Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PEMECAHAN MASALAH PENYELENGGARAAN

MAKANAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT

AL-ISLAM BANDUNG

OLEH :

HILDAYATI ZAINIA YULIYA (162210738)

SALSABILA (162210747)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, penulisan Laporan pemecahan masalah

pada sistem penyelenggaraan makanan telah dapat diselesaikan.

Penulis menyadari Laporan pemecahan masalah pada sistem

penyelenggaraan makanan ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banyak

kekurangan yang terdapat didalamnya, oleh karena itu kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat diharapkan agar dapat memperbaiki laporan ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar – besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dan tuntunan dari Ibu

Rina Agustin, AMG.RD, Ibu Risya Damayanti, AMG, RD, dan Bapak Dikdik

Syaefudin, AMD selaku Pembimbing PKL MSPMI di Rumah Sakit Al Islam.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan kekurangan yang ada penulis

berharap semoga Laporan pemecahan masalah pada sistem penyelenggaraan

makanan ini mempunyai arti dan manfaat bagi semua pihak

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan.............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 4
A. Metode Delbecq................................................................................ 4
B. Metode Delphi.................................................................................. 6
C. Metode Hanlon................................................................................. 8
BAB II RENCANA INTERVENSI................................................................. 13
A. Masalah yang ditemukan .............................................................. 16
B. Alternatif pemecahan masalah....................................................... 17
C. Perencanaan intervensi.................................................................. 18
D. Pelaksanaan................................................................................... 18
E. Hasil ............................................................................................... 19
F. Evaluasi.......................................................................................... 19

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 21


A. Kesimpulan.................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Memasuki era globalisasi yang ditandai dengan persaingan dalam

berbagai aspek, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

tinggi agar mampu bersaing dengan negara lain. Kesehatan dan gizi

merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap

kualitas SDM di suatu negara, yang digambarkan melalui pertumbuhan

ekonomi, usia harapan hidup dan tingkat pendidikan. Tenaga SDM yang

berkualitas tinggi hanya dapat dicapai oleh tingkat kesehatan dan status gizi

yang baik. Untuk itu diperlukan upaya perbaikan gizi yang bertujuan untuk

meningkatkan status gizi masyarakat melalui upaya perbaikan gizi didalam

keluarga dan pelayanan gizi pada individu yang karena kondisi kesehatannya

harus dirawat disuatu sarana pelayanan kesehatan misalnya Rumah Sakit.

(Kemenkes, 2013)

Pelayanan Gizi di Rumah Sakit adalah pelayanan yang diberikan dan

disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi

dan status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada

proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat

berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang

semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan

organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan

adanya penyakit dan kekurangan gizi. (Kemenkes, 2013)

1
Penyelenggaraan makanan merupakan salah salah satu kegiatan

pelayanan gizi di rumah sakit. Penyelenggaraan makanan Rumah sakit

merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu, pengadaaan

bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan,

distribusi dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Tujuan dari

penyelenggaraan makanan Rumah Sakit adalah untuk menyediakan makanan

yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, aman, dan dapat diterima oleh

konsumen guna mencapai status gizi yang optimal (Kemenkes, 2013).

Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah pasien

terutama pasien rawat inap. Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan

gizi yang dimulai dari proses pengkajian gizi,diagnosa gizi, intervensi gizi

meliputi perencanaan, penyediaan makanan, penyuluahn / edukasi dan

konseling gizi serta monitoring dan evaluasi gizi. Ruang lingkup

penyelenggaraan makanan rumah sakit meliputi produksi dan distribusi

makanan (Kemenkes, 2013).

Dalam kegiatan penyelenggaraan makanan apabila terdapat suatu

permasalahan dalam salah satu kegiatan penyelenggaraan makanan maka

kegiatan penyelenggaraan makanan tidak akan berjalan dengan optimal.

Apabila kegiatan penyelenggaraan makanan tidak optimal maka tujuan dari

kegiatan penyelenggaraan makanan tidak akan tercapai. Pelayanan gizi yang

baik menjadi salah satu penunjang rumah sakit dalam penilaian standar

akreditasi untuk menjamin keselamatan pasien. Semakin baik pelayanan gizi

rumah sakit maka semakin baik pula standar akreditasi rumah sakit tersebut

(Kemenkes, 2013).

2
B. TUJUAN

a. Tujuan Umum

Melengkapi spesifikasi bahan makanan kering untuk petugas

penerima bahan makanan.

b. Tujuan Khusus

1. Membantu petugas penerima bahan makanan kering dalam mengecek

spesifikasi bahan makanan kering yang diterima.

2. Mendapatkan bahan makanan kering yang memiliki kualitas yang

bagus dan menjaga bahan makanan dari zat-zat kimia berbahaya,

bahaya fisik, dan kimia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tahapan dalam pemecahan masalah diantaranya adalah:

1. mengumpulkan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan

2. menetapkan target untuk masalah yang akan diselesaikan

3. 4. Menyusun rencana kegiatan pemecahan masalah

Merekomendasi solusi atau rencana pemecahan masalah kepada manajemen

perusahaan

Melaksanakan dan menerapkan tindakan pemecahan masalah yang telah

disetujui oleh perusahaan. Cara sekelompok pakar diberi informasi tentang

masalah yaang yang perlu ditta

Penetapan prioritas dalam masalah kesehatan dan penentuan prioritas

dalam program intervensi yang dilaksanakan merupakan sesuatu yang penting

mengingat adanya keterbatasan sumberdaya SDM dan dana. Ada 4 metoda dalam

penetapan prioritas masalah kesehatan penduduk yaitu Matematik, Delbeque,

Beban Kerugian Kesehatan dan perbandingan capaian program dengan target

yang ditetapkan. Dalam penentuan prioritas program intervensi yang dilakukan

ada 2 metoda masing-masing metoda analisis biaya dan metoda Hanlon.

A. Metode Delbecq

Adalah metode kualitatif dimana prioritas masalah penyakit ditentukan

secara kualitatif oleh paneliSsexpert. Caranya sekelompok pakar diberi informasi

tentang masalah yang perlu ditetapkan prioritasnya termasuk data kualitatif yang

ada untuk masing-masing penyakit tersebut.

4
Dalam penentuan masalah di suatu kelompok pakar melalui langkah-

langkah:

Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah pada

dasarnya kelompok pakar melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Penetapan kriteria yang disepakati bersama oleh para pakar

(2) memberikan bobot masalah

(3) menentukan skoring setiap masalah

Dengan demikian dapat ditentukan masalah mana yang menduduki

peringkat prioritas tertinggi.

Penetapan kriteria berdasarkan seriusnya permasalahan menurut pakar

dengan contoh kriteria persoalan masalah kesehatan berupa:

1) Kemampuan menyebar menular yang tinggi.

2) Mengenai daerah yang luas

3) Mengakibatkan penderitaan yang lama

4) Mengurangi penghasilan penduduk

5) Mempunyai kecenderungan meningkat

6) Hal-hal lain sebagianya sesuai kesepakatan para pakar..

Para expert kemudian menuliskan urutan prioritas masalah dalam kertas

tertutup. Kemudian dilakukan semacam perhitungan suara. Hasil perhitungan

ini disampaikan kembali kepada para expert dan setelah itu dilakukan penilaian

ulang oleh para expert dengan cara yang sama. Diharapkan dalam penilaian

ulang ini akan terjadi kesamaan/konvergensi pendapat, sehingga akhirnya

diperoleh suatu konsensus tentang masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi

5
metoda ini sebetulnya adalah suatu mekanisme untuk mencapai suatu

konsensus.

Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih kualitatif dibandingkan

dengan metoda matematik yang disampaikan sebelumnya. Juga dipertanyakan

kriteria penentuan pakar untuk terlibat dalam penilaian tertutup tersebut.

Kelebihannya adalah mudah dan dapat dilakukan dengan cepat.

Penilaian prioritas secara tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada

masing-masing pakar untuk member nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki

hubungan yang mungkin ada antara parapakar tersebut.

B. Metode Delphi

Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah metoda Delphi. Dalam

metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi terbuka dan

mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing mengajukan

pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas. Diskusi berlanjut

sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus) tentang masalah

kesehatan yang menjadi prioritas.Kelemahan cara ini adalah waktunya yang

relative lebih lama dibandingkan dengan metoda Delbeque serta kemungkinan

pakar yang dominan mempengaruhi pakar yang tidak dominan. Kelebihannya

metoda ini memungkinkan telahaan yang mendalam oleh masing-masing pakar

yang terlibat. Contoh simulasi Metoda Delbeque dan Delphi bila dituangkan

dalammatrik seperti tabel 1.

6
Tabel 1. Hasil Penetapan Skor para Panel Expert Dalam Penetapan Prioritas

Masalah Kesehatan

Masalah Kriteria yang dipakai Total Prioritas


1 2 3 4 5 6 Skor Masalah
A 3 3 4 4 5 5 3600 II
B 4 4 5 3 4 4 3840 I
C 2 3 3 5 4 5 1800 III
D 1 2 3 2 3 1 36 IV
E 2 2 1 1 1 1 4 V
Dst

Dari simulasi penetapan prioritas masalah diatas, maka skor tertinggi

adalah masalah kesehatan point B maka ini menjadi Prioritas kedua masalah

kesehatan adalah point A dan begitu seterusnya.

Metode Delphi memungkinkan keikutsertaan sejumlah besar individu.

Tidak memerlukan kehadiran fisik semua orang Pengetahuan kurang bersifat

absolut. Dapat ditempatkan spekulasi pada ujung lainnya. Pendapat berdasar

pengalaman. Pengetahuan yang cukup dalam keadaan sekarang. Bagaimana

menggabungkan opini beberapa orang, dikombinasikan secara tepat untuk

membentuk penilaian gabungan terbaik

Anggota kelompok secara terpisah menanggapi dengan estimasi-estimasi

Tanggapan diserahkan pada moderator. Masing-masing individu tidak tahu

estimasi anggota lain dari kelompok. Moderator mencatat probabilitas. Moderator

melaporkan hasil kelompok

Kriteria yang dipakai

1. Besar masalah (dampak)

2. Kegawatan

7
3. Perhatian masyarakat (persepsi masyarakat terhadap masalah unit

kesehatan

4. Sensitivitas untuk diselesaikan (kemungkinan ditingkatkan pada tingkat

Pusat/kabupaten.

5. Nilai komposit 1x2x3x4 tentukan ranking

Kriteria dinilai dengan mempertimbangkan hal berikut:

1. Tenaga (baik secara kualitas dan kuantitas)

2. Dana (sangat murah=5, sangat mahal=1)

3. Teknologi (bisa dicegah, diobati,direhabilitasi

4. Eksternalitas (Dampak pada program lain)

5. Nilai komposit 1x2x3x4...tentukan ranking

C. Metoda Hanlon

Penggunaan metoda Hanlon dalam penetapan altematif prioritas jenis

intervensi yang akan diiakukan menggunakan 4 kriteria masing-masing:

(1). Kelompok kriteria 1 yaitu besamya masalah (magnitude)

(2) Kelompok kriteria 2 yaitu Tingkat kegawatan masalah

(emergency/seriousness.

(3) Kelompok kriteria 3 yaitu kemudahan penanggulangan masalah

(causability)

(4) Kelompok kriteria 4 yaitu dapat atau tidaknya program dilaksanakan

menggunakan istilah PEARL faktor.

Seperti halnya metoda yang lain, metoda Hanlon dalam proses awainya

menggunakan pendapat anggota secara curah pendapat (brain storming) untuk

menentukan nilai dan bobot. Dari masing-masing kelompok kriteria diperoleh

8
nilai dengan jalan melakukan scoring dengan skala tertentu, Kemudian

kelompok kriteria tersebut dimasukkan ke dalam formula dan hasil yang didapat

makin tinggi nilainya maka itulah prioritas jenis program yang didahulukan

(menjadi prioritas intervensi).

Langkah-langkah untuk melaksanakan metoda ini dijelaskan sebagai

berikut.:

1. Menetapkan kriteria Kelompok Besarnya masalah (magnitude)

Anggota kelompok merumuskan faktor apa saja yang digunakan untuk

menentukan besarnya masalah, misalnya

(a) Besarnya persentasi/ prevalensi penduduk yang menderita langsung

karena penyakit tersebut

(b) Besarnya pengeluaran biaya yang diperlukan perorang rata-rata

perbulan untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut

(c) Besarnya kerugian yang diderita.

2. Menetapkan kriteria kelompok II : Kegawatan (Emergensy/seriousness)

Langkah ini berbeda dengan langkah pertama dimana banyak menggunakan

data kuantitatif untuk menentukan nilai. Menentukan tingkat kegawatan lebih

bersifat subjektif. Pada langkah ini kelompok menentukan tingkat kegawatan

misalnya dengan melihat faktor-faktor berikut ini:

(a) Tingkat urgensinya

(b) Keeendrungannya

(c) Tingkat keganasan

Berdasarkan 3 faktor ini anggota menentukan nilai sebagai berikut dengan

skala 0-10 :

9
Tabel 2 Pembobotan Kegawatan Program

Masalah Keganasan Kecendrungan Rata- Rata


Tingkat Total
Urgensinya

A 6 9 5 20 6,6

B 3 7 7 17 5,6

C 7 6 3 16 5,3

3. Menetapkan kriteria Kelompok III :Kcmudahan Penanggulangan

Masing-masing anggota katakanlah jumlah anggota 6 orang memberikan

nilai antara 1-5 berdasarkan prakiraan kemudahan penanggulangan masing-

masing masalah. Angka 1 berarti bahwa masalah tersebut sulit ditanggulangi dan

angka 5 berarti bahwa masalah tersebut mudah dipecahkan. Kelompok

menentukan kriteria berdasarkan kemampuan dan tersedianya sumberdaya untuk

menyelesaikanmasalahtersebut dengan kriteria

l=amat sulit

2=sulit

3=cukup sulit/cukup mudah

4=mudah

5=sangat mudah.

Contoh simulasi hasil konsensus yang dicapai pada langkah ini memberikan

nilai rata-rata sbb.:

Masalah A= 3+2+1+4+3+2+4 dibagi 6=19/6 = 3,17

Masalah B=2+2+3+2+2+3+3 dibagi 6 =17/6=2,83

10
Masalah C=3+4+5+3+3+5+4 dibagi 6 =27/6=4,5

4. Menetapkan kriteria kelompok kriteria IV yaitu PEARLfaktor

Kelompok kriteria IV terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan

dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan dan faktor tersebut

meliputi:

P=Kesesuaian(Appropriateness)

E=Secara ekonomi murah (Economicfeasibility)

A=Dapat diterima (Acceptability)

R=Tersedia sumber daya (Resourcesavailability)

L=Legalitas terjamin (Legality)

Masing-masing masalah harus diuji dengan faktor PEARL.Tujuannya

adalah untuk menjamin terselenggaranya program dengan baik. Jawaban hanya

dua yaitu ya atau tidak. Jawaban ya nilai 1 dan jawaban tidak nilainya 0. Dengan

cara aklamasi atau voting maka tiap faktor dapat diperoleh angka 1 atau 0 untuk

masing-masing masalah.

Simulasi contoh faktor PEARL yang dicapai kelompok sbb.;

Tabel 3. Faktor PEARL

Masalah P E A R L Nilai
PEARL
A 1 1 1 1 1 1
B 1 1 1 1 1 1
C 1 0 1 0 1 0

Dengan mengalikan angka dalam kolom PEARL diperoleh nilai PEARL

masalah C bernilai 0 dari hasil perhitungan. Hal ini disebabkan faktor tersedianya

sumberdaya rnasih tanda tanya. Menetapkan Nilai Prioritas Total Setelah nilai

11
rata-rata kelompok I,II,111dan IV ditetapkan maka nilai rata-rata tersebut

dimasukan dalam tabel berikut :

Tabel 11. Prioritas Intervensi Metoda Hanlon

Masalah Rata-rata Rata-Rata Rata-Rata Faktor Prioritas


Besar Kegawatan Kemudahan PEARL Intervensi
Masalah Penanggulangan

A 6,6 6,6 3,17 1 138,1


B 5,6 5,6 2,83 1 87,8
C 5,3 5,3 4,5 0 0

Untuk penetapan skor tertinggi. Skor tertinggi pada setiap pemecahan

masalah akan menjadi prioritas

Berdasarkan rekapitulasi nilai rata-rata dari ke empat kelompok kriteria

yang ditetapkan maka :

1. rangking 1 untuk intervensi kegiatan ada pada pemecahan masalah A dan

2. rangking 2 pemecahan masalah B dan pemecahan masalah C tidak dapat

dilaksanakan karena dari nilai faktor PEARL tidak layak untuk dilaksanakan.

BAB II

12
RENCANA INTERVENSI

A. MASALAH YANG DITEMUKAN

NO Masalah Yang Ditemukan


Talenan yang digunakan belum sesuai dengan peraturan yang telah
1
ditetapkan oleh instalasi gizi
2 Pisau yang digunakan belum sesuai dengan penggunaannya
3 Spesifikasi bahan makanan kering kurang lengkap
4 Pada saat pengolahan petugas tidak menggunakan masker
Pada saat pengolahan dan pemorsian makanan pintu ruangan tidak
5
ditutup
6. Tidak adanya insect killer dalam ruangan pengolahan
Tidak adanya pelindung pada lampu penerangan pada dapur instalasi
7.
gizi
8. Terdapat berat kotor bahan makanan dalam standar resep
9. Terdapat kesalahan pengetikan dalam standar resep

B. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Skor Pembobotan
Sarana
N /akses
Masalah Besar Biaya/ Total %
O Dampak penan
Masalah waktu
ggulan
gan
Talenan yang
digunakan
belum sesuai
dengan
1 4 4 2 2 12 60
peraturan yang
telah ditetapkan
oleh instalasi
gizi
Pisau yang
digunakan
2 belum sesuai 3 3 2 2 10 50
dengan
penggunaannya
Spesifikasi
bahan makanan
3 3 3 5 5 16 80
kering kurang
lengkap
4 Pada saat 4 4 4 4 16 80
pengolahan
petugas tidak
menggunakan

13
Skor Pembobotan
Sarana
N /akses
Masalah Besar Biaya/ Total %
O Dampak penan
Masalah waktu
ggulan
gan
masker
Pada saat
pengolahan dan
pemorsian
5 3 3 5 5 16 80
makanan pintu
ruangan tidak
ditutup
Tidak adanya
insect killer
6. 3 3 1 2 9 45
dalam ruangan
pengolahan
Tidak adanya
pelindung pada
lampu
7. 3 3 1 2 9 45
penerangan
pada dapur
instalasi gizi
Terdapat berat
kotor bahan
8. 1 1 3 3 8 40
makanan dalam
standar resep
Terdapat
kesalahan
9. pengetikan 1 1 5 5 12 60
dalam standar
resep
a. Skoring / pembobotan masalah

Keterangan:

a) Besar Masalah

1. Tidak berat

2. Agak berat

3. Sedang

4. Berat

5. Sangat Berat

14
b) Dampak

1. Tidak besar

2. Sedikit besar

3. Sedang

4. Besar

5. Sangat Besar

c) Sarana/akses penanggulangan

1. Sangat sulit

2. Sulit

3. Sedang

4. Agak mudah

5. Mudah ditanggulangi

d) Biaya/waktu

1. Sangat sulit

2. Sulit

3. Sedang

4. Agak mudah

5. Mudah

b. Prioritas masalah

15
Skor Pembobotan
Saran
a/
N
Masalah Besar akses Biaya/ Total %
O Dampak
Masalah penan waktu
ggulan
gan
Spesifikasi
bahan
makanan
1 3 3 5 5 16 80
kering
kurang
lengkap

c. Tabel Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif
No Masalah Penyebab
Pemecahan Masalah
1. Kurangnya 1. Spesifikasi bahan 1. Menambah
kelengkapan makanan kering kelengkapan
spesifikasi bahan dirasa cukup spesifikasi bahan
makanan kering mudah untuk makanan kering
dipesan kepada 2. Memberikan
supplier terdahulu edukasi mengenai
sehingga tidak cara melengkapi
perlu spesifikasi spesifikasi bahan
bahan makanan makanan kering
kering yang
lengkap

d. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Masalah Pembobotan
Alternatif Kemudahan Sumber Total Skor
Variabel
intervensi penyelenggaraan daya
Kurangnya Menambahka
kelengkapan n
spesifikasi kelengkapan
bahan spesifikasi 5 5 10
makanan bahan
kering makanan
kering
Memberikan 3 5 8
edukasi
mengenai

16
Masalah Pembobotan
Alternatif Kemudahan Sumber Total Skor
Variabel
intervensi penyelenggaraan daya
cara
melengkapi
spesifikasi
bahan
makanan
kering

C. PERENCANAAN INTERVENSI

Rencana kegiatan

Jenis kegiatan : Pengadaan spesifikasi bahan makanan kering yang

lebih lengkap

Hari/Tanggal : Selasa/ 31 September 2018

Tempat : Instalasi Gizi

Sasaran : Petugas Penerimaan Bahan Makanan

Pelaksana Kegiatan :

1. Hildayati Zainia Yulia

2. Salsabila

Media : hand out spesifikasi bahan makanan yang lebih

lengkap

BAB IV

17
KEGIATAN INTERVENSI

A. PELAKSANAAN

1. Kegiatan pengadaan kelengkapan spesifikasi bahan makanan

kering dimulai pada tanggal 23 September 2019. Kegiatan dimulai dengan

melakukan pengecekan bahan makanan kering di gudang dan merincikan

spesifikasi bahan makanan beserta foto bahan makanan. Spesifikasi bahan

makanan kering yang akan ditambahkan berupa foto, halal pass, tanggal

kadaluarsa, dan berat bersih bahan makanan kering.

2. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan entry data spesifikasi bahan

makanan ke dalam Microsoft Word. Selanjutnya spesifikasi bahan

makanan di print dan diberikan kepada petugas penerimaan bahan

makanan kering atau petugas gudang pada tanggal 31 September 2019.

3. Hand out spesifikasi bahan makanan yang lebih lengkap memudahkan

petugas penerima bahan makanan dalam menerima bahan makanan yang

datang dari supplier.

B. HASIL

1. Hasil dari kegiatan pengadaan hand out spesifikasi bahan makanan

kering yang lebih lengkap adalah petugas telah menggunakan

spesifikasi bahan makanan kering yang kami buat ketika mengecek

bahan makanan kering yang datang dari supplier dan yang ada di

gudang.

2. Petugas telah mengecek bahan makanan kering yang dipesan sesuai

dengan spesifikasi bahan makanan kering yang telah kami berikan.

18
3. Apabila ada bahan yang tidak sesuai spesifikasi yang tertera, petugas

gudang akan mengembalikan bahan tersebut dan meminta ganti bahan

makanan kering yang sesuai dengan spesifikasi bahan makanan kering

yang telah kami berikan.

C. EVALUASI

a. Rencana Pemantauan

Masalah Sudah/Belum dipantau

Petugas belum mengecek bahan makanan Sudah

kering sesuai spesifikasi bahan makanan

kering yang lengkap karena belum adanya

spesifikasi bahan makanan kering yang

lengkap

b. Rencana Monitoring

Masalah Waktu Evaluasi

Petugas belum mengecek Tanggal Petugas menggunakan

bahan makanan kering sesuai 2,12,22 spesifikasi bahan makanan

spesifikasi bahan makanan setiap kering dalam proses

kering yang lebih lengkap bulan penerimaan bahan

karena belum adanya makanan, petugas juga

spesifikasi bahan makanan telah mengecek spesifikasi

kering yang lebih lengkap bahan makanan kering

sesuai hand out spesifikasi

bahan makanan kering

19
Masalah Waktu Evaluasi

yang kami diberikan.

BAB V

PENUTUP

20
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kegiatan pemecahan masalah mengenai

pemberian handout spesifikasi bahan makanan kering yang lengkap telah

membantu petugas penerima bahan makanan kering dalam memeriksa

kesesuian spesifikasi bahan yang dipesan dengan bahan yang diterima.

Penerimaan bahan makanan kering perlu diperhatikan secara lebih teliti

agar bahan makanan kering yang digunakan tidak terkontaminasi oleh zat

kimiawi, fisik, ataupun mikrobiologi.

B. Saran

Perlu ditingkatkan lagi pengawasan mengenai penerimaan bahan

makanan kering di Instalasi Gizi RS Al Islam Bandung

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta; 2013.

21
2. (Istilah-Istilah dalam kebijakan dan manajemen kesehatan. Maryono

3. Symond, Denas. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Dan Prioritas Jenis

Intervensi Kegiatan Dalam Pelayanan Kesehatan Di Suatu Wilayah. Studi

Literatur. Jurnal Kesehatan Masyarakat. September 2013.

22
LAMPIRAN

Pemberian Hand out spesifikasi bahan makanan kering yang lebih lengkap disertai

foto dan berat bahan kepada petugas penerima bahan makanan dan petugas

penerima bahan makanan menggunakan spesifikasi bahan makanan kering yang

diberikan.

23

Anda mungkin juga menyukai