Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PATOLOGI PENYAKIT INFEKSI

“TYPOID,DHF, DAN MALARIA”

Penyusun:
Kelompok 3/1A
Halida Nurazda Sofhiany P032213411016
Della Karyandini P032213411010
Nazwa Septiarani P032213411024
Siti Khairunnisa P032213411035
Ulfa Nikmah P032213411039

DOSEN PENGAJAR

Yessi Alza, SST, M.Biomed

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAU


JURUSAN GIZI
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kami curahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata patologi penyakit infeksi sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan dan semaksimal mungkin. Namun,
kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah
apatologi penyakit infeksi yang kami harapkan sebagai bahan koreksi.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb.

Pekanbaru, 15 April 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1 Pengertian Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria...............................................................3
2.2 Etiologi Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria...................................................................3
2.3 Tanda Gejala Typoid, DHF, dan Malaria.........................................................................4
2.3 Indikator Pemeriksaan Typoid, DHF, dan Malaria...........................................................6
2.4 Klasifikasi Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria..............................................................7
2.5 Manifestasi Klinik Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria.................................................9
2.6 Patofisiologi Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria........................................................11
BAB III PENUTUP......................................................................................................................13
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam tifoid atau yang lebih sering dikenal tipes merupakan penyakit akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella thyphi. Bakteri ini biasanya ditemukan di air atau
makanan yang terkontaminasi. Selain itu, bakteri ini juga bisa ditularkan dari orang
yang terinfeksi. Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke
seluruh tubuh yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang
yang terinfeksi penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases
dan urine, makan dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases
penderita tipes. Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang yang
sedang mengalami tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter, Demam tifoid
termasuk infeksi bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi
banyak organ. Tanpa perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan
komplikasi serius yang berakibat fatal.

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang sangat umum di Indonesia
dan negara tropis lainnya. Penyakit ini lebih banyak terjadi di daerah urban dan sub-
urban. Infeksi DBD terjadi setelah digigit nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus
yang membawa virus tersebut. Pengidap DBD akan mengalami demam tinggi yang
disertai sakit kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan nyeri tulang. Beberapa pasien DBD
juga mengalami sakit di bagian belakang mata. Demam berdarah dan demam dengue
adalah dua penyakit yang berbeda tetapi cenderung dikelompokan bersamaan di
Indonesia. Dengue hemorrhagic fever (DBD) atau demam berdarah adalah komplikasi
dari demam dengue atau dengue fever yang semakin memburuk. Salah satu gejala
utama DBD adalah kerusahakan pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Selain itu,
darah akan muncul saat muntah dan dari gusi serta hidung. Penrapasan akan terasa
berat, dimana penderita terengah-engah. Perut biasanya terasa sakit karena terjadi
pembengkakan organ hati.

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium.


Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di
dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati
kemudian menginfeksi sel darah merah.Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan
menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati
maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian. Penyakit ini paling
banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis di mana parasit Plasmodium dapat
berkembang baik begitu pula dengan vektor nyamuk Anopheles. Daerah selatan
Sahara di Afrika dan Papua Nugini di Oceania merupakan tempat-tempat dengan

1
angka kejadian malaria tertinggi.Berdasarkan data di dunia, penyakit malaria
membunuh satu anak setiap 30 detik.Sekitar 300-500 juta orang terinfeksi dan sekitar
1 juta orang meninggal karena penyakit ini setiap tahunnya. 90% kematian terjadi di
Afrika, terutama pada anak-anak.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit typhoid,DHF,dan malaria ?
2. Bagaimana etiologi pada penyakit typhoid, DHF, dan malaria ?
3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit typhoid, DHF dan malaria?
4. Apa patofisiologi dari penyakit typhoid, DHF dan malaria?
5. Bagaimana klasifikasi penyakit typhoid, DHF dan malaria?
6. Bagaimana maniferstasi klinik dari penyakit typhoid, DHF dan malaria?

1.3 Tujuan
1. Mampu mengetahui tentang penyakiy typhoid, DHF dan malaria
2. Mampu mengetahui bagaimana etiologi dari penyakit typhoid, DHF dan malaria
3. Mampu mengetahui tanda dan gejala dari penyakit typhoid, DHF dan malaria
4. Mampu mengetahui patofisiologi penyakit typhoid, DHF dan malaria
5. Mampu mengetahui klasifikasi penyakit typhoid, DHF dan malaria
6. Mampu mengetahui manifestasi klinik penyakit typhoid, DHF dan malaria

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria


a.Typoid

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akibat bakteri Salmonella typhi. Penyakit
infeksi ini umumnya menular melalui makanan atau minuman yang tercemar feses
atau urine penderita. Jika tidak ditangani secara tepat, penyakit ini bisa menimbulkan
komplikasi yang berakibat fatal.

b.DHF

Deman Berdarah Dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes
terutama Aedes aegypti. Demam dengue merupakan penyakit akibat nyamuk yang
berkembang paling pesat di dunia. Gejala atau tanda untuk identifikasi cepat Infeksi
dengue dapat menyebabkan infeksi tanpa gejala atau gejala, dengan sekitar 20%
menyebabkan gejala. Secara umum DF adalah penyakit demam sendiri, yang muncul
3-10 hari setelah nyamuk yang terinfeksi menggigit seseorang.

c.Malaria

Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasomodium.


Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi
parasit tersebut. Gigitan nyamuk membuat parasit masuk, mengendap di organ hati,
dan menginfeksi sel drah merah. Selain melalui gigitan nyamuk, terdapat beberapa
kondisi yang menyebabkan malaria dapat menyebar menjangkit manusia seperti
melalui donor organ, transfusi darah, berbagi pemakaian jarum suntik, dan janin yang
terinfeksi dari ibunya. Di Indonesia, penyakit ini tergolong endemi karena terdapat
beberapa daerah yang masih banyak menderita malaria terutama di wilayah Maluku,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah
Kalimantan dan Sumatra.

2.2 Etiologi Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria


a. Typoid
Etiologi penyebab demam tifoid adalah infeksi organisme Salmonella enterica serovar
Typhi (yang umum dikenal sebagai Salmonella Typhi) melalui jalur fekal-oral dari
konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi bakteri Salmonella
Typhi. Bakteri ini hanya menyebar dari manusia ke manusia karena hanya manusia
yang mampu menjadi inangnya.

3
b.DHF
Etiologi demam dengue atau dengue fever (DF) adalah virus dengue yang ditularkan
ke manusia melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Demam berdarah dengue atau
dengue haemorrhagic fever (DHF) dan dengue shock syndrome (DSS) merupakan
manifestasi infeksi virus dengue yang berat. Terdapat teori bahwa tingkat keparahan
DF dipengaruhi oleh serotipe virus dengue.Agen penyebab DF adalah virus dengue,
yang disebut dengan nama DENV. Virus dengue masuk famili Flaviviridae dan genus
Flavivirus. DENV merupakan single-stranded RNA virus dengan panjang sekitar 11
kilobases. DENV memiliki tiga gen protein struktural, yaitu protein inti atau
nukleokapsid (C), protein membran (M), dan protein selubung/envelope (E). Virus
juga memiliki tujuh gen non-structural protein (NS).
c. Malaria
Etiologi malaria serebral adalah infeksi parasit Plasmodium. Plasmodium penyebab
malaria sebenarnya terdiri dari 5 spesies, yaitu Plasmodium falciparum, Plasmodium
vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi. Namun,
spesies yang paling sering menyebabkan komplikasi berat seperti malaria serebral
adalah Plasmodium falciparum.

Plasmodium disebarkan oleh nyamuk Anopheles yang memiliki jumlah >400 spesies.
Spesies Anopheles yang paling sering menggigit manusia adalah Anopheles
sundaicus, Anopheles gambiae, Anopheles freeborni, dan Anopheles dirus.

2.3 Tanda Gejala Typoid, DHF, dan Malaria


a.Typoid
Gejala demam tifoid muncul 7–14 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri Salmonella
typhi. Seberapa lama gejala berlangsung tergantung pada perkembangan penyakit.
Penderita demam tifoid dapat mengalami gejala awal berupa:
1) Demam yang meningkat secara bertahap hingga mencapai 39–40°C
2) Sakit kepala
3) Nyeri otot
4) Lelah dan lemas
5) Keringat berlebih
6) Batuk kering
7) Hilang nafsu makan
8) Berat badan menurun
9) Sakit perut
10) Sembelit
11) Ruam kemerahan di kulit
12) Pembengkakan di perut
Jika penyakit memburuk, demam tifoid dapat menimbulkan gejala lanjutan, seperti:
1) Linglung atau mengigau

4
2) Halusinasi
3) Diare
4) Menggigil
5) Tubuh terasa sangat lelah
6) Sulit berkonsentrasi
7) BAB berdarah
b.DHF
Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala infeksi demam berdarah dengue.
Ketika gejala benar-benar terjadi, mereka disalah artikan sebagai penyakit lain, seperti
flu. Biasanya gejala akan muncul mulai empat hingga 10 hari setelah kamu digigit
nyamuk.Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat Celsius.
Selain itu, beberapa gejala lainnya, antara lain:
1) Sakit kepala.
2) Nyeri otot, tulang atau sendi.
3) Mual dan muntah.
4) Sakit di belakang mata
5) Kelenjar bengkak.
6) Ruam.
Kebanyakan orang bisa pulih dalam waktu seminggu atau lebih. Dalam beberapa
kasus, gejalanya memburuk dan dapat mengancam jiwa. Ini disebut demam berdarah
parah, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue.Demam berdarah yang
parah terjadi ketika pembuluh darah menjadi rusak dan bocor. Kondisi ini akan
menyebabkan jumlah sel pembentuk gumpalan (trombosit) dalam aliran darah turun.
Hal ini dapat menyebabkan syok, perdarahan internal, kegagalan organ dan bahkan
kematian.

Tanda-tanda peringatan demam berdarah yang parah dan merupakan keadaan


darurat dapat berkembang dengan cepat. Tanda-tanda peringatan biasanya dimulai
satu atau dua hari pertama setelah demam hilang, termasuk:
1) Sakit perut parah.
2) Muntah terus-menerus.
3) Perdarahan dari gusi atau hidung.
4) Darah dalam urin, tinja, atau muntahan.
5) Pendarahan di bawah kulit, yang terlihat seperti memar.
6) Pernapasan yang sulit atau cepat.
7) Kelelahan.
8) Iritabilitas atau kegelisahan.

c.Malaria
5
Gejala malaria mulai muncul setidaknya dalam kurun waktu 10 hingga 15 hari setelah
tergigit nyamuk, Anopheles ataupun terpapar. Berikut beberapa gejala malaria:
1) Demam
2) Menggigil
3) Sakit kepala
4) Berkeringat banyak
5) Lemas
6) Pegal linu
7) Gejala anemia atau kurang darah
8) Mual atau muntah

2.3 Indikator Pemeriksaan Typoid, DHF, dan Malaria


a. Malaria
1) Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis untuk menentukan ada tidaknya
spesies, stadium dari plasmodium.
2) Rapid diagnostic test (RDT).
3) Pemeriksaan untuk malaria berat (apabila ditemukan P.falciparum disertai dengan
salah satu gejala parah)
b. DHF

1) Tes Darah Lengkap


Dalam pemeriksaan ini, semua komponen darah akan dicek dan dihitung, untuk
membantu penetapan diagnosis. Termasuk trombosit, plasma, dan hematokrit.
2) Tes NS1
Di dalam virus dengue, terdapat protein yang bernama NS1 yang akan masuk ke
darah saat terjadi infeksi. Tes NS1 dilakukan untuk mendeteksi keberadaan
protein ini dalam darah. Tes ini direkomendasikan untuk dilakukan pada masa
awal infeksi, yaitu hari ke 0-7.
3) Tes IgM ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
Tes ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan antibodi IgM dan IgG virus
dengue pada pengidap DBD (dengue). Tes ini biasanya direkomendasikan untuk
dilakukan setelah 5 hari sejak gejala muncul.
4) Tes Hemagglutination Inhibition Assay (HAI)
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi antibodi IgG, yang bisa jadi muncul lebih
lambat dari antibodi IgM dan menjadi tanda infeksi kronis. Meski begitu, hasil tes
ini biasanya memakan waktu cukup lama untuk bisa keluar.

6
c.Typoid
1) Tes Widal
Tes widal adalah tes yang paling sering dilakukan untuk mendiagnosis tifus.
Pertama, dokter akan bertanya seputar riwayat penyakit. Kemudian, dilanjutkan
dengan pertanyaan seputar kebersihan makanan dan tempat tinggal, serta keluhan
yang dialami. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti
memeriksa suhu tubuh, melihat tampilan permukaan lidah, memeriksa bagian
perut mana yang nyeri, dan mendengarkan bunyi usus dengan stetoskop.
Dalam pemeriksaan widal, pengidap akan diambil darah sebagai sampel. Setelah
itu, sampel darah akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis. Di laboratorium,
sampel darah akan ditetesi dengan bakteri Salmonella yang sudah dimatikan
dalam bentuk antigen O (badan bakteri) dan antigen H (ekor atau flagel bakteri).
Kedua antigen tersebut diperlukan karena antibodi untuk badan bakteri dan flagel
bakteri dapat berbeda. Selanjutnya, sampel darah diencerkan sampai puluhan atau
ratusan kali. Bila setelah berulang kali diencerkan antibodi tetap terbukti positif,
maka individu tersebut dianggap mengidap tipes.
2) Tes Tubex
Tubex merupakan alat uji yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan antibodi
IgM anti-O9 dalam darah. Antibodi tersebut dihasilkan secara otomatis oleh
sistem imun saat tubuh terinfeksi oleh bakteri Salmonella typhi. Jadi, apabila tes
Tubex mendeteksi antibodi IgM anti-O9 dalam sampel darah menandakan
seseorang tersebut positif mengidap tipes.
2.4 Klasifikasi Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria
a. Typoid
Menurut WHO (2003), ada 3 macam klasifikasi demam tifoid dengan perbedaan
gejala klinis:
1) Demam tifoid akut non komplikasi
Demam tifoid akut dikarakterisasi dengan adanya demam berkepanjangan
abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa,dan diare pada
anak-anak), sakit kepala, malaise, dan anoksia. Bentuk bronchitis biasa
terjadi pada fase awal penyakit selama periode demam,sampai 25%
penyakit menunjukkan adanya resespot pada dada, abdomendan
punggung.
2) Demam tifoid dengan komplikasi
Pada demam tifoid akut keadaan mungkin dapat berkembang menjadi
komplikasi parah. Bergantung pada kualitas pengobatan dan keadaan
kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari
melena, perforasi, susu dan peningkatan ketidaknyamanan abdomen.
3) Keadaan karier

7
Keadaan karier tifoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien.
Karier tifoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses
b. DHF
Berdasarkan klasifikasi, DHF dibagi menjadi empat tingkat atau kategori, yaitu:
1. Dengue tanpa syok (Dengue without Shock): Pasien mengalami demam
tinggi selama 2-7 hari, serta gejala-gejala seperti sakit kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, mual, muntah, dan ruam kulit. Pendarahan ringan pada kulit,
gusi, hidung, atau saluran cerna juga dapat terjadi.
2. Dengue dengan syok ringan (Dengue with mild shock): Selain gejala yang
sama dengan kategori pertama, pasien juga mengalami gejala syok ringan
seperti kulit pucat, lembab, dan dingin, denyut nadi lemah, dan tekanan
darah rendah.
3. Dengue dengan syok berat (Dengue with severe shock): Pasien mengalami
gejala syok berat seperti tekanan darah rendah yang mengancam jiwa,
denyut jantung cepat, pernafasan cepat, kulit pucat, dingin, dan lembap,
serta kesadaran menurun.
4. Dengue dengan komplikasi lain: Pasien dengan dengue dapat mengalami
komplikasi seperti kerusakan organ seperti hati, jantung, atau ginjal, dan
efusi pleura atau cairan di sekitar paru-paru.
c. Malaria
Berdasarkan jenis Plasmodium yang menyebabkan penyakit, malaria dapat dibagi
menjadi empat jenis, yaitu:
1. Malaria tropika (Plasmodium falciparum): Jenis malaria ini merupakan
jenis yang paling serius dan berpotensi mengancam nyawa. Gejalanya
meliputi demam tinggi, sakit kepala parah, mual, muntah, diare, dan
kesulitan bernapas. Infeksi malaria tropika dapat menyebabkan kerusakan
organ vital seperti hati, ginjal, dan otak.
2. Malaria vivax: Jenis malaria ini menyebabkan demam yang terjadi secara
berkala, yaitu setiap dua atau tiga hari sekali. Gejala lainnya meliputi sakit
kepala, nyeri otot, dan lelah. Infeksi malaria vivax dapat berlangsung
dalam waktu yang lama, bahkan hingga beberapa tahun.
3. Malaria ovale: Jenis malaria ini jarang terjadi dan memiliki gejala yang
serupa dengan malaria vivax, yaitu demam berkala, sakit kepala, dan nyeri
otot. Infeksi malaria ovale juga dapat berlangsung dalam waktu yang
lama, bahkan hingga beberapa tahun.
4. Malaria malariae: Jenis malaria ini jarang terjadi dan gejalanya meliputi
demam berkala, sakit kepala, nyeri otot, dan kram perut. Infeksi malaria
malariae dapat berlangsung dalam waktu yang lama, bahkan hingga
beberapa dekade.

8
2.5 Manifestasi Klinik Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria
a. Typoid
Gejala klinis pada demam thypoid beragam mulai dari gejala ringan berupa demam,
tubuh terasa lemas serta batuk ringan sampai dengan gejala berat berupa keluhan
abdomen hingga komplikasi multiple, hal yang mempengaruhi gejala penyakit typoid
adanya beberapa factor antara lain jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh,
status imunologi, faktor genetik, antibiotik yang digunakan, keadaan umum serta
status nutrisi, untuk masa inklubasi penyakit demam thypoid antara 7-14hari, dengan
rentang waktu 3-30 hari, tergantung pada usia penderita.
Untuk usia lebih dewasa biasanya lebih berat dari pada penderita usia anak-anak.
Demam thypoid untuk untuk waktu sampai dengan sembuh antara 10 hari hingga
sampai 20 hari, faktor makanan dan juga minuman yang terinfeksi bakteri juga
mempengaruhi waktu penyembuhan biasanya terinfeksi melalui makanan lebih singkat
sekitar 4 hari, Sedangkan yang terinfeksi melalui minuman lebih lama kurang lebih 30
hari, masa inkubasi berlangsung 7 -21 hari, pada hari ke 10-12 umumnya ditemukan
gejala seperti pusing atau nyeri kepala, tidak enak badan, lesu, pusing, serta semangat
berkurang. Adapun grjala yang lainnya yaitu:
1) Demam
Terjadi demam yang panjang selama tiga minggu, Selama minggu pertama
terdapat kenaikan suhu tubuh atau hipertermi yang berkisar suhunya 39oC-
40oC sehingga terkadang mengakibatkan sakit kepala, pusing, pegal-pegal,
anoreksia, mual, muntah dan batuk, minggu ke 2 suhu tubuh mulai
berkurang setiap harinya namun terjadi penurunan pada pagi hari, dan
meningkat di sore atau malam hari pada penderita demam thypoid ini terus
menerus dalam keadaan demam tinggi (hipertermi), dan jika keaadaan
pasien membaik, tidak terjadi komplikasi yang lain atau pengobatan
berhasil, gejala klinis akan berkurang dalam minggu ketiga dengan suhu
tubuh akan berangsurangsur turun dan normal kembali.
2) Gangguan pada saluran pencernaan
Terdapat perubahan pola napas pada penderita demam thypoid yaitu seperti
mukosa bibir kering atau pecah-pecah, lidah tampak putih kotor di bagian
ujung dan kemerahan di bagian tepi, bau napas mengeluarkan bau yang
tidak sedap, perut terasa kembung terkadang disertai mual, muntah serta hati
dan limfa membesar disertai nyeri saat perabaan.
3) Gangguan pada kesadaran
Gangguan kesadaran menurun seperti apatis sampai dengan somnolen pada
penderita demam thypoid kesadaran akan menurun, penderita akan

9
merasakan keingginan untuk ingin tidur lebih lama. Terdapat gejala lain
seperti muncul bintik-bintik kemerahan kulit.
b. DHF
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat yang
mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan kematian.
Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan 2 dari
gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi, mual,
muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala ini biasanya berlangsung selama 2-
7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena plasma
bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan
organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam
hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit
parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan
dan darah di muntah. 24-48 jam.
gejala awal demam berdarah dengue yang mirip dengan demam berdarah. Tapi
setelah beberapa hari orang yang terinfeksi menjadi mudah marah, gelisah, dan
berkeringat. Terjadi perdarahan: muncul bintik-bintik kecil seperti darah pada kulit
dan patch lebih besar dari darah di bawah kulit. Luka ringan dapat menyebabkan
perdarahan.
c. Malaria
Manifestasi klinik atau gejala penyakit malaria bervariasi tergantung pada jenis
Plasmodium yang menyebabkan penyakit dan tingkat keparahannya. Gejala malaria
biasanya muncul dalam waktu 7-30 hari setelah terpapar parasit. Berikut adalah
beberapa manifestasi klinik yang umum terjadi pada malaria:
1. Demam: Demam merupakan gejala utama malaria dan seringkali dimulai
dengan demam tinggi yang tiba-tiba dan menggigil, kemudian suhu tubuh akan
meningkat hingga mencapai puncak dan kembali normal dalam siklus yang
berulang.
2. Sakit kepala: Sakit kepala merupakan gejala umum yang terjadi pada malaria.
Sakit kepala biasanya disertai dengan demam dan gejala flu.
3. Nyeri otot dan sendi: Nyeri otot dan sendi juga sering terjadi pada malaria,
terutama pada malaria vivax dan ovale.
4. Mual dan muntah: Mual dan muntah dapat terjadi sebagai respons terhadap
infeksi malaria.
5. Gangguan saluran pencernaan: Beberapa orang yang terinfeksi malaria juga
mengalami diare, sakit perut, dan gejala lain yang terkait dengan saluran
pencernaan.
6. Anemia: Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia (kurang darah) pada
beberapa orang, terutama pada malaria tropika yang parah.

10
7. Masalah pernapasan: Beberapa orang dengan malaria dapat mengalami
masalah pernapasan seperti sesak napas dan batuk.
8. Masalah neurologis: Infeksi malaria yang parah dapat menyebabkan masalah
neurologis seperti kejang, koma, dan gangguan kognitif.

2.6 Patofisiologi Penyakit Typoid, DHF, dan Malaria


a. Typoid
Patofisiologi demam tyhpoid awalnya disebabkan oleh kuman yang masuk
kedalam tubuh baik itu melalui makanan minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
Salmonella thypi, saat kuman masuk dalam tubuh melalui lambung sebagian dapat di
lawan oleh tubuh menggunakan asam Hcl pada lambung dan sebagian diteruskan
masuk kedalam usus halus, seseorang dengan respon imunistas humoral mukosa (igA)
usus yang kurang baik, maka bakteri akan dapat dengan mudah menembus sel epitel
atau (sel m) menuju Lamina Propia dan akan berkembang biak di jaringan Limfoid
plak nyeri di Ileum Distal serta kelenjar getah bening kemudian akan masuk dalam
aliran darah tubuh penderita (Lestari, 2016).
Penyakit thypoid ini penularan oleh bakteri salmonella typhi dapat melalui
beberapa cara istilah yang digunakan yaitu 5F antara lain Food (Makanan), Fingers
(tangan), Fomitus (muntah), Fly (lalat), serta melalui Feses. Kuman juga dapat
ditularkan melaului perantara lalat, jika tidak memperhatikan kebersihan diri,
lingkungan sekitar maka akan mudah bakteri Salmonella typhi tersebut masuk dalam
tubuh baik melaui makanan yang masuk lewat mulut. kuman yang masuk melalui
makanan lewat mulut akan dibawa masuk ke dalam lambung dan usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid, dalam jaringan tersebut kuman dapat
berkembang biak serta dapat masuk kedalam aliran darah dan mencapai sel sel
retikuloendotel, sel-sel ini akan melepaskan bakteri dalam sirkulasi darah yang akan
mengakibatkan bakterimia, selanjutnya bakteri yang lain akan masuk usus halus,
limpa, dan kandung empedu.
b. DHF
Patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma,
peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi
(tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya
hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok). Hal pertama
yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-
bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran limpa (splenomegali).

11
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Pada penderita DHF sangat dianjurkan
untuk memantau hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian
cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang
dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila
tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya
terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua
komponenkomponen di dalam darah yang telah hilang.
c. Malaria
Setelah parasit Plasmodium masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk, parasit akan menyerang sel-sel merah dalam darah. Di dalam sel darah
merah, parasit akan berkembang biak dan merusak sel darah merah yang menjadi
tempatnya bertumbuh. Selama berkembang biak, parasit Plasmodium melepaskan zat
zat toksik yang menyebabkan gejala malaria seperti demam, sakit kepala, mual,
muntah, dan nyeri otot.
Parasit malaria juga dapat menyebabkan penggumpalan sel darah merah yang
dapat memblokir aliran darah ke organ vital seperti otak, jantung, atau ginjal, yang
dapat menyebabkan komplikasi serius seperti anemia, gagal ginjal, kejang, dan koma.
Mekanisme pertahanan tubuh melawan parasit malaria melibatkan sistem
kekebalan tubuh yang merespons dengan merangsang produksi sel darah putih untuk
melawan parasit Plasmodium. Namun, parasit malaria memiliki kemampuan untuk
menghindari sistem kekebalan tubuh dengan berubah bentuk dan menyembunyikan
diri dalam sel darah merah.
Pengobatan malaria dilakukan dengan pemberian obat-obatan antimalaria yang
bertujuan untuk membunuh parasit malaria. Namun, beberapa jenis parasit malaria
telah menjadi resisten terhadap beberapa jenis obat antimalaria, sehingga pengobatan
menjadi lebih sulit dan memerlukan pendekatan yang lebih spesifik dan individual.
Pencegahan malaria dilakukan melalui pengendalian populasi nyamuk dan
penggunaan kelambu berinsektisida saat tidur. Vaksin malaria juga telah
dikembangkan dan sedang dalam tahap uji klinis.

12
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Maka dapat disimpulkan bahwa tifoid adalah penyakit infeksi akibat bakteri Salmonella typhi.
Umumnya bakteri ini menyebar pada makanan dan minuman. Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes
terutama Aedes aegypti. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama
Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di
dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian
menginfeksi sel darah merah.

Gejala demam tifoid muncul 7–14 hari setelah seseorang terinfeksi bakteri Salmonella typhi.
Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala infeksi demam berdarah dengue. Ketika gejala
benar-benar terjadi, mereka disalah artikan sebagai penyakit lain, seperti flu. Biasanya gejala
akan muncul mulai empat hingga 10 hari setelah kamu digigit nyamuk. Penyakit ini bisa
menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat Celsius. Gejala malaria mulai muncul setidaknya
dalam kurun waktu 10 hingga 15 hari setelah tergigit nyamuk, Anopheles ataupun terpapar.
Penyakit-penyakit di atas merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus dan
parasit

13
DAFTAR PUSTAKA
Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. 2007. Demam Berdarah Dengue. Dalam Buku
ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III Edisi V. Jakata: Sudoyo AW dkk. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan
kesehatan, 2005.p.19-34

14

Anda mungkin juga menyukai