Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

REKAYASA LINGKUNGAN

“Pengelolaan Sampah di Kampung Cilampung Girang RT. 07 Desa.


Ciawang Kecamatan. Leuwisari”

Diusulkan Oleh :

Kelompok : RLA 3

Andika Arya Permana 217011061 (2021)

Khoirunnisa Putri Hermawan 217011070 (2021)

Laska Aurelia Agustian 217011071 (2021)

Paskal Abdi Nugraha 217011502 (2021)

Ai Mutaqin 217011503 (2021)

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2023
RINGKASAN
Sampah organik bisa dikatakan sebagai sampah ramah lingkungan bahkan sampah
bisa diolah kembali menjadi suatu yang bermanfaat bila dikelola dengan tepat. Tetapi
sampah bila tidak dikelola dengan benar akan menimbulkan penyakit dan bau yang kurang
sedap hasil dari pembusukan sampah organik yang cepat. Salah satu cara untuk mendaur
ulang sampah organic yaitu dengan mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos.

Tahap persiapan terdiri dari pencampuran cairan EM 4 ke dalam sampah organik


menjadi produk yang dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan dapat menurunkan
jumlah sampah organik yang tidak terelola oleh masyarakat yang berdampak terhadap
lingkungan masyarakat dan menambah kesadaran masyarakat di kampung Cilampung
Girang RT. O7 RW. 02.

Kata Kunci : pengolahan, sampah, organik, pupuk


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Kategori Kualitas udara...............................................................................7
Tabel 2. 2 Jenis Plastik, Kode, dan Penggunaanya.....................................................8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. 1 Ember
Gambar 3. 2 Spatula
Gambar 3. 3 Sampah Organik
Gambar 3. 4 Tanah
Gambar 3. 5 Air
Gambar 3. 6 Arang
Gambar 3. 7 Molase
Gambar 3. 8 Cairan EM 4
Gambar 3. 9 Bibit Cabai
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persoalan lingkungan menjadi isu yang sangat mendunia, hampir seluruh elemen
masyarakat menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan. Salah
satu penyebab tercemarnya lingkungan diakibatkan oleh penumpukan sampah yang
hasilkan oleh manusia. Meskipun masyarakat menyadari bahaya akan pencemaran
lingkungan tetapi masyarakat masih belum disiplin untuk membuang sampah pada
tempatnya. Selain, sampah plastic sampah organic pun menjadi masalah yang masih belum
tertangani. Oleh karena itu, diperlukan adanya edukasi untuk memberitahukan kepada
warga cara pengelolaan sampah organic.

Masyarakat Kampung Cilampung Girang khususnya di RT. 07, RW. 02, Kecamatan.
Leuwisari, Kabupaten. Tasikmalaya terdapat 100 Kartu Keluarga. Pada daerah tersebut
pengolahan sampah belum terkelola dengan baik. Meskipun setiap minggunya terdapat
truk pengangkut sampah, tetapi sampah tersebut belum terkelola dengan baik.

Sampah organik merupakan limbah yang tersusun dari bahan-bahan organik dan
dapat terurai melalui proses biologis. Limbah tersebut akan menimbulkan bau tak sedap
saat membusuk, sehingga perlu penanganan untuk mencegah terjadinya polusi udara.
Salah satu penanganan yang efektif adalah mengolahnya menjadi pupuk organik.
Berdasarkan hasil penelitian Wahida dan Suryaningsih (2016), pengelolaan limbah rumah
tangga dapat dilakukan dengan mengolahnya menjadi pupuk organik cair. Kandungan
nutrien pupuk tersebut antara lain C-Organik 7,85 %, N-Total 0,33%, P2O5 2,98%, K2O
3,28%, Ca 1,98 %, Mg 2,66 %,Fe 212 ppm, Mn 0,852 ppm, Na 118 ppm dan Zn169 ppm.
Beberapa contoh lain dari limbah organik yang dapat dijadikan pupuk cair yaitu kulit
pisang, daun lamtoro, dan jerami padi

Masyarakat setempat sering membuang sampah organiknya ke kolam ikan,


pemberian sampah organic memnag bagus untuk ikan. Namun , jika pemberian tersebut
berlebihan akan menimbulkan masalah. Banyaknya sampag organic yang diberikan
menjadikan banyak ikan yang mati karena terlalu banyaknya sampah organic yang dibuang
ke dalam kolam tersebut.

1
Maka kami mencanangkan untuk melakukan penyuluhan agar masyarakat setempat
dapat memahami dan mengelola sampah organic dengan baik. Dengan cara membuat
pupuk kompos dari sampah organic. Selain untuk mengurangi sampah organik, juga
memanfaatkan sampah organik tersebut menjadi sesuatu yang berguna.

Sampah plastic merupakan benda yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-
hari, seiring bertambahnya waktu maka bertambah pula jumlah sampah plastic,
bertambahnya sampah plastic tersebut membuat sampah tersebut tidak terkendali.
(Handayani, 2020) menyatakan bahwa studi terbaru yang dilakukan oleh Unilever
Indonesia, Sustainable Waste Indonesia (SWI), dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR)
pada Oktober 2019 sampai Februari 2020 menyatakan bahwa masyarakat di perkotaan
Pulau Jawa menghasilkan sekitar 189.000 ton/bulan atau 6.300 ton/hari sampah plastik,
hanya sekitar 11,83% yang didaur ulang.

Sampah anorganic di daerah kampung cilampung girang sudah terkelola dengan


baik, karena dengan adanya pengangukatan sampah plastic setiap minggunya membuat
sampah plastic tersebut sedikit teratasi. Namun, masyarakat belum memiliki kesadaran
untuk memilah sampah plastic tersebut. Sehingga diperlukan adanya penyuluhan mengenai
pemilhan sampah plastiknya.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengurangi sampah, salah satunya dengan
mengelola sampah dengan cara mengelola sampah organic menjadi pupuk kompos dimana
sampah organic tersebut diolah dengan menambahkan cairan EM 4 kedalam sampah
organic tersebut, kemudian pupuk tersebut digunakan untuk menyuburkan tanaman dan
mengelola sampah anorganic dengan cara menjual sampah minuman kemasan berbentuk
botol, plastic tersebut tentunya harus dipilah terlebih dahulu oleh masyarakat sehingga
dapat memudahkah para pengumpul sampah mengumpulkan dan mendaur ulangnya.
Dengan adanya pengelolaan sampah ini pun masyarakat bisa membedakan sampah organic
dan anorganik. Dengan adanya program ini diharapkan peningkatan daur ulang sampah
dapat meningkat serta suburnya tanaman yang menggunakan pupuk yang diolah dari
sampah organic.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada proposal yang berjudul Pengelolaan Sampah di RT. 07 Desa.
Ciawang Kecamatan. Leuwisari sebagai solusi permasalahan sampah, diantaranya:

1) Bagaimana cara mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos?

2
2) Perbandingan sisi ekonimis pupuk kompos dengan pupuk dari bahan kimia

1.3. Tujuan
Tujuan yang berjudul Pengelolaan Sampah di RT. 07 Desa. Ciawang Kecamatan.
Leuwisari sebagai solusi permasalahan sampah, diantaranya:

1. Mengetahui cara mengolah sampah organic menjadi pupuk tanaman.


2. Mengetahui perbandingan sisi ekonomis tanaman menggunakan pupuk yang
berasal dari sampah organic dengan pupuk yang berasal dari bahan kimia.

1.4. Manfaat
1) Bagi mahasiswa, salah satu bentuk pengembangan ilmu pengetahuan.
2) Bagi masyarakat, salah satu cara meningkatkan kesadaran akan mengelola
sampah.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu organisme; faktor-
faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau variabel-variabel yang tidak
hidup (abiotic factor). Dari hal inilah kemudian terdapat dua komponen utama lingkungan,
yaitu: a) Biotik: Makhluk (organisme) hidup; dan b) Abiotik: Energi, bahan kimia, dan lain
lain.

Interaksi-interaksi antara organisme-organisme dengan kedua faktor biotik dan


abiotik membentuk suatu ekosistem. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling memengaruhi dalam membentuk
keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat 1, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Menurut Otto Soemarwoto sifat lingkungan hidup ditentukan oleh bermacam-macam


faktor. Pertama, oleh jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup
tersebut. Dengan mudah dapat kita lihat, suatu lingkungan hidup dengan 10 orang
manusia, seekor anjing, tiga ekor burung perkutut, sebatang pohon kelapa dan sebuah bukit
batu akan berbeda sifatnya dari lingkungan hidup yang sama besarnya tetapi hanya ada
seorang manusia, 10 ekor anjing, tertutup rimbun oleh pohon bambu dan rata tidak
berbukit batu. Dalam golongan jenis unsur lingkungan hidup termasuk pula zat kimia.

Kedua, hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup itu. Misalnya,
dalam suatu ruangan terdapat delapan buah kursi, empat buah meja dan empat buah pot
dengan tanaman kuping gajah. Dalam ruangan itu delapan kursi diletakan sepanjang satu
dinding, dengan sebuah meja di muka setiap dua kursi dan sebuah pot di atas masing-
masing meja. Sifat ruangan berbeda jika dua kursi dengan sebuah meja diletakan di
tengah-tengah masing -masing dinding dan sebuah pot di masing-masing sudut. Hal serupa
berlaku juga untuk hubungan atau interaksi sosial dalam hal unsur-unsur itu terdiri atas

4
benda hidup yang mobil, yaitu manusia dan hewan. Dengan demikian lingkungan hidup
tidak saja menyangkut komponen biofisik, melainkan juga hubungan sosial budaya
manusia.

Ketiga, kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup. Misalnya, suatu kota yang
penduduknya aktif dan bekerja keras merupakan lingkungan hidup yang berbeda dari
sebuah kota yang serupa, tetapi penduduknya santai dan malas. Demikian pula suatu
daerah dengan lahan yang landai dan subur merupakan lingkungan yang berbeda dari
daerah dengan lahan yang berlereng dan tererosi.

Keempat, faktor non-materil suhu, cahaya dan kebisingan. Kita dapat dengan mudah
merasakan ini. Suatu lingkungan yang panas, silau dan bising sangatlah berbeda dengan
lingkungan yang sejuk, cahaya yang cukup, tapi tidak silau dan tenang.

2.2. Baku Mutu Limbah


Yang dimaksud dengan “baku mutu limbah” adalah ukuran batas atau kadar
polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke lingkungan . Limbah merupakan
bahan pembuangan tidak terpakai yang berdampak negatif bagi masyarakat jika
tidak dikelola dengan baik. Limbah merupakan sisa produksi, baik dari alam
maupun hasil kegiatan manusia. Limbah memiliki beberapa karakteristik umum.
Di antaranya berukuran mikro, bersifat dinamis, penyebarannya berdampak luas
dan berjangka Panjang.

Dilihat dari jenis karakteristik limbah dibagi menjadi tiga yaitu karakteristik
fisik, kimia, dan biologi. Karakteristik fisik terbagi menjadi zat padat, bau, suhu,
dan warna kekeruhan. Lalu, karakteristik kimia terdiri dari bahan organik, BOD
(Biological Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), COD (Chemical Oxygen
Demand), pH (Puissance d'Hydrogen Scale),dan logamberat. Terakhir,
karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih.

2.3. Baku Mutu Lingkungan


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,
energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.

5
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 68 tahun 2016 tentang
Baku Mutu Limbah Domestik, terdapat beberapa parameter fisika dan kimia dalam air
limbah yaitu:

1. pH (tingkat keasaman). Menunjukkan tingkat keasaman dari air limbah. Kadar pH


yang baik adalah dimana pH masih memungkinkan keberlangsungan kehidupan
biologis di dalam air berjalan dengan baik. Keasaman limbah cair dipengaruhi oleh
adanya bahan buangan yang bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak berbahaya,
maka limbah diupayakan untuk memilikipH netral.
2. BOD. Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan jumlah oksigen terlarut
yang diperlukan oleh mikroogranisme untuk dapat menguraikan atau
mendekomposisikan bahan organik dalam kondisi aerobik.
3. COD. Chemical Oxygen Demand (COD) merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan dalam proses penguraian bahan organik yang terkandung dalam air.
4. DO. Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut merupakan jumlah oksigen yang
terkandung dalam air limbah (dalam bentuk molekul oksigen dan bukan dalam
bentuk molekul hidrogen oksida) biasanya dinyatakan dalam mg/L (ppm).
5. TSS. Total padatan yang tersuspensi dalam air berupa bahan-bahan organik dan
anorganik yang disaring dengan kertas milliopore berpori-pori 0,45 mikromil.
6. TDS. Suatu ukuran zat terlarut yang terdapat pada sebuah larutan yang dapat
berupa zat organik maupun zat anorganik.
7. Minyak dan Lemak. Bahan yang dapat terekstrak oleh n-heksana meliputi
hidrokarbon, asam lemak (minyak nabati, minyak hewani).
8. Amoniak. Senyawa yang terbentuk dari proses oksidasi bahan organik yang
mengandung nitrogen dalam air limbah dengan bantuan bakteri.
9. Suhu. Suhu pada air menentukan seberapa besar kehadiran biota air dan
aktivitasnya

2.4. Kualitas Air


Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang
dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian,
kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh:
kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan
air minum. Kualitas air adalah istilah tyang menggambarkan kesesuaian atau

6
kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,
pengairan/irigasi, industri,

rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air
untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air
dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut.
kenampakan (bau dan warna) . Kualitas air sungai merupakan kondisisi kualitatif
yang diukur berdasarkan parameter tertentu dengan metode tertentu sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Kualitas air sungai dapat dinyatakan dengan
parameter fisika, kimia dan biologi yang menggambarkan kualitas air.

1. Kelas Kualitas Air Bersih


Ada 5 kelas kualitas air bersih namun antara air bersih dari sarana
perpipaan dan non perpipaan ada perbedaan persyaratan pada masing-
masing kelasnya. Untuk air bersih yang berasal dari perpipaan adalah
sebagai berikut:
1) Kelas A mengandung total coliform antara 11-50
2) Kelas C mengandung total coliform antara 51-100
3) Kelas D mengandung total coliform antara 101-1000

4) Kelas E mengandung total coliform lebih besar atau sama dengan


1000

Untuk air yang berasal dari non perpipaan di klasifikasikan sebagai


berikut :
1) Kelas A menngandung total coliform 0-50 2
2) Kelas B mengandung total coliform 51-100
3) Kelas C mengandung total coliform 101-1000
4) Kelas D mengandung total coliform 1001-2400
5) Kelas E mengandung total coliform lebih dari 2400
 Karakteristik Kualitas Air
Menurut (Effendi, 2003), Berikut ini adalah beberapa karakteristik atau indikator
kualitas air yang disarankan untuk dikaji dalam analisis pemanfaatan sumberdaya
air untuk berbagai keperluan, terutama untuk penelitian-penelitian kualitas air atau
studi masalah ekologi akuatis:

7
a. Muatan sedimen Kualitas fisik perairan sebagian besar ditentukan oleh
jumlah konsentrasi sedimen yang terdapat di perairan tersebut. Muatan
sedimen total yang terdapat dalam aliran air terdiri atas sedimen
merayap (bedload) dan sedimen melayang (suspended sediment). Untuk
suatu sistem daerah aliran air terutama yang terletak di hulu, jumlah
muatan sedimen yang terlarut dalam aliran air mempunyai pengaruh
yang menentukan terhadap kualitas air di tempat tersebut. Pengaruh
tersebut diwujudkan dalam bentuk pengaruh muatan sedimen pada
besar-kecilnya dan kedalaman cahaya matahari yang masuk ke dalam
aliran air. Muatan sedimen dalam suatu sistem perairan diukur melalui
tingkat kekeruhan yang terjadi di aliran air tersebut. Pada tingkat
kekeruhan tertentu, cahaya matahari yang masuk ke dalam badan air
berkjurang sehingga menghambat proses fotosintesis jenis vegetasi yang
tumbuh di dalam perairan. Cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam
badan air juga berguna untuk kehidupan organisme akuatis, terutama
dalam hal mempertahankan suhu perairan tersebut pada tingkat yang
memungkinkan untuk menunjang kehidupan organisme tersebut.
b. Tingkat Kekeruhan
Kekeruhan biasanya menunjukkan tingkat kejernihan aliran air atau
kekeruhan aliran air yang diakibatkan oleh unsur-unsur muatan
sediment, baik yang bersifat mineral atau organik. Semakin kecil atau
rendah tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat
masuk ke dalam badan air dan, dengan demikian, semakin besar
kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis.
Dengan semakin meningkatnya proses fotosintesis, maka semakin besar
persediaan oksigen yang ada dalam air. Tingkat kekeruhan suatu aliran
air ditentukan dengan cara mengukur transmisi cahaya melalui sampel
air dalam satuan milligram per liter (mg/l) atau untuk jumlah yang lebih
kecil adalah dalam satuan parts per million (ppm).
c. Gas Teruari
Kandungan gas oksigen terurai dalam air mempunyai peranan
menentukan untuk kelangsungan hidup organisme akuatis dan untuk
berlangsungnya proses reaksi kimia yang terjadi di dalam badan

8
perairan. Gas terurai dalam aliran air yang perlu di perhatikan adalah
oksigen (O), karbon dioksida (CO₂), dan nitrogen (N).

2.5. Tingkat Kebisingan Kendaraan


Kebisingan berasal dari kata bising yang artinya semua bunyi yang
mengalihkan perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan sehari - hari,
bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dan juga
dapat menyebabkan polusi lingkungan. (Davis and Cornwell, 1998).

Kebisingan menurut Suma’mur (1995) dapat dibagi menjadi empat jenis,


yaitu :

a. Kebisingan yang kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas


(steady s tate, wide band noise), misalnya mesin-mesin, kipas
angin, dapur pijar, dan lain-lain.

b. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (steady


state, narrow band noise), misalnya gergaji sirk`uler, katup gas, dan
lain-lain

c. Kebisingan terputus - putus (intermitten), misalnya lalu lintas,


suara kapal terbang di lapangan udara.

d. Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), seperti


pukulan, tembakan atau meriam, ledakan, dan lain-lain

Menurut Suma’mur (1995) sumber bising utama dapat diklasifikasikan


dalam 2 kelompok yaitu :

1. Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau


mesin - mesin gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu,
kipas angin, komputer, pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan
pengkondisi udara.

2. Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin - mesin diesel,


transportasi. Dari kedua sumber bising tersebut di atas, tingkat
bising yang sangat tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan
industri oleh proses pabrik atau produksi.

9
 Dampak Kebisingan

Dari segi kesehatan, tingkat kebisingan yang dapat diterima tergantung pada
berapa lama kebisingan tersebut diterima. Berbagai penelitian di beberapa negara
mendapatkan tingkat kebisingan yang dapat diterima di pemukiman. Tingkat
kebisingan yang dapat ditolerir oleh seseorang tergantung pada kegiatan apa yang
sedang dilakukan oleh orang tersebut. Seseorang yang sedang sakit atau beribadah
akan terganggu oleh kebisingan yang rendah sekalipun. Sebaliknya seseorang yang
berada di pasar akan dapat menerima kebisingan yang lebih tinggi.

Dampak kebisingan yang terjadi pada manusia (Sastrowinoto,1985) yaitu :

1. Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi
bila terputus - putus atau yang datangnya tiba - tiba. Gangguan dapat
berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah.
Perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat
dan gangguan sensoris. Bising dengan intensitas tinggi dapat
menyebabkan pusing/sakit kepala.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima
dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa
gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain - lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang
menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan
suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
4. Efek pada pendengaran

10
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula - mula efek
bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi
secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi
apabila bekerja terus - menerus di area bising maka akan terjadi tuli
menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada
frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas ke frekuensi sekitarnya
dan akhirnya mengenai frekuensi yang biasanya digunakan untuk
percakapan.

 Baku Tingkat Kebisingan

Baku tingkat kebisingan adalah batasan tingkat kebisingan maksimal yang


di izinkan untuk dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan).

Tabel Baku Tingkat Kebisingan Kepmen LH No. 48 Tahun 1996

Peruntukan Kawasan / Lingkungan Tingkat kebisingan (dB)


Kegiatan

a. Peruntukan kawasan

1) Perumahan dan pemukiman 55

2) Perdagangan dan jasa 70

3) Perkantoran 65

4) Ruang terbuka hijau 50

5) Industri 70

6) Fasilitas umum 60

7) Rekreasi dan tempat hiburan 70

8) Khusus :

11
- Bandar udara *)

- Stasiun kereta api *)

- Pelabuhan laut 70

- Cagar budaya 60

b. Lingkungan kegiatan

9) Rumah sakit 55

10) Sekolah 55

11) Tempat ibadah 55 55

Sumber :KEPMEN LH-48 1996

2.6. Limbah Cair


Limbah cair adalah cairan yang berasal dari buangan limbah rumah
tangga,perkantoran,perdagangan,industry maupun tempat tempat umum lainnya yang
bisa membahayakan Kesehatan makhluk hidup. Limbah cair terdiri dari bahan kimia
organik ataupun anorganik dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu. Limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan,terutama bagi kesehatn manusia, sehingga
perlu adanya penangganan.

Indikasi pencemaran limbah cair dapat diketahui melalui pengamatan visual


maupun dengan pengujian. Perubahan yang paling umum terjadi yaitu perubahan pH.
Air secara normal memiliki pH dengan kisaran 6,5 - 7,5 pH apabila tidak memenuhi
baku mutu dapat mengubah kualitas air dan mengganggu keberlangsungan hidup
organisme di dalamnya. Kemudian indikasi air dapat dikatakan tercemar apabila terjadi
perubahan warna,bau dan rasa.

2.7. Kualitas Udara


Kualitas udara merupakan kadar kandungan udara berdasarkan konsentrasi polutan
di daerah tersebut. Kualitas udara merupakan faktor penentu yang mempengaruhi
kualitas lingkungan dan kesehatan makhluk hidup. Semakin baik kualitasnya, udara
yang dihirup tidak akan membahayakan kesehatan tubuh. Sebaliknya, jika kualitasnya
buruk, udara tersebut dapat menimbulkan dampak negatif bagi makhluk hidup.
Tambahin parameter pencapaian

12
Untuk mengukur kualitas udara di berbagai daerah di Indonesia, pemerintah telah
menetapkan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), sesuai Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP 45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar
Pencemar Udara.
Parameter baik buruknya kualitas udara dibagi menjadi lima kategori. Berikut
penjelasannya:

Kategori Rentang Penjelasan

Baik 0-50 Tingkat kualitas udara tidak memberi efek


buruk bagi kesehatan manusia atau hewan, serta
tidak mempengaruhi tumbuhan, bangunan, dan nilai
estetika.

Sedang 51-100 Tingkat kualitas udara tidak memberi efek


buruk bagi kesehatan manusia dan hewan, namun
mempengaruhi tumbuhan yang sensitif, serta nilai
estetika.

Tidak 101-199 Tingkat kualitas udara merugikan manusia


sehat dan kelompok hewan yang sensitif, serta
menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun
nilai estetika.

Sangat 200-299 Tingkat kualitas udara dapat merugikan


tidak sehat kesehatan pada beberapa segmen populasi yang
terpapar.

Berbahaya 300- Tingkat kualitas udara berbahaya secara


lebih umum dan menimbulkan kerugian kesehatan yang
serius.

Tabel 2. 1 Kategori Kualitas udara

Sampah Organik

13
Sampah organik terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam (Samekto,
2006). Secara alami sampah organik mengalami pembusukan atau penguraian oleh
mikroba atau jasad renik seperti bakteri, jamur dan sebagainya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No.81 Tahun
2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga dijelaskan lagi tentang definisi sampah rumah tangga adalah
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak
termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah
sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
2.8. Sampah Plastik
Murtadho dan Gumbira (1988) membedakan sampah atas sampah organik
dan sampah anorganik. Sampah organik meliputi limbah padat semi basah berupa
bahan-bahan organik yang umumnya berasal dari limbah hasil pertanian. Sampah
ini memiliki sifat mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk
karena memiliki rantai karbon relatif pendek. Sedangkan sampah anorganik berupa
sampah padat yang cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme karena
memiliki rantai karbon yang panjang dan kompleks seperti kaca, besi, plastik, dan
lain-lain.

14
No
Jenis plastic Penggunaan
Kode
Botol kemasan air mineral, botol
PETE (Polyethylene
1 minyak goreng, jus botol sambal, botol
Terephthalate)
obat dan botol kosmetik.

HDPE (High-density Botol obat, botol susu cair, jerigen


2
Polyethylene) pelumas, dan botol kosmetik

Pipa selang air, pipa bangunan


3 PVC (Polyvinyl Chloride) mainan, taplak meja dari plastik, botol
shampoo dan botol sambal.

Kantong kresek, tutup plastik,


LDPE (Low-density
4 plastik pembungkus daging beku, dan
Polyethylene)
berbagai macam plastik tipis lainnya.

Cup plastik, tutup botol dari


plastik, mainan anak anak,bungkus
5 PP (Polypropylene)
makanan cepat saji, botol, botol obat-
obatan dan margarine.

Kotak CD, sendok dan garpu


plastic, gelas plastik, atau tempat
6 PS (polystyrene)
makanan dari Styrofoam, dan tempat
makanan plastic transparan.

Plastik kemasan, galon air minum,


suku cadang mobil, alat – alat rumah
7 Others
tangga, computer, alat – alat elektronik
sikat gigi, dan mainan lego.

Tabel 2. 2 Jenis Plastik, Kode, dan Penggunaanya

Menurut (Burhanuddin, et al., 2018) Penggunaan limbah plastik sebagai bahan


utama pembuatan paving block berfungsi sebagai salah satu bentuk untuk mengurangi
timbulan sampah plastik. Serat PP (Polypropylene) adalah salah satu jenis plastik yang
paling banyak digunakan sebagai bahan serat dalam campuran beton memiliki

15
tegangan tarik dan modulus elastisitas yang tinggi (Aulia. dkk, 2015) dalam skripsi
(Kusuma, 2019).

2.9. Pupuk Kompos


Kompos merupakan pupuk organik buatan manusia yang dihasilkan dari
pelapukan (dekomposisi) sisa bahan organik seperti daun-daunan, jerami,
alangalang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, carang-carang serta
kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme
pengurai. Pembuatan kompos ini dikontrol, sengaja dibuat dan diatur seperti
pemberian air pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator menjadi bagian-bagian
terhumuskan. Proses pembuatan kompos dapat berjalan secara aerob dan anaerob
yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Kompos mengalami
proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan
untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang
esensial bagi tanaman.Di lingkungan alam terbuka, proses pengomposan bisa
terjadi dengan sendirinya. Lewat proses alami, rumput, daun-daunan dan kotoran
hewan serta sampah lainnya lama kelamaan membusuk karena adanya kerja sama
antara mikroorganisme dengan cuaca. Proses tersebut bisa dipercepat oleh
perlakuan manusia, yaitu dengan menambahkan mikroorganisme pengurai
sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik
(Yowono, 2005; Setyorini dkk., 2006).

16
BAB 3
METODE PELAKSANAAN
3.1. Tahapan Pelaksanaan
Metode pelaksanaan pada kegiatan ini dilakukan pengkajian terlebih dahulu
mengenai ilmu yang dapat diterapkan mengenai pengelolaan sampah, cara pembuatan
pupuk kompos dan pemafaatan sampah plastic.
Secara garis besar, pelaksanaan memiliki tahanpan sebagai berikut:

Pembuatan Proposal

Survey

Pelaksanaan Kegiatan

Pemeliharaan

Pengawasan

Evaluasi

3.2. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada pelaksanaan ialah dengan
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh dari hasil pelaksanaan. Sedangkan data sekunder didapat berupa jurnal
ilmiah maupun buku.

17
3.3. Prosedu Pembuatan

3.3.1. Penyediaan Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan ialah sebagai berikut:

Alat

N Nama Jumlah Fungsi Gambar


o Alat

Untuk
tempat
1 Ember 2
menyimpan
pupuk kompos

Gambar 3. 1 Ember

Untuk
2 Spatula 1 mengaduk
semua bahan

Gambar 3. 2 Spatula

Bahan

N Nama
Jumlah Fungsi Gambar
o Bahan

1 Sampah 1 ember Sebaga


organik i bahan
utama pupuk
kompos

Gambar 3. 3 Sampah Organik

2 Tanah Menyesua Sebaga


ikan i campuran
pupuk
kompos

18
Gambar 3. 4 Tanah

3 Air Menyesua Sebaga


ikan i penyiram
pupuk

Gambar 3. 5 Air

4 Arang Menyesua Sebaga


ikan i campuran
pupuk
kompos

Gambar 3. 6 Arang

5 Molase Menyesua Sebaga


ikan i makanan
cairan EM 4

Gambar 3. 7 Molase

6 Cairan 1 liter Sebaga


EM 4 i obat pupuk
kompos

Gambar 3. 8 Cairan EM 4

7 Bibit 2 Pack Sebaga


Tanaman i tumbuhan
percobaan

19
Gambar 3. 9 Bibit Cabai

Tabel 3. 1 Alat dan Bahan

3.3.2. Pembuatan Pupuk Kompos


Pembuatan pupuk kompos dilakukan dengan cara:
1. Siapkan alat dan bahan untuk membuat pupuk organik.
2. Siapkan sampah organik di dalam ember.
3. Siapkan air dalam wadah sebanyak satu liter.
4. Masukan cairan EM 4 sebanyak 10 cc ke dalam air.
5. Masukan molase sebanyak 10 cc ke dalam air.
6. Masukan air yang telah di campur cairan EM 4 dan molase kedalam
sampah organic yang berada didalam ember.
7. Setelah 2 minggu sisa sisa sampah organic tersebut di kubur di dalam
tanah.

20
BAB 4 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Jenis Pengeluaran Volume Harga Nilai


Satuan (Rp) (Rp)

1. Bahan Habis Pakai

a. Ember 2 buah 65.000 130.000

b. Bibit tanaman 2 buah 10.000 20.000

c. Cairan EM 4 1 liter 31.000 31.000

d. Arang 1 kg 10.000 20.000

SUB TOTAL (Rp) 201.000

2. Perjalanan

a. Transpotrasi 3 liter 10.000 30.000

SUB TOTAL (Rp) 30.000

3. Lain-lain

a. Sarung tangan pelindung 1 pak 10.000 10.000

SUB TOTAL (Rp) 10.000

SUB TOTAL 1+2+3 (Rp) 241.000

Terbilang Dua Ratus Empat Puluh Satu Ribu Rupiah

Tabel 4. 1 Anggaran Biaya

4.2 Jadwal Kegiatan

Untuk jadwal kegiatan penelitian ini dari awal sampai akhir ditargetkan 3 bulan
seperti yang terdapat di chart berikut:

N Jenis Febuari Maret April


o Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembua
1
tan Proposal
2 Survei
Perenca
3
naan
Sosialis
4
asi
Pembua
5
tan
Pemelih
6
aran
Pengaw
7
asan
8 Evaluasi
Tabel 4. 2 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, A. (2012, 06 14). Mengenal Kode Kemasan Plastik yang Aman dan Tidak.
Retrieved 02 10, 2023, from
https://ngeblogging.wordpress.com/2012/06/14/mengenal-kodekemasan-plastik-yang-
aman-dan-tidak/.

Lestari, D. (2020). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sampah Organik. Retrieved 02 10, 2023,
from http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4004/3/BAB%20II.pdf

Novita, C. (2022). Cara Membuat Pupuk Kompos dari Daun dan Sampah Rumah Tangga.
Retrieved 02 10, 2021, from https://tirto.id/cara-membuat-pupuk-kompos-dari-daun-
dan-sampah-rumah-tangga-gvCX

Nugroho. (2013). buku Panduan Membuat Pupuk Kompos.

Tiga, D. G. (2013). TAS KEPO (Keren dan Populer). Retrieved 02 10, 2023, from
https://pkm.umsida.ac.id/file_lolos/121020700030_DIA%20GUSTI%20ADI
%20TIGA.pdf

https://www.kajianpustaka.com/2021/03/limbah-cair.html

https://katadata.co.id/safrezi/berita/6151630daa2c8/kualitas-udara-
parameter-dan-cara-mengeceknya

23
24

Anda mungkin juga menyukai