PENDAHULUAN
berbagai sumbernya salah satunya adalah sampah domestik yang dihasilkan oleh
industry dan Sampai sekarang ini kita ketahui keberadaan sampah masih menjadi
masalah terlebih di Indonesia, baik itu bagi pemerintah maupun masyarakat pada
umumnya.
penyakit kulit serta gangguan pernafasan, dan bahaya banjir yang disebabkan
oleh terhambatnya arus air di sungai karena terhalangnya timbunan sampah yang
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan
sisa suatu usaha atau kegiatan yang berwujud padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang
1
Permasalahan sampah di Indonesia diangkat ke tingkat nasional dengan
total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton. Dari jumlah itu,
sebanyak 17 persen, atau sekitar 11,6 juta ton, disumbang oleh sampah plastic.
di Kawasan Danau Toba (KDT). Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera
Utara (Sumut) menyebutkan 2017, ada 596.771 ton sampah per tahun di KDT.
mengatakan bahwa sampah tidak terkelola dengan baik. Sehingga ikut mencemari
2
Pada tahun 2021 dengan jumlah penduduk 273.879.750 jiwa,menghasilkan
menyumbang sampah sebanyak 0.7kg per hari. Jika dikalkulasi dalam skala
volume sampah Indonesia tahun 2022 sebanyak 190,5 ribu ton per hari.Total
dalam setahun depan, potensi sampah Indonesia sebesar 68,6 juta ton. Naik sekitar
1 juta ton dibanding tahun 2021 di angka 67,8 juta ton dari tahun 2021
adalah sampah organik rumah tangga yang berasal dari kegiatan dapur dan
pekarangan dengan rata- rata volume sampah yang dihasilkan per orang sekitar
0,5-0,7 kg/hari. Berdasarkan pen dapat Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehut
anan(KLHK)
dihasilkan. Komponen sampah yang paling dominan pada umumnya adalah sisa
makanan yaitu 29,5% dan terendah adalah kain/tekstil 6,4%, volume potensi
sampah terbesar adalah jenis kertas dan plastik 27,2%. Dalam jumlah yang
sampah volume kecil akan lebih mudah dibandingkan volume besar. Oleh karena
itu, pengelolaan sampah akan lebih baik dan berhasil jika dilakukan di tingkat
3
juga akan mendapatkan keuntungan seperti masyarakat tidak perlu mengeluarkan
Keuntungan yang dapat dicapai oleh setiap individu adalah masyarakat dapat
menggunakan pupuk yang ada di toko pertanian seperti pupuk kompos untuk
tanaman. Akan tetapi limbah rumah tangga yang umumnya dihasilkan oleh
masyarakat setiap hari dalam jumlah yang cukup banyak dan diabaikan begitu
menjadi kompos, masyarakat tidak perlu lagi banyak membeli pupuk untuk
tanaman mereka. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat kompos
kondisi masing- masing, baik dari segi biaya, kemudahan maupun ketersediaan
tenaga dan lahan. Kurniati (2013) menyebutkan salah satu metode pengomposan
yang sudah cukup terkenal dan berhasil diterapkan di kota-kota besar seperti
“Keranjang Takakura”.
Surabaya tahun 2001, untuk mencari sistem pengolahan sampah organik yang
untuk rumah tangga yang beranggotakan 4-7 orang, proses pengomposan metode
ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik (idealnya sampah organik
tercacah) kedalam keranjang setiap harinya. Salah satu proses yang dapat
mempercepat pembuatan kompos dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap
lama, yaitu sekitar 2-3 bulan ,Menurut hasil penelitian Cahaya (2009) bahkan 6-12
(2014), taraf penggunaan Mikro Organisme Lokal tapai dan EM4 sebagai
pisang dan pembuatan pupuk organik limbah kol menyebutkan bahwa aktivator
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas maka Penulis
MOL sebagai aktivator dalam pembuatan kompos dari sampah rumah tangga
5
1.2 Rumusan Masalah
kompos dengan menggunakan dosis 500 ml/3kg dan 250 ml/3kg dengan
fisik.
perbandingan dan bahan rujukan atau masukan bagi beberapa pihak yang
prinsip 3R.
peduli Bahwasanya sampah adalah masalah yang sangat serius dan harus
diselesaikan bersama, sehingga timbul rasa tanggung jawab setiap keluarga atau
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sampah secara umum dapat diartikan sebagai bahan buangan yang tidak
disenangi dan tidak diinginkan orang, dimana sebagian besar merupakan bahan
atau sisa yang sudah tidak dipergunakan lagi dan jika tidak ditangani dengan
lingkungan.
“Sampah adalah sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat”.
Definisi menurut Sidik Wasito, yaitu Sampah adalah zat padat atau semi
padat yang terbuang atau sudah tidak berguna lagi baik yang dapat membusuk
maupun yang tidak dapat membusuk kecuali zat padat buangan atau kotoran
manusia”.
tentang pengelolaan sampah terdiri atas sampah rumah tangga, sampah sejenis
sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga merupakan
sampah yang berasal dari kegiatan-kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
8
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah
yang secara teknologi belum dapat diolah, atau sampah yang timbul secara
sampah organik maupun anorganik yang dibuang oleh masyarakat dari berbagai
Pengolahan tersebut dapat dilakukan oleh setiap orang pada sumbernya, pengelola
dari bahan
pemerintahan
9
e. Sampah dari fasilitas umum, berasal dari taman umum, pantai atau
tempat rekreasi.
dari incenerator
10
c. Abu (ashes), yang termasuk sampah ini adalah sisa-sisa dari
plastik.
a. Sampah Organik
11
Sampah organik merupakan sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
proses alami.
b. Sampah Anorganik
dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga
jenis, yaitu :
Sampah organik mudah busuk, yaitu limbah padat semi basah, berupa
12
b. Sampah kering (Rubbish)
Sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang berasal dari
c. Abu (Ashes) adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari zat
1. Sampah organik yang dapat dibuat kompos, yaitu sampah yang dapat
hancur secara alamiah baik oleh air hujan, panas matahari, maupun
sayuran, kulit buah dan buah, ampas jus atau ampas sayuran, ampas teh,
bebek.
2. Sampah yang dapat didaur ulang sekitar 14% dari total sampah, yang
termasuk kategori sampah ini adalah : kertas, kardus, koran dalam jumlah
yaitu :
1. Garbage, yaitu jenis sampah yang terdiri dari sisa potongan hewan atau
2. Rubbish, yaitu sampah yang mudah atau susah terbakar, berasal dari
13
rumah tangga, pusat perdagangan, dan kantor, yang tidak termasuk
garbage. Sampah yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat organik,
sampah yang sukar terbakar, sebagian besar berupa zat anorganik seperti
8. Sampah Industri terdiri dari sampah padat yang berasal dari industri,
11. Sewage solid, terdiri dari benda-benda kasar yang umumnya zat
organik hasil saringan pada pintu masuk suatu pusat pengelolahan air
buangan.
14
misalnya kaleng-kaleng cat, zat radiokatif (Mukono, 2006).
pengurangan dan penanganan sampah. Tujuan dari pengelolaan sampah ini yaitu
proses pengolahan sampah yang meliputi lima aspek komponen yang saling
mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya saling berinteraksi mencapai
tujuan. Kelima aspek tersebut meliputi aspek teknis operasional, aspek organisasi
dan manajemen, aspek hukum dan peraturan, aspek pembiayaan, dan aspek
sini sampah dipindahkan dari alat angkut yang lebih besar dan lebih
2) Pengolahan
15
4. Pemisahan komponen (manual dan mekanik)
5. Tahap pembuangan akhir
Di daerah pedesaan hal ini sudah biasa, sedangkan di daerah perkotaan hal ini
Akan tetapi, banyak masyarakat yang masih enggan berurusan akibat bau yang tidak
sedap serta kesan menjijikkan menjadi alasan orang malas mengolah sampah, padahal
dengan menggunakan komposter, membuat kompos dari sampah menjadi lebih praktis,
16
Berikut Berbagai dampak Negatif yang ditimbulkan dari Sampah :
subur
4) Mencemari air sehingga air menjadi berbau dan keruh akibat pembuangan
7) Menyebabkan berbagai penyakit bagi manusia seperti tifus, disentri dan diare
8) Sebagai tempat tinggal lalat dan nyamuk sebagai pembawa bibit penyakit bagi
manusia
pabrik berupa gas SO₂ dan NO₂ yang ikut larut dalam air hujan. Hujan asam
10) Penggunaan limbah penggunaan pestisida atau pupuk kimia yang berlebihan
menyebabkan air tercemar zat kimia berbahaya dan tanah menjadi kehilangan
dan lingkungan. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah ini tampak pada tiga
aspek, yaitu:
17
kolera, typus, penyakit kulit, dan lain sebagainya.
air.
yang kurang saniter dan estetika dapat menurunkan hasrat turis untuk
berkunjung.
Kompos merupakan salah satu jenis pupuk organik yang sudah ada sejak
18
pembusuk yang bekerja di dalam bahan organik tersebut. Bahan organik yang
dimaksud pada pengertian kompos adalah rumput, jerami, sisa ranting dan dahan,
kotoran hewan, bunga yang rontok, air kencing hewan ternak,sisa makanan dan
sayuran rumah tangga,serta bahan organik lainnya. Semua bahan organik tersebut
alam. Namun dengan cara meniru kondisi lingkungan kompos dapat dipercepat
proses pembuatannya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30-90 hari. Waktu ini
melebihi kecepatan terbentuknya humus secara alami. Oleh karena itulah kompos
(Habibi, 2008).
Salah satunya bentuk pengolahan sampah pada skala rumah tangga yaitu
dengan mengolah sampah menjadi kompos. Pada dasarnya, proses pelapukan ini
Namun, proses pelapukan secara alami ini berlangsung dalam jangka waktu
yang sangat lama, bahkan bisa mencapai puluhan tahun. Untuk mempersingkat
dalam proses pengomposan ada dua, yaitu mikroorganisme yang bekerja pada
kadar oksigen rendah (anaerob) dan mikroorganisme yang bekerja pada kadar
terkendali secara biologis terhadap limbah organik dalam kondisi aerob (terdapat
oksigen) atau anaerob (tanpa oksigen). Dalam proses pengomposan secara aerob
banyak koloni bakteri yang berperan dan ditandai dengan adanya perubahan
adalah CO2, air, dan panas. Sedangkan dalam proses pengomposan secara anaerob
akan menghasilkan metan, CO2, alkohol dan senyawa lain seperti asam organik
karena membutuhkan oksigen. Dalam hal ini, udara bebas harus bersentuhan
Pengontrolan terhadap kadar air, suhu, pH, kelembaban, ukuran bahan, volume
tumpukan bahan, dan pemilahan bahan perlu dilakukan secara intensif untuk
intensif, ini merupakan ciri khas proses pengomposan secara aerob. Oleh karena
20
Dan hasil akhir pengomposan yaitu bentuk fisiknya sudah sama dengan
dilarutkan dalam air, kompos yang sudah matang tidak akan larut. suhunya
normal dan cenderung konstan (tetap). Apabila bentuknya sudah seperti ini maka
kompos aerob siap digunakan pada tanaman atau dikemas dalam wadah
(Simamora, 2006).
udara atau oksigen sedikit pun. Oleh karena itu pada pelaksanaanya
asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat, etanol, metanol dan
hasil samping berupa lumpur. Lumpur inilah yang akan dijadikan sebagai
rokok, berstruktur remah, dan memiliki daya serap yang tinggi. kompos anaerob
ini dapat diberikan pada tanaman dalam kondisi basah atau kering (Yuwono,
2005).
1) Rasio C/N
C/N 25:1 hingga 30:1. Semakin tinggi rasio C/N, proses pembusukan
2) Ukuran bahan
homogenisasi bahan.
3) Kadar air
sekitar 50% keatas. Kadar air yang banyak pada proses pengomposan
akan lebih cepat. Secara fisik, kadar air dapat memudahkan proses
4) Derajat Keasaman
5) Temperatur (Suhu)
selang suhu mesofilik yaitu antara 30-35°C sebagian lagi aktif pada suhu
22
antara 50-60°C suhu optimal tersebut dapat dibantu dengan cara
secara langsung untuk menaikkan suhu, maka gas metan yang dihasilkan
juga akan semakin tinggi dan proses pembusukan akan berlangsung lebih
yaitu bekisar antara 2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Hal tersebut
mikroba alami yang ada pada sampah dan lingkungannya. Jika mikroba
dalam EM4 dapat mencerna selulosa, pati, gula, protein dan lemak (Surung,
2008).
Dan terbuat dari hasil fermentasi mikroorganisme alami dan sintetik di dala
23
m tanah yang telah di seleksi dan di kemas menjadi medium cair
Mikroorganisme asli yang tidak langsung diaplikasikan pada media. Hal ini
(dorman) sehingga tidak akan memberikan pengaruh yang nyata. Untuk itu, EM
asli perlu dilarutkan menjadi EM aktif apabila ingin digunakan (Suryati, 2014).
Bioaktivator yang dibuat sendiri atau mikro organisme lokal (MOL), yaitu
organik terutama sebagai fungisida, serta bahan fermentasi atau starter dalam
pembuatan pupuk organik. Berdasarkan bahannya, ada dua MOL yang bisa
dibuat, yaitu MOL tapai dan MOL nasi basi serta berbagai MOL berbahan
Kandungan yang ada di MOL tapai yaitu Rhizobium sp, Azosprillium sp,
Azobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp, dan Bakteri pelarut phosfat.
MOL tapai adalah bioaktivator yang bahan dasarnya terbuat dari tapai,
baik tapai singkong maupun tapai ketan. Bahan yang perlu dipersiapkan
sebelum membuat MOL, yaitu : Tapai ketan/tapai ubi 1 ons, air ± 1000 ml, gula
25
Gambar 2. MOL
Tapai
Hasil penelitian tersebut telah mendapat supervisi ilmiah dari tuan Takakura dari
Jepang Nursanty (2007) menyebutkan Metode ini dapat mengolah volume sampah
lengkapi dengan dua bantalan sekam untuk sirkulasi udara dan menjaga agar
keranjang ini dapat diletakkan dimanapun, disarankan di dapur agar dekat dengan
sumber sampah. Oleh karena itu, metode ini dapat menepis anggapan bahwa
26
kompos secara praktis, di Surabaya bersama PUSDAKOTA, Universitas Surabaya
Kompos ini adalah hasil penemuan dan pengalaman praktek Mr. Takakura
Keranjang ini juga disebut dengan kotak sakti karena dapat menyerap sampah
organik rumah tangga dengan jumlah keluarga (4-6 orang) sampai dengan 1 bulan
untuk menjadi penuh dan merubahnya menjadi pupuk kompos. Selain itu, kotak
sampah organik rumah kita. Secara keindahan kotak ini tidak beda dengan
kotak- kotak penyimpanan lainnya jika diletakkan didalam rumah karena sampah
Berawal dari konsepsi sederhana untuk mencari solusi yang realistis untuk
Surabaya, Bali, Makassar, Semarang dan bahkan di kota Medan pada program
rumah kompos dan bank sampah di kelurahan Sicanang yang merupakan program
27
sampah organik yang dikelola perbulannya sebanyak 3-9 ton, sebanyak 525
rumah tangga yang ada di kelurahan Sicanang juga telah mendapat pelatihan
membuat kompos skala rumah tangga dengan metode Takakura. Kompos yang
sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
karenanya ada beberapa hal yang harus dilakukan seperti menjaga kelembaban
peneduhan agar terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung (Disebut
Kelebihan metode Takakura ini, ialah: sangat cocok untuk skala rumah
Jenis-jenis sampah organik yang boleh masuk seperti sampah sayur yang
28
baru, sisa sayur yang sudah basi, sisa nasi basi, sisa makanan siang atau malam,
sampah buah (kulit jeruk, kulit apel kecuali kuliat buah yang keras) dan sampah
Semua jenis sampah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga dapat diolah
dengan keranjang Takakura dengan hasil ½ atau ¼ dari bahan dasar kompos.
untuk membuat dua bantalan sekam yaitu bantalan sekam bawah yang
berfungsi sebagai penampung air lindi dari sampah bila ada, sehingga bisa
29
membutuhkan udara.
Kain penutup berpori berfungsi agar lalat tidak dapat masuk dan
30
4. Proses pengomposan
dengan tutupnya
ukuran 2 cm
6. Letakkan bantalan sekam yang kedua diatas sampah yang telah tercampur
dengan aktivator
1. Jika diraba, suhu tumpukan bahan yang dikomposkan sudah dingin, mendekati
suhu ruang.
31
2. Tidak mengeluarkan bau busuk lagi.
3. Bentuk fisiknya sudah menyerupai tanah yang bewarna kehitaman.
4. Jika dilarutkan ke dalam air, kompos yang sudah matang tidak akan larut.
5. Strukturnya remah, dan tidak menggumpal (Simamora, 2006)
32
2.7 Manfaat Kompos
mengemukakan bahwa dengan pupuk organik sifat fisik, kimia dan biologi tanah
menjadi lebih baik. Selain itu, kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau
1. Aspek ekonomi :
c) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
2. Aspek lingkungan :
33
Pengukuran :
pH
2.8 Kerangka Konsep
Suhu
Aktivator Kelembaban
EM4
MOL
Kualitas Fisik Kompos:
Berwarna kehitaman,
Strukturnya tidak
menggumpal,
Jika dilarutkan dalam
Limbah Say
Keranjang
Lama air, kompos yang sudah
ur Rumah ta matang tidak akan larut
Waktu
ngga
Takakura Pengomposan Tidak berbau lagi
(Garbage)
Suhu dingin mendekati s
uhu ruangan.
Carbon
Gambar :4 Kerangka konsep
Natrium
Phosfot
Kalium
34
BAB III
METODE PENELITIAN
kompos dari sampah rumah tangga (Garbage) yang dilakukan dengan 2 keranjang
perlakuan EM4, dengan dosis yang berbeda(500 ml dan 250 ml) 2 keranjang
MOL dengan dosis yang berbeda (500 ml dan 250 ml) dan 1 keranjang kontrol.
3.2.1 Lokasi
Simalungun
3.2.2 Waktu
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2022.
suhu, dan kelembaban yang dilakukan setiap selang tujuh hari selama proses
pengomposan.
Objek dalam penelitian ini adalah limbah padat sayuran berupa daun dan
batang sayuran yang tidak dapat dikonsumsi, yang diperoleh dari lebih kurang 10
ni Kabupaten Simalungun.
36
No Variabel Defenisi Cara Alat Hasil Skala
Operasiona Pengukuran Ukur
l
1. Limbah Sisa sayur berupa Pencacahan Timban gan 3 kg -
RT daun, batang serta sebesar 2cm
akar yang tidak
dapat dikonsumsi
37
5 Ph Derajat keasaman Dilakukan pH-meter 6-8 -
. dan basa pada secara langsung
tempat/bahan
kompos penelitian
Berlangsung
38
Alat yang digunakan adalah :
1. Keranjang berlubang
2. Kardus
3. Sendok(Pengaduk)
4. Sekam padi
5. Kasa nyamuk/Kain jaring
6. Benang nilon
7. Jarum jahit
8. Gunting
9. Selotip
10. Timbangan
11. Ember plastik
12. Gelas ukur
13. Indikator universal pH
14. Termo-Hygrometer
15. Botol Plastik berukuran 1000ml dan 1500ml.
4) Buka tutup wadah pada hari ke lima untuk mengeluarkan gas agar
tidak meledak
1) Siapkan 1 botol plastik bekas air mineral ukuran (1500 ml) tanpa
mendekati penuh.
3) Biarkan botol terbuka tanpa tutup selama 4-5 hari atau dapat juga
4) Setelah 5 hari MOL sudah bisa digunakan, hal ini ditandai dengan
adanya aroma alkohol dari larutan MOL tapai ubi dan balon yang
masukkan bantalan berisi sekam yang telah dibuat pada dasar keranjang
40
terhadap pH, suhu, kelembaban pada kompos
9) Kompos yang sudah jadi diayak, kompos halus dapat digunakan sebagai
takakura.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
tujuh perlakuan yaitu, perlakuan 1 adalah EM1 terdiri dari 3 kg sampah sayur
41
sayur tercacah + 500 ml MOL tapai, perlakuan 4 adalah M 2 terdiri dari 3 kg
sampah sayur tercacah + 250 ml MOL tapai, perlakuan 5 adalah K0 terdiri dari 3
hari, lama pengamatan menggunakan aktivator MOL denga dosis 500 ml yaitu
42
4.2 Hasil Pengukuran pH, Suhu, dan Kelembaban selama Proses Pengomposan
pengukuran pH, suhu, dan kelembaban selama proses pengomposan dapat dilihat
pH Pengamatan hari
I II III IV V VI VII VIII IX
Aktivator EM4 6.2 6.4 6.6 6.8 6.9 6.9 7.0 7.0 7.3
500
Aktivator EM4 6.0 6.1 6.3 6.5 6.5 6.8 6.8 7.0 7.1
250
Aktivator MOL 6.1 66.2 6.2 6.3 6.5 6.5 6.7 7.0 7.1
500
Aktivator MOL 6.2 6.2 6.2 6.4 6.5 6.5 6.7 6.9 7.0
250
Kontrol 6.0 6.2 6.4 6.5 6.7 6.8 6.8 7.2 7.2
Tabel . pH rata-rata berdasarkan Jenis Aktivator
sebesar 7.0, pengamatan 8 sebesar 7.0, dan pengamatan 9 sebesar 7.3. pada
7.1.
43
Pada kompos yang menggunakan aktivator MOL 500 yaitu pH pengamatan 1
Aktivator EM4 3.3 3.3 3.5 3.8 4.0 4.2 3.8 3.5 3.3
500
Aktivator EM4 3.5 3.8 3.8 4.0 4.2 4.2 3.8 3.8 3.5
250
Aktivator MOL 3.5 3.5 3.8 4.0 4.2 4.0 3.8 3.5 3.3
500
Aktivator MOL 3.6 3.6 3.9 4.1 4.3 4.2 4.0 3.8 3.5
250
Kontrol 3.3 3.3 3.5 3.8 4.0 4.0 3.8 3.5 3.5
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa suhu pada kompos yang
menggunakan aktivator EM4 500 yaitu suhu pengamatan 1 sebesar 33°C, suhu
sebesar 33°C, pada kompos yang menggunakan aktivator EM4 dosis 250 yaitu
44
suhu pengamatan 1 sebesar 35°C, suhu pengamatan ke 2 sebesar 38°C suhu
Pada kompos yang menggunakan aktivator MOL 500 yaitu suhu pengamatan 1
sebesar 35°C, dan suhu pengamatan 9 sebesar 33°C , Pada kompos yang
menggunakan aktivator MOL 250 yaitu suhu pengamatan 1 sebesar 36°C, suhu
sebesar 41°C, suhu pengamatan 5 sebesar 43°C, suhu pengamatan 6 sebesar 42°C
aktivator atau tanpa perlakuan yaitu suhu pengamatan 1 sebesar 33°C, suhu
sebesar 38°C, suhu pengamatan 5 sebesar 40°C, suhu pengamatan 6 sebesar 40°C
45
Tabel Kelembaban berdasarkan Jenis Aktivator (%)
Kelembaban Pengamatan hari
I II III IV V VI VII VIII IX
Aktivator EM4 50 50 52 52 53 53 56 56 55
500
Aktivator EM4 50 52 52 53 53 56 58 60 55
250
Aktivator MOL 50 53 55 55 58 58 55 55 52
500
Aktivator MOL 50 52 55 55 58 58 55 52 52
250
Kontrol 50 50 50 51 51 51 52 52 52
56%, dan pengamatan 9 sebesar 55%, pada kompos yang menggunakan aktivator
sebesar 55%.
55%, pengamatan 8 sebesar 55%, dan pengamatan 9 sebesar 52%, pada kompos
46
sebesar 50%, kelembaban pengamatan ke 2 sebesar 52%, kelembaban pengamatan ke
sebesar 58%, pengamatan 7 sebesar 55%, pengamatan 8 sebesar 55%, dan pengamatan
9 sebesar 52%. sedangkan pada kompos yang tidak menggunakan aktivator atau tanpa
47