Jl. Dukuh Gontor II, Desa Gontor, Kec. Mlarak Kab. Ponorogo, Jawa Timur 63472
Email: rsyasyfin@gontor.ac.id
Telp. 0352 3591202 Fax. 0352 3597038
1
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan pelayanan gizi di rumah sakit diperlukan sumber daya
manusia yang kompoten, sarana dan prasarana yang memadai, agar pelayanan gizi
yang di laksanakan memenuhi standar yang telah di tetapkan. Pelayanan gizi
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang saling
menunjang dan tidak dipisahkan dengan pelayanan. Kesehatan dan gizi merupakan
faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas SDM di suatu
negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan
tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya dapat dicapai oleh orang
yang sehat dan berstatus gizi baik.
Masalah gizi klinis adalah masalah gizi yang ditinjau secara individual mengenai
apa yang terjadi dalam tubuh seseorang, yang seharusnya ditanggulangi secara
individu. Demikian pula masalah gizi pada berbagai keadaan sakit yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi proses penyembuhan, harus
diperhatikan secara individual. Adanya kecendrungan peningkatan kasus penyakit
yang terkait dengan nutrition related disease pada semua kelompok rentan dari ibu
hamil, bayi, anak, remaja, dewasa dan usia lanjut, semakin dirasakan perlunya
penanganan khusus. Semua ini memerlukan pelayanan gizi yang bermutu untuk
mempertahankan status gizi yang optimal, sehingga tidak terjadi kurang gizi dan
untuk mempercepat penyembuhan.
Resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada
penderita anoreksia, kondisi mulut/gigi geligi buruk serta kesulitan menelan, penyakit
saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, usila tidak sadar dalam
waktu lama, kegagalan fungsi saluran cerna dan pasien yang mendapat kemoterapi.
Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit
dan kekurangan gizi. Disamping itu masalah gizi lebih dan obesitas yang erat
hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit
jantung koroner dan darah tinggi, penyakit kanker, memerlukan terapi gizi medis
untuk penyembuhan.
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan hak setiap orang, memerlukan adanya
sebuah pedoman agar diperoleh hasil pelayanan yang bermutu. Pelayanan gizi yang
bermutu di rumah sakit akan membantu mempercepat proses penyembuhan pasien,
3
yang berarti pula memperpendek lama hari rawat sehingga dapat menghemat biaya
pengobatan. Keuntungan lain jika pasien cepat sembuh adalah mereka dapat segera
kembali mencari nafkah untuk diri dan keluarganya. Sehingga pelayanan gizi yang
disesuaikan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi klien/ pasien semakin buruk
karena tidak di perhatikan keadaan gizi.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan tentunya
harus diperhatikan agar pemberian tidak tidak melebihi kemampuan organ tubuh
untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring
dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan. Dengan kata lain,
pemberian diet pasien harus dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan
keadaan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun
rawat jalan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam
maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung- jawab tenaga
kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.
4
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit terdiri dari :
1. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
Untuk meningkatkan pelayanan paripurna kepada pasien, maka perlu
dibentuk Tim Asuhan Gizi yang bertugas menyelenggarakan rawat inap dan
rawat jalan, termasuk pelayanan Klinik Gizi yang merupakan bagian dari Instalasi
Rawat Jalan.
5
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan gizi yang
mempunyai kompetensi dan kemampuan sebagai berikut:
1. Menegakkan diagnosis gangguan gizi dan metabolisme zat gizi
berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
2. Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian
makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolisme pasien.
3. Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa
diet ( sistim recall dan record)
4. Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan
menu sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien.
5. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
6. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada
pasien dan keluarganya.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan Operasional ini merupakan batasan istilah, sesuai dengan kerangka
konsep pelayanan gizi di rumah sakit yang tertuang didalam pedoman pelayanan gizi
8
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang- Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
4. Permenkes RI No. 43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Gizi;
6. Keputusan Menteri Penertiban Aparatur Negara nomor 23/Kep/M.PAN/4/2001 tentang
Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman
Higyne dan Sanitasi Makanan Jajanan;
8.
9
F.KERANGKA KONSEP
Mekanisme Pelayanan Gizi
Rumah Sakit Yasyfin Darussalam Gontor
Pasien Masuk
Monev
Rawat Inap Rawat jalan Kontrol Ulang
Pengkajian Ulang
Skrining Skrining ulang & Revisi Rencana
Gizi Periodik Asuhan Gizi
Intervensi Gizi
Assesmen Penentu Monitoring &
Gizi Diagnosis Gizi Evaluasi Gizi
Perubahan, Permbatalan,
Perubahan Diet
Penerimaan &
Pelayanan Perencanaan Pengadaan Bahan Penyimpanan
Makanan Menu Makanan Bahan Makanan
Pasien
10
Penjelasan Kerangka Konsep
Klien / Pasien rumah sakit dibedakan dalam 2 (dua ) kategori , yaitu :
1. Pasien Rawat Inap
Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,
antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan
apakah pasien memerlukan terapi atau tidak.
Pada tahap intervensi/ implementasi :
a. Bila tidak memerlukan terapi diet :
1) Pasien dipasankan makanan biasa ke tempat makanan biasa ke tempat
pengolahan.
2) Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan.
Di ruang perawatan makanan di sajikan ke pasien.
3) Selama dirawat, pasien yang berminat, mendapatkan penyuluhan mengenai
gizi umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan kesehatan
dan lingkungannya.
4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium
dan lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan
asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan
bahwa ia memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
5) Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.
6) Bila memerlukan terapi diit, prosesnya sama dengan bila ia dari semula
memerlukan terapi diet.
b. Bila memerlukan terapi diet :
1) Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/ diet, yang
sesuai dengan keadaan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makan dan nafsu
makan.
2) Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi
agar diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat
menerima serta menjalankan diet.
3) Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur).
Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan. Di
ruang perawatan makanan khusus disajikan ke pasien.
4) Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium,
dan lain- lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan
asupan makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinannya
11
apakah memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
5) Bila penyesuaian diet ini nerupa perubahan makanan biasa
proses selanjutnya sama dengan butir (a).
6) Bila penyesuaian diet ini berupa perubahan diet khusus proses selanjutnya
lihat pada butir (b).
7) Bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet maka saat
akan pulang pasien memperoleh penyuluhan konseling gizi tentang
penerapan diet di rumah.
8) Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan
gizi rawat jalan.
9) Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk
ke puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.
12
BAB II
KETENAGAAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
Rumah Sakit Yasyfin Darussalam Gontor saat ini berada pada kelas Tipe D,
Untuk melaksanakan tugas - tugas tersebut maka seorang kepala unit pelayanan
gizi rumah sakit harus memenuhi kriteria tertentu sebagai berikut :
a. Lulusan S1- Gizi/ Kesehatan dengan Pendidikan dasar D3- Gizi.
b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi
c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi dengan pengalaman kerja tertentu.
13
b. Lulusan D4 – Gizi dengan Pendidikan dasar D3- Gizi
c. Serendah- rendahnya lulusan D3 Gizi.
3. Supervisor
Supervisor bertugas mengawasi dan mengendalikan proses
penyelenggaraan pelayanan gizi rumah sakit mulai dari perencanaan sampai
dengan pendistribusian dan pelayanan paska rawat dan rujukan. Bidang tugas
aspek yang diawasi mencakup aspek dietetik dan non dietetik.
Supervisor/ pengawas mempunyai klasifikasi pendidikan sebagai berikut:
a. Lulusan S1- KesehatanMasyarakat dengan Pendidikan S1.
b. Lulusan D4 – Gizi atau D3- Gizi
c. Lulusan D3- perhotelan, atau serendah- rendahnya lulusan SMK- Tataboga
+ pengalaman dibidang penyelenggaraan makanan minimal selama 3 tahun.
Supervisor dapat ditukar/ digantikan (rotasi) secara bergiliran berdasarkan
pertimbangan tertentu , baik berdasarkan kemampuan teknis, keterampilan
maupun masa tugas.
4. Pelaksana
Pelaksana yang dimaksud adalah petugas gizi yang bertugas sebagai Juru
Masak, Perbekalan, Pranata komputer, dan Ketatausahaan
a. Juru Masak
Juru masak yaitu tenaga pengolahan bahan makanan yang bertugas mulai
dari persiapan bahan makanan hingga pendistribusian mempunyai
kriteria pendidikan SMU/ SLTP + Pandai Masak.
b. Urusan Gudang/ Perbekalan
Tenaga urusan gudang atau perbekalan bertugas pada unit penyimpanan
bahan makanan untuk menjamin ketersediaan dan kesiapan bahan
makanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan
mempunyai kriteria pendidikan SMU, atau yang sederajat.
c. Tata Usaha
Tugas – tugas ketatausahaan meliputi registrasi pesanan, pembukuan
keuangan, penyiapan laporan berkala, penyiapan laporan khusus, serta
pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kepegawaian Pendidikan dasar
tenaga untuk tata usaha adalah SMU + kursus komputer.
14
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi tenaga gizi disesuaikan dengan tingkat pendidikan pada unit
pelayanan gizi di rumah sakit. Adapun kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit
Yasyfin Darussalam Gontor adalah sebagai berikut :
1. Tenaga untuk penyelenggaraan makanan
2. Tenaga untuk asuhan rawat jalan
3. Tenaga untuk rawat inap
15
BAB III
STANDART FASILITAS
16
B. STANDART FASILITAS
Pelayanan Gizi Rumah Sakit Yasyfin Darussalam Gontor Mempunyai Standart
Fasilitas Poliklinik Gizi. Adapun Fasilitas yang ada adalah :
a. Meja dan kursi
b. Lemari display (kaca)
c. Wastafel
d. Food Model
e. Alat ukur berat makanan
f. Alat ukur tinggi dan berat badan dewasa
a.
17
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
18
spesifikasi yang ditetapkan. Adapun persyaratan Pemesanan dan
Pembelian Bahan Makanan adalah sebagai berikut :
1. Adanya kebijakan rumah sakit tentang pengadaan bahan makanan
2. Adanya surat perjanjian dengan bagian logistik rekanan
3. Adanya spesifikasi bahan makanan
4. Adanya daftar pesanan bahan makanan
5. Tersedianya dana
Sehingga untuk melakukan pemesanan bahan Makanan harus
mempunyai langkah- langkah sebagai berikut :
1. Bagian gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk
esok hari dengan cara : standar porsi x jumlah pasien.
2. Hasil perhitungan diserahkan ke bagian gudang logistik
3. Bagian penyimpanan hanya menyimpan makanan untuk kebutuhan
sarapan esok harinya karena setiap hari kebutuhan dapur di penuhi.
4. Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang dipesan (order)
19
memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun
kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan
pelaporannya. Tujuannya agar tersedianya bahan makanan siap pakai dengan
kualitas dan kuantitas yang tepat sesuai dengan perencanaan. Untuk memenuhi
hal ini maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Adanya sistem penyimpanan barang
b. Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai
persyaratan.
c. Tersedianya kartu stok/buku catatan keluar masuk bahan makanan.
Penyaluran Bahan Makanan
Penyaluran Bahan Makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan
makanan berdasarkan permintaan harian. Tujuannya agar tersedianya bahan
makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan
pesanan. Sehingga harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :
a. Adanya bon permintaan bahan makanan
b. Tersedianya kartu stok/ buku catatan keluar masuk makanan
20
2. Meningkatkan nilai cerna
3. Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa keempukan dan
penampilan
4. makanan.
5. Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.
Untuk dapat memenuhi hal tersebut, maka harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Tersedianya siklus menu.
2. Tersedianya peraturan pengguna bahan tambahan pangan (BTP)
3. Tersedianya bahan makanan yang akan diolah.
4. Tersedianya peralatan pengolahan bahan makanan
5. Tersedianya aturan penilaian.
6. Tersedianya prosedur tetap pengolahan.
8. Pendistribusian Makanan
Pendistribusian Makanan adalah serangkaian kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani
(makanan biasa maupun makanan khusus.) Tujuannya agar konsumen
mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Agar
pendistribusian makanan dapat berjalan dengan baik harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Tersedianya standar pemberian makanan rumah sakitmenyangkut standar
penyediaan energi dan zat gizi lainnya serta dietetika.
2. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit
3. Adanya peraturan pengambilan makanan
4. Adanya bon permintaan makanan.
5. Tersedianya makanan sesuai ketentuan diet pasien/ kebutuhan konsumen.
6. Tersedianya peralatan makanan
7. Tersedianya sarana pendistribusian makanan
8. Tersedianya tenaga pramusaji.
9. Adanya jadwal pendistribusian makanan di dapur utama.
Adapun sistem penyaluran makanan di Rumah Sakit Yasyfin Darussalam Gontor
adalah sietem sentralisasi maksudnya adalah makanan pasien dibagikan dan
disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan.
21
B. ASUHAN GIZI PASIEN RAWAT JALAN DAN RUANG RAWAT INAP
Pada pelayanan gizi rumah sakit, asuhan gizi dapat dilaksanakan kepada pasien
rawat jalan dan rawat inap.
22
BAB V
SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
C. Sarana Fisik
Kontruksi sarana fisik, peralatan dan perlengkapan sangat mempengaruhi
efisiensi kerja pelayanan makanan di Rumah Sakit Umum Full Bethesda. Hingga
saat ini, masih dijumpai sarana fisik instalasi hanya merupakan lokasi atau ruangan
yang tersisa, sehingga letaknya kurang memenuhi syarat karena berdampingan
23
dengan lokasi tempat pencucian/ londri.
D. Arus Kerja
Arus kerja dalam memproses bahan makanan menjadi hidangan, mulai dari
penerimaan bahan makanan, persiapan, pemasakan, pembagian/ distribusi makan
juga kurang memadai, karena arusnya masih bolak balik. Hal ini disebabkan
tempatnya yang begitu sempit.
24
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus
diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan
kerja petugas ataupun kelalaian / kesengajaan.
B. TUJUAN
Menurut Undang- undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, Syarat- syarat
keselamatan kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan
tujuan:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian yang berbahaya.
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/
psikis, keracunan, infeksi dan penularan
8. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
9. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
10. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat perlakuan dan
penyimpanan barang
11. Mencegah terkena aliran listrik
25
praktis
4) Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
5) Tersedianya ruang istirahat untuk pegawai
6) Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
7) Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
pegawai
8) Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan.
9) Maintenence (perawatan) alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap
dalam kondisi yang layak dipakai
10) Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
11) Adanya fasilitas /peralatan pelindung keselamatan bagi pegawai
12) Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja.
13)
26
BAB VII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI
A. PENGERTIAN
1. Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan
agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar,
peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan
yang diharapkan.
2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan
atau perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan.
Pengertian pengawasan dan pengendalian hampir sama. Perbedaannya jika
pengawasan mempunyai dasar hukum dan tindakan administratif, sedangkan
pengendalian tidak. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar semua
kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna,
dilaksanakan sesuai dengan rencana, pembagian tugas, rumusan kerja,
pedoman pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3. Evaluasi/ Penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi menajemen. Evaluasi
ini bertujuan untuk menilai pelaksanan sesuai dengan rencana dan
kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana yang
lalu bila perlu, ataupun membuat rencana program yang baru.
27
instalasi gizi pada hari itu.
3) Pencatatan sisa bahan makanan (harian/ bulanan), meliputi bahan
makan basah dan bahan makanan kering.
4) Pencatatan data permintaan/ pesanan bahan makanan berdasarkan
bon- bon pemesanan dari masing- masing.
b) Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Penyelenggaraan Makanan
1) Buku laporan timbang terima barang antara penggantian rotasi (berisi
pesan- pesan yang penting)
2) Buku laporan pasien baru/ yang berdiet khusus.
3) Buku laporan pasien baru makanan biasa
4) Buku laporan pergantian/ pertukaran diet pasien.
c) Pencatatan Dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan Instalasi Gizi
1) Buku besar tentang peralatan keseluruhan ( untuk simpan pinjam)
2) Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya.
d) Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan
1) Pencatatan tentang pemasukan dan pemakaian bahan makanan
harian selama 1 kali putaran menu
2) Perhitungan tentang rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang
akan datang selama triwulan/ tahunan.
3) Rekapitulasi tentang pemasukan dan an pemakaian bahan makanan
4) Perhitungan harga rata- rata bahan makanan per orang perhari dalam
satu kali putaran menu
5) Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan
6) Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar perbulan
e) Pencatatan Dan Pelaporan Pelayanan Gizi Di Ruang Rawat Inap.
1) Buku catatan harian pasien tentang perkembangan diet, termasuk
catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan.
2) Formulir permintaan makanan untuk pasien baru
3) Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang
4) Formulir perubahan diet
5) Formulir permintaan makan pagi, siang, sore.
6) Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan
f) Pencatatan Dan Pelaporan Di Ruang Penyuluhan Dan Konsultasi Gizi/
Poliklinik Gizi.
1) Mencatat registrasi pasien yang baru datang (nama, diagnosa, jenis
28
diet, antropometri)
2) Membuat / mengisi leaflet sesuai standar dan penyakitnya.
3) Formulis anemnesis.
4) Formulir frekwnsi makan
5) Formulir status pasien.
6) Membuat laporan penyuluhan (pada penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit, laporan pada pasien rawat jalan dan rawat inap). Semua
laporan dikumpulkan, lalu dibuat rangkuman kemudian disampaikan
kepada kepala Instalasi/Unit Pelayanan Gizi untuk dimanfaatkan, sesuai
dengan apa yang dibutuhkan rumah sakit.
29
BAB VIII
PENUTUP
30
31