Anda di halaman 1dari 6

Tugas Individu Hari: Minggu

MK.Konseling Gizi Tanggal : 14 Januari 2024

PENTINGNYA KONSELING GIZI DALAM PROSES ASUHAN


GIZI

Dosen Pengampu :
Dewi Rahayu, SP, M. Si

Disusun Oleh:

Siti Khairunnisa P032213411035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU
JURUSAN GIZI
2024
A. Konsep Konseling Gizi
Dalam Kamus Gizi (2009) yang dikeluarkan PERSAGI dinyatakan bahwa konseling
gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasidua arah antara konselor
dan pasien/klien untuk membantu pasien/klien mengenali dan mengatasi masalah gizi.
Menurut buku Penuntun Konseling Gizi (PERSAGI, 2010) konseling gizi adalah suatu
bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan
keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya dan permasalahan
yang dihadapi. Setelah konseling, diharapkan individu dan keluarga mampu mengambil
langkah – langkah untuk mengatasi masalah gizi termasuk perubahan pola makan serta
pemecahan masalah terkait gizi ke arah kebiasaan hidup sehat.
a. Tujuan
Menurut I Dewa Nyoman Supariasa,MPS (2013) tujuan konseling gizi adalah
membantu klien dalam upaya mengubah perilaku yang berkaitan dengan gizi,
sehingga status gizi dan kesehatan klien menjadi lebih baik. Perilaku yang diubah
meliputi ranah pengetahuan, ranah sikap, dan ranah ketrampilan di bidang gizi.
b. Manfaat
Menurut PERSAGi (2010) dalam Penuntun Konseling Gizi, manfaat konseling gizi
adalah sebagai berikut:
1) Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi yang dihadapi.
2) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah
3) Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah
4) Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang
paling sesuai baginya.
5) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan
gizi klien.
c. Sasaran
Dari sudut pandang siklus dalam daur kehidupan atau umur, sasaran konseling
adalah anak, remaja, orang dewasa, dan orang lanjut usia. Perlu disadari bahwa
yang memerlukan konseling gizi bukan hanya individu yang mempunyai masalah
gizi, tetapi juga individu yang sehat atau individu yang mempunyai berat ideal agar
kesehatan optimal tetap dapat dipertahankan atau berat badan ideal tetap dapat
dipertahankan serta bagaimana mencegah penyakit – penyakit yang berkaitan
dengan gizi.
Menurut PERSAGI (2010) sasaran konseling gizi adalah:
1) Klien yang memunyai masalah kesehatan yang terkait dengan gizi
2) Klien yang ingin melakukan tindakan pencegahan
3) Klien yang ingin mempertahankan dan mencapai status gizi
Optimal
d. Prinsip
1. Konseling merupakan sebuah bentuk kerja yang kooperatif yang
membutuhkan partisipasi yang aktif dari konselor dan kilen.
2. Konseling berorientasi pada tujuan. Yang dimaksud disini adalah klien
dapat menemukan jawaban atas masalah yang telah teridentifikasi atau
solusi yang spesifik dari permasalahannya.
3. Konseling memiliki karakteristik yang baik karena terfokus pada
klien. (Nutrition Counseling, Ahmed A.)

B. Konsep Asuhan Gizi


Problem gizi timbul akibat ketidaksesuaian antara asupan dan kebutuhan tubuh akan
zat gizi. Asuhan gizi yang dilakukan melalui Pengkajian, Diagnosis, Intervensi dan
Monitoring Evaluasi (PDIME) Gizi merupakan proses penanganan problem gizi yang
sistematis dan akan memberikan tingkat keberhasilan yang tinggi. PDIME Gizi
dilaksanakan di semua fasilitas pelayanan kesehatan, seperti di rumah sakit (rawat inap
dan rawat jalan), klinik pelayanan konseling gizi dan dietetik, puskesmas, dan di
masyarakat.
Tujuan Proses Asuhan Gizi (PAG) adalah memecahkan masalah gizi dengan mengatasi
berbagai faktor yang mempunyai kontribusi pada ketidakseimbangan atau perubahan
status gizi agar dapat menentukan akar masalah gizi yang akan menetapkan pilihan
intervensi yang sesuai. Proses Asuhan Gizi memiliki empat manfaat yaitu:
1) Membuat keputusan sehingga meningkatkan tingkat kinerja, dengan menentukan
diagnosis/masalah gizi yang akan ditangani sampai monitoring dan evaluasi (dari
tingkat merespon menjadi tingkat menentukan);
2) Membantu praktisi dietetik mengelola asuhan gizi berbasis ilmiah dan komprehensif;
3) Memudahkan pemahaman dan komunikasi antar profesi;
4) Mengukuhkan posisi dalam ekonomi global (pendidikan dan kredibilitas).
Keberhasilan proses asuhan gizi sangat ditentukan oleh efektivitas intervensi gizi
melalui edukasi dan konseling gizi yang efektif, pemberian dietetik yang sesuai untuk
pasien dan kolaborasi dengan profesi lain. Monitoring dan evaluasi menggunakan
indikator asuhan gizi yang terukur dilakukan untuk menunjukkan keberhasilan
penanganan asuhan gizi dan perlu pendokumentasian semua tahapan proses asuhan
gizi.
Pelaksanaan proses asuhan gizi memerlukan keseragaman bahasa (terminologi) untuk
berkomunikasi dan mendokumentasikan PDIME. Terminologi dietetik dan gizi secara
internasional telah dipublikasikan oleh Academy of Nutrition and Dietetics dalam buku
International Dietetics & Nutrition Terminology (IDNT) Reference Manual:
Standardized Language for the Nutrition Care Process- Fourth Edition yang berisi
terminologi mengenai 4 langkah Proses Asuhan Gizi melalui PDIME
Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan gizi harus mengembangkan kebijakan
dan program untuk membantu memperbaiki pola makan dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Pengkajian gizi, diagnosa gizi, intervensi gizi, monitoring dan
evaluasi gizi.
A. LANGKAH PERTAMA: PENGKAJIAN GIZI
1. Tujuan:
• Proses berlangsung dinamis dan tidak linier, tidak hanya melibatkan pengumpulan
data awal, namun juga proses pengkajian ulang dan analisa data status klien/populasi
dibandingkan kriteria spesifik (standar referensi).
2. Sasaran dalam Proses Asuhan Gizi:
• Klien adalah pasien, anggota keluarga atau
pengasuh.
• Populasi adalah kelompok, komunitas dan
masyarakat.
3. Pengkajian gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan mengumpulkan data yang
diperlukan. Pengkajian memerlukan cara berpikir kritis seperti: Menentukan data
spesifik apa yang akan dikumpulkan
• Menentukan kebutuhan akan informasi tambahan
• Memilih alat dan prosedur pengkajian gizi sesuai situasi: alat
pengukuran/pengumpulan data; prosedur pengumpulan data; dan comparatives
• standard (standar pembanding)
• Validasi data
• Pengetahuan terkait masalah gizi: patofisiologi, metabolisme zat gizi,
epidemiologi
• Kemampuan membuat keputusan berdasarkan fakta (evidence based)

B. LANGKAH KEDUA: DIAGNOSIS GIZI

1. Tujuan:

• Untuk mengidentifikasi dan menggambarkan masalah gizi spesifik yang dapat diatasi
atau diperbaiki melalui intervensi gizi oleh seorang tenaga kesehatan.
• Diagnosis gizi (misal: Asupan karbohidrat yang tidak konsisten) berbeda dengan
diagnosis medis (misal: Diabetes).

2. Perbedaan diagnosis gizi dengan diagnosis medis: Contoh:

Diagnosis medis : Dislipidemia

Diagnosis gizi : Kelebihan asupan lemak berkaitan dengan seringnya mengonsumsi makanan
cepat saji ditandai dengan pemeriksaan kolesterol 230 mg/dl dan mengonsumsi ayam goreng
cepat saji 5 kali/minggu.

C. LANGKAH KETIGA: INTERVENSI GIZI

1. Tujuan:

Memperbaiki atau meningkatkan kondisi gizi berdasarkan rencana dan penerapan intervensi
gizi yang tepat sesuai kebutuhan. Tujuan intervensi mengarah pada problem (P) berdasarkan
etiologi (E) dengan target memperbaiki sign/symptom (S) yang harus terukur dan waktu
tertentu

2. Intervensi gizi berfokus pada promosi kesehatan dan mencegah penyakit yang dirancang
atau direncanakan untuk merubah kondisi sebelumnya yang berakaitan dengan perilaku
masyarakat, lingkungan dan kebijakan
3. Bagaimana tenaga kesehatan menetapkan intervensi?

• Penerapan intervensi berdasarkan diagnosis dan etiologi


• Strategi intervensi dimaksudkan untuk mengubah asupan makan, pengetahuan dan
perilaku gizi, kondisi lingkungan atau kegiatan lainnya yang mendukung.
• Tujuan intervensi gizi dibuat sebagai dasar untuk memonitor perkembangan dan
mengukur dampak

D. LANGKAH KEEMPAT: MONITORING DAN EVALUASI GIZI

1. Tujuan monitoring dan evaluasi gizi

Untuk melihat perkembangan dan pencapaian tujuan yang diharapkan. Monitoring dan
evaluasi gizi mengidentifikasi outcome yang berhubungan dengan diagnosis dan tujuan
intervensi gizi yang direncanakan. Indikator asuhan gizi adalah penanda (marker) yang dapat
diukur dan dievaluasi untuk menentukan efektivitas asuhan gizi. Kajian gizi yang lebih spesifik
dapat dilakukan dengan membandingkan outcome dengan status gizi sebelumnya dan tujuan
intervensi. Secara umum, ini bertujuan untuk menilai efektivitas intervensi yang dilakukan oleh
tenaga gizi.

2. Cara Tenaga kesehatan menentukan indikator yang diukur dalam monitoring dan evaluasi

Tenaga Kesehatan menentukan indikator yang dapat menggambarkan perubahan hasil dari
asuhan gizi. Dengan kata lain, Tenaga Kesehatan akan mempertimbangkan diagnosis gizi,
intervensi gizi, diagnosis medis, tujuan pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan gizi, jenis
pelayanan, klien/ masyarakat, dan tingkat keparahan penyakit.

C. Pentingnya Konseling Gizi

Konseling gizi memberikan solusi bersama antara ahli gizi dan klien/pasien untuk
permasalahan gizi yang dialami klien/pasien sehingga diperoleh kesepakatan dalam pengaturan
makan untuk mendukung kesehatan atau kesembuhan klien/pasien. Selain itu ada banyak
manfaat yang didapat pada konseling yaitu:
Konseling diharapkan mampu memberi manfaat kepada klien
1. Membantu klien untuk mengenali permasalahan kesehatan dan gizi yang dihadapi.
Konselor menyampaikan beberapa informasi tentang penyakit atau masalah, faktor penyebab
dan gejala penyakit yang diderita. Sehingga klien dapat mengetahui permasalahan atau
penyakit apa yang dia alami.
2. Membantu klien mengatasi masalah. Konselor memberikan beberapa informasi atau
alternatif pemecahan masalah.
3. Mendorong klien untuk mencari cara pemecahan masalah. Konselor dapat mendorong
mengarahkan klien untuk mencari pemecahan masalah. Konselor memberi motivasi bahwa
klien mempunyai potensi untuk memecahkan masalah.
4. Mengarahkan klien untuk memilih cara yang paling sesuai baginya. Konselor mendampingi
dan membantu klien dalam memilih cara yang paling tepat dan sesuai bagi klien.
5. Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi klien. Konselor membantu
klien dalam menyembuhkan penyakitnya dengan memberikan informasi yang jelas tentang diet
yang disarankan berkaitan dengan penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cornelia., Sumedi E., Anwar I., Ramayulis, R., Iwaningsih, S., Kresnawan, T., Nurlita, H. 2016.
Konseling Gizi Proses Komunikasi, Tata Laksana, serta Aplikasi Konseling Gizi pada Berbagai
Diet. Jakarta : Penebar Swadaya Grup

Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai