Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL SURVEI KIMIA MEDISINAL I

DISENTRI

Dosen : Sumantri, S. Si., M. Si

DISUSUN OLEH
HEALTY SEPTIANA (1943050036)
JOYA NAINGGOLAN (1943050011)

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “Disentri” dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. saya
berterima kasih kepada Bapak Sogandi, S.Si., M.Si selaku dosen mata kuliah
Biologi Seluler yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian tugas ini.
Makalah ini menjelaskan tentang konsep Disentri, sejarah dan
perkembangan hingga munculnya produk hasil rekayasa genetika yang menarik
perhatian dunia. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, masukan, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi orang yang
membacanya. Selanjutnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.

Jakarta, April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan ...................................................................................... 6

II. PEMBAHASAN ............................................................................... 7


II.1 Rekayasa Genetika.................................................................... 7
II.2 Tujuan dan Rekayasa Genetika................................................. 9
II.3 Perkembangan Rekayasa Genetika........................................... 10
II.4 Pengertian Transgenik............................................................... 11
II.5 Kelinci Glow in the Dark.......................................................... 12
II.6 Hasil Rekayasa Genetika Lainnya............................................ 14
II.7 Dampak Rekayasa Genetika bagi Kehidupan........................... 25

III. PENUTUP......................................................................................... 13
III.1 Kesimpulan............................................................................... 13
III.2 Saran.......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan sering kali
menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri (disentri basiler) dan amoeba
(disentri amoeba).
Di Amerika serikat, insiden diseentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan
disentri basiler dilaporkan kurang dari 500.000 kasus tiap tahunnya. Sedangkan
kejadian disentri amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan
tetapi untuk disentri basiler dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare
berat menderita disentri basiler.
Di dunia sekurangnya 200 juta kasusdan 650.000 kematian terjadi akibat
disentri basiler pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman
penyebab disentri basiler ditemukan di Negara berkembang dengan kesehatan
lingkungan yang masih kurang. Disentri amoeba hampir menyebar di seluruh
dunia terutama di Negara yang berkembang yang berada didaerah tropis. Hal
ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi
lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta cultural yang menunjang.
Penyakit ini biasa menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun. Spesies
Entamoeba menyerang 10% populasi di dunia. Prevalensi yang tinggi
mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan. Sedangkan pada Shigella
di Amerika serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara yang
berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000
kematian per tahun.
WHO menyebutkan bahwa sekitar 15 persen dari seluruh kejadian diare
pada anak di bawah usia 5 tahun adalah disentri. Adapun hasil survei evaluasi
di Indonesia pada tahun 1989-1990 juga menunjukkan angka kejadian yang
sama. Disentri menjadi penyebab panting pada kesehatan dan kematian yang
dikaitkan dengan diare.

4
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari penyakit disentri?
2. Bagaimana penyebaran penyakit disentri?
3. Apa etiologi dari penyakit disentri?
4. Apa saja gejala klinis yang ditimbulkan penderita dosentri?
5. Bagaimana cara penanggulangan penyakit disentri?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui defenisi, etiologi gejala klinis serta cara
penanggulangan dari penyakit disentri.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui apa pengertian dari penyakit disentri
b. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari penyakit disentri
c. Untuk mengetahui bagaimana penyebaran penyakit disentri
d. Untuk mengetahui bagaimana cara penanggulangan penyakit disentri
e. Untuk mengetahui apa saja gejala klinis penderita disentri

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Disentri


Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron
(usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan
gejala buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume
sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat
buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan pada usus besar
yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus
menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang
menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang
disebut sebagai sindroma disentri, yakni :
1. Sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 
2. Berak-berak, dan 
3. Tinja mengandung darah dan lendir. 
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa
kuman penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di
bawahnya. Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik
karena kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan
lingkungan.

2.2 PENYEBAB DISENTRI


Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan
setelah menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan.
Cukup simple memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi
itulah kenyataannya. Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat
kaitannya dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.

6
Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri
Shigella dan beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri
yang kurang umum dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan
Campylobacter. Untuk jenis penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh parasit
Entamoeba histolytica
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun
parasit menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita
menularkan anggota keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota
keluarga yang lainnya. Infeksi oleh mikroorganisme penyebab disentri ini
dapat bertahan dan menyebar untuk sekitar empat minggu.
Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi.
Negara miskin yang memiliki sistem sanitasi yang tidak memadai
menunjukkan angka yang tinggi untuk kejadian kasus penyakit disentri.
Frekuensi setiap patogen penyebab penyakit disentri bervariasi di berbagai
wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis yang paling umum di Amerika
Latin sementara Campylobacter adalah bakteri yang dominan di Asia
Tenggara. Disentri jarang disebabkan oleh iritasi kimia atau oleh cacing usus.

1. Mikroorganisme Penyebab Disentri


Disentri Amoeba (amoebiasis) disebabkan oleh parasit protozoa yang
dikenal dengan nama Entamoeba histolytica. Amuba bisa eksis untuk jangka
waktu yang lama di usus besar (kolon). Pada sebagian besar kasus, amoebiasis
tidak menimbulkan gejala (hanya sekitar 10% dari individu yang terinfeksi).
Hal ini jarang kecuali di zona tropis dunia, di mana penyakit ini sangat lazim.
Orang dapat terinfeksi setelah menelan kotoran yang mengandung parasit
kemudian di ekskresikan seseorang.
Orang-orang berisiko tinggi tertular parasit melalui makanan dan air jika
terkontaminasi atau tercemar oleh limbah. Parasit juga dapat masuk melalui
mulut ketika tangan di cuci dalam air yang terkontaminasi. Jika orang
mengabaikan untuk mencuci dengan benar sebelum menyiapkan makanan,
makanan dapat terkontaminasi. Buah-buahan dan sayuran bisa terkontaminasi

7
jika dicuci dalam air tercemar atau ditanam di tanah yang telah dipupuk oleh
limbah manusia.
Untuk mikroorganisme penyebab disentri bakteri Shigella dan
Campylobacter, merupakan penyebab penyakit disentri bacilliary yang dapat
ditemukan di seluruh dunia. Mereka menembus lapisan usus, menyebabkan
pembengkakan, ulserasi, dan diare parah yang mengandung darah dan nanah.
Kedua infeksi disebarkan oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi tinja
dan air. Jika orang tinggal atau melakukan perjalanan di wilayah di mana
kemiskinan atau kepadatan dapat mengganggu kebersihan dan sanitasi, mereka
beresiko terkena bakteri invasif. Anak-anak (usia 1 sampai 4) hidup dalam
kemiskinan yang paling mungkin untuk kontak Shigellosis,
campylobakteriosis, atau salmonellosis.

2. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi penyakit ini rendah. Setiap tahunnya
kurang dari 500.000 kasus yang dilaporkan ke Centers for Disease
Control (CDC). Dibagian Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 tahun
(1990-1992) tercatat dic a t a t a n m e d i s , d a r i 7 4 8 k a s u s y a n g d i r a w a t
k a r e n a d i a r e a d a 1 6 k a s u s y a n g disebabkan oleh disentri basiler.
Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di  beberapa rumah sakit di
Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan Nopember 1999, dari 3848 orang
penderita diare berat, ditemukan 5% shigella. Prevalensi amebiasis sangat
bervariasi, diperkirakan 10 persen populasiterinfeksi.
Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%). Manusia merupakan
host  dan reservoir  utama. Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan
dan
minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interperson
a l ,   a t a u   l e w a t hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek,
penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual mempermudah
penularannya.

8
3. Etiologi
Etiologi dari disentri ada 2, yaitu : 
a. Disentri basiler, disebabkan oleh Shigella,s p. 
Shigella adalah basil non motil, gram negatif, famili
enterobacteriaceae. Ada 4 spesies Shigella, yaitu S.dysentriae, S.flexneri,
S.bondii dan S.sonnei. Terdapat 43 serotipe O dari
Shigella. S.sonnei  adalah satu-satunya yang mempunyai serotipe tunggal.
Karena kekebalan tubuh yang didapat bersifat serotipe spesifik, maka
seseorang dapat terinfeksi beberapa kali oleh tipe yang berbeda. Genus ini
memiliki kemampuan menginvasi sel epitel intestinal dan menyebabkan
infeksi dalam jumlah 102-103 organisme. Penyakit ini kadang-kadang
bersifat ringan dan kadang-kadang berat. Suatu keadaan lingkungan yang
jelek akan menyebabkan mudahnya penularan penyakit. Secara klinis
mempunyai tanda-tanda berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja,
perut terasa sakit dan tenesmus. Shigella sp merupakan penyebab
terbanyak dari diare invasif (disentri) dibandingkan dengan penyebab
lainnya. Hal ini tergambar dari penelitian yang dilakukan oleh Taylor dkk.
di Thailand pada tahun 1984.
b. Disentri amoeba, disebabkan Entamoeba hystolitica. 
E.histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai
mikroorganisme komensal apatogen) di usus besar manusia. Apabila
kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen dengan cara
membentuk koloni di dinding usus dan menembus dinding usus sehingga
menimbulkan ulserasi. Siklus hidup amoeba ada 2 bentuk, yaitu bentuk
trofozoit yang dapat bergerak dan bentuk kista.

Bentuk trofozoit ada 2 macam, yaitu trofozoit komensal (berukuran < 10


mm) dan trofozoit patogen (berukuran > 10 mm). Trofozoit komensal dapat

9
dijumpai di lumen usus tanpa menyebabkan gejala penyakit. Bila pasien
mengalami diare, maka trofozoit akan keluar bersama tinja. Sementara
trofozoit patogen yang dapat dijumpai di lumen dan dinding usus
(intraintestinal) maupun luar usus (ekstraintestinal) dapat mengakibatkan gejala
disentri. Diameternya lebih besar dari trofozoit komensal dapat sampai 50 mm)
dan mengandung beberapa eritrosit di dalamnya. Hal ini dikarenakan trofozoit
patogen sering menelan eritrosit (haematophagous trophozoite). Bentuk
trofozoit ini bertanggung jawab terhadap terjadinya gejala penyakit namun
cepat mati apabila berada di luar tubuh manusia. mempunyai tanda-tanda
berupa diare, adanya lendir dan darah dalam tinja, perut terasa sakit dan
tenesmus.
Bentuk kista juga ada 2 macam, yaitu kista muda dan kista dewasa.
Bentuk kista hanya dijumpai di lumen usus. Bentuk kista bertanggung jawab
terhadap terjadinya penularan penyakit dan dapat hidup lama di luar tubuh
manusia serta tahan terhadap asam lambung dan kadar klor standard di dalam
sistem air minum. Diduga kekeringan akibat penyerapan air di sepanjang usus
besar menyebabkan trofozoit berubah menjadi kista.

4. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


a. Disentri basiler Semua strain kuman Shigella menyebabkan disentri,
yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan diare, dengan konsistensi tinja
biasanya lunak, diserta ieksudat inflamasi yang mengandung leukosit
polymorfonuclear (PMN) dan darah. Kuman Shigella secara genetik
bertahan terhadap pH yang rendah, maka dapat melewati barrier asam
lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan lalat yang
tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus halus,
kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella
namun ileumterminalis dapat juga terserang. Kelainan yang terberat
biasanya di daerahsigmoid, sedang pada ilium hanya hiperemik saja.
Pada keadaan akut dan fatalditemukan mukosa usus hiperemik, lebam

10
dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus. Pada keadaan
subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada selaput
lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi
ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung
S.dysentriae, S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara
lain ShET1, ShET2, dan toksin Shiga, yang mempunyai sifat
enterotoksik, sitotoksik,dan neurotoksik. Enterotoksin tersebut
merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih mampu
menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada
selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang
menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga
dinding usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat
terjadi perlekatan dengan peritoneum.
b. Disentri Amuba Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di
lumen usus besar dapat berubah menjadi patogen sehingga dapat
menembus mukosa usus dan menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor
yang menyebabkan perubahan ini sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh pasien,sifat keganasan
(virulensi) amoeba, maupun lingkungannya mempunyai peran.Amoeba
yang ganas dapat memproduksi enzim fosfoglukomutase danlisozim
yang dapat mengakibatkan kerusakan dan nekrosis jaringan dinding
usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa
berbentuk kecil, tetapidi lapisan submukosa dan muskularis melebar
(menggaung). Akibatnya terjadiulkus di permukaan mukosa usus
menonjol dan hanya terjadi reaksi radang yangminimal. Mukosa usus
antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi disemua bagian
usus besar, tetapi berdasarkan frekuensi dan urut-urutan tempatnya
adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum
terminalis.

5. GEJALA KLINIS

11
a. Gejala-gejala disentri antara lain :
1) Buang air besar dengan tinja berdarah
2) Diare encer dengan volume sedikit
3) Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
4) Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

b. Ciri-ciri saat jika terkena disentri adalah sebagai berikut :


1) Panas tinggi (39,50°C – 40,0°C), appear toxic
2) Muntah-muntah
3) Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB
4) Kadang disertai gejala serupa ensefalitis dan sepsis
5) Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
6) Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
7) Sakit berut hebat (kolik)

6. Gejala Disentri Basiler


Disentri Basiler Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala
rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut
bawah, diare disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang
tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan
menurun.
Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang
berat.Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran
tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat
(fulminating cases) biasanya disebabkan olehS.dysentriae.
Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak
seperti air denganlendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat
terjadi dehidrasi,renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.
Akibatnya timbulrasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena
dehidrasi. Mukamenjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas
darah meningkat (hemokonsentrasi).

12
Kadang-kadang gejalanya tidak khas,dapat berupa seperti gejala kolera atau
keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer,
anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan
pengobatan.
Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya
kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara
perlahan-lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang lama. Pada kasus
yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk,
mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang
ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang
menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secaramenahun. Kejadian ini
jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri
perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan
kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau beberapa hari kemudian, karena
infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer
tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan
“mengedan” dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut
bagian bawah. Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih
dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air
dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk
waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman
usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang.Pada
penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibodi terhadap Shigella
dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi

a. Gejala Disentri Amuba meliputi:


1) Diare berair, yang dapat berisi darah, lendir atau nanah,
2) Mual dan muntah,
3) Nyeri perut, dan

13
4) Demam dan menggigil.
Gejala-gejala disentri amuba biasanya berlangsung dari beberapa hari
sampai beberapa minggu. Namun, tanpa pengobatan, bahkan jika gejala hilang,
amuba dapat terus hidup di usus selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-
tahun. Infeksi masih dapat ditularkan kepada orang lain dan diare masih bisa
kembali. Bahayanya penyakit desentri amuba dapat bersifat fatal bila terjadi
komplikasi antara lain usus berlubang (perforasi usus), infeksi selaput rongga
perut (peritonitis), abses di hati dan otak. Dan bila infeksi amuba ini tidak diobati
secara tuntas, dapat mengakibatkan kematian.

a) Carrier (Cyst Passer)


Pasien ini tidak menunjukkan gejala klinis sama sekali. Hal ini disebabkan
karena amoeba yang berada dalam lumen usus besar tidak mengadakan invasi
kedinding usus.

b) Disentri amoeba ringan


Timbulnya penyakit (onset penyakit) perlahan-lahan. Penderita
biasanyamengeluh perut kembung, kadang nyeri perut ringan yang bersifat
kejang. Dapattimbul diare ringan, 4-5 kali sehari, dengan tinja berbau busuk.
Kadang juga tinja bercampur darah dan lendir. Terdapat sedikit nyeri tekan di
daerah sigmoid, jarang nyeri di daerah epigastrium. Keadaan tersebut bergantung
pada lokasiulkusnya. Keadaan umum pasien biasanya baik, tanpa atau sedikit
demam ringan(subfebris). Kadang dijumpai hepatomegali yang tidak atau sedikit
nyeri tekan.

c) Disentri amoeba sedang


Keluhan pasien dan gejala klinis lebih berta dibanding disentri
ringan,tetapi pasien masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Tinja
biasanyadisertai lendir dan darah. Pasien mengeluh perut kram, demam dan lemah
badan disertai hepatomegali yang nyeri ringan.

14
d) Disentri amoeba berat
Keluhan dan gejala klinis lebih berta lagi. Penderita mengalami
diaredisertai darah yang banyak, lebih dari 15 kali sehari. Demam tinggi (400C –
40,5 0C) disertai mual dan anemia.

e) Disentri amoeba kronik


Gejalanya menyerupai disentri amoeba ringan, serangan-serangan
diarediselingi dengan periode normal atau tanpa gejala. Keadaan ini dapat berjalan
berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Pasien biasanya menunjukkan gejala
neurastenia. Serangan diare yang terjadi biasanya dikarenakan kelelahan, demam
atau makanan yang sulit dicerna.

7. PENCEGAHAN PENYAKIT DISENTRI


Disentri amoeba Makanan, minuman dan keadaan lingkungan hidup yang
memenuhi syarat kesehatan merupakan sarana pencegahan penyakit yang sangat
penting. Air minum sebaiknya dimasak dahulu karena kista akan binasa bila air
dipanaskan 500C selama 5 menit. Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi
dan pengobatan carrier. Carrier dilarang bekerja sebagai juru masak atau segala
pekerjaan yang berhubungan dengan makanan. Sampai saat ini belum ada vaksin
khusus untuk pencegahan. Pemberian kemoprofilaksis bagi wisatawan yang akan
mengunjungi daerah endemis tidak dianjurkan.
Disentri basiler belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk Shigella.
Penularan disentri basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan
dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang
tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-cara
untuk mencegah terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan program
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci
tangan. Mencuci tangan sering dianggap sebagai hal biasa di masyarakat. Ada
yang tidak mencuci tangan sebelum makan,ada yang mencuci tangan hanya
sekedar dengan air. Padahal mencuci tangan merupakan pencegahan terjadinya

15
penyakit yang paling penting. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu
dengan cara memakai air bersih dan sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik
berguna untuk membersihkan kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci
tangan hingga steril menggunakan sembilan langkah yang diterapkan dan
dianjurkan oleh rumah sakit adalah cara mencuci tangan yang paling benar.
Mencuci tangan dilakukan setelah buang air besar,sebelum memasak atau
menjamah makanan,sebelum dan sesudah makan.
Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan.
Ini bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan menjadi makanan
yang bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari,ada
masyarakat yang kurang menjaga kebersihan. Sehingga tidak jarang di dalam
rumah atau ruangan mereka banyak terdapat serangga atau binatang lain yang
dapat menimbulkan penyakit seperti lalat, kecoak, tikus, nyamuk, dan lainnya.
Kebersihan alat-alat rumah tangga yang digunakan untuk membuat makanan juga
harus diperhatikan. Kita juga harus melindungi sumber air agar tetap bersih dan
terhindar dari kontaminasi tinja. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar
tidak lembab dan ada sinar matahari yang masuk ,karena bakteri dapat hidup di
daerah yang lembab. Tinja dibuang secara saniter dan teratur. Dalam menjalankan
langkah-langkah pencegahan, sebaiknya masyarakat saling bergotong-royong,
sehingga setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari pengetahuan
tersebut akan tercipta masyarakat yang harmonis, memiliki perilaku sehat,dan
pola hidup sehat teratur.
Dalam bidang pelayanan kesehatan, sudah banyak diterapkan program-
program untuk mencegah disentri.Masyarakat juga harus mencari informasi-
informasi terkini terkait dengan upaya meningkatkan kesejahteraan kesehatan.
Banyak juga klinik-klinik atau rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan yang professional dengan memperbanyak program sosialisasi dan
penyuluhan ke masyarakat,sekolah-sekolah,di banjar,dan dimana saja.
Jadi,dapat disimpulkan bahwa penyakit ini merupakan penyakit berbahaya
yang dapat dicegah. Memang sulit untuk mengobati penyakit disentri ini.
Namun,dengan adanya kesadaran dari setiap individu,dan menerapkan

16
pengetahuan yang didapat dari sosialisasi, edukasi, pengalaman, kontak sosial,
atau motivasi dari orang terdekat,niscaya penyakit ini setidaknya dapat dicegah.
Bersama-sama semua orang bergotong-royong menerapkan pola hidup sehat,
berolahraga, dan memakan makanan yang sehat dan teratur. Semua orang
diharapkan dapat menjadi role mode bagi orang-orang yang belum tahu.
Semuanya harus dimulai dari diri sendiri.
Secara khusus sebagai berikut :
a) Disentri tersebar karena kebersihan yang buruk. Untuk meminimalkan
risiko terkena penyakit ini, jaga selalu kebiasaan hidup bersih dan sehat.
b) Cuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet atau sebelum dan
sesudah makan, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain/anak.
c) Bila Anda bepergian, jangan minum air setempat kecuali telah direbus
selama paling sedikit 10 menit. Atau gunakan  air kemasan atau minuman
bersoda dari kaleng atau botol yang masih dalam kondisi bersegel.
d) Jangan minum dari air mancur umum atau membersihkan gigi dengan air
keran.
e) Jangan makan buah segar atau sayuran yang tidak bisa dikupas sebelum
makan.
f) Jangan makan atau minum produk susu, keju atau susu yang mungkin
belum dipasteurisasi.
g) Jangan makan atau minum apa pun yang dijual oleh PKL (kecuali
minuman dari kaleng benar disegel atau botol).

8. PENGOBATAN
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat
diberikan antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat
dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu
sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini
perlu diberikancairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan

17
tetapi jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau
pemberian air kaldu atau oralit.
Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan.
Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari,
kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.Pengobatan spesifik
Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati dengan
antibiotika. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi
diteruskan selama 5 hari. \
Bila tidak ada perbaikan,antibiotika diganti dengan jenis yang lain.
Resistensi terhadap sulfonamid, streptomisin, kloramfenikol dantetrasiklin hampir
universal terjadi. Kuman Shigella biasanya resisten terhadap ampisilin, namun
apabila ternyata dalam uji resistensi kuman Terhadap ampisilin masih peka, maka
masih dapat digunakan dengan dosis4 x 500 mg/hari selama 5 hari. Begitu pula
dengan trimetoprim-sulfametoksazol, dosis yang diberikan 2 x 960 mg/hari
selama 3-5 hari. Amoksisilin tidak dianjurkan dalam pengobatan disentri basiler
karenatidak efektif. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal
fluorokuinolon seperti siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata
berhasil baik untuk pengobatan disentri basiler.
Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500 mg/hari selama 3 hari
sedangkan azithromisin diberikan 1gram dosis tunggal dan sefiksim 400 mg/hari
selama 5 hari. Pemberian Ciprofloksasin merupakan kontraindikasi terhadap
anak-anak dan wanita hamil. Di negara-negara berkembang di mana terdapat
kuman S.dysentriae tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam
nalidiksik dengan dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotika yang
dianjurkan dalam pengobatan stadium carrier disentri basiler.
Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol (diidohydroxiquin)
650 mg tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal ringan atau sedang :
tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis intestinal berat,
menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mgtiga kali sehari selama 5-10 hari,
tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan emetin 1 mg/kgBB/hari/IM
selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3 obat : Metonidazol 750

18
mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1 gram per hari selama 2
hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin 1mg/kgBB/hari/IM
selama 10 hari.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Disentri merupaka peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perutdan buang air besar encer yang bercampur lendir dan darah. Etiologi dari
disentri ada 2, yaitu disenstri basiler yang disebabkan oleh Shigella,sp. Dan
disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica.
Manifestasi klinis disentri basiler berupa diare berlendir, alkalis, tinja
kecil-kecildan banyak, darah dan tenesmus serta bila tinja berbentuk dilapisi
lendir. Manifestasi klinis disentri amuba berupa tinja biasanya besar, asam,
berdarah dantenesmus jarang.
Pencegahan penyakit disentri dapat dengan melakukan program PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting yaitu mencuci tangan,
menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan, melindungi sumber air agar
tetap bersih dan terhindar dari kontaminasi tinja. Tinja dibuang secara saniter dan
teratur lembab. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab dan
ada sinar matahari yang masuk,karena bakteri dapat hidup di daerah yang lembab.
Disentri basiler Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah
istirahat,mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat
diberikan antibiotika Disentri amuba Asimtomatik atau carrier : Iodoquinol
(diidohydroxiquin) 650 mg tiga kali perhari selama 20 hari.Amebiasis intestinal

19
ringan atau sedang : tetrasiklin 500 mg empat kali selama 5 hari. Amebiasis
intestinal berat, menggunakan 3 obat : Metronidazol 750 mgtiga kali sehari
selama 5-10 hari, tetrasiklin 500 mg empat kali selama5 hari, dan emetin 1
mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari. Amebiasis ektraintestinal, menggunakan 3
obat : Metonidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari, kloroquin fosfat 1
gram per hari selama 2 hari dilanjutkan 500 mg/hari selama 4 minggu, dan emetin
1mg/kgBB/hari/IM selama 10 hari.

B. SARAN
Penulis mengharapkan bagi setiap orang untuk tetap menjaga pola hidup
bersih dan sehat baik dari hal yang kecil seperti rajin mencuci tangan sampai hal
yang besar. Dan untuk pemerintah hendaknya senantiasa tetap memberikan
pemahan tentang pola hidup sehat dan bersih kepada setiap warga Negara agar
mereka terhindar dari berbagai penyakit serta perlunya pengawasan makanan dari
pemerintah.

20
DAFTAR PUSTAKA

Davis K. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.

Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran :
Jakarta.

Suryono. 1998. Diare akut. Jakarta : EGC

Wandanarini I. 2012. Diare Akut Infeksi Dengan Komplikasi Dehidrasi


Ringan-Sedang. FK : Unibraw

Zein U. 2004. Diare Akut Infeksius pada Dewasa. e-USU repository

Nelwan EJ. 2011. Diare Akut. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam (EIMED)


PAPDI. Buku I. Interna Publishing. Jakarta : 248-258

21

Anda mungkin juga menyukai