Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PERCOBAAN IV
ANTIDIARE

Disusun Oleh :

Asep Ramdani (33178K21021)


Ela Nurlaela (33178K21022)
Indah Marthia Sundari (33178K21028)
Muhammad Fiqi Al-Anshory (33178K21048)
Rela Duwani (33178K21036)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KUNINGAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah
Farmakologi "ANTIDIARE" dengan baik dan dalam jangka waktu yang sudah
ditetapkan, meskipun masih terdapat banyak kekurangan.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktikum


Farmakologi Tahun Akademik 2022/2023 yang diampu oleh Bapa Dosen Apt.
Ahmad Wildan Wisnu Wardaya, M.Farm. Dimana sumber materi diambil dari
beberapa sumber media pendidikan guna menunjang keakuratan materi yang akan
disampaikan. Laporan ini juga dibuat dengan beberapa bantuan dari rekan-rekan
kelompok pada saat praktikum. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan praktikum ini. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan laporan pada
praktikum selanjutnya. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, terutama bagi kami sebagai pembuatnya.

Kuningan, 18 Desember 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ I

DAFTAR ISI ......................................................................................................... II

A. TUJUAN PERCOBAAN ................................................................................1


B. DASAR TEORI ...............................................................................................1
C. METODE PERCOBAAN...............................................................................5
1. Alat dan Hewan Percobaan ..................................................................5
2. Prosedur Kerja ......................................................................................6
D. HASIL PERCOBAAN ....................................................................................6
E. PEMBAHASAN ..............................................................................................8
F. KESIMPULAN ...............................................................................................9
G. SARAN .............................................................................................................9
H. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................10

II
PERCOBAAN IV
ANTIDIARE

A. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare
menghambat diare yang disebabkan oleh Oleum Ricini pada hewan
percobaan

B. DASAR TEORI

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200 mg/hari)
yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi BAB, tidak
enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau tanpa
inkontinensia fekal (Daldiyono, 1990).
Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau
memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare
menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bisa
terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik penyakitnya
(Anne, 2011).
Klinis tersebut dapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit perut. Ada
lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:
1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang
datang tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila
mengalami diare akut, penderita akan mengalami dehidrasi dan
penurunan berat badan jika tidak diberika makan dam minum.
2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari
yang disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non
infeksi.
3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar
meningkat, diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus
halus,spesis yaitu infeksi bakteri dalam darah, malnutrisi atau
kurang gizi dan dehidrasi.
4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari.
Dengan bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak
hanya dalam usus tetapi menyebar hingga keluar usus.
5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang
lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau
menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.
Bahkan bisa mengakibatkan gagal jantung.

1
Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National Digestive
Diseases Information Clearinghouse, 2007) :
- Infeksi bakteri, beberapa jenis bakteri dikonsumsi bersama dengan
makanan atau minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella,
Shigella, dan Escherichia coli (E. coli).
- Infeksi virus, beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus,
Norwalk virus, cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus
hepatitis.
- Intoleransi makanan, beberapa orang tidak mampu mencerna semua
bahan makanan, misalnya pemanis buatan dan glukosa.
- Parasit, parasit dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman
dan menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan
diare misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and
Cryptosporidium.
- Reaksi atau efek samping pengobatan, antibiotik, penurun tekanan
darah, obat kanker dan antasida mengandung magnesium yang mampu
memicu diare.
- Gangguan intestinal
- Kelainan fungsi usus besar
Pada anak anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila
penanganan terlambat dan mereka jatuh ke dalam dehidrasi berat maka bisa
berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan
kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang
tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat
berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, karena mereka memiliki
cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya
lebih mudah lepas daripada orang dewasa (Adnyana, 2008).
Mekanisme timbulnya diare.
Berbagai mikroba seperi bakteri, parasit, virus dan kapang bisa
menyebabkan diare dan muntah. Keracunan pangan yang menyebabkan diare
dan muntah, disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh
mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang
disebabkan oleh mikroba melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah
diare digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja yang
dihubungkan dengan peningkatan berat atau volume tinja dan frekuensinya.
Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-24 jam lebih
dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari
(Anne, 2011).
Diare yang disebabkan oleh patogen enterik terjadi dengan beberapa
mekanisme. Beberapa patogen menstimulasi sekresi dari fluida dan elektrolit,
seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan absorpsi
garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada kondisi diare
ini tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan dengan isi usus
sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini dikenal sebagai

2
diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan diare yang
disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Anne, 2011).
Beberapa patogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya dorong
pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara permukaan
absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini mungkin secara
langsung distimu-lasi oleh proses patofisiologis yang diaktivasi oleh patogen,
atau oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya akumulasi fluida. Pada
umumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap sebagai penyebab utama
diare tetapi lebih kepada faktor tambahan yang kadang-kadang menyertai
akibat-akibat patofisiologis dari diare yang diinduksi oleh patogen (Anne,
2011).
Pada beberapa diare karena infeksi, patogen menginduksi kerusakan
mukosa dan menyebabkan peningkatan permeabilitas mukosa. Sebaran,
karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme.
Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudomembran
sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara mikroskopik.
Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya menyebabkan
pengeluaran cairan seperti plasma, tetapi juga mengganggu kemampuan
mukosa usus untuk melakukan proses absorbsi yang efisien karena terjadinya
difusi balik dari fluida dan elektrolit yang diserap. Diare jenis ini dikenal
sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen penyebab infeksi
yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Anne, 2011).
Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai kerusakan
mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan penyerapan
karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase pada
permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase) atau
kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solut didalam
luminal karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolalitas luminal
meningkat dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai diare
osmotik dan bisa dihambat dengan berpuasa (Anne, 2011).
Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen
meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri
dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi
pertahanan mukosa usus (Anne, 2011).

Penggolongan obat diare :


1) Kemoterapeutika
Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada
beberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag
disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa. Pemberian
antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare dan mungkin
mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk terapi
kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika

3
(tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan
kuinolon) (Harkness, 1984).
2) Zat penekan peristaltik usus
Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas saluran cerna
dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu
dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat dan loperamin), dan
antikolinergik (atropin dan ekstrak beladona) (Departemen Farmakologi
dan Terapi UI, 2007).

3) Adsorbensia
Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta
melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme
tidak dapat merusak serta menembus mukosa usus. Obat-obat yang
termasuk kedalam golongan ini adalah karbon, musilage, kaolin, pektin,
garam-garam bismut, dan garam-garam alumunium ) (Departemen
Farmakologi dan Terapi UI, 2007).
Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau gabungan
antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik). Adsorben mengikat
bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui usus dan dikeluarkan
bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam sediaan diare antara lain
attapulgit aktif, karbon aktif, garam bismuth, kaolin dan pektin (Harkness,
1984).

Contoh Uraian obat Diare


1. Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan
konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai
efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting,
tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali
dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal
tersebut. Berdasarkan uji klinis didapatkan bahwa anti diare ini
memberikan hasil klinis yang baik dan dapat ditoleransi oleh tubuh.
Produk ini juga merupakan anti diare pertama yang cara kerjanya
mengembalikan keseimbangan sistem tubuh dalam mengatur
penyebaran air dan elektrolit ke usus. Selain itu, Hidrasec pun mampu
menghambat enkephalinase dengan baik. Dengan demikian, efek
samping yang ditimbulkannya sangat minimal.
2. Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot
sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor
opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan
loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai

4
ialah kolik abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi
jarang sekali terjadi.
3. Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal
terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja
lokal pada saluran pencernaan.
- Aktifitas antimikroba Nifuroxazide lebih besar dari obat anti
infeksi intestinal biasa seperti kloroyodokuin.
- Pada konsentrasi encer (1 : 25.000) Nifuroxazide masih
memiliki daya bakterisidal.
Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh
E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik
digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
4. Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik
berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier
mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite
mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang
diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas
mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-
manitol urin pada anak dengan diare akut (Anne, 2011).

C. METODE PERCOBAAN

1. Alat dan Bahan


Hewan percobaan : mencit jantan, bobot 20-25 g (dipuaskan 1jam sebelum
hewan di lakukan percobaan).

 Bahan
- Loperamid HCl 2mg
- Olium Ricini 1 ml /20 BB mencit
- Cmc Na

 Alat
- Alat suntik 1 ml
- Sonde oral
- Stopwatch
- Timbangan analitik
- Bejana silinder untuk pengamatan

5
2. Prosedur kerja

1. Satu jam sebelum percobaan mencit di puaskan


2. Timbang mencit sebelum di gunakan
3. Buat CMC na
4. Beri sediaan Loperamid
5. 1 jam setelah pemberian Loperamid mencit di beri oleum ricini
sebanyak 1 ml
6. Amati respon yang terjadi setiap 30 menit- selama 2 jam setelah
pemberian ol.ricini
7. Parameter yang di amati adalah : waktu timbulnya diare, frekuensi
diare, konsistensi diare,jumlah/bobot feses dan jangka waktu
berlangsungnya diare
8. Hasil pengamatan di sajikan dalam tabel dan buat grafiknya

D. HASIL PERCOBAAN

 Tabel pemberian dosis pada hewan percobaan


Bobot Dosis loperamid yang diberikan
mencit
26, 37 ~ 26g Konversi dosis = 2mg x 0,0026 = 0,0052mg
Untuk mencit = 26g/20g x 0,0052 =0,00676
Jumlah loperamid yg digunakan =
(50ml/0,5ml) x 0,00676 = 0,676

 Tabel konsistensi feses hewan percobaan


Hewan percobaan Waktu Frekuensi Konsistensi Bobot
Mencit 15 menit Jarang Agak lembek 0,012
Mencit 30 menit Jarang Agak lembek 0,013

6
 Proses percobaan beserta dokumentasi

Bobot hewan mencit Proses pencampuran bahan

Bahan diaduk hingga homogen Persiapan pemberian obat


kepada mencit

Persiapan pemberian obat Proses pemberian obat antidiare


kepada mencit kepada mencit

7
E. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini bertujuan untuk menguji aktivitas obat anti diare dalam
menghambat diare yang ditimbulkan oleh penginduksi oleum ricini, terhadap
hewan percobaan. Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini
adalah mencit. Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi
fisiologi manusia, juga karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil
sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan
untuk percobaan, mencit dipuasakan terlebih dahulu sebelum dilakukan
percobaan tetapi minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenakan makanan
dalam usus akan berpengaruh terhadap kecepatan peristaltic.
Obat yang akan diuji aktivitas anti diarenya pada percobaan kali ini adalah
Loperamid HCI. Loperamid merupakan obat diare yang bekerja dengan
mekanisme penghambatan peristaltik pada reseptor opiat yang digunakan pada
diare akibat gangguan motilitas.
Penginduksi terjadinya diare yang digunakan dalam percobaan kali ini
adalah oleum ricini. Oleum ricini merupakan zat penginduksi terjadinya diare.
Oleum ricini mengandung trigliserida asam risinoleat yang dihidrolisis di
dalam usus halus oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat.
Oleum ricini merupakan penstimulasi peristaltik usus.
Parameter yang digunakan dalam percobaan ini adalah waktu terjadinya
diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi feses. Prosedur pertama
dilakukan adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan
banyaknya dosis sediaan uji yang akan diberikan pada mencit. Mencit yang
puasa diberi loperamid sebagai metode transit intestinal untuk mengetahui
sejauh mana loperamid didalam usus (motilitas usus).
Setelah pemberian obat, mencit didiamkan selama 15-20 menit, dengan
estimasi bahwa dalam 15-20 menit, obat telah bekerja di dalam tubuh mencit
lalu amati waktu dan keadaan kotorannya setelah diberi loperamid, kemudian
mencit segera diinduksi dengan oleum ricini sebanyak 0,5 mL. Oleum ricini
akan menyebabkan diare pada mencit. Setelah proses induksi diamati waktu
terjadinya diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi feses-feses
dimana hasil pengamatan yang telah dilakukan tercantum dalam tabel hasil.

8
F. KESIMPULAN

 Tujuan dari percobaan kali ini adalah dapat mengetahui sejauh mana
aktivitas obat antidiare menghambat diare yang disebabkan oleh Oleum
Ricini pada hewan percobaan.
 Diare atau diarrhea merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang
terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau
memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal.
 Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara
memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler
dan longitudinal usus.
 Parameter yang digunakan dalam percobaan ini adalah waktu terjadinya
diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi feses.

G. SARAN

 Untuk praktikum, sebaiknya praktikan membawa mencit atau hewan


percobaan yang terstandar, yang kondisinya sehat, terbukti baik secara
keseluruhan dan fisiologisnya. Agar dalam percobaan memberikan hasil
yang baik.
 Pastikan untuk selalu menjaga ketekunan dalam merawat hewan mencit,
baik dari pemberian makannya maupun pembersihan kandangnya, agar
mencit berada dalam kondisi optimal pada saat dilakukannya percobaan,
sehingga kita mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
 Lakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang ada dan lakukan dengan
serius dan hati-hati, agar didapat hasil yang sesuai.

9
H. DAFTAR PUSTAKA

Dwianita, Nufus. 2014. Laporan Akhir Praktikum Farmakologi Antidiare.


Scribd.com. Diakses pada 18 Desember 2022.
Nuryanti. 2013. Laporan Praktikum Antidiare. Academia.Edu. Diakses pada 18
Desember 2022.
Zainul, Sufyan. 2017. Laporan Praktikum Farmakologi dan Toksikologi.
Academia.Edu. Diakses pada 18 Desember 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai