REKAYASA LINGKUNGAN
Diusulkan Oleh :
Kelompok : RLA 3
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2023
RINGKASAN
Sampah organik bisa dikatakan sebagai sampah ramah lingkungan bahkan sampah
bisa diolah kembali menjadi suatu yang bermanfaat bila dikelola dengan tepat. Tetapi
sampah bila tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan penyakit dan bau yang kurang
sedap hasil dari pembusukan sampah organik yang cepat. Salah satu cara untuk mendaur
ulang sampah organic yaitu dengan mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos.
Masyarakat Kampung Cilampung Girang khususnya di RT. 07, RW. 02, Kecamatan.
Leuwisari, Kabupaten. Tasikmalaya terdapat 100 Kartu Keluarga. Pada daerah tersebut
pengolahan sampah belum terkelola dengan baik. Meskipun setiap minggunya terdapat
truk pengangkut sampah, tetapi sampah tersebut belum terkelola dengan baik.
Sampah organik merupakan limbah yang tersusun dari bahan-bahan organik dan
dapat terurai melalui proses biologis. Limbah tersebut akan menimbulkan bau tak sedap
saat membusuk, sehingga perlu penanganan untuk mencegah terjadinya polusi udara.
Salah satu penanganan yang efektif adalah mengolahnya menjadi pupuk organik.
Berdasarkan hasil penelitian Wahida dan Suryaningsih (2016), pengelolaan limbah rumah
tangga dapat dilakukan dengan mengolahnya menjadi pupuk organik cair. Kandungan
nutrien pupuk tersebut antara lain C-Organik 7,85 %, N-Total 0,33%, P2O5 2,98%, K2O
3,28%, Ca 1,98 %, Mg 2,66 %,Fe 212 ppm, Mn 0,852 ppm, Na 118 ppm dan Zn169 ppm.
Beberapa contoh lain dari limbah organik yang dapat dijadikan pupuk cair yaitu kulit
pisang, daun lamtoro, dan jerami padi
1
Maka kami mencanangkan untuk melakukan penyuluhan agar masyarakat setempat
dapat memahami dan mengelola sampah organic dengan baik. Dengan cara membuat
pupuk kompos dari sampah organic. Selain untuk mengurangi sampah organik, juga
memanfaatkan sampah organik tersebut menjadi sesuatu yang berguna.
Sampah plastic merupakan benda yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari, seiring bertambahnya waktu maka bertambah pula jumlah sampah plastic,
bertambahnya sampah plastic tersebut membuat sampah tersebut tidak terkendali.
(Handayani, 2020) menyatakan bahwa studi terbaru yang dilakukan oleh Unilever
Indonesia, Sustainable Waste Indonesia (SWI), dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR)
pada Oktober 2019 sampai Februari 2020 menyatakan bahwa masyarakat di perkotaan
Pulau Jawa menghasilkan sekitar 189.000 ton/bulan atau 6.300 ton/hari sampah plastik,
hanya sekitar 11,83% yang didaur ulang.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi sampah, salah satunya dengan
mengelola sampah dengan cara mengelola sampah organic menjadi pupuk kompos dimana
sampah organic tersebut diolah dengan menambahkan cairan EM 4 kedalam sampah
organic tersebut, kemudian pupuk tersebut digunakan untuk menyuburkan tanaman dan
mengelola sampah anorganic dengan cara menjual sampah minuman kemasan berbentuk
botol, plastic tersebut tentunya harus dipilah terlebih dahulu oleh masyarakat sehingga
dapat memudahkah para pengumpul sampah mengumpulkan dan mendaur ulangnya.
Dengan adanya pengelolaan sampah ini pun masyarakat bisa membedakan sampah organic
dan anorganik. Dengan adanya program ini diharapkan peningkatan daur ulang sampah
dapat meningkat serta suburnya tanaman yang menggunakan pupuk yang diolah dari
sampah organic.
2
2) Perbandingan sisi ekonimis pupuk kompos dengan pupuk dari bahan kimia
1.3. Tujuan
Tujuan yang berjudul Pengelolaan Sampah di RT. 07 Desa. Ciawang Kecamatan.
Leuwisari sebagai solusi permasalahan sampah, diantaranya:
1.4. Manfaat
1) Bagi mahasiswa, salah satu bentuk pengembangan ilmu pengetahuan.
2) Bagi masyarakat, salah satu cara meningkatkan kesadaran akan mengelola
sampah.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu organisme; faktor-
faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak
hidup (abiotic factor). Dari hal inilah kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan,
yaitu: a) Biotik: Makhluk (organisme) hidup; dan b) Abiotik: Energi, bahan kimia, dan lain
lain.
Kedua, hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup itu. Misalnya,
dalam suatu ruangan terdapat delapan buah kursi, empat buah meja dan empat buah pot
dengan tanaman kuping gajah. Dalam ruangan itu delapan kursi diletakan sepanjang satu
dinding, dengan sebuah meja di muka setiap dua kursi dan sebuah pot di atas masing-
masing meja. Sifat ruangan berbeda jika dua kursi dengan sebuah meja diletakan di
tengah-tengah masing -masing dinding dan sebuah pot di masing-masing sudut. Hal serupa
berlaku juga untuk hubungan atau interaksi sosial dalam hal unsur-unsur itu terdiri atas
4
benda hidup yang mobil, yaitu manusia dan hewan. Dengan demikian lingkungan hidup
tidak saja menyangkut komponen biofisik, melainkan juga hubungan sosial budaya
manusia.
Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Misalnya, suatu kota yang
penduduknya aktif dan bekerja keras merupakan lingkungan hidup yang berbeda dari
sebuah kota yang serupa, tetapi penduduknya santai dan malas. Demikian pula suatu
daerah dengan lahan yang landai dan subur merupakan lingkungan yang berbeda dari
daerah dengan lahan yang berlereng dan tererosi.
Keempat, faktor non-materil suhu, cahaya dan kebisingan. Kita dapat dengan mudah
merasakan ini. Suatu lingkungan yang panas, silau dan bising sangatlah berbeda dengan
lingkungan yang sejuk, cahaya yang cukup, tapi tidak silau dan tenang.
Dilihat dari jenis karakteristik limbah dibagi menjadi tiga yaitu karakteristik
fisik, kimia, dan biologi. Karakteristik fisik terbagi menjadi zat padat, bau, suhu,
dan warna kekeruhan. Lalu, karakteristik kimia terdiri dari bahan organik, BOD
(Biological Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), COD (Chemical Oxygen
Demand), pH (Puissance d'Hydrogen Scale),dan logamberat. Terakhir,
karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.
5
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 tahun 2016 tentang
Baku Mutu Limbah Domestik, terdapat beberapa parameter fisika dan kimia dalam air
limbah yaitu:
6
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,
pengairan/irigasi, industri,
rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air
untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air
dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
kenampakan (bau dan warna) . Kualitas air sungai merupakan kondisisi kualitatif
yang diukur berdasarkan parameter tertentu dengan metode tertentu sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Kualitas air sungai dapat dinyatakan dengan
parameter fisika, kimia dan biologi yang menggambarkan kualitas air.
7
a. Muatan sedimen Kualitas fisik perairan sebagian besar ditentukan oleh
jumlah konsentrasi sedimen yang terdapat di perairan tersebut. Muatan
sedimen total yang terdapat dalam aliran air terdiri atas sedimen
merayap (bedload) dan sedimen melayang (suspended sediment). Untuk
suatu sistem daerah aliran air terutama yang terletak di hulu, jumlah
muatan sedimen yang terlarut dalam aliran air mempunyai pengaruh
yang menentukan terhadap kualitas air di tempat tersebut. Pengaruh
tersebut diwujudkan dalam bentuk pengaruh muatan sedimen pada
besar-kecilnya dan kedalaman cahaya matahari yang masuk ke dalam
aliran air. Muatan sedimen dalam suatu sistem perairan diukur melalui
tingkat kekeruhan yang terjadi di aliran air tersebut. Pada tingkat
kekeruhan tertentu, cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air
berkjurang sehingga menghambat proses fotosintesis jenis vegetasi yang
tumbuh di dalam perairan. Cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam
badan air juga berguna untuk kehidupan organisme akuatis, terutama
dalam hal mempertahankan suhu perairan tersebut pada tingkat yang
memungkinkan untuk menunjang kehidupan organisme tersebut.
b. Tingkat Kekeruhan
Kekeruhan biasanya menunjukkan tingkat kejernihan aliran air atau
kekeruhan aliran air yang diakibatkan oleh unsur-unsur muatan
sediment, baik yang bersifat mineral atau organik. Semakin kecil atau
rendah tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat
masuk ke dalam badan air dan, dengan demikian, semakin besar
kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis.
Dengan semakin meningkatnya proses fotosintesis, maka semakin besar
persediaan oksigen yang ada dalam air. Tingkat kekeruhan suatu aliran
air ditentukan dengan cara mengukur transmisi cahaya melalui sampel
air dalam satuan milligram per liter (mg/l) atau untuk jumlah yang lebih
kecil adalah dalam satuan parts per million (ppm).
c. Gas Teruari
Kandungan gas oksigen terurai dalam air mempunyai peranan
menentukan untuk kelangsungan hidup organisme akuatis dan untuk
berlangsungnya proses reaksi kimia yang terjadi di dalam badan
8
perairan. Gas terurai dalam aliran air yang perlu di perhatikan adalah
oksigen (O), karbon dioksida (CO₂), dan nitrogen (N).
9
Dampak Kebisingan
Dari segi kesehatan, tingkat kebisingan yang dapat diterima tergantung pada
berapa lama kebisingan tersebut diterima. Berbagai penelitian di beberapa negara
mendapatkan tingkat kebisingan yang dapat diterima di pemukiman. Tingkat
kebisingan yang dapat ditolerir oleh seseorang tergantung pada kegiatan apa yang
sedang dilakukan oleh orang tersebut. Seseorang yang sedang sakit atau beribadah
akan terganggu oleh kebisingan yang rendah sekalipun. Sebaliknya seseorang yang
berada di pasar akan dapat menerima kebisingan yang lebih tinggi.
1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi
bila terputus - putus atau yang datangnya tiba - tiba. Gangguan dapat
berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah.
Perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat
dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan pusing/sakit kepala.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima
dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa
gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain - lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan
suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
4. Efek pada pendengaran
10
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula - mula efek
bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi
secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi
apabila bekerja terus - menerus di area bising maka akan terjadi tuli
menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas ke frekuensi sekitarnya
dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.
a. Peruntukan kawasan
3) Perkantoran 65
5) Industri 70
6) Fasilitas umum 60
8) Khusus :
11
- Bandar udara *)
- Pelabuhan laut 70
- Cagar budaya 60
b. Lingkungan kegiatan
9) Rumah sakit 55
10) Sekolah 55
12
Untuk mengukur kualitas udara di berbagai daerah di Indonesia, pemerintah telah
menetapkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), sesuai Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP 45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar
Pencemar Udara.
Parameter baik buruknya kualitas udara dibagi menjadi lima kategori. Berikut
penjelasannya:
Sampah Organik
13
Sampah organik terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam (Samekto,
2006). Secara alami sampah organik mengalami pembusukan atau penguraian oleh
mikroba atau jasad renik seperti bakteri, jamur dan sebagainya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga dijelaskan lagi tentang definisi sampah rumah tangga adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
2.8. Sampah Plastik
Murtadho dan Gumbira (1988) membedakan sampah atas sampah organik
dan sampah anorganik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa
bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah
ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk
karena memiliki rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa
sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena
memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, dan
lain-lain.
14
No
Jenis plastic Penggunaan
Kode
Botol kemasan air mineral, botol
PETE (Polyethylene
1 minyak goreng, jus botol sambal, botol
Terephthalate)
obat dan botol kosmetik.
15
tegangan tarik dan modulus elastisitas yang tinggi (Aulia. dkk, 2015) dalam skripsi
(Kusuma, 2019).
16
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
3.1. Tahapan Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pada kegiatan ini dilakukan pengkajian terlebih dahulu
mengenai ilmu yang dapat diterapkan mengenai pengelolaan sampah, cara pembuatan
pupuk kompos dan pemafaatan sampah plastic.
Secara garis besar, pelaksanaan memiliki tahanpan sebagai berikut:
Pembuatan Proposal
Survey
Pelaksanaan Kegiatan
Pemeliharaan
Pengawasan
Evaluasi
17
3.3. Prosedu Pembuatan
Alat
Untuk
tempat
1 Ember 2
menyimpan
pupuk kompos
Gambar 3. 1 Ember
Untuk
2 Spatula 1 mengaduk
semua bahan
Gambar 3. 2 Spatula
Bahan
N Nama
Jumlah Fungsi Gambar
o Bahan
18
Gambar 3. 4 Tanah
Gambar 3. 5 Air
Gambar 3. 6 Arang
Gambar 3. 7 Molase
Gambar 3. 8 Cairan EM 4
19
Gambar 3. 9 Bibit Cabai
20
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
2. Perjalanan
3. Lain-lain
Untuk jadwal kegiatan penelitian ini dari awal sampai akhir ditargetkan 3 bulan
seperti yang terdapat di chart berikut:
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, A. (2012, 06 14). Mengenal Kode Kemasan Plastik yang Aman dan Tidak.
Retrieved 02 10, 2023, from
https://ngeblogging.wordpress.com/2012/06/14/mengenal-kodekemasan-plastik-yang-
aman-dan-tidak/.
Lestari, D. (2020). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sampah Organik. Retrieved 02 10, 2023,
from http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4004/3/BAB%20II.pdf
Novita, C. (2022). Cara Membuat Pupuk Kompos dari Daun dan Sampah Rumah Tangga.
Retrieved 02 10, 2021, from https://tirto.id/cara-membuat-pupuk-kompos-dari-daun-
dan-sampah-rumah-tangga-gvCX
Tiga, D. G. (2013). TAS KEPO (Keren dan Populer). Retrieved 02 10, 2023, from
https://pkm.umsida.ac.id/file_lolos/121020700030_DIA%20GUSTI%20ADI
%20TIGA.pdf
https://www.kajianpustaka.com/2021/03/limbah-cair.html
https://katadata.co.id/safrezi/berita/6151630daa2c8/kualitas-udara-
parameter-dan-cara-mengeceknya
23
24