Anda di halaman 1dari 19

DOSEN : ERLANI, SKM.,M.

Kes
MATA KULIAH : PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

“Pemberantasan Penyakit Menular (DIARE)”

Oleh

KELOMPOK I
D-IV III B

FATMAWATI RAHIM PO.71.4.221.15.1.056


AMIRUL AKBAR ACHMAR PO.71.4.221.15.1.046
DEVI MARDIANA PO.71.4.221.15.1.053
INDAH DWI LESTARI PO.71.4.221.15.1.060
NETISYAH PO.71.4.221.15.1.067
NURUL DWI ILMIAH NINGRUM PO.71.4.221.15.1.072
ST. MUSTAINAH PO.71.4.221.15.1.082

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D.IV
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas anugrah-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “DIARE”dengan
tepat waktu dan penuh rasa tanggung jawab, mengingat ini merupakan salah satu
kriteria penilaian Dosen terhadap mahasiswa khususnya dalam mata pelajaran
Pemberantasan Penyakit Menular.

Adapun dalam penulisan makalah ini kami dihadapkan dengan berbagai


kesulitan dan hambatan-hambatan, namun semua itu dapat teratasi berkat adanya
bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moral, maupun materil.

Oleh karena itu, ijinkan kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu, akhirnya kami menyadari
bahwa “tiada gading yang tak retak” begitu pula kami selaku insan manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Olehnya saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.

Makassar, 19 Februari 2018

penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................ i


Daftar isi .................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Diare .............................................................................. 3


B. Epidemiologi Diare .................................................................................... 4
C. Etiologi Diare ............................................................................................. 4
D. Klasifikasi Diare........................................................................................ 5
E. Diare Akut .................................................................................................. 6
F. Penularan Penyakit Diare .......................................................................... 7
G. Masa Inkubasi ............................................................................................ 7
H. Prinsip Tata Laksana Penderita Diare ........................................................ 8
I. Tabel penilaian derajat dehidrasi ............................................................... 8
J. Sarana Rehidrasi......................................................................................... 9
K. Pencegahan Diare ...................................................................................... 10
L. Peran Serta masyarakat ............................................................................. 14

BAB III . PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................... 15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah di Indonesia.


Padahal berbagai upaya penanganan, baik secara medik maupun upaya
perubahan tingkah laku dengan melakukan pendidikan kesehatan terus
dilakukan. Namun upaya-upaya tersebut belum memberikan hasil yang
menggembirakan. Setiap tahun penyakit ini masih menduduki peringkat atas,
khususnya di daerah-daerah miskin .

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah


penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. DiIndonesia, diare
adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang
meninggal dunia karena Diare.Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita
meninggal karena diare.

Uniknya, jumlah penderita diare yang datang ke Pusat Kesehatan


Masyarakat (Puskesmas) jauh lebih sedikit dibanding jumlah penderita
sebenarnya. Mereka yang memeriksakan diri ke Puskemas didata hanya 25
dari per 1.000 penduduk. Namun berdasarkan survei yang dilakukan Depkes
(Departemen Kesehatan) melalui survei kesehatan rumah tangga, ternyata
penderita diare berjumlah 300 per 1.000 penduduk

Diare menyerang siapa saja tanpa kenal usia. Diare yang disertai gejala
buang air terus-menerus, muntah dan kejang perut kerap dianggap bisa
sembuh dengan sendirinya, tanpa perlu pertolongan medis. Memang diare
jarang sekali yang berakibat kematian, tapi bukan berarti bisa dianggap remeh.
Penyakit yang juga populer dengan nama muntah berak alias muntaber ini bisa
dikatakan sebagai penyakit endemis di Indonesia, artinya terjadi secara terus-
menerus di semua daerah, baik di perkotaan maupun di pedesaan, khususnya
di daerah-daerah miskin. Di kawasan miskin tersebut umumnya penyakit diare
dipahami bukan sebagai penyakit klinis, sehingga cara penyembuhannya tidak
melalui pengobatan medic. Kesenjangan pemahaman semacam ini merupakan
salah satu penyebab penting yang berakibat pada lambatnya penurunan angka
kematian akibat diare.

1
Lingkungan yang buruk disertai rendahnya tingkat kesadaran masyarakat
untuk berperilaku sehat menjadikan kawasan kumuh sebagai kawasan yang
rawan akan penyebaran penyakit. Lingkungan yang buruk menjadi penyebab
berkembangbiaknya berbagai virus penyakit menular. Karena itu berbagai
infeksi penyakit sering terjadi pada para penghuni kawasan kumuh. Penyakit
menular yang sering dijumpai adalah diare, diikuti dengan penyakit infeksi
lainnya seperti thypoid, ispa, penyakit kulit, campak, leptospirosis, demam
berdarah dengue (DBD. Kelangkaan air bersih menjadi sebab utama pemicu
penyakit ini. Gaya hidup yang jorok, tidak memperhatikan sanitasi
menyebabkan usus rentan terhadap serangan virus diare.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan dalam makalah ini antara lain:
1. Apa itu pengertian diare?
2. bagaimana epidemiologi dan etiologic Diare ?
3. Bagaimana penularan diare serta faktor-faktor resiko diare?
4. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit diare?
5. Bagaimana peran serta masyarakat dalam penanggulangan diare?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui tentang epidemiologi diare serta bagaimana
pencegahan, faktor-faktor risiko diare dan penanggulangan diare itu
sendiri.
2. Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca tentang diare.
3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Program Penanggulangan Penyakit
Menular.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penyakit Diare

Diare berasal dari kata diarroia (bahasa Yunani) yang berarti mengalir
terus (to flow through). Diare adalah suatu penyakit dengan tanda – tanda
adanya perubahan bentuk dan konsentrasi tinja, yang melembek sampai
mencair, dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari pada biasanya.
(lazimnya 3X atau lebih dalam sehari).

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah


penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Indonesia, diare
adalahpembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut).Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang
meninggal dunia karena Diare.Di Indonesia, setiap tahun 100.000 balita
meninggal karena diare.

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 kali atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai :
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Panas
4. Tidak nafsu makan
5. Darah dan lendir dalam kotoran

Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh
infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja
berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat
pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti
flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan
bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau
demam tinggi.

3
B. Epidemiologi Diare

Epidemiologi penyakit diare (ilmu yang mempelajari tentang penyebaran


penyakit menular pada manusia serta beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut) di negara Indonesia sendiri
terjadi sekitar 301 per 1.000 penduduk. Dengan demikian diare masih menjadi
penyakit yang menyebabkan kematian nomor satu bagi bayi dan balita.
Penyebaran kuman diare biasanya disebarkan melalui fecal oral yakni melalui
minuman dan makanan yang tercemar kotoran atau kontak langsung dengan
kotoran penderita diare. Penggunaan botol susu yang tidak steril juga dapat
memicu penyebaran kuman diare pada anak-anak. Selain itu penggunaan air
yang sudah tercemar, apalagi dengan penyimpanan yang tidak benar akan
dapat memicu berkembangnya kuman-kuman tersebut.

C. Etiologi Diare

1. Infeksi bakteri
Beberapa jenis bakteri dapat termakan melalui makanan atau minuman
yang terkontaminasi dan menyebabkan diare seperti campylobacter,
salmonella, shigella dan Escherichia coli.

2. Infeksi Virus
Virus yang menyebabkan diare yaitu rota virus,Norwalk,cytomegalovirus,
virus herpes simplex dan virus hepatitis.

3. Makanan
Factor makanan misalnya makanan basi, beracun,atau alergi terhadap
makanan.penularan melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung,seperti:
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi,baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan yang kotor.
Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air
dengan benar.Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.

4. Parasit
Masuk dalam tubuh melalui makanan minuman yang kotor dan menetap
dalam system pencernaan seperti giardia lamblia, entamoeba histolytica
dan cryptosporidium.

4
5. Reaksi Obat
Seperti antibiotic, obat-obatan, tekanan darah dan antasida mengandung
magnesium.

D. Klasifikasi Diare

Pengelompokan diare dapat berdasarkan banyak hal. Secara klinis dapat


dibedakan menjadi dua kelompok sindroma diare, yaitu diare cair dan disentri
atau diare berdarah. Berdasarkan adanya invasi barier usus oleh
mikroorganisme tersering penyebab diare (virus, bakteri maupun protozoa),
dapat dikelompokan sebagai diare infeksi atau non infeksi.

Berdasarkan patomekanisme terjadinya diare, dapat dibedakan menjadi


diare sekretorik atau diare osmotik. Menurut derajat dehidrasinya ada
dehidrasi ringan, sedang dan berat (Haroen Noerasid). Menurut UKK gastro-
hepatologi IDAI, 2009, berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi, diare
terbagi menjadi dehidrasi berat, dehidrasi tak berat, dan tanpa dehidrasi.
Berdasarkan waktu terjadinya diare, meliputi diare akut, diare kronik, dan
diare persisten.Beberapa klasifikasi diare ialah antara lain:

1. Rendle Short (1961) membuat klasifikasi berdasarkan pada ada atau tidak
adanya infeksi; gastroenteritis (diare dan muntah) diklasifikasi menurut 2
golongan:
a) Diare infeksi spesifik : tifus abdomen dan paratifus, disentri basil
(Shigella), enterolitis stafilokok.
b) Diare non-spesifik : diare dietetik.

Di samping itu klasifikasi lain diadakan berdasarkan organ terkena


infeksi:
a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi di usus (bakteri,
virus dan parasit).
b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus
(otitis media, infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran urin
dan lainnya.
2. Ellis dan Mitchell (1963) membagi diare pada bayi dan anak secara luas
berdasarkan lamanya diare atas:
a. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak.
Diare karena infeksi usus dapat terjadi pada setiap umur dan bila
menyerang bayi umumnya disebut gastroenteritis infantile.
b. Diare kronik yang umumnya bersifat menahun; diantara diare akut dan
kronik disebut diare subakut.

5
Walker Smith (1978) mendefinisikan diare kronik sebagai diare yang
berlangsung 2 minggu atau lebih; kesepakatan yang diadakan dalam
pertemuan ilmiah berkala Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia
(BKGAI) ke-IX di Palembang (1984) menyetujui definisi diare kronik yang
diajukan oleh Walker Smith tersebut. Untuk diare akut disepakati bahwa diare
akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan berhenti cepat atau
maksimal berlangsung sampai 2 minggu.

Di samping itu, Walker Smith (1978) menyebut sebagai salah satu


penyebab penting diare akut pada bayi dan anak (yang bukan disebabkan oleh
infeksi) adalah enteropati karena sensitive terhadap protein susu sapi atau
Cow’s milk protein sensitive enteropathy (CMPSE) atau lebih dikenal dengan
alergi terhadap susu sapi atau Cow’s milk Allergy (CMA).

Penyebab diare kronik lainnya adalah sindrom statis yang terdapat pada
obstruksi usus besar atau lainnya seperti penyakit Hirschsprung, polip usus
besar, stenosis ani, Necrotizing Enterocolitis,NEC” dan pada invaginasi atau
intussusceptions.

E. Diare Akut

Diare akut sering disertai dengan tanda dan gejala klinik lainnya seperti
muntah, demam, dehidrasi dan gangguan elektrolit. Keadaan ini merupakan
gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit perut. Penyakit
diare yang spesifik seperti kolera, shigellosis, salmonellosis, infeki
Escherichia coli, yersiniosis, giardiasis, enteritis Campylobacter,
cryptosporidiosis dan gastroenteropati. Diare juga dapat terjadi bersamaan
dengan penyakit infeksi lainnya seperti malaria dan campak, begitu juga
dengan keracunan kimia. Perubahan flora usus yang dipicu antibiotik dapat
menyebabkan diare akut karena pertumbuhan berlebihan dan toksin dari
Clostridium difficile.

Sebetulnya 70%-80% dari kejadian diare yang muncul sporadis diantara


orang-orang yang datang ke fasilitas kesehatan di negara yang sedang
berkembang dapat didiagnosa secara tepat jika tersedia fasilitas laboratorium
yang mutakhir dan dimanfaatkan dengan baik. Di Amerika Serikat,
diperkirakan ada 5 juta kasus diare per tahun dan kira-kira hanya 4 juta yang
mendatangi fasilitas kesehatan, gambaran yang dapat dipercaya kira-kira ini
merupakan 45% dari kejadian diare yang sebenarnya . Di Amerika Serikat
sebagian besar diare disebabkan oleh virus, dan yang paling utama adalah

6
rotavirus. Proporsi yang lebih kecil diare di Amerika Serikat disebabkan oleh
pathogen seperti E. coli, spesies Salmonella dan Shigella, spesies Vibrio dan
Cl. difficile.
Dari sudut pandang klinis praktis, penyakit diare dapat dibagi menjadi 6 gejala
klinik:
1) Diare ringan, diatasi dengan pemberian larutan rehidrasi oral yang terdiri
dari air, glukosa dan elektrolit, sedangkan etiologi spesifik tidaklah
penting dalam penatalaksanaan;
2) Diare berdarah (disenteri) disebabkan oleh organisme seperti Shigella, E.
coli 0157: H7 dan beberapa organisme tertentu;
3) Diare persisten yang berlangsung paling sedikit selama 14 hari;
4) Diare berat seperti pada Cholera
5) Diare ringan tanpa dehidrasi karena muntah, disebabkan oleh virus
gastroenterides; diare karena toksin, seperti yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, Bacillus creus, atau Cl. perfringens; dan
6) Colitis hemoragika, dengan diare cair mengandung darah banyak tetapi
tanpa demam atau fekal lekositosis.

F. Penularan Penyakit Diare

Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :
a. Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah
dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
b. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini
dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
c. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar
d. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih
e. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.

G. Masa Inkubasi

Masa dari masuknya kuman ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala atau
yang disebut masa inkubasi bervariasi tergantung pada jenis kuman
penyebabnya. Shigella misalnya, memiliki masa inkubasi 16 sampai 72 jam,
sedangkan masa inkubasi virus berkisar antara 4 sampai 48 jam. Sedangakan

7
parasit umumnya memiliki masa inkubasi yang lebih panjang, seperti Giardia
misalanya, memiliki masa inkubasi antara 1 sampai 3 minggu.

H. Prinsip Tata Laksana Penderita Diare

a. Mencegah terjadinya dehidrasi : banyak minum, cairan.dianjurkan ; kuah


tajin, air sup, kuah sayur.
b. Mengobati dehidrasi: ringan oralit, berat (Rujuk)
c. Memberi makanan : Gizi, cairan, makanan yg sesuai anjuran.ASI,susu
formula,anak usia 6 bln atau lebih makanan mudah dicerna sedikit-sedikit
tapi sering.
d. Mengobati masalah lain. Sesuai indikasi utamakan rehidrasi.

I. Tabel penilaian derajat dehidrasi

Derajad dehidrasi pada diare persisten ditetapkan sesuai dengan acuan


tatalaksana diare akut hanya perlu hati-hati pada diare persisten yang disertai
KEP dan penyakit penyerta, yang dapat mengganggu penilaian indikator
derajat dehidrasi. Perlu dilakukan juga pemeriksaan kadar Na,K dan Ca serta
kadar glukosa, jika sarana tersedia dilakukan pemeriksaan cadangan basa (
base excess ) secara berkala.

PENILAIAN A B C

1. Lihat : Baik, Sadar Gelisah, rewel Lesu,lunglai,tdk


sadar
Keadaan umum :
Sangat cekung &
Mata Normal Cekung kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut & Lidah Basah Kering sangat kering
Rasa haus Minum biasa, Haus, ingin Malas minum atau
tdk haus minum banyak tidak bisa minum

8
2.Periksa : Kembali cepat *Kembali *Kembali sangat
lambat lambat
Turgor kulit

3.Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat


Dehidrasi ringan/Sedang
Bila ada 1 tanda *
Bila ada tanda ditambah 1 atau
* ditambah 1 lebih tanda lain
atau lebih
tanda lain

4. Terapi Rencana terapi Rencana terapi Rencana terapi C


A B

J. Sarana Rehidrasi

Sarana rehidrasi dapat digolongkan menurut tempat pelayanan, yaitu di


Puskesmas, disebut Pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO) atau lebih dikenal
dengan nama POJOK ORALIT dan di Rumah Sakit disebut kegiatan Pelatihan
Diare (KPD).

a. Pojok Oralit (Pojok URO)

1. Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan


pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader
dan petugas kesehatan dalam tatalaksana penderita diare.
2. Juga merupakan sarana rujukan penderita diare, baik yang dari kader
maupun masyarakat.
3. Melalui pojok URO diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat dan petugas terhadap tatalaksana penderita diare
khususnya dengan upaya rehidrasi oral

b. Fungsi Pojok Oralit :

1. Mempromosikan upaya-upaya Rehidrasi Oral (URO)


2. Memberi pelayanan penderita diare
3. Memberikan pelatihan kader (Posyandu)

9
c. Tempat Pojok Oralit

Adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (di sudut ruangan tunggu
pasien) dengan 1-2 meja kecil.Seorang petugas Puskesmas dapat
mempromosikan URO kepada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran
untuk suatu pemeriksaan. Bila seseorang penderita memerlukan URO,
Penderita tsb dapat duduk dikursi dibantu oleh ibu/keluarganya untuk
melarutkan dan meminum oralit selama waktu observasi 3 jam.

d. Membuat oralit

1. Cuci tangan dengan air dan sabun


2. Sediakan 1 gelas air yang telah dimasak 200 cc
3. Masukkan 1 bungkus Oralit 200 cc

K. Pencegahan Diare

a. Cara Menanggulangi penderita Diare

1. Memberikan segera cairan yang banyak


2. Meneruskan Pemberian Makanan
3. Mencari pengobatan lanjutan bila diperlukan

b. Prinsip Tata Laksana Penderita Diare

1. Mencegah terjadinya dehidrasi : banyak minum, cairan Rt.dianjurkan


; kuah tajin, air sup, kuah sayur.
2. Mengobati dehidrasi: ringan oralit, berat (Rujuk)
3. Memberi makanan : Gizi, cairan, makanan yg sesuai
anjuran.ASI,susu formula,anak usia 6 bln atau lebih makanan mudah
dicerna sedikit-sedikit tapi sering.
4. Mengobati masalah lain. Sesuai indikasi utamakan rehidrasi.

Hasil penelitihan terakhir menunjukkan ,bahwa cara pencegahan yang benar


dan efektif yang dapat dilakukan adalah
1. Memberikan ASI
2. Memperbaiki makanan pendamping ASI
3. Menggunakan air bersih yang cukup
4. Mencuci Tangan
5. Menggunakan Jamban
6. Membuang tinja bayi yang benar

10
7. Memberikan imunisasi campak

1. Pemberian ASI

Asi adalah makanan paling baik untuk bayi . komponen zat makanan
tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbanguntuk dicerna diserap
secara optimal oleh bayi Asi saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan,tidak ada makanan lain yang
dibutuhkan selama masa ini.
Asi steril , berbeda dengan sumber susu lain : susu formula atau cairan lain
disiapkan dengan air atau bahan-bahan yangterkontaminasi dalam botol
yang kotor. Pemberian Asi saja , tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakanbotol , menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan
organisme lain yang akan menyebabkan diare . Keadaan seperti inidisebut
disusui secara penuh.
Bayi –bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan .
Setelah 6 bulan dari kehidupnya ,pemberianAsi harus diteruskan sambil
ditambahkan dengan makanan lain (proses menyapih).
Asi mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya
antibidi dan zat-zat lain yang dikandungnya. Asi turutmemberikan
perlindungan terhadap diare Pada bayi yang baru lahir pemberian Asi
secara penuh mempunyai daya lindung4x lebih besar terhadap diare
daripada pemberian Asi yang disertai dengan susu botol. Flora usus pada
bayi-bayi yangdisusui mencegah tumbuhnya bakteri penyabab diare.
Pada bayi yang tidak diberi Asi secara penuh, pada 6 bulan pertama
kehidupan, risiko mendapat diare adalah 30 x lebihbesar. Pemberian susu
formula merupakan cara lain dari menyusui Penggunaan botol untuk susu
formula, biasanyamenyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga
mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

2. Makanan Pendamping Asi

Pemberian makanan pendamping Asi adalah saat bayi secara bertahap


mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa.
Padamasa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab
perilaku pemberian makanan pendamping Asidapat menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang
menyebabkan kematian. Perilakupemberian makanan pendamping Asi
yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan
pendaping Asidiberikan.

11
Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan bara pemberian makanan
pendamping Asi yang lebih baik yaitu :
a) perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6 bulan tetapi
teruskan pemberian Asi. Tambahkan macam makanan sewaktu anak
berumur 6 bulan atau lebih . Birikan makanan lebih sering (4x sehari)
setelah anak berumur 1tahun , berikan semua makanan yang dimasak
dengan baik 4-6x sehari teruskan pemberian Asi bila mungkin.
b) Tambahkan minyak, lemak dan gula kedalamnasi/bubur dan biji-bijian
untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging.
Kacang–kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau kedalam
makanannya, Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan
menyuapi anak. Suapi anak dengan sendok yang bersih
c) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada tempat
yang dingin dan panaskan dengan bener sebelum diberikan kepada
anak.

3. Menggunakan air bersih yang cukup.

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui


jalur fekal-oral mereka dapat ditularkan denganmemasukkan kedalam
mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum,
jari-jari tangan,makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan
air tercemar.
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang bener-bener
bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecildibandingkan dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih.
Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungiair tersebut dari kontaminasi
mulai dari sumbernya sampai penyimpanan dirumah.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Ambil air dari sumber air yang bersih
b) Ambil dan simpan air dalam tempat yang bersih dantertutup serta
gunakan gayung khusus untuk mengambil air
c) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk
mandi anak-anak
d) Gunakan air yang direbus
e) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup

12
4. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting


dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkanmakanan, sebelum menyuapi makanan anak
dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare.

5. Menggunakan Jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan


jamban mempunyai dampak yang besar dalampenurunan resiko terhadap
penyakit diare.
Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat, dan keluarga
harus buang air besar di jamban.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
a) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat
dipakai oleh seluruh anggota keluarga.
b) Bersihkan jamban secara teratur
c) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat
buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,
jalan setapak dan tempat anak-anak bermain serta lebih kurang 10
meter dari sumber air, hindari buang air besar tanpa alas kaki.
d) Membuang tinja bayi yang benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak berbahaya , hal ini
tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkanpenyakit pada anak-
anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang secara bersih dan benar.
Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban
a) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah
dijangkau olehnya
b) Bila tidak ada jamban plih tempat untuk membuang tinja anak seperti
didalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun
c) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan nya
dengan sabun
d) Pemberian Imunisasi Campak

Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi


campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu berianak imunisasi
campak segera setelah berumur 9 bulan.

13
L. Peran Serta masyarakat

a. Memberikan oralit untuk dibawa pulang


b. Menunjukkan cara memcampur oralit dan meminumkannya
c. Tatalaksana penderita diare dirumah yaitu :
1) Memberikan cairan lebih banyak dari biasanya
2) Meneruskan pemberian makanan yang bergizi termasuk Asi
3) Mengetahui tanda-tanda penderita diare ( balita ) yang harus dibawa
kesarana kesehatan ( bertambah parah,demam, darah dalam tinja,
malas minum)

a) Aspek Pencatatan
1) Melakukan pencatatan tentang umur, alamat, nama penderita/KK
dan jenis pertolongan yang diberikan
2) Melaporkan penggunaan oralit dan meminta tambahan oralit ke
puskesmas

b) Aspek Penyuluhan

Masyarakat dapat melakukan kegiatan antara lain:


1) Menganjurkan penderita dan keluarganya budaya pola hidup bersih
dan sehat
2) Menganjurkan keluarga/pengasuh penderita menjaga lingkungan
tempat tinggal agar selalu bersih
3) Menganjurkan keluarga/pengasuh yang mempunyai bayi yang
belum diimunisasi campak agar diimunisasi di Puskesmas.

c) Aspek pencegahan diare

Meningkatkan motivasi agar masyarakat melaksanakan :


1) Pemberian Asi yang baik dan benar : bayi harus disusui secara
penuh selama 4 – 6 bulan
2) Memperbaiki makanan pendamping Asi : tambahkan minyaki, susu
ikan/daging
3) Mengunakan air bersih yang cukup : terlindung dari kontaminasi
4) Mencuci tangan : sebelum makan,sesudah BAB dengan sabun
5) Menggunakan jamban : memenuhi sarat kesehatan dan jarak lebih
10 meter dari sumber air
6) Membuang tinja bayi yang benar: buang ke jamban atau dikubur
sebab tinja bayi dapat menularkan penyakit.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Diare akut sering disertai dengan tanda dan gejala klinik lainnya seperti
muntah, demam, dehidrasi dan gangguan elektrolit. Keadaan ini
merupakan gejala infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit
perut. Penyakit diare yang spesifik seperti kolera, shigellosis,
salmonellosis, infeki Escherichia coli, yersiniosis, giardiasis, enteritis
Campylobacter, cryptosporidiosis dan gastroenteropati. Diare juga dapat
terjadi bersamaan dengan penyakit infeksi lainnya seperti malaria dan
campak, begitu juga dengan keracunan kimia.Alat rekayasa ini terbuat dari
bahan-bahan yang sederhana, mudah didapat dan mudah untuk
dipergunakan.
2. Hasil penelitihan terakhir menunjukkan ,bahwa cara pencegahan yang
benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah
1. Memberikan ASI
2. Memperbaiki makanan pendamping ASI
3. Menggunakan air bersih yang cukup
4. Mencuci Tangan
5. Menggunakan Jamban
6. Membuang tinja bayi yang benar
7. Memberikan imunisasi campak

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan adalah lebih memperhatikan pola hidup kita,
memperhatikan kondisi higirne dan sanitasi serta melakukan penanggulangan
terhadap diare.

15
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Penerbit : Kementerian Kesehatan


RI, Jakarta.

Ramaiah, safitri, 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: Bhuana
Ilmu Popular.

Suharyono.2008.Diare Akut Klinik dan Laboratorik.Jakarta:Rineka Cipta


Wijoyo Yosef.2013.Diare Pahami Penyakit dan Obatnya.Jakarta : PT.Citra Aji
Pratama

Suryadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:percetakan penebar


swadaya.

Widjaja. 2007. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Widoyono, 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, da


n Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai