DEMAM TIFOID/TIPES
DISUSUN OLEH :
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Susanti Br Perangin-Angin,SKM,M.Kes
NIP : 197308161998032001
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar besarnnya terhadap bantuan dari pihak yag telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah
pengetahuan serta dapat menjadi arahan dalam mengimplementasikan dalam
kehidupan sehari- hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
iii
2.11. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid…… 11
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 40
5.2 Saran...........………………………………………………………………. 40
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah lain diluar masalah kesehatan itu sendiri demikian pula untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri akan tetapi
harus dari segi lingkungannya yang mempengaruhi derajat kesehatan tersebut, salah satu
masalah masyarakat yang harus mendapat perhatian yaitu masalah penyakit demam tifoid.
Demam tifoid merupakan penyakit yang rawan terjadi di Indonesia, karena karakteristik iklim
yang sangat rawan dengan penyakit yang berhubungan dengan musim. Terjadinya penyakit
yang berkaitan dengan musim yang ada di Indonesia dapat dilihat meningkatnya kejadian
penyakit berbasis lingkungan pada musim hujan. Penyakit yang harus diwaspadai pada saat
musim hujan adalah ISPA, leptosiposis, penyakit kulit, diare, demam berdarah dan demam
tifoid (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Terdapatnya suatu penyakit di suatu daerah tergantung pada terdapatnya manusia yang
mengerti akan kondisi lingkungan yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme penyebab
penyakit. Daerah pertanian, peternakan, kebiasaan menggunakan tinja untuk pupuk,
kebersihan lingkungan hidup, sanitasi dan higiene perorangan yang buruk serta kemiskinan
merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan penyebaran penyakit. Penyakit demam
tifoid merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak orang,
sehingga dapat menimbulkan wabah. Pada daerah endemik penyabab utama penularan
penyakit demam tifoid adalah air yang tercemar sedangkan di daerah non-endemik makanan
yang terkontaminasi oleh salmonella typhi merupakan hal yang paling bertanggung jawab
terhadap penularan demam tifoid (Nurvina, 2013).
Prevalensi tertinggi demam tifoid di Indonesia terjadi pada kelompok usia 5–14 tahun
(Riskesdas, 2007). Pada usia 5–14 tahun merupakan usia anak yang kurang memperhatikan
kebersihan diri dan kebiasaan jajan yang sembarangan sehingga dapat menyebabkan tertular
penyakit demam tifoid. pada anak usia 0–1 tahun prevalensinya lebih rendah dibandingkan
1
dengan kelompok usia lainnya dikarenakan kelompok usia ini cenderung mengkonsumsi
makanan yang berasal dari rumah yang memiliki tingkat kebersihannya yang cukup baik
dibandingkan dengan yang dijual di warung pinggir jalan yang memiliki kualitas yang kurang
baik (Nurvina, 2013).
Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2010, memperkirakan terdapat
sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus kematian
tiap tahun. Demam Tifoid banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit demam tifoid sangat erat kaitannya dengan kualitas
higiene perorangan (seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan
setelah buang air besar) dan sanitasi lingkungan (lingkungan rumah yang tidak sehat,
kebersihan sekitar lingkungan rumah yang kurang) serta perilaku masyarakat yang tidak
mendukung untuk hidup sehat (Kepmenkes RI No. 364, 2006).
Kejadian penyakit demam tifoid berhubungan dengan perilaku hidup bersih sehat
diantaranya sanitasi lingkungan yang buruk (tidak menggunakan jamban saat BAB, kualitas
sumber air bersih buruk) higiene perorangan yang buruk (tidak mencuci tangan sebelum
makan). Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukan bahwa kebiasaan tidak mencuci tangan
dengan sabun dan air yang bersih merupakan hubungan terjadinya demam tifoid (Whidy,
2012). Pathogenesis demam tifoid secara garis besar terdiri 3 proses, yaitu proses invasi
bakteri Salmonella typhi ke dinding sel epitel usus, proses kemampuan hidup dalam makrofaq
dan proses berkembang biaknya kuman dalam makrofaq. Bakteri Salmonella typhi masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan makanan atau minuman yang
terkontaminasi.
Faktor-faktor yang sangat erat hubungannya dengan kejadian demam tifoid adalah sanitasi
lingkungan yang belum memenuhi syarat seperti tersedianya pembuangan kotoran manusia,
tersedianya pembuangan sampah dan limbah rumah tangga, tersedianya sarana tempat
penyimpanan makanan yang aman, sanitasi air bersih dan higiene perorangan yang kurang
baik meliputi kebiasan cuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci tangan setelah buang
air besar, higiene makanan dan minuman yang rendah seperti mencuci sayuran dengan air
yang terkontaminasi atau penyajian makanan yang kurang sehat. Sanitasi lingkungan dan
higiene perorangan merupakan salah satu penyebab terjadi kejadian demam tifoid.
2
1.2. Tujuan Makalah
Tujuan Umum:
Untuk menjelaskan faktor perilaku masyarakat dan sanitasi lingkungan hubungannya dengan
kejadian demam tifoid.
Tujuan khusus:
b. Menganalisis hubungan kebiasaan cuci tangan sebelum makan dengan sabun dan sesudah
buang air besar (BAB) dengan kejadian demam thypoid.
1.3 Manfaat
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat mempelajari mengetahui penyebab penyakit
demam typhoid, cara penularannya serta cara mencegah terjadinya penyakit berbasis
lingkungan terutama demam tifoid.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap orang yang dipengaruhuinya.
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi.
Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan,
hewan, manusia dan mikroorganisme (virus dan bakteri).
Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi
atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
3
2.4. Definisi Penyakit Demam Tifoid
Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang bersifat akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi (Soedarmo et al, 2010). Dalam masyarakat penyakit ini dikenal
dengan nama Tipes atau thypus, tetapi dalam dunia kedokteran disebut Typhoid fever
atau Thypus abdominalis karena berhubungan dengan usus didalam perut.
Penyakit demam tifoid merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan dan
minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella thyposa, (food and water borne
disease). Seseorang yang menderita penyakit tifus menandakan bahwa ia sering
mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini (Akhsin Zulkoni,
2010).
Menurut Kemenkes RI no. 364 tahun 2006 tentang pengendalian demam tifoid,
demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh kumam berbentuk basil yaitu
Salmonella typhi yang ditularkan melalui makanan atau minuman yang tercemar feses
manusia.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan
dan gangguan kesadaran (Sudoyo, 2009).
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang mengenai bagian ujung usus halus
dan terkadang pada aliran darah yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi atau
Salmonella Paratyphi A, B , dan C yang menyebar ke tubuh dan mempengaruhi banyak
organ. Bakteri ini ditemukan dalam urine dan tinja (Yekti & Romiyanti, 2016).
Penyakit tipes atau Thypus abdominalis merupakan penyakit yang ditularkan melalui
makanan dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa, (food and
water borne disease). Seseorang yang sering menderita penyakit tifus menandakan
bahwa dia mengkonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini.
4
Salmonella thyposa sebagai suatu spesies, termasuk dalam kingdom Bakteria, Phylum
Proteobakteria, Classis Gamma proteobakteria, Ordo Enterobakteriales, Familia
Enterobakteriakceae, Genus Salmonella. Salmonella thyposa adalah bakteri gram
negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora mempunyai sekurang-
kurangnya tiga macam antigen yaitu:
Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam anigen
tersebut (Zulkhoni, 2011).
Di negara yang telah maju, tifoid bersifat sporadis terutama berhubungan dengan
kegiatan wisata ke negara-negara yang sedang berkembang. Secara umum insiden
5
tifoid dilaporkan 75% didapatkan pada umur kurang dari 30 tahun. Pada anak-anak
biasanya diatas 1 tahun dan terbanyak di atas 5 tahun dan manifestasi klinik lebih
ringan (Depkes RI, 2006).
Sumber penularan Demam Tifoid atau Tifus tidak selalu harus penderita tifus.
Ada penderita yang sudah mendapat pengobatan dan sembuh, tetapi di dalam air seni
dan kotorannya masih mengandung bakteri. Penderita ini disebut sebagai pembawa
(carrier). Walaupun tidak lagi menderita penyakit tifus, orang ini masih dapat
menularkan penyakit tifus pada orang lain. Penularan dapat terjadi di mana saja dan
kapan saja, biasanya terjadi melalui konsumsi makanan dari luar, apabila makanan
atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih (Addin, 2009).
Prinsip penularan penyakit ini adalah melalui fekal-oral. Kuman berasal dari tinja
atau urin penderita atau bahkan carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang
masuk ke dalam tubuh manusia melalui air dan makanan. Di daerah endemik, air yang
tercemar merupakan penyebab utama penularan penyakit. Adapun di daerah non-
endemik, makanan yang terkontaminasi oleh carrier dianggap paling bertanggung
jawab terhadap penularan (Widoyono, 2011).
Salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5
F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat),
dan melalui Feses. Feses dan muntah dari penderita typhoid dapat menularkan
Salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui minuman
terkontaminasi dan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap di makanan yang
akan dikonsumsi oleh orang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
Salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut, selanjutnya orang
sehat akan menjadi sakit (Akhsin Zulkoni, 2010).
6
Yang paling menonjol yaitu lewat mulut manusia yang baru terinfeksi selanjutnya
menuju lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi lolos masuk ke usus halus bagian distal (usus bisa terjadi iritasi) dan
mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan darah mengandung bakteri
(bakterimia) primer, selanjutnya melalui aliran darah dan jaringan limpoid plaque
menuju limfa dan hati. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa
usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Perdarahan
menimbulkan panas dan suhu tubuh dengan demikian akan meningkat sehingga
beresiko kekurangan cairan tubuh.Jika kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk
zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan
penderita berangsurangsur sembuh (Zulkoni.2011)
Gejala Klinis
Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, mulai dari gejala ringan sekali
sehingga tidak terdiagnosis, dengan gejala klinis yang khas (sindrom demam tifoid),
sampai dengan gejala klinis berat yang disertai komplikasi. Gejala klinis demam tifoid
pada anak cenderung tidak khas. Makin muda umur anak, gejala klinis demam tifoid
makin tidak khas. Umumnya perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu
pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu.
Pada orang dewasa, gejala klinis demam tifoid cenderung berat. Tetapi pada
anak kecil makin tidak berat. Anak sekolah di atas usia 10 tahun mirip seperti gejala
klinis orang dewasa, yaitu panans tinggi sampai kekurangan cairan dan peredarahan
usus yang bisa sampai pecah (perforasi).
7
Beberapa gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid sebagai berikut:
1. Demam
Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid. Awalnya, demam hanya
samar – samar saja, selanjutnya suhu tubuh turun naik yakni pada pagi hari lebih
rendah atau normal, sementara sore dan malam hari lebih tinggi. Demam dapat
mencapai 39-40oC.
Intensitas demam akan makin tinggi disertai gejala lain seperti sakit kepala, diare, nyeri
otot, pegal, insomnia, anoreksia, mual, dan muntah. Pada minggu ke-2 intensitas
demam makin tinggi, kadang terus menerus. Bila pasien membaik maka pada minggu
ke-3 suhu tubuh berangsur turun dan dapat kembali normal pada akhir minggu ke-3.
Perlu diperhatikan bahwa tidak selalu ada bentuk demam yang khas pada demam
tifoid. Tipe demam menjadi tidak beraturan, mungkin karena intervensi pengobatan atau
komplikasi yang terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat
menimbulkan kejang.
Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir
kering dan terkadang pecah-pecah. Lidah terlihat kotor dan ditutupi selaput kecoklatan
dengan ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor, pada penderita anak jarang
ditemukan. Umumnya penderita sering mengeluh nyeri perut, terutama nyeri ulu hati,
disertai mual dan muntah. Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara
dewasa cenderung mengalami konstipasi.
3. Gangguan kesadaran
8
4. Hepatosplenomegali
Pada penderita demam tifoid, hati dan atau limpa sering ditemukan membesar. Hati
terasa kenyal dan nyeri bila ditekan.
Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh peningkatan
frekuensi nadi. Patokan yang sering dipakai adalah setiap peningkatan suhu 1°C tidak
diikuti peningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam satu menit. Bradikardi relatif tidak
sering ditemukan, mungkin karena teknis pemeriksaan yang sulit dilakukan. Gejala –
gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot (bintik
kemerahan pada kulit) yang biasanya ditemukan di perut bagian atas, serta gejala klinis
yang berhubungan dengan komplikasi yang terjadi (Yekti & Romiyanti, 2016).
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah
10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa:
a. Anoreksia
b.Rasa malas
d.Nyeri otot
e.Lidah kotor
9
2.9. Pencegahan Demam Tifoid
a.Vaksinasi untuk mencegah agar seseorang terhindar dari penyakit ini dilakukan
vaksinasi, kini sudah ada vaksin tipes atau tifoid yang disuntikan atau diminum dan
dapat melindungi seseorang dalam waktu 3 tahun yang di berikan pada usia 5-14
tahun.
a.Penyediaan air minum yang memenuhi syarat kesehatan seperti sumber air yang
tidak mengandung kaporit dan endapan tanah.
b.Pembuangan kotoran manusia yang higienis seperti penyediaan jamban jenis leher
angsa dan selalu di bersihkan setiap hari.
c.Pemberantasan lalat
1. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu usaha yang
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh manusia terutama
terhadap hal-hal yang mempengaruhi efek, merusak perkembangan fisik, kesehatan,
dan kelangsungan hidup. Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 965/MENKES/SK/XI/1992, pengertian sanitasi adalah segala upaya
10
yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar ¾
bagian tubuh kita terdiri atas air, tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5
hari tanpa minum air. Selain itu, air dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan
membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan
industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain
Sarana air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah
pentingnya berkaitan dengan kejadian demam tifoid. Prinsip penularan demam tifoid
adalah melalui fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan
carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk ke dalam tubuh melalui air dan
makanan. Pemakaian air minum yang tercemar kuman secara massal sering
bertanggung jawab terhadap terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB). Di daerah endemik,
11
air yang tercemar merupakan penyebab utama penularan penyakit demam tifoid
(Widoyono, 2011).
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air bersih
bagi penghuni rumah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga
perlu diperhatikan dalam pendirian sarana air bersih. Apabila sarana air bersih dibuat
memenuhi syarat teknis kesehatan diharapkan tidak ada lagi pencemaran terhadap air
bersih, maka kualitas air yang diperoleh menjadi baik.
1.Sumur Gali : jarak sumur gali dari sumber pencemar minimal 11 meter, lantai harus
kedap air, tidak retak atau bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air, tinggi bibir
sumur minimal 80 cm dari lantai, dibuat dari bahan yang kuat dan kedap air, dibuat
tutup yang mudah dibuat.
a. Sumur Pompa Tangan : sumur pompa berjarak minimal 11 meter dari sumber
pencemar, lantai harus kedap air minimal 1 meter dari sumur, lantai tidak retak atau
bocor, dudukan pompa harus kuat
b. Penampungan Air Hujan : talang air yang masuk ke bak penampungan air hujan
harus dipindahkan atau dialihkan agar air hujan pada 5 menit pertama tidak masuk ke
dalam bak
c. Perlindungan Mata Air : sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran air yang
berasal dari mata air tersebut yang kemungkinan tercemar, lokasi harus berjarak
minimal 11 meter dari sumber pencemar, atap dan bangunan rapat air serta di
sekeliling bangunan dibuat saluran air hujan yang arahnya keluar bangunan, pipa
peluap dilengkapi dengan kawat kaca. Lantai bak harus rapat air dan mudah
dibersihkan.
d. Perpipaan : pipa yang digunakan harus kuat tidak mudah pecah, jaringan pipa tidak
boleh terendam air kotor, bak penampungan harus rapat air dan tidak dapat dicemari
oleh sumber pencemar, pengambilan air harus memalui kran (Lud Waluyo, 2009)
12
Di beberapa wilayah di Indonesia, air tanah masih menjadi sumber air bersih utama.
Air tanah yang masih alami tanpa gannguan manusia, kualitasnya belum tentu bagus.
Terlebih lagi yang sudah tercemar oleh aktivitas manusia, kualitasnya akan semakin
menurun. Pencemaran air tanah antara lain disebabkan oleh kurang teraturnya
pengelolaan lingkungan. Beberapa sumber pencemar yang menyebabkan menurunnya
kualitas air tanah antara lain sampah dari TPA, tumpahan minyak, kegiatan pertanian,
pembuangan limbah cair pada sumur, pembuangan limbah ke tanah, dan pembuangan
limbah radioaktif (Robert J. Kodoatie, 2010).
B. Rumah Sehat
Menurut WHO Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat berlindung,
dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan
sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan individu
Rumah sehat adalah sebuah rumah yang dekat dengan air bersih, berjarak lebih
dari 100 meter dari tempat pembuangan sampah, dekat dengan sarana pembersihan,
serta berada ditempat dimana air hujan dan air kotor tidak menggenang (Wahid Iqbal
Mubarak & Nurul Chayatin, 2009).
Berdasarkan hasil rumusan yang dikeluarkan oleh APHA di Amerika, rumah sehat
adalah rumah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
13
1. Tersedianya pembuangan kotoran manusia
Sarana pembuangan tinja yaitu tempat yang biasa digunakan untuk buang air besar,
berupa jamban. Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Ketersediaan jamban sehat/pembuangan kotoran manusia, adalah
rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki
septik atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir. (Depkes, 2010)
. Pembuangan kotoran/tinja, yang biasa juga di sebut dengan tempat Buang Air
Besar (BAB) merupakan bagian yang penting dalam sanitasi lingkungan. Pembuangan
tinja manusia yang tidak memenuhi syarat sanitasi dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran tanah serta penyediaan air bersih, dan memicu hewan vektor penyakit,
misalnya lalat, tikus atau serangga lain untuk bersarang, berkembang biak serta
menyebarkan penyakit. Hal tersebut juga tidak jarang dapat menyebabkan timbulnya
bau yang tidak sedap.
Secara umum sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau
sesuatu yang harus dibuang. Pada umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh
14
manusia (termasuk kegiatan industri), yang bukan biologis (karena kotoran manusia
tidak termasuk di dalamnya) dan umumnya bersifat padat (karena air bekas tidak
termasuk di dalamnya). Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang
berbentuk padat. Manusia yang hidup dilingkungan, tidak akan terhindar oleh adanya
sampah yang hadir dilingkungan.Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat
dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung.
Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak
langsung dengan sampah tersebut. Efek tidak langsung yaitu dapat dirasakan
masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang
tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik
bagi berbagai binatang seperti lalat, tikus dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.
Sampah erat sekali kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah
tersebut akan hidup berbagai mikro organisme penyebab penyakit (bakteri patogen),
dan juga binatang serangga sebagai pemindah/penyebar/penyakit (vector). Oleh sebab
itu sampah harus dikelola dengan baik sampai sekecil mungkin tidak menganggu atau
mengancam kesehatan masyarakat. Pengelolaan sampah yang baik, bukan untuk
kepentingan kesehatan saja, tetapi juga untuk keindahan lingkungan. Yang dimaksud
dengan pengelolaan sampah disini adalah meliputi pengumpulan, pengangkutan,
sampai dengan pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga
sampah tidak menjadi gangguan keehatan masyarakat dan lingkungan hidup
(Notoatmodjo, 2007).
15
pathogen. Beberapa jenis bakteri yang sering menimbulkan penyakit antara lain :
Salmonella, Staphylocokkus, E. coli, Vibrio, clostridium, Shigella dan Pseu- domonas
Cocovenenous.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan, antara lain
adalah Higiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan yang tidak sehat
dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Salah satunya penyebabnya
adalah karena kurangnya pengetahuan dalam memperhatikan kesehatan diri dan
lingkungannya dalam proses pengolahan makanan yang baik dan sehat (Zulaikah,
2012).
4. Higiene Perorangan
Kegiatan mencuci tangan sangat penting untuk bayi, anak-anak, penyaji makanan di
restoran, atau warung serta orang-orang yang merawat dan mengasuh anak. Setiap
tangan kontak dengan feses, urine atau dubur sesudah buang air besar (BAB) maka
harus dicuci pakai sabun dan kalau dapat disikat (Depkes RI, 2007). Virus, kuman, atau
bakteri bisa menular jika BAB benar-benar mengandung Salmonella typhi yang hidup
16
dan dapat bertahan, serta dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi dan kuman
tersebut benar-benar masuk ke dalam tubuh (World Health Organization, 2009).
Kebersihan tangan sangatlah penting bagi setiap orang. Kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan harus dibiasakan. Pada umumnya ada keengganan untuk mencuci
tangan sebelum mengerjakan sesuatu karena dirasakan memakan waktu, apalagi
letaknya cukup jauh. Dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat membantu dalam
mencegah penularan bakteri dari tangan kepada makanan (Depkes RI,2006). Mencuci
tangan yang benar haruslah menggunakan sabun, menggosok sela-sela jari dan kuku
menggunakan air mengalir (Proverawati, 2012).
1. Cuci tangan dengan air yang mengalir dan gunakan sabun. Tidak perlu harus sabun
khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun yang berbentuk cairan.
3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari dan kuku.
6. Gunakan tisu /handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air (Atikah
Proverawati, 2012).
Penularan bakteri Salmonella typhi salah satunya melalui jari tangan atau kuku.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan sebelum makan maka kuman Salmonella typhi dapat masuk ke tubuh orang
sehat melalui mulut, selanjutnya orang sehat akan menjadi sakit (Akhsin Zulkoni, 2010)
17
3. Kebiasaan makan diluar rumah
Dapat juga disebabkan karena makanan tersebut disajikan oleh seorang penderita
tifus laten (tersembunyi) yang kurang menjaga kebersihan saat memasak. Seseorang
dapat membawa kuman tifus dalam Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan
tercemar Salmonella thyphi, maka setiap individu harus memperhatikan kualitas
makanan dan minuman yang mereka konsumsi.
Penularan tifus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, biasanya terjadi melalui
konsumsi makanan di luar rumah atau di terjadi dimana saja dan kapan saja, biasanya
terjadi melalui konsumsi makanan di luar rumah atau di tempat-tempat umum, apabila
makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Dapat juga disebabkan karena
makanan tersebut disajikan oleh seorang penderita tifus laten (tersembunyi) yang
kurang menjaga kebersihan saat memasak. Seseorang dapat membawa kuman tifus
dalam saluran pencernaannya tanpa sakit, ini yang disebut dengan penderita laten.
Penderita ini dapat menularkan penyakit tifus ini ke banyak orang, apalagi jika dia
bekerja dalam menyajikan makanan bagi banyak orang seperti tukang masak di
restoran (Addin A, 2009).
Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi
oleh mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan memegang peran
penting dalam pembentukan senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan
menyebabkan makanan menjadi tak layak makan. Beberapa mikroorganisme yang
mengontaminasi makanan dapat menimbulkan bahaya bagi yang mengkonsumsinya
(Astawan, 2010).
18
4. Kebiasaan mencuci bahan makanan mentah yang akan di masak.
5. Bahan mentah yang hendak dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu misalnya
sayuran untuk lalapan, hendaknya dicuci bersih dibawah air mengalir untuk
mencegah bahaya pencemaran oleh bakteri, telur bahkan pestisida (Anies,
2006). Adapun alasan tidak mencuci bahan makanan mentah sebelum
dikosumsi karena tampak bersih bahkan baru dibasahi oleh air hujan sehingga
tidak perlu dicuci padahal kontaminasi langsung makanan mentah dengan
Salmonella typhi dapat terjadi dari tempat bahan makanan tersebut berasal
misalnya di pupuk dengan pupuk kompos (Alamsyah, 2013).
6. Kurang menjaga kebersihan saat memasak.
7. Seseorang dapat membawa kuman tifus dalam saluran pencernaannya tanpa
sakit, ini yang disebut dengan penderita laten. Penderita ini dapat menularkan
penyakit tifus ini ke banyak orang, apalagi jika dia bekerja dalam menyajikan
makanan bagi banyak orang seperti tukang masak di restoran (Addin A, 2009).
8. Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya
dipengaruhi oleh mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam
makanan memegang peran penting dalam pembentukan senyawa yang
memproduksi bau tidak enak dan menyebabkan makanan menjadi tak layak
makan. Beberapa mikroorganisme yang mengontaminasi makanan dapat
menimbulkan bahaya bagi yang mengkonsumsinya (Astawan, 2010).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid Berdasarkan Teori HL. Blum
Menurut teori HL. Blum (2011) ada empat faktor yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat keempat faktor tersebut terdiri dari faktor perilaku atau gaya
hidup (Life Style), Faktor Lingkungan (Sosial, ekonomi, politik, budaya), Faktor
pelayanan kesehatan (Jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang dapat memepengaruhi derajat
kesehatan masyarakat.
Sehingga Faktor yang mempengaruhi kejadian Demam tifoid menurut teori HL. Blum
(2011) adalah sebagai berikut :
19
1. Lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi terjadinya penyakit demam tifoid yaitu rumah sehat
yang belum memenuhi syarat seperti tersedianya air bersih, tersedianya jamban,
tersedianya tempat pembuangan sampah dan limbah rumah tangga, dan tempat
penyimpanan makanan yang aman agar terhindar dari vektor yang menyebabkan
makanan terkontaminasi dengan bakteri Salmonella Thypus.
2. Perilaku
20
1. Umur
Demam tifoid masih merupakan penyakit endemis di Indonesia. Penyakit ini banyak
menimbulkan masalah pada kelompok umur dewasa muda, karena tidak jarang disertai
perdarahan dan perforasi usus yang sering menyebabkan kematian penderita. Secara
umum insiden tifoid dilaporkan 75% didapatkan pada umur kurang dari 30 tahun
(Depkes, 2006).
2. Pendidikan
3. Pengetahuan
4. Pelayanan Kesehatan
21
Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi yang mudah di jangkau. Selanjutnya
adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk
mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan
itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5. Genetik
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus
dan asma
22
BAB III
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Salmonella
typhi dan Salmonella paratyphi. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan yang memiliki gejala demam lebih dari satu
minggu, menyebabkan gangguan saluran pencernaan hingga penurunan kesadaran.
Demam tifoid merupakan penyakit tropik sistemik, bersifat endemis, dan masih
merupakan problem kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia (Rakhman, et.al., 2009)
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 penderita demam tifoid dan
paratifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit sebanyak 41.081 kasus dan 279
diantaranya meninggal dunia. Di Jakarta, demam tifoid adalah infeksi kedua tertinggi
setelah gastroenteritis dan menyebabkan angka kematian yang tinggi (Depkes RI,
2010). Di Indonesia, demam tifoid atau tifoid abdominalis banyak ditemukan dalam
24
kehidupan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan higiene pribadi dan sanitasi lingkungan seperti higiene perorangan
yang rendah, lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum (rumah makan,
restoran) yang kurang, serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup
sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan akan
menimbulkan peningkatan kasus-kasus penyakit menular,
118 termasuk tifoid ini (Depkes RI, 2006).
Demam Typhoid ini selalu menyerang saluran pencernaan pada usus manusia.
Dimana yang khusus diserang adalah usus halus pada pencernaan manusia.
25
Sistem pencernaan pada manusia Sumber : Anonim (2010)
26
4.3 Penyebab Demam Tifoid
Demam typhoid disebabkan oleh bakteri Salmonella sp, bakteri ini merupakan
bakteri yang menginfeksi manusia. Bakteri Salmonella sp diantaranya Salmonella typhi
dan Salmonella paratyphi A, B, C . Demam typhoid dan paratyphoid merupakan bakteri
gram negatif, berbentuk batang, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak
membentuk spora .Bakteri Salmonella sp dapat hidup sampai beberapa minggu di alam
bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri Salmonella sp mati dengan
pemanasan (suhu 60o C) selama 15-20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan
khlorinisasi38 .Salmonella sp adalah anggota dari familia Enterobacteriaceae. Menurut
Kauffman-White Scheme bahwa bakteri Salmonella sp dikelompokan ke dalam serovar
berdasarkan perbedaan dari adanya formula antigen di dalam bakteri tersebut yakni
berdasarkan antigen O http://repository.unimus.ac.id 8 (somatik), antigen Vi (kapsul)
atau disebut juga antigen K (selaput) dan antigen H (flagel).
a. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh
kuman.Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga
endotoksin.Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap
formaldehid.
b. Antigen H (Antigen flagela), yang terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari kuman.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan 14 terhadap formaldehid
tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol yang telah memenuhi kriteria penilaian.
c. Antigen Vi atau disebut juga antigen K (selaput) yang terletak pada kapsul (envelope)
dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.
Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan
pembentukan 3 macam antibodi yang disebut aglutinin 40 .
Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh.
Masa inkubasinya adalah 10- 20 hari (Widoyono, 2008). Manusia merupakan reservoir
bagi demam tifoid. Kontak dalam lingkungan keluarga dapat berupa carrier karena
status carrier dapat terjadi.
27
Berikut ini penyebab demam tifoid yang terjadi di masyarakat :
1. Jajan sembarangan
Risiko Anda terkena tipes dapat meningkat karena kelelahan dan jajan
sembarangan. Bakteri penyebab demam tifoid biasanya hidup di dalam air yang
terkontaminasi dengan feses, dan bisa menempel pada makanan atau minuman yang
Anda konsumsi akibat jajan sembarangan.
Biasanya, anak kecil lebih rentan terkena demam tifoid karena daya tahan tubuhnya
belum sekuat orang dewasa atau bisa jadi karena anak kurang bisa menjaga
kebersihannya saat makan.
Mengonsumsi ikan atau makanan laut lainnya yang berasal dari air yang sudah
terkontaminasi tinja/urine yang terinfeksi bakteri penyebab tipes, juga bisa membuat
Anda mengidap tipes.Parahnya lagi, meskipun hal ini kurang umum, bakteri Salmonella
typhi bisa bertahan pada urin orang yang terinfeksi.Sekali lagi, jika orang yang terinfeksi
menyentuh makanan tanpa mencuci tangan dengan benar atau setelah buang air kecil,
mereka dapat menyebarkan infeksi tersebut kepada orang lain. Tidak memerhatikan
kebersihan juga dapat menjadi penyebab tipes kambuh setelah dinyatakan sembuh.
Selain makanan, tipes juga bisa terinfeksi lewat air minum.Tanpa disadari,
kotoran atau tinja manusia bisa masuk mencemari air minum Anda.Hal ini juga harus
diperhatikan bila Anda suka jajan minuman dingin.Es batu yang digunakan untuk
mendinginkan minuman, masih bisa membawa bakteri penyebab tipes.
Bakteri Salmonella typhi masih bisa bertahan sekalipun berada di tinja orang
yang terinfeksi.Nah, jika Anda menggunakan toilet yang tercemar tinja penderita tipes
dan tidak dibersihkan secara menyeluruh, Anda yang tadinya sehat-sehat saja juga bisa
terinfeksi.
28
Lebih,baik Anda selalu waspada dan menjaga diri sebelum dan setelah menggunakan
toilet. Maka dari itu penting untuk mencuci tangan setelah buang air agar tidak terinfeksi
tipes.
Sumber penularan Demam Tifoid tidak selalu harus berasal dari penderita tifoid.
Ada penderita yang sudah mendapat pengobatan dan sembuh, tetapi di dalam air seni
dan kotorannya masih mengandung bakteri. Penderita ini disebut sebagai pembawa
(carrier). Walaupun tidak lagi menderita penyakit tifoid, orang ini masih dapat
menularkan penyakit tifoid pada orang lain.
Penularan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, biasanya terjadi melalui
konsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang
bersih. Di beberapa negara penularan terjadi karena mengkonsumsi kerang - kerangan
yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan, sayur mentah yang dipupuk dengan
kotoran manusia, susu atau produk susu yang terkontaminasi oleh carrier atau
penderita yang tidak teridentifikasi (Artanti, 2013).
Prinsip penularan penyakit ini adalah melalui fekal-oral. Kuman berasal dari tinja
atau urin penderita atau bahkan carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang
29
masuk ke dalam tubuh manusia melalui air dan makanan. Di daerah endemik, air yang
tercemar merupakan penyebab utama penularan penyakit. Adapun di daerah non-
endemik, makanan yang terkontaminasi oleh carrier dianggap paling bertanggung
jawab terhadap penularan.
Tifoid carrier adalah seseorang yang tidak menunjukkan gejala penyakit demam
tifoid, tetapi mengandung kuman Salmonella typhi di dalam ekskretnya. Mengingat
carrier sangat penting dalam hal penularan yang tersembunyi, maka penemuan kasus
sedini mungkin serta pengobatannya sangat penting dalam hal menurunkan angka
kematian (Artanti, 2013).
Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan pada penularan demam
tifoid adalah :
1. Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak terbiasa.
Hal ini jelas pada anak-anak, penyaji makanan serta pengasuh anak.
Faktor ini paling berperan pada penularan tifoid. Banyak sekali contoh untuk
inidiantaranya: makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi (seperti sayur-
sayuran dan buah-buahan), sayuran yang dipupuk dengan tinja manusia, makanan
yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak masak,
dan sebagainya.
3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran, dan
sampah, yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
30
5. Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.
1. Kebiasaan jajan
Kebiasaan makan diluar rumah (jajan) mempunyai risiko yang lebih besar untuk
terkena penyakit demam tifoid. Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri Salmonella typhi yang berasal dari tinja penderita/carrier.
Demam Tifoid dapat menyerang semua kelompok umur. Akan tetapi kelompok usia
produktif mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan usia non produktif.
Hal ini terjadi karena pada usia produktif banyak melakukan aktivitas yang berisiko
untuk tertular penyakit demam tifoid. Insiden pada kelompok anak dan orang tua relatif
kecil, bahkan pada umur diatas 70 tahun sangat jarang.
2. Cara makan
Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan mempunyai risiko yang lebih
besar untuk terkena demam tifoid dibandingkan dengan kebiasaan mencuci tangan
sebelum makan. Pencucian tangan dengan sabun dan diikuti dengan pembilasan akan
banyak menghilangkan mikroba yang terdapat pada tangan. Tangan yang kotor atau
terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus pathogen dari tubuh, tinja atau
sumber lain ke makanan. Kombinasi antara aktivitas sabun sebagai pembersih,
penggosokan dan aliran air akan menghanyutkan partikel kotoran yang banyak
mengandung mikroba.
31
4. Kebiasaan makan sayuran mentah
Buah dan sayuran mentah mengandung vitamin C yang lebih banyak daripada
yang telah dimasak, namun untuk menyantapnya, perlu diperhatikan beberapa hal
untuk menghindari makanan mentah yang tercemar, cucilah buah dan sayuran tersebut
dengan air yang mengalir. Perhatikan apakah buah dan sayuran tersebut masih segar
atau tidak. Buah dan sayuran mentah yang tidak segar sebaiknya tidak disajikan.
Apabila tidak mungkin mendapatkan air untuk mencuci, pilihlah buah yang dapat
dikupas. Dibeberapa negara penularan terjadi karena mengkonsumsi kerang-kerangan
yang berasal dari air yang tercemar, buah-buahan, sayur-sayuran mentah yang dipupuk
dengan kotoran manusia, susu dan produk susu yang terkontaminasi.
Menurut World Health Organization kebutuhan rata-rata adalah 60 liter per hari
meliputi: 30 liter untuk keperluan mandi, 15 liter untuk keperluan minum dan sisanya
untuk keperluan lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan adanya bakteri dalam air
minum isi ulang. Mengingat air minum isi ulang ini dikonsumsi tanpa melalui proses
pemasakan maka syarat yang harus dipenuhi adalah bebas dari kontaminasi bakteri
sebagaimana yang ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan.
Cuci tangan pakai sabun merupakan salah satu cara untuk hidup sehat yang
paling sederhana dan murah tetapi sayang belum membudaya. Padahal bila dilakukan
dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular seperti demam tifoid.
Berdasarkan Hasil survei Health service Program tahun 2006 didapatkan hanya 12 dari
100 orang Indonesia yang melakukan cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar.
Tidak mengherankan jika banyak penduduk Indonesia yang masih menderita penyakit
seperti diare dan demam tifoid karena kebiasaan hidup yang tidak bersih.
32
dengan ketat dan dilarang melakukan pekerjaan yang dapat menularkan penyakit
kepada orang lain. Feses penderita/carier merupakan sumber utama bagi penularan
demam tifoid. Kebiasaan memakai jamban yang tidak saniter termasuk faktor risiko
kejadian demam tifoid.
Sejak usia seseorang mulai dapat mengkonsumsi makanan dari luar, apabila
makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang bersih. Biasanya baru dipikirkan
demam tifoid bila terdapat demam terus menerus lebih dari 1 minggu yang tidak dapat
turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan berbaring pasif, nampak pucat,
sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari.
A. Pencegahan Primer
a. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum
selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini kontraindikasi pada
wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik . Lama proteksi 5
tahun.
b. Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K vaccine
(Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol preserved). Dosis untuk
dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2
dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu,
33
bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat
demam pada pemberian pertama.
Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak umur 2
tahun. Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang yang
terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi
kesehatan. Mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh,
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat
dengan cara budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun. Peningkatan
higiene makanan dan minuman berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan
bersih dalam pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan
sampai penyajian untuk dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan (Harahap, 2011).
B. Pencegahan Sekunder
Diagnosis klinik Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis
yang khas pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga
ditemukan pada penyakit lain. Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan
karena pada penyakit dengan demam beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan
diagnosis demam tifoid.
34
ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap
mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama.
c. Diagnosis serologik
1. Uji Widal Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum
penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada
orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.
Antigen yang digunakan pada uij Widal adlah suspensi Salmonella typhi yang
sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam
tifoid. Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis.
b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah
menderita infeksi
a. Keadaan umum gizi penderita Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
35
c. Pengobatan dini dengan antibiotik Pemberian antibiotik dengan obat antimikroba
dapat menghambat pembentukan antibodi.
d. Penyakit – penyakit tertentu Pada beberapa penyakit yang menyertai demam tifoid
tidak terjadi pembentukan antibodi, misalnya pada penderita leukemia dan karsinoma
lanjut.
f. Vaksinasi Pada orang yang divaksinasi demam tifoid, titer aglutinin O dan H
meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun,
sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh
karena itu titer aglutinin H pada seseorang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai
nilai diagnostik. g. Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya Keadaan ini
dapat menyebabkan uji Widal positif, walaupun titer aglutininnya rendah. Di daerah
endemik demam tifoid dapat dijumpai aglutinin pada orang- orang yang sehat.
b. Konsentrasi suspensi antigen Konsentrasi suspensi antigen yang digunakan pada uji
widal akan mempengaruhi hasilnya.
c. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen Daya aglutinasi suspensi
antigen dari strain salmonella setempat lebih baik daripada suspensi antigen dari strain
lain.
a. Uji ELISA untuk melacak antibodi terhadap antigen Salmonella typhi belakangan ini
mulai dipakai. Prinsip dasar uji ELISA yang dipakai umumnya uji ELISA tidak langsung.
Antibodi yang dilacak dengan uji ELISA ini tergantung dari jenis antigen yang dipakai. b.
36
Uji ELISA untuk melacak Salmonella typhi Deteksi antigen spesifik dari Salmonella typhi
dalam spesimen klinik (darah atau urine) secara teoritis dapat menegakkan diagnosis
demam tifoid secara dini dan cepat. Uji ELISA yang sering dipakai untuk melacak
adanya antigen 127 Salmonella typhi dalam spesimen klinis, yaitu double antibody
sandwich ELISA.
a. Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui penigkatan usaha surveilans
demam tifoid.
Dengan gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau sarana
kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan. Penderita yang dirawat harus tirah baring
dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila
klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila penyakit membaik, maka dilakukan
mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita.
Nutrisi pada penderita demam tifoid dengan pemberian cairan dan diet.
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral.
Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi penurunan
kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang
optimal. Sedangkan diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya
rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi.
Diet untuk penderita tifoid biasanya diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak,
tim dan nasi biasa. c. Pemberian anti mikroba (antibiotik) Anti mikroba (antibiotik)
segera diberikan bila diagnosa telah dibuat. Kloramfenikol masih menjadi pilihan
pertama, berdasarkan efikasi dan harga. Kekurangannya adalah jangka waktu
pemberiannya yang lama, serta cukup sering menimbulkan karier dan relaps.
Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada wanita hamil, terutama pada trimester III
karena dapat menyebabkan partus prematur, serta janin mati dalam kandungan. Oleh
karena itu obat yang paling aman diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau
amoksilin (Harahap, 2011).
37
c. Pencegahan Tersier
Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan manusia.Di dalam
tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.Tubuh orang dewasa sekitar 33 55-60%
berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%.
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi,
mencuci dan sebagainya. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tiap
orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari.
Manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus,
produksi pangan, papan, dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat
dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan
utama penyediaan air bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air
(Soemirat, 2006: 108).Meskipun kebutuhan air bersih setiap rumah tangga berbeda-
beda, rumah tangga harus memiliki persediaan air bersih dalam jumlah cukup.Di
38
daerah yang padat penduduknya, kebutuhan sumber air bersih tentu saja semakin
banyak.Kebutuhan air bersih yang berasal dari jenis sarana yang dianggap memenuhi
persyaratan antara lain melalui sistem perpipaan, mata air terlindung, sumur 34
terlindung, dan air hujan terlindung. Namun untuk menjamin tersedianya air bersih yang
berkualitas secara berkala Departemen Kesehatan melakukan pemantauan terhadap
kualitas sampel air minum dari PDAM maupun air bersih dari jenis sarana lainnya yang
dilaksanakan secara berkala (Aliya D.R, 2008: 5)
Sarana air bersih merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah
pentingnya berkaitan dengan kejadian demam tifoid. Prinsip penularan demam tifoid
adalah melalui fekal-oral.Kuman berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan
carrier (pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk ke dalam tubuh melalui air dan
makanan.Pemakaian air minum yang tercemar kuman secara massal sering
bertanggung jawab terhadap terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB).Di daerah endemik,
air yang tercemar merupakan penyebab utama penularan penyakit demam tifoid
(Widoyono, 2011: 43).
1) Sumur Gali (SGL) : Jarak sumur gali dari sumber pencemar minimal 11 meter, lantai
harus kedap air, tidak retak atau bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air, tinggi
bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, dibuat dari bahan yang kuat dan kedap air, dibuat
tutup yang mudah dibuat.
39
2) Sumur Pompa Tangan (SPT) : sumur pompa berjarak minimal 11 meter dari sumber
pencemar, lantai harus kedap air minimal 1 meter dari sumur, lantai tidak retak atau
bocor, SPAL harus kedap air, panjang SPAL dengan sumur resapan minimal 11 meter,
dudukan pompa harus kuat
3) Penampungan Air Hujan (PAH) : talang air yang masuk ke bak PAH harus
dipindahkan atau dialihkan agar air hujan pada 5 menit pertama tidak masuk ke dalam
bak.
4) Perlindungan Mata Air (PMA) : sumber air harus pada mata air, bukan pada saluran
air yang berasal dari mata air tersebut yang kemungkinan tercemar, lokasi harus
berjarak minimal 11 meter dari sumber pencemar, atap dan bangunan rapat air serta di
sekeliling bangunan dibuat saluran air hujan yang arahnya keluar bangunan, pipa
peluap dilengkapi dengan kawat kaca. Lantai bak harus rapat air dan mudah
dibersihkan.
1. Air baku yang didistribusikan harus memenuhi syarat air bersih seperti syarat fisika
air bersih yaitu air tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
2. Pipa kuat dan tidak boleh terendam air kotor 3. Pengambilan air dari sarana
perpipaan harus melalui kran Perpipaan (Waluyo, 2009: 138).
Di beberapa wilayah di Indonesia, air tanah masih menjadi sumber air bersih
utama.Air tanah yang masih alami tanpa gangguan manusia, kualitasnya belum tentu
bagus. Terlebih lagi yang sudah tercemar oleh aktivitas manusia, kualitasnya akan
semakin menurun. Pencemaran air tanah antara lain disebabkan oleh kurang teraturnya
pengelolaan lingkungan. Beberapa sumber pencemar yang menyebabkan menurunnya
kualitas air tanah antara lain sampah dari TPA, tumpahan minyak, kegiatan pertanian,
pembuangan limbah cair pada sumur, pembuangan limbah ke tanah, dan pembuangan
limbah radioaktif (Robert J. Kodoatie, 2010: 35)
Sarana pembuangan tinja yaitu tempat yang biasa digunakan untuk buang air besar,
berupa jamban.Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
40
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher
angsa yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya. Jenis-jenis jamban yang digunakan :
2. Jamban Tangki Septik/Leher Angsa Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian atau dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan (Atikah
Proverawati, 2012: 75). Pembuatan jamban atau kakus merupakan usaha manusia
untuk memelihara kesehatan dengan membuat lingkungan tempat hidup yang sehat
(Winarsih, 2008: 41).
Menurut Proverawati (2012: 78), jamban sehat adalah jamban yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1.. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter)
2. Tidak berbau
41
perkembangbiakan lalat.Peranan lalat dalam penularan penyakit melalui tinja (fecal-
borne diseases) sangat besar. Lalat rumah selain senang menempatkan telurnya pada
kotoran kuda atau kotoran kandang, juga senang menempatkannya pada kotoran
manusia yang terbuka dan bahan organik lain yang sedang mengalami penguraian.
Jamban yang paling baik adalah jamban yang tinjanya segera digelontorkan ke dalam
lubang atau tangki dibawah tanah.Disamping itu, semua bagian yang terbuka ke arah
tinja, termasuk tempat duduk atau tempat jongkok, harus dijaga selalu bersih dan
tertutup bila tidak digunakan (Soeparman dan Suparmin, 2002: 51).
Sampah adalah segala sesutau yang sudah tidak digunakan lagi dan harus di
buang, berasal dari rumah tangga, rumah sakit, hotel, restoran dan industri.Sampah
perlu dikelola karena dapat menimbulakan penyakit, terutama yang ditularkan melalui
tikus, lalat dan nyamuk, tidak sedap dipandang mata, menybabkan bau tidak enak
(Fathonah, 2005: 35).
Salah satu penyebab penularan demam tifoid adalah keadaan sanitasi lingkungan yang
buruk seperti cara pengelolaan sampah rumah tangga yang kurang (Alladany, 2010).
Kebiasaan masyarakat yang kurang memperhatikan tempat pembuangan sampah ini
dapat menyebabkan vektor penyakit seperti lalat dapat berkumpul dan tingkat
penyebaran demam typhoid akan lebih tinggi dibanding lingkungan yang memilki
tempat pembuangan sampah yang lebih terorganisir.
42
4. Tempat sampah tertutup dengan penutup yang mudah dibuka dan dibersihkan.
(Fathonah, 2005: 37)
3. Pembuatan kompos
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Mengadakan penyuluhan cara hidup sehat dan pencegahan penyakit demam tifoid
kepada masyarakat, terutama masyarakat dengan pendidikan yang kurang. Sebaiknya
semua penderita typhoid dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat perawatan yang
sempurna.Sebaiknya penderita typhoid mendapat pengobatan sesuai dengan dosis dan
ketentuan pengobatan, untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Diharapkan setiap masyarakat dapat mengubah perilaku dan menjaga sarana sanitasi
dasar dengan baik.
44