Anda di halaman 1dari 40

TUGAS PBL

DIARE

Disusun oleh : KELOMPOK 16

1. Hamdani Rahmatillah 17700119


2. Tiara Ardiyanti 18700075
3. Sonia Engelina Anwar 18700077
4. Hilaria Sintiche Kilmas 18700079
5. Kiswati Rozi Permatasari 18700081
6. Nadya Andrea Perdana 18700083
7. Bangga Nusantara Putra 18700085
8. Dwi Puspita Ningrum 18700087

PEMBIMBING TUTOR : dr. Nugroho Eko Wirawan Budianto, M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur para penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga para penulis dapat menyelesaikan makalah
skenario 2 ini dengan judul “Diare”. Dengan begitu tugas makalah untuk
kegiatan SGD atau Small Group Discussion Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya ini dapat terselesaikan sebagai tugas kelompok.
Mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan yang para penulis miliki, maka
para penulis menyadari tugas ini masih membutuhkan kritik yang membangun.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun, sangat kami
harapkan demi kesempurnaan tugas ini. Maka melalui kesempatan ini,
perkenankan para penulis menyampaikan ucapan terimakasih. Semoga Tuhan
YME melimpahkan semua bantuan dan keikhlasan yang telah membantu kami
dalam menyusun tugas makalah ini.

Surabaya, 21 Oktober 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………...…….2
BAB  ...................................................................................................................... 4
SKENARIO 2 : ...................................................................................................... 4
BAB  ..................................................................................................................... 5
KATA KUNCI ....................................................................................................... 5
BAB  ................................................................................................................... 6
PROBLEM DAN TUJUAN.................................................................................. 6
BAB V ................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
BAB V................................................................................................................... 29
HIPOTESIS AWAL ............................................................................................ 29
BAB VI ................................................................................................................. 30
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS .......................................... 30
BAB VII ............................................................................................................... 32
HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS) ................................................................ 32
BAB VIII .............................................................................................................. 33
MEKANISME DIAGNOSIS .............................................................................. 33
BAB IX ................................................................................................................. 34
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH ................................................ 34
BAB X................................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39

3
BAB 
SKENARIO 2 :

DIARE

Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun datang kerumah


sakit diantar oleh orang tuanya dengan keluhan mencret sejak 2 hari
yang lal. Ibunya mengatakan perut anak laki-laki tersebut kembung,
selain itu sering buang angin. Ibunya juga mengatakan sehari
sebelumnya, anak laki-laki tersebut demam tapi tidak kejang, dan
muntah sebanyak dua kali.

4
BAB 

KATA KUNCI

Setelah membaca dan memahami skenario 2 yang berjudul “DIARE” dapat di


temukan beberapa kata kunci sebagai berikut :
1. Mencret sejak 2 hari yang lalu
2. Perut kembung
3. Sering buang angin
4. Demam
5. Tidak kejang
6. Muntah

5
BAB 

PROBLEM DAN TUJUAN


3.1 Latar Belakang
1. Apa saja yang menyebabkan anak tersebut diare?
2. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan diare?
3. Bagaimana cara menanggulangi diare tersebut?
4. Bagaimana cara mengedukasi orang tua & keluarga pasien?
3.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab anak usia 1 tahun terkena diare.
2. Untuk mengetahui jenis penyakit yang berhubungan dengan diare.
3. Untuk mengetahui cara penanganan yang tepat dan efektif.
4. Untuk mengetahui & menjelaskan langkah-langkah edukasi yang
benar.

6
BAB V

PEMBAHASAN

4.1 Batasan
Gambaran klinis diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat kali atau
lebih dalam sehari, yang sering disertai dengan muntah, badan lesu atau lemah, panas,
tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan muntah-muntah dapat
mendahului diare yang disebabkan oleh virus. Diare adalah buang air besar (defekasi)
dengan feses berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat) kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 3 kali sehari. Diare dibagi dalam diare akut dan diare
kronis.

Diare akut adalah tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari
normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari dengan pengeluaran tinja dengan lunak
atau cair yang sering dan tanpa darah. (Festy,2012). Diare akut disebabkan oleh 90%
oleh infeksi bakteri dan parasit. Patogenesis diare akut yang disebabkan oleh bakteri
dibedakan menjadi dua yaitu bakteri non invasif dan bakteri enteroinvasif. Bakteri non
invasive yaitu bakteri yang memproduksi toksin yang nantinya tosin tersebut hanya
melekat pada usus halus dan tidak merusak mukosa. Bakteri non invasive memberikan
keluhan diare seperti air cucian beras. Sedangkan bakter enteroinvasif yaitu diare yang
menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare akut karena
infeksi disebabkan oleh masuknya mikroorganisme atau toksin melalui mulut. Kuman
tersebut dapat melalui air, Makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran manusia
atau hewan, kontaminasi tersebut dapat melalui jari/tangan penderita yang telah
terkontaminasi. Diare akut dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi yang mengancam
nyawa dan penurunan berat badan. Prognosis akan semakin buruk jika diare akut
melanjut menjadi diare persisten sebab menimbulkan malabsorpsi, malnutrisi hingga
gangguan pertumbuhan. Terjadinya diare persisten dapat kita cegah dengan mengobati
diare akut dengan cepat dan tepat. (Susana, 2015).
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. (Festy,2012).
Diare kronik yang disebabkan infeksi terdapat hubungan timbal balik antara infeksi dan
nutrisi, infeksi akan menyebabkan gangguan nutrisi dimana berkurangnya intake kalori

7
dan absorbs intestinal, meningkatnya katabolisme dan kebutuhan nutrient untuk
pertumbuhan dan sintesa sel. Sebaliknya kekurangan nutrisi akan menyebabkan
meningkatnya risiko infeksi oleh karena kerkurangnya kemampuan proteksi kulit dan
mukosa disamping terganggunya fungsi imun dari host. Faktor resiko tersebut adalah
usia penderita, karena diare persisten ini umumnya terjadi pada tahun pertama kehidupan
dimana pada saat itu pertumbuhan dan pertambahan berat badan bayi berlangsung cepat.
Berlanjutnya paparan etiologi diare akut seperti infeksi Giardia yang tidak terdeteksi dan
infeksi shinggella yang resisten ganda terhadap antibiotik dan infeksi sekunder karena
munculnya C Defficile akibat terapi antibiotika.
Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare pada balita yaitu infeksi yang
disebabkan bakteri, virus arau parasit, adanya gangguan penyerapan makanan atau
disebut malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam
makanan, imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain.
Penyebab lain dari diare bisa karena kondisi lingkungan buruk yang menjadi habitat dari
patogen, sanitasi dan kebersihan rumah tangga yang buruk, kurang minum air yang
aman, pajanan pada sampah yang padat serta musim kemarau karena patogen di saluran
air yang bertambah. (Susana, 2015).
4.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Percernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
a) Lambung

8
Lambung berawal dari esophagus dan berakhir pada duodenum usus halus. Terdiri dari 3
bagian, yaitu:
• Kardia di sekitar sfingter esophageal bawah
• Fundus pada bagian puncak
• Antrum di bagian bawah
Bagian lambung terdiri dari:
Fundus Ventrikuli adalah bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya berisi gas.

• Korpus Ventrikuli, adalah suatu lekukan pada bagian bawah kurbatura minor.

• Antrum pylorus adalah bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal

membentuk sfingter pylorus.

Kurvatura minor terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum kardiak

sampai ke pylorus.
• Kurvatura mayor terbentang dari sisi kiri osteum kardiak melalui fundus ventrikuli

menujuk e kanan sampai kepilorus inferior. Ligamentum gastrolienalis terbentang dari

bagian atas kurvatura mayor sampai kelimpa.

• Osteum Kardiak merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk kelambung.,

pada bagian ini terdapat orifisium pilor.

Cara Kerja Lambung

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin

(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi

masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk

mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3

zat penting :

9
o Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan

pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada

terbentuknya tukak lambung.

o Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna

memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang

terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

o Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).

Di dalam lambung terjadi pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim yaitu:

a. Amylase saliva melanjutkan pencernaan amilum di bagian fundus

b. Pepsin membantu pemecahan protein

c. Lipase membantu pemecahan lipid susu (terutama pada bayi dan anak)

d. Rennin membantu pencernaan susu pada bayi. Rennin dan kalsium menyebabkan

koagulasi susu, sehingga lebih lama berada di lambung untuk dicerna.

Patologi yang terdapat di Lambung

1. Gastritis Merupakan suatu peradangan akut atau kronis pada lapisan mukosa (lender)

dinding lambung. Penyebabnya ialah penderita memakan yang mengandung kuman

penyakit. Kemungkinan juga karena kadar asam klorida (HCL) pada lambung terlalu

tinggi.

2. Radang dinding lambung menyerang membrane mukus yang melapisi lambung.

Penyebabnya mungkin alergi makanan, alkohol, atau obat-obatan, racun atau bakteri.

3. Maag adalah peradangan yang terjadi pada dinding lambung. Hal tersebut disebabkan

asam (HCl) yang dihasilkan lambung terlalu banyak sehingga mengikis dinding

lambung.

10
a. Usus halus

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang

mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan

lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan

makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri atas : lapisan mukosa

(sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M. sirkuler), lapisan otot memanjang (M.

Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu

usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak

setelah lambung dan menghubungkannya ke

usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas

jari merupakan bagian terpendek dari usus

halus, dimulai dari bulbo duodenale dan

berakhir di ligamentum Treitz. Usus ini

memiliki panjang sekitar 25 cm,berbentuk

sepatu kuda melengkung ke kiri pada

lengkungan ini terdapat pancreas. Pada bagian

kanan duodenum terdapat selpaut lendir yang membukit di sebut papila vateri. Pada papila

vateri bermuara saluran empedu (duktus koledokus) dan saluran pakreas (duktus wirsungi/

duktus pankreatikus). Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal

11
berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu

dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum

digitorum, yang berarti dua belas jari.

• Cara Kerja usus duodenum


Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang

merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui

sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum

akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua

dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah

bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan

mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot

usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan

dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula

dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.

Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.

Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris

modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti “kosong”.

12
3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau

sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

➢ Patologi yang terdapat di Usus Halus

1. Malabsorpsi.yaitu gangguan penyerapan zat gizi dari usus halus. Gejala umum berupa

tinja besar padat, pucat, berbau tidak enak, dan mengambang

2. Limfoma adalah kanker yang tumbuh pada bagian tengah usus halus (jejunum) atau

bagian bawah usus halus (ileum).

b. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

13
Patologi yang terdapat di Usus Besar

1. Kolitis Ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang umumnya


berlangsung lama disertai remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti.

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
BAB V

HIPOTESIS AWAL

5.1. Hipotesis Awal


Berdasarkan skenario 2 ”Diare” dapat diketahui beberapa kemungkinan
yang dapat terjadi, yaitu :
1. Diare Non-Dehidrasi Akut/ Gasteroentritis Akut Intoleransi Laktosa
2. Diare Non-Dehidrasi Akut et Causa Rotavirus
3. Diare Non-Dehidrasi Akut et causa Amoeba/ Bakteri
4. Disentri

29
BAB VI

ANALISIS DARI DIFFRENTIAL DIAGNOSIS

GEA GEA et
GEA et Causa
Gejala Klinis Intoleransi causa Disentri
Rotavirus
Laktosa Amoeba

Mencret + + + +

Feses tidak berlendir + - - -

Feses tidak ada


+ + - -
darah

Demam + - + +

Muntah + + + -

Kembung + - - -

Sering Buang Angin + - - -

GEA GEA et
GEA et Causa
Pemeriksaan Fisik Intoleransi causa Disentri
Rotavirus
Laktosa Amoeba

Status Gizi + - - -

Derajat dehidrasi + - - -

30
Status lokalis
+ + + -
(abdomen)

GEA GEA et
Pemeriksaan GEA et Causa
Intoleransi causa Disentri
Penunjang Rotavirus
Laktosa Amoeba

Pemeriksaan Darah
+ + + +
Lengkap

Pemeriksaan Feses
+ + + +
Lengkap

Pemeriksaan Urin
+ + + -
Lengkap

31
BAB VII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSIS)


. Berdasarkan skenario yang ada dan analisis pemeriksaan, maka hipotesis
akhir atau diagnosis dari kasus ini adalah Diare Akut Non-Dehidrasi karena adanya
Intoleransi Laktosa yang dibuktikan dari anamnesa dan pemeriksaan pada Anak
Zulkarnain usia 1 tahun.

32
BAB VIII

MEKANISME DIAGNOSIS

1. Mencret
Diffential Diagnosis
2. Warna kekuningan 1. Gastroenteritis Et Causa
3. Demam Rotavirus
4. Muntah dua kali 2. Gastroenteritis Et Disentri
5. Kembung Amuba
6. Sering buang angin
7. Menengah kebawah
8. Tampak sakit

Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboraturium: Darah lengkap
a. Trombosit : 373 x 103
b. Leukosit : 11800 Pemeriksaan Fisik :
c. Hb : 11,9 Dalam Batas
d. MCV : 72,9 Normal
e. MCH : 22,4
f. Monosit : 2700
g. Granulosit :7100
2. Urin : Kuning keruh
Ph : 6,5
Berat jenis : 1,015
3. Tinja : Kehijauan, lembek

Diagnosis Akhir:
Diare Akut Non
Dehidrasi Intoleransi
Laktosa

33
BAB IX

STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 Penatalaksanaan

1. Zinc

Pemberian suplemen zinc merupakan salah satu cara yang


dimanfaatkan untuk membantu mengatasi diare pada balita, bersama
dengan pemberian cairan untuk rehidrasi.

2. Diet rendah laktosa


Pada bayi dan anak-anak, susu tentunya harus diganti dengan susu
yang kandungan laktosanya rendah atau sama sekali tidak mengandung
laktosa (tergantung tingkat defisiensi laktase yang terjadi).

3. ASI tetap diberikan

Bayi dengan ASI eksklusif yang intoleransi laktosa, ibu dapat

memberikan ASI dengan menghindari protein susu sapi dan produk

turunannya pada makanan sehari-hari. ASI tetap merupakan pilihan

terbaik pada bayi dengan intoleransi laktosa.

4. Pemberian Lacto – B

Lacto B sebagai probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme


hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang kesehatan
melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik.

5. Pemberian susu yang diencerkan

34
9.2 Prinsip Tindakan Medis

Diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak usia


dibawah 2 tahun. Komplikasi yang tersering akibat diare adalah
dehidrasi sehingga tatalaksana untuk diare yang utama adalah
mencegah dehidrasi dan memberi terapi rehidrasi oral. Terapi diare di
Indonesia adalah lintas diare disesuaikan dengan tatalaksana WHO
yaitu rehidrasi dengan oralit, pemberian zinc, diet, dan edukasi
orangtua pasien.

35
BAB X

PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

1.1 Cara Penyampaian Prognosis pada Keluarga Pasien


1. Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus

untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun, akan mengakibatkan bakteri tumbuh

berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare juga. Menurut

Kementerian Kesehatan RI (2011), kegiatan pencegahan penyakit diare

yang benar dan efektif yang dapat dilakukan salah satunya adalah

memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2

tahun. Bayi dianjurkan untuk disusui secara eksklusif selama 6 bulan

pertama kehidupan. Perlindungan terhadap infeksi paling besar terjadi

selama beberapa bulan pertama kehidupan pada bayi yang mendapat

ASI secara eksklusif. Pada 6 bulan pertama air,jus, dan makanan lain

secara umum tidak dibutuhkan oleh bayi (Suradi, 2010).

2. Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,

dan terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius

hasilnya sangat baik dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal.

Seperti kebanyakan penyakit, morbiditas dan mortalitas ditujukan pada

anak-anak dan pada lanjut usia (Zein et al, 2004).

3. Malabsorbsi Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat

datang, ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya. Pada umumnya,

prognosis tidak mengancam jiwa.

36
1.2 Tanda yang Merujuk Pasien
1. Mencret 2 hari

2. BAB 10 kali perhari

3. Kembung

4. Buang angin

5. Demam

6. Muntah 2 kali

1.3 Peran Keluarga Pasien untuk Penyembuhan


1. Pemberian cairan rehidrasi oral (CRO) hipotonik

2. Rehidrasi cepat (3-4 jam)

3. ASI harus tetap diberikan

4. Realimentasi segera dengan makanan sehari-hari

5. Susu formula yang diencerkan tidak dianjurkan

6. Susu formula khusus diberikan sesuai indikasi

7. Antibiotik hanya berdasarkan indikasi kuat.

1.4 Pencegahan Penyakit


1. Pilihlah susu yang sedikit atau bebas laktosa

2. Mengonsumsi suplemen enzim laktase sebelum mengonsumsi

makanan atau minuman produk susu, suplemen ini bisa ditetes,

dalam bentuk tablet atau dicampur langsung ke dalam susu.

3. Mengonsumsi makanan lain yang bebas susu tapi kaya akan kalsium,

seperti brokoli, kacang-kacangan, tahu, susu kedelai atau ikan

(terutama ikan yang bisa dimakan bersama tulangnya).

37
4. Teliti dalam membaca label makanan, kata-kata tertentu yang

terdapat dalam makanan bisa berarti mengandung laktosa di

dalamnya seperti butter, keju, susu kering dan bubuk, whey, dadih

susu, berbagai produk olahan susu.

5. Mengonsumsi jus yang telah diperkaya dengan kalsium.

6. Ketika mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa sebaiknya

dibarengi dengan makanan non-laktosa untuk memperlambat

pencernaan dan menghindari masalah.

Agar kalsium yang dikonsumsi bisa diserap tubuh maka dibutuhkan

vitamin D, vitamin ini bisa didapatkan dengan cara berjemur di bawah

sinar matahari pagi atau mengonsumsi makanan seperti telur, hati, ikan

tuna dan salmon.

38
DAFTAR PUSTAKA

Amina, Siti. 2012. Pengaruh Susu Bebas Laktosa Terhadap Masa Perawatan
Pasien Anak Dengan Diare Akut Dehidrasi Tidak Berat. Semarang : Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro

Nurstyanto, Muhammad. 2013. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan


Dengan Kejadian Diare Bayi Usia 0-6 Bulan Di Rumah Sakit Pku
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Perangin-angin, HMJ. 2014. Acute Diarrhea With Mild to Moderate Dehydration
e.c Viral Infection. Faculty of Medicine, Universitas Lampung.
<http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/452/453>

39
Tehuteru, Setiawan Edi. 2011. MALABSORPSI LAKTOSA PADA ANAK. Jakarta.

<https://univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.18_no.3_4.pdf >

40

Anda mungkin juga menyukai