net/publication/366465848
CITATIONS READS
0 4,180
3 authors:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ribka Ondang on 21 December 2022.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya
serta kemampuan kepada kami untuk dapat menyelesaikan Mini Skripsi ini di mata kuliah
Epidemiologi Penyakit Menular dengan tepat waktu.
Mini Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Dr.dr. WULAN
PINGKAN JULIA KAUNANG Grad.Dip,M.Kes,DK dari mata kuliah Epidemiologi
Penyakit Menular. Selain itu, dalam pembuatan tugas ini juga berguna untuk menambah
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca maupun penulis terkait judul yaitu “ Demam Tifoid”.
Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa Mini Skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritikan dan saran yang membangun
dari para pembaca terutama Dosen Pengajar mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular, demi
tercapainya Mini Skripsi yang sempurna agar dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 9
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Salmonella typhi ....................................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
- Mengetahui definisi demam tifoid
- Mengetahui siapa saja yang dapat terjangkit demam tifoid
- Mengetahui kapan demam tifoid di temukan
- Mengetahui mengapa demam tifoid dapat menginfeksi manusia
- Mengetahui dimana demam tifoid di temukan
- Mengetahui bagaimana pencegahan demam tifoid
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah tifoid dimulai ketika seorang ilmuwan Perancis bernama Pierre Louis
mencetuskan istilah tifoid pada tahun 1829. Tifus atau tifus berasal dari kata Yunani
typhos yang berarti orang yang demam, dengan kesadaran yang buruk. Belakangan,
Gaffky menyebut penularan penyakit itu lewat air, bukan lewat udara. Gaffky juga
berhasil membudidayakan Salmonella typhi pada tahun 1884. Widal pada tahun 1896
akhirnya menemukan metode pengujian tifus yang masih digunakan sampai sekarang.
Woodward dkk. Pada tahun 1948 dilaporkan pertama kali obat yang efektif untuk tifus
adalah kloramfenikol.
Prevalensi tifoid di Indonesia adalah 1,60%, tertinggi terjadi pada kelompok umur 5-
14 tahun, karena pada usia tersebut anak kurang memperhatikan kebersihan diri dan
2
memiliki kebiasaan ngemil tergantung kelompok umur. pada dasarnya menyebabkan
penularan tifus. Prevalensi demam tifoid menurut tempat tinggal tertinggi di pedesaan
dibandingkan perkotaan, dengan tingkat pendidikan yang rendah dan pengeluaran
rumah tangga yang rendah. Prevalensi tifoid bervariasi dari satu daerah ke daerah
lainnya. Perbedaan kejadian penyakit ini antara pedesaan dan perkotaan disebabkan
oleh penyediaan air minum, sanitasi dan pembuangan limbah.
3
Menurut WHO, pada tahun 2003 terdapat sekitar 17 juta kasus tifus di seluruh dunia
dan 600.000 kematian setiap tahunnya. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun
2009, tifus atau paratifoid menempati urutan ketiga dari 10 penyakit yang paling banyak
diderita penderita. Tifus mempengaruhi orang-orang di semua negara. Insiden global
adalah sekitar 17 juta per tahun dan 600.000 orang meninggal akibat penyakit ini. WHO
memperkirakan 70 persen kematian terjadi di Asia. Penggunaan obat yang tidak
rasional merupakan salah satu masalah di puskesmas. Endemik demam tifoid muncul
di Provinsi Jawa Tengah 2 ketika jumlah demam tifoid meningkat selama 3 tahun
berturut-turut sejak tahun 2007, jumlah kasus sebanyak 154 kasus, tahun 2008 naik
menjadi 971 kasus, tahun 2009 naik menjadi 4.817 kasus, dan tahun 2010. kembali
menjadi 5.021 kasus meningkat (Riskesda, 2010).
Tifoid adalah salah satu dari 10 penyakit paling umum yang dirawat di rumah sakit.
Tifoid menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak rawat inap dengan jumlah
kasus sebanyak 55.098 kasus dan case fatality rate (CFR) sebesar 2,06% (Profil
Kesehatan Indonesia, 2011). Tifus merupakan salah satu dari lima penyebab kematian
di Indonesia.
4
dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, baik dari masakan,
maupun dari tangan dan peralatan yang terkontaminasi. Bakteri ini diserap di usus kecil,
yang bergerak bersama makanan dan kemudian menyebar ke seluruh organ, terutama
hati dan limpa, menyebabkan pembengkakan dan nyeri. Bakteri ini terus menyebar ke
aliran darah dan kelenjar getah bening, terutama usus kecil.
Bakteri pada dinding usus menyebabkan tukak atau borok (dalam istilah medis) yang
berbentuk lonjong. Luka atau bisul ini menyebabkan pendarahan atau robekan, yang
menyebabkan penyebaran infeksi ke dalam rongga perut. Bila kondisinya sangat parah,
diperlukan pembedahan untuk mengobatinya dan bisa berakibat fatal dan
mengakibatkan kematian. Selain itu, bakteri Salmonella Typhi yang masuk ke dalam
tubuh mengeluarkan toksin (racun) yang menimbulkan gejala demam pada yang
terkena. Itu sebabnya penyakit ini disebut juga tifus.
6
menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, perdarahan, borok, sedangkan pada
stadium lanjut terjadi konstipasi. Kondisi patologis akibat infeksi merangsang
hiperaktivitas RES dan menyebabkan pembengkakan hati dan limpa (Pastoor, 2007).
7
Jika tidak ada jamban, feses dikubur di hilir jauh dari sumber air.
- Lindungi sumber air masyarakat dari potensi pencemaran. Air bersih dan klorin
yang didistribusikan ke masyarakat. Menyediakan air yang aman bagi masyarakat
dan rumah tangga.
- Singkirkan lalat dengan menghilangkan tempat berkembang biaknya dengan sistem
pengumpulan dan pembuangan sampah yang baik. Lalat juga bisa diberantas
dengan insektisida, dengan menangkap lalat dengan umpan, dengan memasang kain
kasa. Toilet dibangun sedemikian rupa sehingga lalat tidak bisa masuk ke sana.
- Ikuti standar kebersihan saat menyiapkan dan menangani makanan; menyimpan
makanan pada suhu yang tepat di lemari es. Perhatian khusus harus diberikan pada
salad dan hidangan lainnya yang disajikan dingin. Standar kebersihan ini berlaku
untuk makanan yang disiapkan di rumah atau disajikan untuk umum. Jika kita tidak
yakin dengan standar kebersihan tempat makan tersebut, pilihlah makanan panas
dan buah-buahan ada baiknya dikupas sendiri.
- Pasteurisasi susu dan produk susu. Pantau secara ketat aspek kebersihan dan
kesehatan lainnya dalam produksi, penyimpanan, dan distribusi produk susu.
- Ikuti prosedur jaminan kualitas yang ketat dari industri makanan dan minuman. Saat
pengalengan makanan, gunakan air yang diklorinasi untuk mendinginkan.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tifus atau tifus berasal dari kata Yunani typhos yang berarti orang yang demam,
dengan kesadaran yang buruk. Widal pada tahun 1896 akhirnya menemukan metode
pengujian tifus yang masih digunakan sampai sekarang. Banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui mekanisme respon imun pada demam tifoid manusia,
misalnya dengan menginfeksi hewan laboratorium seperti mencit dengan S.
typhimurium.
Gejala dan perjalanan penyakit yang diamati pada tikus yang terinfeksi S.
typhimurium mirip dengan demam tifoid yang disebabkan oleh S. typhi pada manusia.
Anak-anak lebih rentan terkena tifus, meski gejalanya lebih ringan pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, tifus
atau paratifoid menempati urutan ketiga dari 10 penyakit yang paling banyak diderita
penderita. Penggunaan obat yang tidak rasional merupakan salah satu masalah di
puskesmas.
Tifoid adalah salah satu dari 10 penyakit paling umum yang dirawat di rumah sakit.
Saat memasuki saluran pencernaan, S. typhi tidak selalu menyebabkan infeksi seperti
S. Tifoid harus masuk ke usus kecil. Di usus halus, bakteri menyerang mukosa usus,
melalui perlekatan mikroba pada epitel, dan menghancurkan sel microfold,
menyebabkan sel epitel terlepas, menyerang epitel mukosa usus, menyerang lamina
propria, berkolonisasi. Endotoksin adalah pirogen eksogen kuat yang merangsang
respon imun makrofag dan sel lain untuk merangsang sekresi sitokin. Sitokin ini juga
mempengaruhi pusat nafsu makan sehingga terjadi penurunan nafsu makan,
mempengaruhi ambang nyeri dan menyebabkan nyeri pada kepala, persendian, otot dan
saluran pencernaan.
Menurut patogenesis penyakit mirip tifus, bentuk klinis yang parah muncul baik
berupa gejala sistemik seperti demam tinggi, gejala septic lainnya, ensefalopati atau
komplikasi gastrointestinal berupa perforasi atau perdarahan usus.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ashar, SKM, M.K.M, Y. K., 2022. Demam Tifoid. In: Manajemen Penyakit Berbasis
Lingkungan. s.l.:Cipta Media Nusantara, p. 162.
Bestari, M.Sc.,, . d. R. S. & Mahmuda, M.Sc., SpPD, d. I. N. N., n.d. TIFUS ABDOMINALIS.
In: Tropical Medicine : Basic and Clinic. s.l.:Muhammadiyah University Press, pp. 10-
15.
Dr. H. Masriadi, S.KM., n.d. DEMAM TIFOID. In: Epidemiologi Penyakit Menular - Rajawali
Pers. s.l.:PT. RajaGrafindo Persada, pp. 55-65.
Jafriati , . J., 2022. Demam Tifoid. In: MONOGRAF EKSTRAKSI SENYAWA Thalassia
hemprichii pada Salmonella typhi. s.l.:Literasi Nusantara, pp. 11-17.
Pakki, I. B., 2022. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TYPHOID. In: N. P. Sari & R. M. Sahara,
eds. Epidemiologi Penyakit Menular. s.l.:Get Press, pp. 125-135.
Rahmat, W., Akune, K. dan Sabir, M. (2019) “Demam Tifoid Dengan Komplikasi Sepsis :
Pengertian, Epidemologi, Patogenesis, dan Sebuah Laporan Kasus,” Jurnal Medical
Profession (MedPro), 3(3), hal. 264–276.
10