Kes
Oleh
KELOMPOK IV
D-IV III B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa karena atas anugrah-
NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ADKL TENTANG
RUMAH SAKIT” dengan tepat waktu dan penuh rasa tanggung jawab,
mengingat ini merupakan salah satu kriteria penilaian Dosen terhadap mahasiswa
khususnya dalam mata pelajaran Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL).
Oleh karena itu, ijinkan kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu, akhirnya kami menyadari
bahwa “tiada gading yang tak retak” begitu pula kami selaku insan manusia biasa
yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Olehnya saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan.
penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB IV . PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 33
B. Saran ......................................................................................................... 33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan
masyarakat Indonesia. Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan terus-
menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Peran tersebut pada dewasa ini
semakin dituntut akibat adanya perubahan-perubahan epidemiologik
penyakit, perubahan struktur organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, perubahan sosio-ekonomi masyarakat dan pelayanan yang
lebih efektif, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka.
Era reformasi yang sedang kita jalani, telah membawa perubahan yang
mendasar dalam berbagai bidang kehidupan termasuk masalah pelayanan
kesehatan.. Salah satu perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini
adalah manajemen negara yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi
manajemen berbasis daerah secara resmi perubahan manajemen ini
diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999 tentang
pemerintah daerah yang kemudian diikuti pedoman pelaksanaannya berupa
Peraturan Pemeritah RI Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan propinsi
sebagai daerah otonomi konsekuensi logis dari undang-undang dan
peraturan pemerintah tersebut adalah bahwa efektivitas pelayanan kesehatan
harus disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi sesuai dengan
peraturan tersebut maka disusunlah tugas pokok dan fungsinya yakni; (1)
menyelenggarakan, melaksanakan pelayanan kesehatan meliputi promotif,
pemulihan rehabilitasi. (2) penyelenggaraan pelayanan medik,
penyelenggaraan sistem rujukan, penyelenggaraan pelayanan penunjang dan
non medik, penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan.
1
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal
yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai
peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang
Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai
syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan
wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu (Azwar, 1996).
Saat ini, rumah sakit berada dalam iklim persaingan yang sangat ketat.
Masyarakat sebagai pelanggan berada dalam posisi yang lebih kuat karena
semakin banyak pilihan rumah sakit yang dapat melayaninya. Pada saat
yang bersamaan, masyarakat juga semakin kritis terhadap pelayanan
kesehatan. Dalam kondisi seperti ini, agar tetap dapat eksis melayani
pelanggannya, rumah sakit harus memiliki sumberdaya manusia yang
berkualitas. Salah satu aspeknya adalah kemauan dan kemampuan dalam
memberikan pelayanan yang prima. Oleh karena itu diperlukan paradigma
dan sikap mental yang berorientasi melayani, serta pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam melaksanakan pelayanan yang prima.
B. Rumusan Masalah
1. Apai itu ADKL dan langkah-langkah ADKL
2. Pengertian Rumah Sakit
3. Bagaimana pelayanan di Rumah Sakit
4. Mengetahui apa tipe Rumah Sakit
5. Mengetahui klasifikasi limbah Rumah Sakit
6. Bagaimana upaya pengelolaan limbah Rumah Sakit
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa pengertian ADKL
2. Untuk mengetahui apa itu Rumah Sakit
3. Untuk mengetahui bagaimana Pelayanan Di Rumah Sakit
2
4. Untuk mengetahui apa tipe Rumah Sakit
5. Untuk mengetahui klasifikasi limbah Rumah Sakit
6. Untuk Mengetahui Bagaimana upaya pengelolaan limbah Rumah Sakit
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
f) Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 872/MENKES/SK/VIII/1997
tanggal 15 Agustus 1997 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan.
a. Simpul 1 (sumbernya)
5
3. Bahaya fisik yang ada di lokasi
4. Perubahan-perubahan yang dilakukan baik dalam ukuran maupun
bentuk
5. Kegiatan penanggulangan yang direncanakan dan yang telah
dikerjakan.
6. Laporan pelaksanaan pengendalian mutu
6
4) Penggunaan lahan dan sumber daya alam
a. Akses terhadap lokasi dan akses terhadap media tercemar
b. Daerah industry
c. Daerah pemukiman
d. Daerah rekreasi
e. Daerah produksi makanan
f. Penggunaan air pemrukaan
g. Penggunaan air tanah
h. Sarana pemancingan
5) Pencemaran lingkungan
a. Konsentrasi bahan kimia
b. Inventarisasi B3 (bahan berbahaya & beracun) yang terlepaskan
6) Jalur penyebaran pencemar di lingkungan
a. Topografi
b. Jenis tanah dan lokasi
c. Permukaan tanah penutup
d. Curah hujan tahunan
e. Kondisi suhu
f. Faktor lain : kecepatan angina
g. Komposisi hidrogeologi dan struktur
h. Lokasi badan air permukaan dan penggunaan badan air
7
2) Dosis
Dosis dapat diukur dalam dosis total atau dalam kecepatan
pemajanan atau pemajanan kumulatif. Dosis perlu dinyatakan
sehubungan dengan terjadinya pemajanan pada subyek, apakah dosis
ambient dalam interval waktu pendek atau lama.
3) Waktu
Setiap pemajanan perlu dijelaskan kapan pemajanan itu terjadi dan
kama akhirnya terhenti dan bagaimana pemajanan itu tersebar selama
periode itu (periodik, kontinyu, bervariasi).
4) Dosis representatif dan waktu pemajanan
5) Dosis representatif umumnya diwakili oleh tiga macam yaitu
pemjanan puncak, pemajanan kumulatif, dan pemajanan rata-rata.
Langkah-langkah ADKL
1. Evaluasi data dan informasi yang berkaitan dengan lokasi kejadian
2. Mempelajari kepedulian terhadap pencemaran
3. Menetapkan bahan pencemar sasaran kajian
4. Identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan
5. Memperkirakan dampak kesehatan masyarakat
6. Kesimpulan dan rekomendasi
8
7. Pengelolaan resiko
8. laporan
9
C. Bagaimana Pelayanan Di Rumah Sakit
Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan rumah
sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
(Suparto, 1994)
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan
harus memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas. Manajemen rumah
sakit harus berupaya memuaskan pasiennya, dalam hal ini masyarakat dengan
berbagai tingkat kebutuhannya.
Sebuah rumah sakit didirikan dan dijalankan dengan tujuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan medis atau non medis, dan tindakan diagnosis lainnya
yang dibutuhkan oleh masing-masing pasien dalam batas-batas kemampuan
teknologi dan sarana yang disediakan di rumah sakit (Wijono, 1999).
Disamping itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan teknologi
kedokteran sehingga dapat berfungsi sebagai rujukan rumah sakit sesuai
dengan tingkat rumah sakitnya.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kegiatan pelayanan berupa
pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan administrasi,
pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang
medik.
Sedangkan untuk dapat disebut sebagai bentuk pelayanan kesehatan,
baik dari jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari jenis pelayanan
kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai syarat pokok. Syarat pokok
yang dimaksud adalah:
10
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah
pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat
berkesinambungan.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah
mudah dicapai oleh masyarakat (dari sudut lokasi).
4. Mudah dijangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah
dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud
disini termasuk dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang
seperti ini harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah bermutu.
Pengertian yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain
tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang
telah ditetapkan.
11
D. Tipe Rumah Sakit
Wolper dan Pena (dalam Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit adalah
tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta
tempat dimana pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat dan
berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Association of
Hospital Care (dalam Azwar, 1996) menjelaskan bahwa rumah sakit adalah
suatu pusat dimana pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan dan
penelitian kedokteran diselenggarakan.
1. Pemilik
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit
pemerintah (goverment hospital) dan rumah sakit swasta (privat
hospital).
12
2. Filosofi yang dianut
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit yang
tidak mencari keuntungan (non-profit hospital) dan rumah sakit yang
mencari keuntungan (profit hospital).
Rumah sakit dapat dibedakan atas dua macam, yaitu rumah sakit umum
(general hospital) yang menyelenggarakan semua jenis pelayanan
kesehatan dan rumah sakit khusus (specially hospital).
13
sakit kelas B didirikan di setiap ibukoata propinsi (propincial hospital)
yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.
Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga
diklasifikasikan sebagai rumah sakit kelas B.
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit ynag bersifat transisi karena
pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C.
Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga
menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyelenggarakan satu macam pelayanan kedokteran saja, misalnya
rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit
jantung, rumah sakit ibu dan anak, rumah sakit gigi dan mulut dan lain
sebagainya.
14
BAB III
PEMBAHASAN
c. Perolehan Lahan
Tahap pertama yang dilakukan dalam pembebasan lahan ini adalah
pendataan lahan dan pemilik lahan yang terkena lokasi kegiatan
pembangunan secara keseluruhan. Dari hasil pendataan tersebut
diketahui status dan luas lahan, volume tanaman tumbuh dan bangunan
(jika ada).
Dengan adanya data tersebut maka pembebasan lahan dapat dilakukan
sesuai peraturan yang ada. Proses pembebasan lahan dilakukan dengan
proses jual beli. Secara teknis proses jual beli mengacu kepada Perpres
nomor 65 tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum, serta mempertimbangkan harga NJOP PBB, harga pasar
15
setempat dan harga yang ditetapkan pemerintah (jika ada). Pekerjaan
perolehan lahan ini bisa dilaksanakan oleh pemrakarsa dengan bantuan
pihak-pihak terkait seperti Pemda Kabupaten, aparat Kecamatan,
Kelurahan dan RT setempat.
2. Tahap Konstruksi
a. Perekrutan Tenaga Kerja
Pada tahap konstruksi Rumah Sakit yang dianggap padat karya, akan
dibutuhkan tenaga kerja terlatih (skill) maupun tenaga kerja tak
terlatih (unskill). Pengadaan tenaga kerja dilakukan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhan dan tahapan yang telah direncanakan.
Kebutuhan tenaga kerja secara umum dibagi menjadi dua yaitu tenaga
yang membutuhkan keterampilan khusus seperti pemasangan pipa-pipa
untuk pengolahan IPAL, proses pemasangan fasilitas yang berkaitan
dengan listrik, pekerjaan yang berkaitan dengan mesin dan lain-lain,
sedangkan yang lainnya adalah pekerja yang cenderung membutuhkan
tenaga “fisik” dan dalam hal ini jika masyarakat sekitar dianggap
mampu dan layak untuk mengerjakannya.
16
aktivitas lalu lintas dijalur tersebut yang cenderung sepi, sehingga
dapat mengurangi dampak yang mungkin terjadi.
c. Persiapan Lahan
Sebulum memulai proses pembangunan bangunan utama Rumah
Sakit dan bangunan-bangunan penunjang lainnya, perlu dilakukan
persiapan lahan, yang meliputi perataan, pengerukan, penggalian,
pemadatan serta penggalian pondasi. Persiapan lahan ini merupakan
salah satu proses penting sebelum memulai konstruksi, sehingga
pemrakarsa dapat menjamin dan mengetahui kondisi tanah yang
menjadi tempat bangunan konstruksi.
17
dan taman disekitar bangunan utama Sistem pengolahan limbah dan
B3 dapat dilihat pada gambar berikut :
18
rentan waktu yang singkat/pendek yaitu setiap bulannya atau 720 jam
kerja mesin akan tetapi hal ini bersifat fleksibel yaitu tergantung dari
hasil pemantauan setiap harinya. Dalam proses pemeliharaan dan
pemantauan ada beberapa titik yang harus benar-benar diperhatikan,
yaitu saluran aliran limbah, mesin-mesin yang berkaitan dengan
sumber listrik dan air. Proses-proses pemeriksaan dan pemantauan
terdiri dari pengujian kemampuan mesin secara berkala, pemantauan
efisiensi serta aktifitas sarana/mesin terkait.
19
d. Penghijauan
Kegiatan penghijauan memiliki fungsi sebagai upaya menimilkan
dampak limbah gas dan kebisingan serta debu disekitar kegiatan rumah
sakit serta berfungsi untuk menjaga kestabilan ekosistem. Daun-daun
tanaman hijau bertugas menyerap polutan-polutan disekitarnya.
Sebaliknya dedaunan tersebut melepaskan oksigen yang membuat
udara disekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-
akar pepohonan akan mengikat air dan dapat menjadi cadangan air.
Disamping itu penataan penghijauan yang baik juga dapat menambah
nilai estetika areal disekitar Rumah Sakit. Penghijauan akan dilakukan
pada area disekitar lokasi Rumah Sakit terutama diarea yang memiliki
jarak atau berbatasan dengan pemukiman warga (green belt).
Penghijauan dilakukan dengan menanam tanaman yang cepat tumbuh,
berfungsi ekologis dan mempunyai nilai estetika.
Fungsi penghijauan dikawasan rumah sakit ditekankan sebagai
penyerap CO2, penghasil oksigen, penyerap polutan, peredam
kebisingan, penahan angin dan peningkatan keindahan (PP RI
no.63/2002). Adapun factor-faktor yang berpengaruh terhadap potensi
reduksi zat pencemar adalah jenis tanaman, kerimbunan dan ketinggian
tanaman, jumlah emisi karbon, suhu, kecepatan angin, kepadatan dan
ketinggian bangunan.
20
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah
sakit antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang
biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidur. Jumlah
Rumah Sakit di Indonesia sampai tahun 1996 sebanyak 1074 buah dengan
jumlah tempat tidur 120.083.1 Bila dilihat menurut pengelolanya, yang
terbanyak adalah rumah sakit milik swasta dengan jumlah 474 buah
(44,1%) dengan jumlah tempat tidur 40.023. Rincian jumlah rumah sakit
menurut pengelolanya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Beberapa indikator kinerja rumah sakit bisa dilihat dari angka penggunaan
tempat tidur (BOR). Angka penggunaan tempat tidur (BOR) merupakan
indikator yang menggambarkan tingkat pemanfaatan dari tempat tidur
rumah sakit. Rata-rata angka penggunaan tempat tidurnya di Indonesia
pada tahun 1996 sebesar 55,9%2. Sedangkan angka penggunaan tempat
tidur menurut jenis rumah sakit selama tahun 1996 dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
21
Dari tabel di atas terlihat bahwa BOR tertinggi ada pada RS Umum
milik Departemen Kesehatan (63,4%) dan diikuti dengan RS milik Swasta
(60,0%) dan Pemda tingkat I (58,4%). Persentase terkecil dari angka
pemanfaatan tempat tidur adalah RS milik ABRI (41.4%).
22
e) Unit Kegiatan Sterilisasi
f) Unit Kegiatan Anestesi
g) Unit Kegiatan Haemodialisis
h) Unit Kegiatan Diagnosis dan Uni Medik
23
d) Limbah sisa hewan percobaan
e) Limbah radioaktif dari pelacakan tumor, prosedur terapis, tindakan
kedokteran nuklir, radio immunoassay dan bakteriologis yang dapat
berupa padat, cair dan gas. Limbah radioaktif adalah bahan yang
terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis
atau riset radionucleida.
f) Limbah kimiawi dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi
limbah farmasi dan limbah citotoksik
g) Limbah infectious mengandung mikroorganisme pathogen yang meliputi
limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit
menular. Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah
mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang
terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah
pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical
waste ).
h) Limbah benda-benda tajam yang merupakan obyek atau alat yang
memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik,
perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain
itu meliputi benda-benda
i) Limbah obat-obatan / farmasi seperti obat-obatan yang tidak terpakai,
obat-obatan yang terbuang karena batch tidak memenuhi spesifikasi atau
telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau dikembalikan oleh
pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan
dan limbah hasil produksi obat-obatan.
j) Limbah citotoksik yaitu bahan yang terkontaminasi obat citotoksik
selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah
24
yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam
incinerator dengan suhu diatas 1000o Celcius.
k) Limbah plastik, merupakan bahan plastik yang dibuang oleh klinik,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang
dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan
perlengkapan medis.
a. Jalur Pemajanan
1. Jalur 1 (Sumber)
25
media lainnya. Melalui media ini agen penyakit tersebut akan dapat
ditularkan kepada kelompok masyarakat RS yang rentan, misalnya
penderita yang dirawat atau yang berobat jalan, karyawan RS,
pengunjung atau pengantar orang sakit serta masyarakat di sekitar RS.
Suatu area potensial rill dimana terjadi kontak antara manusia dengan
media lingkungan tercemar di Rumah Sakit sendiri titik pencemar
yaitu kawasan rumah sakit itu sendiri jika sanitasinya kurang baik akan
menimbulkan dampak penyakit.
26
golongan kortikosteroid), penderita gangguan gizi/nutrisi, gangguan
darah (Hb) serta gangguan fungsi-fungsi tubuh lainnya yang dapat
memperburuk daya tahan penderita terhadap kemungkinan serangan
agen penyakit lain selain yang dideritanya. Lebih-lebih lagi bila
kualitas media lingkungan RS yang tidak terawasi, akan lebih
memperbesar resiko penderita yang bersangkutan.
27
D. Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
28
harus dipatuhi oleh petugas yang telibat. Limbah medis yang diangkut
harus dalam container khusus, harus kuat dan tidak bocor. Untuk alat
pengangkutan sampah di rumah sakit dapat berupa gerobak atau troli dan
kereta yang harus memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Depkes RI
sebagai berikut antara lain
1) Incinerasi
3) Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau
formaldehyde)
29
4) Desinfeksi zat kimia dengn proses grinding (menggunakan cairan kimia
sebagai desinfektan)
7) Microwave treatment
1) House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam
menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran,
30
tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi
dengan sebaik mungkin.
31
2. Strategi pencegahan pencemaran dengan rasionalisasi dan efisiensi
pemakaian sumber daya rumah sakit yang bertujuan mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan, akan mengurangi beaya-beaya untuk pengadaan,
transportasi, distribusi, dan penyimpanan.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis
profesional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang
berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan yang diderita oleh pasien.
Untuk mencapai hasil yang optimal, faktor petugas kesehatan tidak luput
dari hal ini. Seorang petugas kesehatan yang ideal adalah mereka yang
memiliki ability (kemampuan), performance (kinerja), personality
(kepribadian), credibility (kepercayaan) dan maturity (kematangan).
Dengan mencegah terjadinya pencemaran sedini mungkin berarti
mengurangi beban pencemaran, mencegah bahaya dan risiko infeksi yang
disebabkan limbah rumah sakit. Hal ini juga berarti meminimalisasi beaya
yang harus dikeluarkan untuk eliminasi bahan pencemar dan beaya untuk
pengobatan penyakit.
Kegiatan penghijauan memiliki fungsi sebagai upaya menimilkan dampak
limbah gas dan kebisingan serta debu disekitar kegiatan rumah sakit serta
berfungsi untuk menjaga kestabilan ekosistem. Daun-daun tanaman hijau
bertugas menyerap polutan-polutan disekitarnya.
B. Saran
Salah satu efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Umum harus menciptakan
dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat
melayani kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan kepada
pasien yang penerapannya harus dilaksanakan oleh semua elemen organisasi
rumah sakit secara komprehensif dan berkelanjutan termasuk pula pasien
sebagai pihak pemakai.
33
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 1994. Standar Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: ditjen
Yanmed.
34
Departemen Kesehatan RI, 1999. Dirjen Pelayanan Medik Direktorat RSU dan
Pendidikan. Jakarta.
35