi pasien.

Monitoring Evaluasi Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.
Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
43

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas


menurut Umur (LILA/U).
- Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal.

Kepustakaan - Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien


Indonesia (AsDI). Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Pocket Guide For
Internasional Dietetic & Nutrition.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013.
44

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05 DM MURNI
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien diabetes mellitus yang
sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Gula Darah Acak (GDA), Gula
Darah Puasa, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi (bila
ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, tekanan darah, obesitas

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kelebihan intake makanan dan minuman berkaitan dengan


kurangnya pengetahuan terhadap kecukupan kebutuhan
makanan dan minuman oral ditandai asupan makan lebih ≥110%
dari kebutuhan (NI – 2.2)
45

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kelebihan intake karbohidrat berkaitan dengan Diabetes Mellitus


ditandai konsumsi makanan sumber karbohidrat lebih ≥110%
dari kebutuhan (NI – 5.8.2)
- Konsumsi jenis karbohidrat yang tidak tepat berkaitan dengan
Diabetes Mellitus ditandai pasien mengonsumsi makanan
dengan jenis karbohidrat kompleks (NI – 5.8.3)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan diabetes mellitus ditandai
nilai lab glukosa darah sewaktu dan gula darah puasa tinggi (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)
- Belum siap untuk melakukan diet / perubahan pola hidup
berkaitan dengan kurangnya kemauan untuk
berubah/memperbaiki kesalahan ditandai pasien tetap
mengonsumsi makanan pantangan (NB – 1.3)
- Kurangnya kemampuan memonitoring diri sendiri berkaitan
dengan kurangnya dukungan social untuk memperbaiki
kebiasaan ditandai pasien tetap mengonsumsi makanan
pantangan pasien dengan diabetes mellitus (NB – 1.4)
- Tidak beraktifitas fisik berkaitan dengan waktu yang terbatas
ditandai pasien tidak pernah berolahraga (NB – 2.1)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memberi cukup energy untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi optimal
- Mencapai kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin,
dengan obat penurun glukosa oral dan aktifitas fisik
46

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang


menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka
pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan
dengan latihan jasmani
- Meningkatkan derajat kesehatan secara kesluruhan melalui gizi
yang optimal

Prinsip Diet : 3J (Tepat Jenis, Tepat Jumlah, Tepat Waktu)

Syarat Diet :

- Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan


normal. Kebutuhan energy ditentukan dengan memperhitungkan
kebutuhan untuk metabolism basal sebesar 25-30 kkal/kgBB
normal,ditambah kebutuhan untuk aktifitas fisik dan keadaan
khusu, misalnya kehamilan atau laktasi serta ada tidaknya
komplikasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan
pagi (20%),siang (30%), damn sore (25%), serta 2-3 porsi kecil
untuk makanan selingan (masing-masing 10-15%)
- Protein normal yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energy total
- Lemak sedang yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk <10% dari kebutuhan energy total berasal dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari
lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolestrol makanan dibatasi
yaitu ≤300 mg.
- Karbohidrat cukup yaitu 60-70% dari kebutuhan energi total
- Penggunaan gula murni dalam minuman tidak diperbolehkan
keviali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa
darah sudah terkendali, diperbolehkan mengonsumsi gula murni
sampai 5% dari kebutuhan total
- Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas. Gula
alternative adalah bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis
gula alternative yaitu yang bergizi dan tidak bergizi. Gula altenatif
47

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

bergizi adalah fruktosa, gula alcohol berupa sornotol, mannitol,


dan silitol,sedangkan gula alternative tifak brgizi adalah
aspartum dan sakarin. Penggunaan gula alternative hendaknya
dalam jumlah terbatas. Fruktisa dalam jumlah 20% dari
kebutuhan energy total dapat meningkatkan kolestrol dan LDL,
sedangkan gula alcohol dalam jumlah berlebihan dapat
menyebabkan laksatif.
- Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dngan mengutamakan serat
larut air yang terdapat dalam sayur da buah. Menu seimbang
rata-rata memenuhi kebutuha serat sehari
- Pasien DM dengan tekanana darah normal diperbolehkan
mengonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur, yaitu 200
mg/hari. Apabila terdapat hipertensi, asupan garam harus
dikurangi
- Cukup vitamin dan mineral. Aoablia asupan dari makanan cukup,
penambahan vitamin dan mineral dari suplemen tidak
diperlukan.
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien

2. Implementasi Pemesanan Diet : DM

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konsultasi Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan
48

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).
- Tekanan darah normal

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
49

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05 DM GASTISIONAL
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien diabetes mellitus


gestisional yang sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart
sehingga dapat menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan
berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Gula Darah Acak (GDA), Gula
Darah Puasa, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi (bila
ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, tekanan darah, obesitas

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Kelebihan intake makanan dan minuman berkaitan dengan


kurangnya pengetahuan terhadap kecukupan kebutuhan
makanan dan minuman oral ditandai asupan makan lebih ≥110%
dari kebutuhan (NI – 2.2)
50

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kelebihan intake karbohidrat berkaitan dengan Diabetes Mellitus


ditandai konsumsi makanan sumber karbohidrat lebih ≥110%
dari kebutuhan (NI – 5.8.2)
- Konsumsi jenis karbohidrat yang tidak tepat berkaitan dengan
Diabetes Mellitus ditandai pasien mengonsumsi makanan
dengan jenis karbohidrat kompleks (NI – 5.8.3)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan diabetes mellitus ditandai
nilai lab glukosa darah sewaktu dan gula darah puasa tinggi (NC
– 2.2)
- Berat badan lebih berkaitan dengan aktifitas fisik kurang ditandai
IMT pasien obesitas (NC – 3.3)
- Belum siap untuk melakukan diet / perubahan pola hidup
berkaitan dengan kurangnya kemauan untuk
berubah/memperbaiki kesalahan ditandai pasien tetap
mengonsumsi makanan pantangan (NB – 1.3)
- Kurangnya kemampuan memonitoring diri sendiri berkaitan
dengan kurangnya dukungan social untuk memperbaiki
kebiasaan ditandai pasien tetap mengonsumsi makanan
pantangan pasien dengan diabetes mellitus (NB – 1.4)
- Tidak beraktifitas fisik berkaitan dengan waktu yang terbatas
ditandai pasien tidak pernah berolahraga (NB – 2.1)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Memberi cukup energy untuk mencapai dan mempertahankan
status gizi optimal sesuai dengan usia kehamilan
- Mencapai kadar glukosa darah supaya mendekati normal
dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin,
dengan obat penurun glukosa oral dan aktifitas fisik
51

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang


menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka
pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan
dengan latihan jasmani
- Meningkatkan derajat kesehatan secara kesluruhan melalui gizi
yang optimal

Prinsip Diet : 3J (Tepat Jenis, Tepat Jumlah, Tepat Waktu)

Syarat Diet :

- Kebutuhan energi 30 kkl/kgBB saat hamil, untuk yang dengan


IMT >30 kg/m² perlu ada pembatasan kalori dengan memberikan
25 kkal/kgBB saat hamil atau mengikuti cara cepat yaitu 25
kkal/kg BB ideal ditambah 150 kkal/hari untuk trimester 1 dan
300 kkal/hari untuk trimester 2 dan 3
- Protein diberikan lebih tinggu untuk pertumbuhan janin sekitar
1,1 g/kg BB/hari atau sekitar 15-20% dari kebutuhan energi total
- Lemak diberikan cukup 20-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat sisa dari kebutuhan lemak dan protein dan diberikan
dalam bentuk karbohidrat kompleks
- Asupan serat dan cairan ditambah secara bertahap untuk
menghindari konstipasi
- Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan AKG untuk kondisi
hamil
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna, porsi kecil dan
sering
- Pemberian makan secara oral disesuaikan dengan keadaan
pasien
52

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : Diet DM

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konsultasi Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).
- Tekanan darah normal

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
Asosiasi Dietesien Indonesia, edisi 4. EGC, 2019
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
53

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
TYPOID / PARATYPOID
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien typoid/paratypoid


yang sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, tes widal, dan hasil labolatorim lain
terkait gizi (bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Peningkatan kebutuhan energy berkaitan dengan peningkatan


suhu tubuh ditandai suhu tubuh diatas 37,5°C (NI – 1.2)
54

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan


kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
- Kekurangan intake cairan per oral berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan cairan pasiendemam, mual dan muntah ditandai
dengan asupan cairan ≤60% dari kebutuhan (NI – 3.1)
- Malnutrisi protein yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Kekurangan asupan kalium berkaitan dengan muntah, diare
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kalium ditandai dengan
kalium ≤ 3 mg (NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan perubahan fungsi
gastrointestinal yang diderita pasien ditandai dengan hasil lab
salmonella typii dan nilai leukosit tinggi akibat adanya infeksi (NC
– 2.2)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Memberikan makanan an cairan sesuai dngan kebutuhan gizi


pasien
- Memberikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna
pasien, terutama kerja lambung
- Mencegah timbulnya diare
- Mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang
berlebihan

Prinsip Diet : Rendah Serat

Syarat Diet :

- Energi sesuai kebutuhan berat badan


55

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total


- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 50-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin, mineral, dan cairan cukup
- Menghindari makanan berserat tinggi (maksimal 8g/hari)
- Menghindari susu/produk susu
- ASI tetap diberikan (pada bayi)
- Menghindari makanan yang berlemak, teralalu manis, terlalu
asam, dan makanan berbumbu tajam yang dapat menyebabkan
nyeri abdomen
- Cukup cairan, 3 – 4 liter/hari untuk mengganti cairan yang hilang
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan dalam porsi
kecil tapi sering
- Bentuk makanan diberikan sesuai tolerasnsi per oral dan sesuai
dengan kondisi pasien serta kemampuan mengonsumsi
makanan

2. Implementasi Pemesanan Diet : Rendah (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konsultasi Gizi penunggu pasien (care giver) mengenai asupan cairan dan elektrolit,
bentuk makanan baik jumlah, jenis, dan jadwal makanan yang
dianjurkan dan pantangan makan bagi pasien.

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan
56

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).
- Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal.
- Tidak ada mual dan muntah
- Terdapat peningkatan nafsu makan.

Kepustakaan - Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien


Indonesia (AsDI). Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Pocket Guide For
Internasional Dietetic & Nutrition.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
57

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05
GASTRITIS
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien gastritis yang


sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, tes widal, dan hasil labolatorim lain
terkait gizi (bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


Personal penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,
riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan
mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Peningkatan kebutuhan energy berkaitan dengan peningkatan


suhu tubuh ditandai suhu tubuh diatas 37,5°C (NI – 1.2)
- Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
58

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kekurangan intake cairan per oral berkaitan dengan peningkatan


kebutuhan cairan pasiendemam, mual dan muntah ditandai
dengan asupan cairan ≤60% dari kebutuhan (NI – 3.1)
- Malnutrisi protein yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Kekurangan asupan kalium berkaitan dengan muntah, diare
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kalium ditandai dengan
kalium ≤ 3 mg (NI – 5.10.1)
- Perubahan nilai lab berkaitan dengan perubahan fungsi
gastrointestinal yang diderita pasien ditandai dengan hasil lab
salmonella typii dan nilai leukosit tinggi akibat adanya infeksi (NC
– 2.2)
- Pengetahuan yang kurang dikaitkan dengan makanan dan gizi
berkaitan dengan pola makan yang salah ditandai pasien suka
mengonsumsi pantangan makan (makanan pedas dan asam)
(NB – 1.1)
- Kurangnya kemampuan monitoring diri sendiri berkaitan dengan
kurangnya nilai dari perubahan ditandai pasien telat makan (NB
– 1.4)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Memberikan makanan an cairan sesuai dngan kebutuhan gizi


pasien
- Memberikan makanan yang tidak merangsang saluran cerna
pasien, terutama kerja lambung
- Mencegah timbulnya diare
- Mencegah dan menetralkan sekresi asam lambung yang
berlebihan

Prinsip Diet : Rendah Serat


59

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Syarat Diet :

- Energi sesuai kebutuhan berat badan


- Protein cukup yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 50-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin, mineral, dan cairan cukup
- Menghindari makanan berserat tinggi (maksimal 8g/hari)
- Menghindari susu/produk susu
- ASI tetap diberikan (pada bayi)
- Menghindari makanan yang berlemak, teralalu manis, terlalu
asam, dan makanan berbumbu tajam yang dapat menyebabkan
nyeri abdomen
- Cukup cairan, 3 – 4 liter/hari untuk mengganti cairan yang hilang
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna dan dalam porsi
kecil tapi sering
- Bentuk makanan diberikan sesuai tolerasnsi per oral dan sesuai
dengan kondisi pasien serta kemampuan mengonsumsi
makanan

2. Implementasi Pemesanan Diet : Rendah (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konsultasi Gizi penunggu pasien (care giver) mengenai asupan cairan dan elektrolit,
bentuk makanan baik jumlah, jenis, dan jadwal makanan yang
dianjurkan dan pantangan makan bagi pasien.
60

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).
- Balance cairan dan elektrolit sesuai/normal.
- Tidak ada mual dan muntah
- Terdapat peningkatan nafsu makan.

Kepustakaan - Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien


Indonesia (AsDI). Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI).
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Pocket Guide For
Internasional Dietetic & Nutrition.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
61

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05 PNEUMONIA
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien pneumonia yang


sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart sehingga dapat
menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data Berat
Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), dan
Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit,


Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi (bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat penyakit


Personal saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat
penggunaan suplemen makanan, dan status kesehatan mental serta
status kognitif.

Diagnosa Gizi - Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan peningkatan


suhu tubuh ditandai suhu tubuh diatas 37,5²C (INI – 1.2)
- Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan
kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah ditandai
asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
62

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kekurangan intake cairan per oral berkaitan dengan peningkatan


kebutuhan cairan, demam, muntah ditandai dengan asupan cairan
≤60% dari kebutuhan (NI – 3.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Klebihan intake karbohidrat berkaitan dengan kondisi pasien yaitu
sesak ditandai pasien terlalu banyak mengonsumsi makanan
tinggi karbohidrat (NI – 5.8.2)
- Pengetahuan yang kurang berkaitan dengan kuragnya informasi
ditandai pasien tidak mengerti tentang pantangan makan untuk
pasien ditandai dengan diagnose pneumonia (NB – 1.1)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Mempertahankan status gizi optimal
- Memberikan asupan sesuai dengan kebutuhan pasien hingga
mencapai ≥80% dari kebutuhan sebenarnya

Prinsip Diet : TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat diet
63

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konsultasi Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.


Evaluasi Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan intervensi
sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan menurut
Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan menurut
Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Indeks Massa
Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas menurut Umur
(LILA/U).

Kepustakaan - Penuntun Diet Anak Edisi ke 3 Tahun 2014. Asosiasi Dietisien


Indonesia (AsDI). Ikatan dokter Anak Indonesia (IDAI). Persatuan
Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). Pocket Guide For Internasional
Dietetic & Nutrition.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition. Academy
of Nutrition and Dietetics 2013.
64

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PANDUAN ASUHAN GIZI TERSTANDART (PAGT)

RUMKITBAN
05.08.05 INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
SURABAYA

Pengertian Metode pemecahan masalah gizi pada pasien infeksi saluran kemih
(ISK) yang sistematis dengan asuhan gizi yang terstandart
sehingga dapat menangani masalah gizi dengan aman, efektif, dan
berkualitas

Assesment Pengkajian

1. Antropometri Menindaklanjuti hasil skrinning gizi perawat, dengn melihat data


Berat Badan (BB) , Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LILA),
dan Lingkar Kepala (pada anak).

2. Biokimia Mengkaji data labolatorim seperti Hemoglobin, Hematokrit,


Trombosit, Leukosit, albumin, dan hasil labolatorim lain terkait gizi
(bila ada).

3. Klinis/Fisik Mengkaji adanya anoreksia, kesulitan makan, kesulitan menelan,


kesulitan mengunyah, mual, muntah, diare, konstipasi, suhu tubuh,
pendarahan saluran cerna, dan malabsorpsi.

4. Riwayat Makan Mengkaji riwayat alergi makanan, pola kebiasaan makan, asupan
makan sebelum masuk Rumah Sakit.

5. Riwayat Personal Mengkaji riwayat sosial ekonomi, pendidikan, budaya, riwayat


penyakit saat ini, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penggunaan suplemen makanan, dan status
kesehatan mental serta status kognitif.

Diagnosa Gizi - Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan peningkatan


suhu tubuh ditandai suhu tubuh diatas 37,5²C (INI – 1.2)
65

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Kekurangan intake asupan makan per oral berkaitan dengan


kesulitan makan, penurunan nafsu makan, mual, muntah
ditandai asupan makanan ≤50% dari kebutuhan (NI – 2.1)
- Kekurangan intake cairan per oral berkaitan dengan
peningkatan kebutuhan cairan, demam, muntah ditandai
dengan asupan cairan ≤60% dari kebutuhan (NI – 3.1)
- Malnutrisi energi yang nyata berkaitan dengan kondisi katabolik
yang lama ditandai status gizi kuran (NI – 5.2)
- Perubahan nilai lab berkaitan adanya infeksi ditandai dengan
hasil lab nilai leukosit yang tinggi (NC – 2.2)

Diagnosis gizi lain dapat timbul sesuai dengan kondisi pasien.

Intervensi Gizi

1. Perencanaan Tujuan :

- Mempercepat proses pemulihan


- Mempertahankan status gizi optimal
- Memberikan asupan sesuai dengan kebutuhan pasien hingga
mencapai ≥80% dari kebutuhan sebenarnya

Prinsip Diet : TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)

Syarat Diet :

- Energi tinggi yaitu 40-45 kal/kgBB


- Protein tinggi yaitu 2,0 – 2,5 gr/kgBB
- Lemak cukup yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
- Karbohidrat cukup yaitu 60-65% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral cukup
- Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
- Bentuk makanan diberikan sesuai dengan kondisi pasien
66

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

- Pelaksanaan pemberian makanan disesuaikan dengan syarat


diet

2. Implementasi Pemesanan Diet : TKTP (Ns/Ns Tim/BH/BK)

Kegiatan intervensi gizi multidisiplin (koordinasi dengan tenaga


kesehatan lain)

3. Edukasi / Pemberian konseling gizi kepada pasien, keluarga pasien, dan


Konsultasi Gizi penunggu pasien (care giver) tentang pantangan makan pasien

Monitoring Evaluasi Mengetahui respon pasien terhadap intervensi gizi yang diberikan.
Memonitor hasil :

- Status gizi pasien


- Biokimia terkait dengan gizi
- Fisik/klinis terkait dengan gizi
- Asupan makan

Re- Assesment Melihat kembali kondisi pasien 3 hari setelah kunjungan awal (pada
(Kontrol Kembali) hari ke 4 atau 5 perawatan) untuk mengetahui keberhasilan
intervensi sesuai hasil monitoring evaluasi.

Indikator (Target / - Asupan makan ≥80% dari kebutuhan


Outcome) - Status gizi optimal berdasarkan antrpometri Berat Badan
menurut Tinggi Badan/Panjang Badan (BB/TB), Berat Badan
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U),
Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U), Lingkar Lengan Atas
menurut Umur (LILA/U).

Kepustakaan - Almaitser, Sunita, 2007, Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit


Gramedia, Jakarta.
- Terminology (IDNT) Reference Manual 2013 Internasional
Dietetics & Terminology (IDNT) Reference Manual. Standardize
Language for the Nutrion Care Process. Fourth Edition.
Academy of Nutrition and Dietetics 2013.
67

Detasemen Kesehatan Wilayah Surabaya


Rumah Sakit Bantuan 08.05.08 Surabaya

PENUTUP

Panduan Asuhan Gizi Terstandart (PAGT) ini disusun agar dapat digunakan sebagai
pedoman dan acuan oleh Ahli Gizi dan tenaga kesehatan lainnay dalam melaksanakaan
kegiatan pelayanan medis dan pelayanan gizi terintegrasi kepada pasien, serta sebagai
panduan bagi seluruh staf medis, keperawatan, dan tenaga kesehatan lain di bawah ruang
lingkupnya dalam melaksanakan kegiatannya.

Surabaya, Desember 2019


Mengetahui,
Kepala Rumkitban 05.08.05 Surabaya Kepala Ruang Gizi

dr. Dini Henriyanto, Sp.PD Indra Nawangningsih, Amd. Gizi


Mayor CKM NRP 11010010790674 PNS III/d NIP 198201312007122001

Anda mungkin juga menyukai