Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Upaya Pengeolaan Sampah


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :
Pengetahuan Lingkungan
Dosen Pengampu :
Arif Mustakim, M.Si

Disusun oleh Kelompok 6 :


1. Ivan ramadhani putra (12208183120)
2. Muhammad Ali mukhsin (12208183125)
3. Intan kusumawati (12208183122)
4. Puji Rahayu (12208183061)
5. Amirul kholifah (12208183177)
6. Laila muyasaroh (12208183178)
7. Wisnu janata (12208183117)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI 4C


FAKULTAS TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHSAN
A. Pengelolaan sampah ........................................................................... 2
B. Hubungan lingkungan dan kesehatan ................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

ii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Sampah merupakan suatu masalah penting yang harus diperhatikan
dengan serius karena dapat menyebabkan dampak yang besar terhadap
masyarakat yang disekitarnya, serta dapat menimbulkan berbgai macam
penyakit, seperi gatal-gatal diare dan lain-lain. Negara Indonesia
mempunyai masalah yang sangat besar mengenai sampah, terutama di
daerah yang padat penduduk seperti di daerah khusus ibukota Jakarta yang
menghasilkan milyaran tumpukan sampah. Jika sampah dibuang secara
sembarangan hingga tertumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka
akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius, juga
menimbulkan banjir, serta sampah plastik yang tertimbun di dalam tanah
tidak dapat terurai sehingga tanah menjadi tandus.
Permasalahan sampah merupakan hal yang krusial. Bahkan sampah
dapat dikatakan sebagai masalah kultural karena dampaknya terkena pada
berbagai sisi kehidupan. Upaya penanganan sampah perlu dilakukan
secara manajerial dengan benar serta melibatkan semua unsur baik
pemerintah, swasta maupun masyarakat yang diharapkan dapat
meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaannya. Pengolahan
sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat. Pengelolaan sampah
merupakan salah satu indikator output dari strategi nasional sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM). STBM merupakan pendekatan untuk
merubah erilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan. Pengelolaan sampah telah diatur dalam undang-
undang nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah dengan
mengurangi dan menangani sampah menggunakan cara yang berwawasan
lingkungan. Kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan,
pengumpulan, penangkutan, pengolahan, dan pemrosesn akhir.

B. Rumusan masalah
1 Bagaimana upaya dalam pengelolaan sampah
2 Bagaimana hubungan lingkungan dan kesehatan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya dalam pengelolaan sampah
2. Untuk mengetahui hubungan lingkungan dean kesehatan

1
BAB II
Pembahasan
A. Upaya Pengelolaan Sampah

Pada awalnya ketika jumlah penduduk masih sedikit, sampah bukan


merupakan sebuah permasalahan. Namun, seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya, maka sampah semakin
besar jumlah dan variasinya. Karena itu, diperlukan pengelolaan yang tidak
sederhana untuk menangani sampah dalam jumlah besar, terutama di daerah
perkotaan.
Pengelolaan sampah mutlak diperlukan mengingat dampak buruknya
bagi kesehatan dan lingkungan. Sampah menjadi tempat
berkembangbiaknya organisma penyebab dan pembawa penyakit. Sampah
juga dapat mencemari lingkungan dan mengganggu keseimbangan
lingkungan. Karena itu, pemerintah di berbagai belahan dunia berupaya
menanganinya walaupun dengan biaya yang tidak sedikit.
Pengelolaan sampah di Indonesia pada umumnya belum
dilaksanakan secara terpadu. Sampah dari berbagai sumber, baik dari rumah
tangga, pasar, industri dan lain-lain, langsung diangkut menuju Tempat
Penampungan Sementara (TPS) tanpa melaui proses pemilahan dan
pengolahan. Dari TPS, sampah kemudian diangkut menuju Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) untuk kemudian ditimbun. Pengelolaan seperti ini
mengabaikan nilai sampai sebagai sumber daya.

Gambar : Tempat Pembuangan Akhir (TPA)


Upaya pertama dalam pengelolaan sampah secara terpadu adalah
pemilahan yang dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah, baik dari
rumah tangga, pasar, industri, fasilitas umum, daerah komersial dan sumber
lainnya. Sampah organik (sisa makanan, daun, dan lain-lain) dipisah dengan
sampah anorganik (plastik, kaca dan lain-lain). Sampah yang telah dipilah
dapat didaur ulang di tempat sumber sampah atau dapat dibawa atau dijual
untuk dilakukan proses daur ulang di industri daur ulang. Sampah tersebut
dapat pula dipakai ulang sebelum diangkut ke TPS atau dibuat kompos

2
3

untuk digunakan di lokasi sumber sampah.


Sampah dari sumber sampah juga dapat dibawa ke Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) terdekat setelah melalui proses pemilahan. Di
TPS sampah dikumpulkan dan dipilah kembali dan diangkut ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Sampah tersebut juga dapat di daur ulang di
industri daur ulang. Pemilahan sampah dapat pula dilakukan di TPA.
Sebagian sampah dapat didaur ulang dan dibuat kompos yang dapat dijual
ke konsumen. Sisanya atau residu dari proses tersebut dapat ditimbun
dengan menggunakan metode sanitary landfill. Hasil dari sanitary landfill
adalah abu yang dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat batako dan
sebagai bahan campuran kompos. Batako dan kompos yang dihasilkan dapat
dijual ke konsumen.
Belum berkembangnya pengelolaan sampah terpadu dikarenakan
belum dikembangkannya sistem yang didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai. Selain itu, persepsi, kesadaran akan manfaat sampah dan
budaya masyarakat dalam membuang sampah sangat beragam. Pemilahan
dan pemanfaatan sampah di lingkungan keluarga belum membudaya,
sehingga memerlukan waktu untuk perubahan tersebut.

Gambar : Pengelolaan Sampah secara terpadu


4

Gambar 6.4: Pengelolaan sampah secara mandiri


Walaupun demikian, beberapa kelompok masyarakat mulai
mengelola sampah secara mandiri dengan baik. Salah satu contohnya adalah
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh warga di daerah Sukunan
Banyuraden Gamping. Sampah dipilah menjadi sampah organik dan
anorganik. Sampah organik dijadikan sebagai kompos untuk penghijauan.
Sampah anorganik sebagian dimanfaatkan untuk kerajinan dan sebagian
lainnya dijual. Hasil dari sampah dapat menambah kas kampung dan
pendapatan penduduk setempat. Keuntungan lainnya adalah lingkungan
kampung menjadi bersih, sehat dan indah karena tidak ada sampah yang
terbuang secara percuma.

Sampah yang telah terkumpul dapat diolah lebih lanjut, baik di lokasi
sumber sampah mapun setelah sampai di TPA. Tujuannya agar sampah
dapat dimanfaatkan kembali, sehingga dapat mengurangi tumpukan sampah
serta memperoleh nilai ekonomi dari sampah. Beberapa pengolahan sampah
yang biasanya dilakukan adalah:
1. Pengolahan sampah organik

Di Indonesia, sebagian besar sampah merupakan sampah


organik. Data menunjukkan bahwa rata-rata komposisi sampah di
beberapa kota besar di Indonesia adalah: organik (25%), kertas (10%),
plastik (18%), kayu (12%), logam (11%), kain (11%), gelas
(11%), lain-lain (12%).

Sampah organik dapat dimanfaatkan secara langsung, tanpa


melalui proses tertentu, untuk pakan ternak, khususnya ikan. Sampah
organik juga dapat diproses untuk berbagai keperluan diantaranya adalah
pakan ternak dan kompos.
a. Sampah organik untuk pakan ternak

Sampah organik, khususnya sisa makanan, dapat diolah lebih


5

lanjut menjadi pakan ternak. Sampah yang telah dipilah, kemudian


masuk dalam pabrik untuk dijadikan pakan ternak. Dari sampah
organik dapat dihasilkan pelet untuk pakan ikan.
b. Kompos

Sampah organik juga bisa dimanfaatkan untuk sektor


pertanian. Dengan bantuan mikroorganisma (mikroba), sampah
organik bisa dimanfaatkan untuk pemupukan tanaman, yaitu melalui
proses pengomposan. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak
lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat
secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau anaerobik
(Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003).
Sementara itu, pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber
energi. Jadi, pada prinsipnya semua bahan-bahan organik padat
dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah tangga,
sampah- sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah
peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri,
limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa
sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk dikomposkan antara lain:
tulang, tanduk, dan rambut. Mikroba yang aktif pada kondisi ini
adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu
tinggi. Organisma yang terlibat dalam proses pengomposan yaitu :

Tabel : Organisma yang Terlibat dalam Proses Pengomposan

Kelompok Organisma Jumlah/gr kompos


Organisma
Bakteri; 109 - 109; 105 108; 104
Mikroflora
Aktinomicetes; -
Kapang 106
Mikrofauna Protozoa 104 - 105
Makroflora Jamur tingkat tinggi
Cacing tanah, rayap,
Makrofauna
semut, kutu, dll

Kompos memiliki banyak manfaat ditinjau dari beberapa aspek:

(1) Aspek Ekonomi :


6

 Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah


 Mengurangi volume/ukuran limbah
 Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
 bahan yang dipakai tersedia, tidak perlu membeli
 masyarakat dapat membuatnya sendiri, tidak memerlukan
peralatan dan instalasi yang mahal
(2) Aspek Lingkungan :

 Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah


 Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
 Merupakan jenis pupuk yang ekologis dan tidak merusak
lingkungan

(3) Aspek bagi tanah/tanaman:

 Meningkatkan kesuburan tanah


 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
 Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
 Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
 Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
 Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
 Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
 Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

2. Pengolahan Sampah Anorganik

Sampah anorganik biasanya berupa botol, kertas, plastik,


kaleng, sampah bekas alat- alat elektronik dan lain-lain. Sampah ini
sering kita jumpai di beberapa tempat seperti sungai, halaman rumah,
lahan pertanian dan di jalan-jalan. Sifatnya sukar diurai oleh
mikroorganisma, sehingga akan bertahan lama menjadi sampah.
Sampah plastik bisa bertahan sampai ratusan tahun, sehingga
dampaknya akan sangat lama. Untuk mengatasi masalah sampah
anorganik, dapat dilakukan cara-cara berikut ini.
a. Reduce (Mengurangi penggunaan)

Penanganan sampah anorganik dapat dilakukan dengan tiga


cara, yaitu reduce, reuse, dan recycle (daur ulang). Mengurangi
sampah bisa dilakukan, yaitu dengan menerapkan pola hidup
sederhana dimana selalu memperhatikan hal-hal berikut:
 Menentukan prioritas sebelum membeli barang.
7

 Mengurangi atau menghindari konsumsi/penggunaan barang


yang tidak dapat didaur ulang oleh alam.
 Membeli produk yang tahan lama.
 Menggunakan produk selama mungkin, tidak terlalu menganut
mode.

Menggunakan kembali barang-barang yang masih layak


pakai juga merupakan salah satu perilaku yang menguntungkan,
baik secara ekonomis maupun ekologis, misalnya botol minuman,
sirup dan alat elektronik. Sampah alat elektronik bisa dijual kepada
tukang barang bekas ataupun toko servis alat-alat elektronik, karena
memang biasanya terdapat komponen yang masih layak untuk
digunakan.
b. Reuse (Menggunakan ulang)

Banyak sekali barang-barang yang setelah digunakan bisa


digunakan ulang dengan fungsi yang sama dengan fungsi awalnya
tanpa melalui proses pengolahan. Sebagai contoh, jika kalian
membeli botol minuman ukuran besar dan botol tersebut digunakan
kembali sebagai tempat minuman, maka kalian sudah ikut
mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan. Itu
artinya, kalian sudah berbuat sesuatu yang positif untuk lingkungan.
Walaupun kelihatannya nampak sepele namun bayangkanlah jika
hal tersebut dilakukan oleh hampir semua orang, maka akan banyak
sekali sampah yang dibuang ke lingkungan.
c. Recycle (Daur ulang)

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah


padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan,
pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas
pakai. Material yang dapat didaur ulang di antaranya:
 Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang
putih bening maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca
yang tebal.
 Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus
kecuali kertas yang berlapis (minyak atau plastik).
 Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue,
rangka meja, besi rangka beton.
 Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember.

Pengolahan sampah anorganik dengan cara daur ulang


merupakan salah satu cara yang efektif, karena selain
menguntungkan secara ekonomis juga secara ekologis. Adapun
8

sampah yang dapat di daur ulang diantaranya: sampah plastik,


sampah logam, sampah kertas, sampah kaca dan lain-lain. Proses
daur ulang sampah dapat dilakukan dalam skala yang besar maupun
kecil. Adapun proses daur ulang tersebut akan menghasilkan
barang-barang dengan:
1) Bentuk dan fungsinya tetap
Misal: daur ulang kertas dengan hasil dan bentuk yang sama,
plastik pembungkus yang didaur ulang dengan bentuk dan
fungsi yang sama.
2) Bentuk berubah tetapi
fungsi tetap Misal: daur
ulang botol bekas air
mineral.
3) Bentuk berubah dan fungsi pun berubah
Misal: plastik menjadi sedotan, bekas sedotan menjadi hiasan,
plastik menjadi gantungan pakaian, dan beberapa barang hasil
kerajinan tangan (handycraft).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pengelolaan sampah berbeda-beda. Hal ini tergantung dari jenis sampah itu
sendiri. Untuk itu, pemilahan berbagai jenis sampah harus dilakukan sejak
awal, agar dalam pengelolaannya lebih mudah, sehingga selain bernilai
ekologis, sampah juga bisa menjadi sumber pendapatan.1
B. Hubungan lingkungan dan kesehatan
1. Pengertian kesehatan
1) Menurut WHO adalah keadaan yang meliputi kesehatan fisik,
mental, dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas
dari penyakit dan kecacatan.
2) Menurut UU No 23 / 1992 tentang kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Pengertian lingkungan
1) Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960) adalah
sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan organisme.
1
Kun sri budiasih.Pemilahan Sampah Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik.Universitas
Yogyakarta.2010 hal 88-95
9

2) Menurut Encyclopaedia Americana (1974) adalah pengaruh yang ada


di atas/sekeliling organisme.
3) Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) adalah tempat pemukiman
dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala
keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga
ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari
organisme itu.
3. Pengertian kesehatan lingkungan
1) Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia.
2) Menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

3) Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul


Azwar, c) Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen) adalah upaya
perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang
diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan
manusia yang semakin meningkat.

4. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


I. Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
10

9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.

II. Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling
ada 8, yaitu :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
5. Sasaran Kesehatan Lingkungan

Adapaun sasaran kesehatan lingkungan berdasarakan pasal 22 ayat (2)


UU No 23 Tahun 1992, meliputi :
1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang
sejenis
2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis.
11

4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan


untuk umum. 2
6. Faktor yang mempengaruhi kesehatan:
1) Faktor yang mempengaruhi kesehatan bisa berasal dari lingkungan
sekitar maupun lingkungan sosial. Manusia yang diciptakan sebagai
makhluk sosial sehingga mereka tidak bisa hidup sendiri, karena dalam
pemenuhan kebutuhan senantiasa berinteraksi dengan lingkungan
sekitar.
2) Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara lingkungan dengan kesehata manusia, tumbuhan, dan hewan
dengan tujuan untuk meningkatkan faktor lingkungan yang
menguntungkan dan mengendalikan faktor yang merugikan.
3) Kesehatan lingkunga sekitar
Lingkungan sangat luas cakupannya. Lingkungan hidup adalah segala
sesuatu yang ada di sekitar. Menurut kebutuhan, lingkungan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Lingkungan hidup (biotis) dan lingkungan tak hidup (abiotis)
2. Lingkungan alamiah dan lingkungan buatan
3. Lingkungan prenatal dan lingkungan post natal
4. Lingkungan biosfir dan lingkungan psikososial
5. Lingkungan air (hidrosfir), lingkungan udara (atmosfer),
lingkungan tanah (litosfir), lingkungan biologi (biosfir), dan
lingkungan social (sosiosfir)
6. Kombinasi dari klasifikasi-klasifikasi tersebut
4) Kesehatan lingkungan sosial
Lingkungan sekitar atau kita sebut sebagai sosiosfir adalah
lingkungan yang tercipta sebagai akibat dari interaksi antar manusia
secara rasional yang memungkinkan tersalurkannya budaya dari satu
orang ke orang yang lain atau interaksi antara satu generasi ke generasi
berikutnya. Lingkungan sosial erat kaitannya dengan perilaku manusia
2
Metty Carina, Hubungan Kesehatan Lingkungan dan Ekspektasi Hidup Manusia,
(Palembang:2011, Universitas Sriwijaya) Hal. 4-6
12

pada umumnya. Proses yang terjadi pada perubahan perilaku yang


disebabkan oleh kesadaran akan kebutuhan terhadap kesehatan yang
terstimulasi sehingga timbul dorongan atau motif untuk berubah,
sehingga perlu dorongan untuk mengubah perilaku.
1. Status kesehatan
a. Angka kesakitan
b. Ratio penyakit di masyarakat
c. Promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
d. Bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha kesehatan.
Faktor lingkungan atau faktor yang meliputi kimia, biologi,
maupun sosial budaya yang bersifat dinamis dan kompleks.hal
tersebut sangat dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dari
manusia atau masyarakat hingga berdampak menyebabkan
penyakit.
Eksplanasi atau ulah manusia → ketimpangan ekologis dan
ketimpangan alam → pencemaran lingkungan → gangguan
fisiologis dan psikologis pada masyarakat.
Keadaan sakit merupakan akibat dari kesalahan
adaptasi lingkungan (maladaptation) dan reaksi antara manusia
dan sumber-sumber penyakit. Sakit berarti suatu keadaan yang
memperlihatkan adanya keluhan dan gejala sakit secara subyektif
dan obyektif, sehingga penderita butuh pengobatan untuk menjadi
sehat.
5) Tingkat sejarah alamiah suatu penyakit (Natural History Of Disease)
1. Tingkat kepekaan ( Stage Of Susceptibility )
2. Tingkat sebelum sakit ( Stage Of Presympyomatic Disease )
3. Tingkat sakit sacara klinis ( Stage Of Clinical Disease )
4. Tingkat kecacatan ( Stage Of Disability )
6) Pencegahan penyakit

Proses pencegahan tersebut tidak dapat dipisahkan dari kondisi


lingkungan dan sejarah terjadinya penyakit. Proses pencegahan dapat
13

dilakukan dengan deteksi dan intervensi pada penyebab dan faktor


resiko penyakit. Pencegahan perlu adanya inhibisi terhadap
perkembangan suatu penyakit sebelum penyakit tersebut terjadi.
Tingkat dari pencegahan penyakit adalah:
1. Pencegahan primer (Primary Prevention)
Pencegaha ini dapat dilakukan pada fase kepekaan dari sejarah
alami.
2. Pencegahan sekunder (Secondary Prevention)
Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada fase preklinik dan
klinik.
3. Pencegahan tersier (Tertiary Prevention)
Tingkat pencegahan ini dapat dilakukan pada fase penyakit yang
sudah lanjut atau fase kecacatan.
7) Hubungan kesehatan dan lingkungan hidup

Model ekologi (Ecologic Models)


Merupakan hubungan faktor yang mencakup sektor lingkungan
yang terdiri dari fisik, biologi, dan sosial selalu berhubungan dengan
sektor host dan agent. Aspek fisik dari lingkungan antara lain yaitu
panas, sinar, udara, air, radiasi, atmosfir dan tekanan.
a) Faktor host
Merupakan faktor intrinstik yang dipengaruhi oleh sifat
genetik manusia. Meningkatnya faktor determinan genetik,
berhubungan dengan meningkatnya atau menurunnya kepekaan
terhadap penyakit.hal ini berhubungan dengan kepribadian
manusia seperti, agresifitas, ambisius, aktif, dan dikejar waktu
yang cenderung (Risk Factor).
b) Faktor agent
Merupakan agent dari penyakit berlokasi pada lingkungan
tertentu, agent lingkungan fisik, misalnya, radiasi sinar radioaktif
penyebab sterilitas. Agen dari lingkungan kimia misalnya, limbah
industri yang mengandung bahan kimia (Hg) penyebab penyakit
minamata.
14

c) Faktor lingkungan
 Sebagai faktor ekstrinsik yang terdiri dari lingkungan fisik,
kimia, biologi, dan sosial.
 Pendekatan lain adalah model roda
 Pendekatan segitiga epidemiologi
 Kedua model diatas menyebutkan bahwa lingkungan fisik,
biologi, dan sosial dapat menyebabkan penyakit.
7. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia
a. Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a) Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b) Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
c) Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100
ml air)

Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai


media penulran penyakit yaitu ( kusnoputranto , 1986) :
a) Water Borne Disease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air
yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari penderita atau karier.
Bila air yang mengandung kuman pathogen terminum maka dapat
terjadi penjakitan pada orang yang bersangkutan, misalnya : Cholera,
Typoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.
b) Water Based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang
lain melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, mislanya :
Schistosomiasis.
c) Water Washed Disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh
kurangnya air untuk pemeliharaan kebersihan perseorangan dan air
15

bagi kebersihan alat-alat terutama alat dapur dan alat makan, misalnya
; diare, Cholera, Typoid, dan Dysentri Basiler.
d) Water Related Insect Vectors, vektor-vektor insektisida yang
berhubungan dengan air, yaitu penyakit yang vektornya berkembang
biak dalam air, misalnya : malaria, demam berdarah, Yellow Fever,
Tryponosomiasis.
b. Pembuangan Kotoran dan Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
sebagai berikut:
a) Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b) Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur
c) Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d) Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
e) Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f) Jamban harus babas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.
c. Kesehatan Pemukiman
Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a) Memenuhi kebutuhan fisiologis, yaitu : pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
b) Memenuhi kebutuhan psikologis, yaitu : privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah
c) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar
penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya
makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup.
16

d) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang


timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh,
tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya
jatuh tergelincir.
d. Pembuangan Sampah
Teknik pengelolaan sampah yang baik harus memperhatikan faktor-
faktor/unsur :
a) Penimbulan sampah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
sampah adalah jumlah penduduk dan kepadatanya, tingkat aktivitas,
pola kehidupan/tingkat sosial ekonomi, letak geografis, iklim, musim,
dan kemajuan teknologi.
b) Penyimpanan sampah.
c) Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali.
d) Pengangkutan
e) Pembuangan
Dengan mengetahui unsur-unsur pengelolaan sampah, kita dapat
mengetahui hubungan dan urgensinya masing-masing unsur tersebut agar
kita dapat memecahkan masalah-masalah ini secara efisien.
e. Serangga dan Binatang Penggangu

Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang


kemudian disebut sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit
pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp untuk penyakit Malaria, Nyamuk
Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyamuk Culex sp untuk
Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari penyakit
tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan
makanan dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan
pestisida untuk mencegah gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M
(menguras mengubur dan menutup) tempat penampungan air untuk
mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di rumah
atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-
usaha sanitasi.
17

Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya


anjing dapat menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat
menjadi perantara perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga
menimbulakan diare. Tikus dapat menyebabkan Leptospirosis dari kencing
yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri penyebab.
f. Makanan dan Minuman

Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran,


rumah makan, jasa boga dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin
makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap
santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah
makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat
pengelolaan makanan meliputi :
a) Persyaratan lokasi dan bangunan
b) Persyaratan fasilitas sanitasi
c) Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
d) Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
e) Persyaratan pengolahan makanan
f) Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
g) Persyaratan peralatan yang digunakan.
g. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan diantaranya pencemaran air, pencemaran


tanah, pencemaran udara. Pencemaran udara dapat dibagi lagi menjadi
indoor air pollution dan out door air pollution. Indoor air pollution
merupakan problem perumahan/pemukiman serta gedung umum, bis
kereta api, dll.
Masalah ini lebih berpotensi menjadi masalah kesehatan yang
sesungguhnya, mengingat manusia cenderung berada di dalam ruangan
ketimbang berada di jalanan. Diduga akibat pembakaran kayu bakar,
bahan bakar rumah tangga lainnya merupakan salah satu faktor resiko
timbulnya infeksi saluran pernafasan bagi anak balita. Mengenai masalah
18

out door pollution atau pencemaran udara di luar rumah, berbagai analisis
data menunjukkan bahwa ada kecenderungan peningkatan.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan resiko dampak
pencemaran pada beberapa kelompok resiko tinggi penduduk kota
dibanding pedesaan. Besar resiko relatif tersebut adalah 12,5 kali lebih
besar. Keadaan ini, bagi jenis pencemar yang akumulatif, tentu akan lebih
buruk di masa mendatang. Pembakaran hutan untuk dibuat lahan pertanian
atau sekedar diambil kayunya ternyata membawa dampak serius, misalnya
infeksi saluran pernafasan akut, iritasi pada mata, terganggunya jadual
penerbangan, terganggunya ekologi hutan.

7. Penyebab Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia


Adapun penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia, meliputi:
1) Pertambahan dan kepadatan penduduk.
2) Keanekaragaman sosial budaya dan adat istiadat dari sebagian besar
penduduk
3) Belum memadainya pelaksanaan fungsi manajemen.

8. Hubungan dan Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap Kesehatan


Masyarakat di Perkotaan dan Pemukiman.
Contoh hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan
masyarakat di perkotaan dan pemukiman diantaranya sebagai berikut :
1) Urbanisasi kepadatan kota keterbatasan lahan aerah slum/kumuh
sanitasi kesehatan lingkungan buruk
2) Kegiatan di kota (industrialisasi) menghasilkan limbah cair dibuang
tanpa pengolahan (ke sungai) sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci,
kakus penyakit menular.
3) Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi emisi gas buang (asap)
mencemari udara kota udara tidak layak dihirup penyakit ISPA.3

3
Ibid, Hlm. 8-13
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
1. Upaya Pengelolaan Sampah
Upaya pertama dalam pengelolaan sampah secara terpadu adalah
pemilahan yang dilakukan mulai dari sumber penghasil sampah, baik dari
rumah tangga, pasar, industri, fasilitas umum, daerah komersial dan
sumber lainnya. Sampah organik (sisa makanan, daun, dan lain-lain)
dipisah dengan sampah anorganik (plastik, kaca dan lain-lain). Sampah
yang telah dipilah dapat didaur ulang di tempat sumber sampah atau dapat
dibawa atau dijual untuk dilakukan proses daur ulang di industri daur
ulang. Sampah tersebut dapat pula dipakai ulang sebelum diangkut ke TPS
atau dibuat kompos untuk digunakan di lokasi sumber sampah.
a. Pengolahan sampah organik
1) Sampah organik untuk pakan ternak
2) Kompos
b. Pengolahan sampah anorganik
Untuk mengatasi masalah sampah anorganik, dapat dilakukan cara-
cara berikut ini.
1). Reduce (Mengurangi penggunaan)
2). Reycle (daur ulang)
2. Hubungan lingkungan dan kesehatan
a. Pengertian kesehatan
b. Pengertian lingkungan
c. Pengertian kesehatan lingkungan
d. Ruang lingkup kesehatan lingkungan
e. Sasaran kesehatan lingkungan
f. Faktor yang mempengaruhi kesehatan
g. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia
h. Penyebab Masalah Kesehatan Lingkungan di Indonesia
i. Hubungan dan Pengaruh Kondisi Lingkungan terhadap Kesehatan
Masyarakat di Perkotaan dan Pemukiman.

19
20

B. Saran
Demikian yang bisa kami sampaikan dan tulisan pada makalah ini,
berhubung karena makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak yang harus diperbaiki untuk itulah kami minta maaf dan saran dari
pembaca sangat bermanfaat untuk kesuksesan kami dalam pembuatan
makalah selanjutnya.
Daftar Pustaka

Carina, metty. 2011.Hubungan Kesehatan Lingkungan dan Ekspektasi Hidup


Manusia, Palembang : universitas Sriwijaya.
Budiasih, kun sri.2010.Pemilahan Sampah Sebagai Upaya Pengelolaan Sampah
Yang Baik.Universitas Yogyakarta.
Damanhuri, enri dan Tri Padmi.2010.pengelolaan sampah.Institut Teknologi
Bandung.

21

Anda mungkin juga menyukai